Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID


SUPPOSITORIA

Dosen Pengampu:
Apt, Ika Andriana, S.Farm.,M.Farm.
Disusun oleh:
Affrilina Ayuanita 1804101016
Neng Putri M.N.H 1804101018
Riska Gian Setyani 1804101019
Siti Zulaika 1804101020
Sad Omega 1804101021P
Rindi Alviravionita 1804101022

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
PROGRAM STUDI FARMASI
2020
PEMBUATAN DAN EVALUASI SUPPOSITORIA IBUPROFEN

1. TUJUAN
a. Mengetahui bentuk dan bahan dasar sediaan suppositoria
b. Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan suppositoria
2. DASAR TEORI
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui
dubur,umumnya berbentuk torpedo dapat melarut, melunak, atau meleleh
pada suhu tubuh. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya
meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak
sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang
bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol. (Anonim, 2015).
Supositoria Lemak Coklat Supositoria dengan bahan dasar lemak
coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan ke
dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat
dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur dan
membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan.
(Anonim, 2015).
Macam- macam suppositoria:
1. Suppositoria uretra :  memiliki bentuk silinder dengan diameter 3-6
mm, memiliki ukuran yang berbeda antara pria dan wanita, Untuk
uretra pria panjangnya 100-150 mm dan untuk wanita 60-75 mm.
Diberikan melalui uretra.
2. Suppositoria rektal : digunakan untuk dewasa, memiliki bentuk
lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan memiliki berat kurang
lebih 2 gram. Digunakan melalui rektum.
3. Suppositoria vaginal : memiliki bentuk bulat/bulat telur, berat kurang
lebih 5 gram, memiliki ukuran panjang 1,25-1,5 inchi dan diameter 5-
8 inchi. Digunakan melalui vagina.

Keuntungan penggunaan obat (Anonim, 2015) dalam Suppositoria


dibanding peroral, yaitu
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam
lambung.
c. Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat
berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

Faktor fisika-kimia dari obat dan basis (Anonim, 2015) :


a. Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat
terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.
b. Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat
makin cepat.
c. Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan
larut dari obat ke cairan rektal.
d. Basis Suppositoria : Obat yang larut dalam air dan berada dalam
basis lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat melepas
setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan
aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan
berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan
segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.
Basis suppositoria memiliki peranan penting dalam kecepatan
pelepasan obat baik sistemik maupun lokal, adanya interaksi antara basis
dan zat aktif dapat mempengaruhi stabilitas atau bioavailabilitas obat, salah
satu basis suppositoria yang digunakan adalah oleum cacao dan
polietilenglikol (PEG). PEG mempunyai titik lebur 35-63º C, tidak meleleh
pada suhu tubuh akan tetapi melarut dalam cairan sekresi tubuh (Syamsuni,
2006).
Suppositoria dibuat dengan 3 metode yaitu mencetak metode leburan,
kompresi, atau digulung dan dibentuk dengan tangan. Metode yang sering
digunakan pada pembuatan suppositoria baik dalam skala kecil maupun
skala industri dengan adalah dengan pencetakan. Pada dasarnya langkah
dalam metode pencetakan termasuk : a. melebur basis, mencampurkan
bahan obat yang diinginkan, c. menuang hasil leburan ke dalam cetakan, d.
membiarkan leburan menjadi dan mengental menjadi dingin dan mengental
menjadi suppositoria dan e. melepaskan suppositoria dari cetakan. ( Ansel,
1989).
Ibuprofen merupakan serbuk bentuk hablur berwarna putih hingga
hampir putih, berbau khas lemah. Memiliki kelarutan yang sangat mudah
larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam kloroform,
sukar larut dalam etil asetat dan praktis tidak larut dalam air (Depkes RI,
2014).
Ibuprofen merupakan obat analgetik golongan Anti Inflamasi Non
Steroid (AINS) turunan asam arilasetat. Obat ini terutama digunakan untuk
mengurangi rasa nyeri akibat peradangan pada berbagai kondisi rematik dan
arthritis. Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan mengambat secara
langsung dan selektif enzim-enzim pada sistem saraf pusat yang
mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase.
Penghambatan tersebut menyebabkan pencegahan sensitasi reseptor rasa
sakit oleh mediator-mediator rasa skait seperti bradikinin, histamin,
serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat
merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Katzung, 2001;
Siswandono dan Soekardjo, 2000).
3. ALAT DAN BAHAN

No Alat Bahan
1. Lumpang dan Mortir Ibuprofen
2. Timbangan PEG 4000
3. Alat Pencetak Suppositoria PEG 6000
4. Sudip
5. Batang Pengaduk
6. Cawan Porselen
7. Hot Plate
8. PipetTetes

