Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKHNOLOGI SEDIAAN SEMISOLID


“SUPPOSITORIA FORMULA 2”

1
2

2
3

3
Dosen Pengampu:
Ika Andriana, S.Farm., M.Farm., Apt

Disusun oleh:
Affrilina Ayuanita 1804101016
Neng Putri M 1804101018
Riska Gian S 1804101019

4
Siti Zulaika 1804101020
Sad omega 1804101021P
Rindi Alviravionita 1804101022

UNIVERSITAS PGRI MADIUN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS
PROGRAM STUDI FARMASI
2020
PEMBUATAN DAN EVALUASI SUPPOSITORIA PARASETAMOL
5

5
1. Tujuan
1) Mengetahui bentuk dan bahan dasar sediaan suppositoria
2) Mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan suppositoria
2. Dasar Teori
Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur,
berbentuk torpedo, dapat melunak, melarut atau meleleh pada suhu tubuh
(Moh.Anief, 1987). Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot
dan bentuk, yangdiberikan melalui rectal, vagina atau uretra (Dirjen Pom,
1995). Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui
6

6
dubur,umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak atau meleleh pada
suhutubuh (