4. PREFORMULASI
 Ibuprofen (FI edisi IV halaman 449)
Pemerian : serbuk hablur, putih hingga hampir putih, berbau khas
lemah
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam
etanol, methanol dalam aseton dan dalam kloroform, sukar
larut dalam etil asetat.
 PEG 4000 (FI edisi III halaman 506)
Pemerian : cairan kental jernih, tidak berwarna atau praktis tidak
berwarna, bau khas lemah, agak higroskopik.
Kelarutan : larut dalam air, dalam etanol 95% P, dalam aseton P,
dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatic, praktis
tidak larut dalam eter P dan dalam hidrokarbon aromatik.
 PEG 6000 (FI buku 2 edisi Vhalaman 1033)
Pemerian : serpihan wax berbentuk padat, berwarna putih dan bau
khas lemah
Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol
95%, dalam kloroform, dalam etilenglikol monoetileter,
dalam etil asetat dan dalam toluene, tidak larut dalam eter
dan dalam heksan.

5. FORMULA
Suppositoria Ibuprofen (4 gr)
Ibuprofen 125 mg
Basis 36 gr
PEG 4000 (75%) 27 gr
PEG 6000 (25%) 9 gr
Dibuat sebanyak 8 suppositoria

6. PERHITUNGAN
Ibuprofen 400 mg x 10 = 4 gram
Basis 40 gr – 4 gr = 36 gr
PEG 4000 (75%) = 75/100 x 36 gram = 27 gram
PEG 6000 (25%) = 25/100 x 36 gram = 9 gram

7. CARA KERJA
a. Pembuatan
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Menimbang bahan ibuprofen 4 gram, PEG 4000 27 gr, PEG 6000 9
gram.
3. Lebur PEG 4000 dan PEG 6000 diatas hot plate hingga terbentuk
seperti massa krim (M1), angkat.
4. Masukkan paracetamol dan vaselin album kedalam M1, aduk
hingga homogen.
5. Olesi cetakan suppositoria dengan vaselin.
6. Tuang bahan kedalam cetakan suppositoria.
7. Biarkan dingin dahulu, kemudian masukkan kulkas agar membeku.

b. Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran


1. Diambil suppos yang sudah dibuat.
2. Diamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai
dengan standar suppos (berbentuk torpedo).

c. Uji Keseragaman Bobot


1. Timbang suppose satu persatu dan hitung rata – ratanya.
2. Hitung persen kelebihan masing – masing suppose terhadap bobot
rata – ratanya. Keseragaman bobot yang didapat tidak boleh lebih
dari ± 5%.
8. HASIL
a. Uji organoleptik :

Warna Putih
Bau Tidak berbau
Kondisi permukaan Halus, tidak lembek/keras

b. Uji homogenitas : homogen (secara visual)


c. Uji bentuk : secara visual bentuk suppositoria telah
sesuai pada umumnya yaitu berbentuk torpedo
d. Uji keseragaman bobot :
Berat keseluruhan = 31,871 gr

Suppositoria Penyimpangan
Berat Rata-rata Selisih
ke - (%)
1 2,574 gr 2,656 gr 0,082 gr 3,08 %
2 2,653 gr 2,656 gr 0,003 gr 0,11 %
3 2,647 gr 2,656 gr 0,009 gr 0,34 %
4 2,681 gr 2,656 gr 0,025 gr 0,94 %
5 2,698 gr 2,656 gr 0,042 gr 1,58 %
6 2,658 gr 2,656 gr 0,002 gr 0,07 %
7 2,675 gr 2,656 gr 0,019 gr 0,71 %
8 2,670 gr 2,656 gr 0,014 gr 0,53 %
9 2,658 gr 2,656 gr 0,002 gr 0,07 %
10 2,647 gr 2,656 gr 0,009 gr 0,34 %
11 2,675 gr 2,656 gr 0,019 gr 0,71 %
12 2,636 gr 2,656 gr 0,02 gr 0,75 %

9. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dibuat suppositoria ibuprofen dengan metode
pencetakan tuang. Metode ini dipilih karena lebih efektif dan efisien
digunakan dalam pembuatan suppositoria skala lab. Sedangkan basis yang
digunakan yaitu PEG. Polietilena glikol (PEG) adalah polimer yang banyak
digunakan dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Secara kimiawi,
PEG merupakan sekelompok polimer sintetik yang larut air dan memiliki
kesamaan struktur kimia berupa adanya gugus hidroksil primer pada ujung
rantai polieter yang mengandung oksietilen (-CH2-CH2-O-). Beberapa sifat
utama dari PEG adalah stabil, tersebar merata, higroskopik (mudah
menguap), dapat mengikat pigmen, dll. Kekerasan PEG yang semakin
meningkat dengan semakin meningkatnya berat molekulnya dapat
digunakan untuk dijadikan bahan dasar ataupun campuran bahan dasar
sediaan suppositoria, tanpa khawatir sediaan suppositoria yang dihasilkan
nantinya tidak akan meleleh karena PEG juga memiliki sifat sangat efektif
pada lingkungan yang berair dan didukung lagi oleh sifat PEG lainnya yakni
tidak beracun, non-korosif dan tidak berbau. Sehingga penggunaan PEG
untuk basis maupun campuran bahan dasar suppositoria sangatlah
menguntungkan.
Pertama kali yang dilakukan dalam praktikum ini adalah kalibrasi
cetakan yang sebelumnya sudah di olesi vaselin, kalibrasi cetakan dengan
menggunakan bahan PEG 400 dan PEG 4000. Setelah dikalibrasi dilakukan
penimbangan bahan. Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan
perhitungan bahan. Panaskan PEG 400 diatas penangas air sampai melebur
sempurna, tambahkan PEG 4000 aduk ad homogen kemudian tambahan
bahan aktifnya yaitu ibuprofen, aduk semua bahan sampai homogen.
Ibuprofen memiliki efek analgetik dan antipiretik. Obat analgesik dan
antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sakit
ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik
selesma dan flu.
Selanjutnya yaitu setelah semua bahan tercampur homogen, lakukan
pencetakan ke dalam cetakan suppositoria. Bagi campuran bahan menjadi
12 bagian sama banyak. Kemudian dinginkan dalam lemari es sampai
membeku. Hal ini bertujuan supaya suppositoria menjadi beku. Setelah ,
diperoleh suppositoria padat, kemudian suppos dikeluarkan dari cetakan dan
diuji keseragaman bobot.
Dari hasil suppos yang diperoleh, dilakukan uji keseragaman bobot
dan didapatkan keseragaman bobot rata - rata yaitu 2,656 gram. Dengan
berat minimal yang diperoleh yaitu 2,574 gram, dan berat maksimal yaitu
2,675 gram. Suppositoria yang baik adalah keseragaman bobot tidak boleh
melebihi 5%. Hasil yang diperoleh dari ke 12 suppositoria yang didapat
tidak ada yang presentasinya melebihi 5 % sehingga bisa dikatakan
suppositoria tersebut baik. Secara visual suppositoria yang dibuat memiliki
ukuran yang sama antara satu dengan yang lainnya dan seluruhnya juga
berbentuk torpedo dan terlihat homogen. Secara organoleptis suppostoria
tersebut berwarna putih, tidak berbau dan kondisi permukaannya halus,
tidak lembek/keras.

10. KESIMPULAN
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk,
yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat
lokal atau sistemik. Suppositoria ibuprofen dengan metode pencetakan
tuang dengan metode ini lebih efektif dan efisien digunakan dalam
pembuatan suppositoria skala lab. Sedangkan basis yang digunakan yaitu
PEG. Polietilena glikol (PEG) adalah polimer yang banyak digunakan
dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi. Ibuprofen memiliki efek
analgetik dan antipiretik. obat analgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, sakit ringan, serta demam. Hasil
evalusi dari suppositoria yang dibuat yaitu pada uji keseragaman bobot
didapatkan keseragaman bobot rata - rata yaitu 2,656 gram. Dengan berat
minimal yang diperoleh yaitu 2,574 gram, dan berat maksimal yaitu 2,675
gram. Suppositoria yang baik adalah keseragaman bobot tidak boleh
melebihi 5%. Hasil yang diperoleh dari ke 12 suppositoria yang didapat
tidak ada yang presentasinya melebihi 5 % sehingga bisa dikatakan
suppositoria tersebut baik. Secara visual suppositoria yang dibuat memiliki
ukuran yang sama antara satu dengan yang lainnya dan seluruhnya juga
berbentuk torpedo dan terlihat homogen. Secara organoleptis suppostoria
tersebut berwarna putih, tidak berbau dan kondisi permukaannya halus,
tidak lembek/keras.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 1112-1116
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.
Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida Ibrahim,
Edisi 4,UI Press: Jakarta, 212-217.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,
239, Airlangga University Press, Surabaya.
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik : Reseptor- reseptor Obat dan
Farmakodinamik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 23-4.

Anda mungkin juga menyukai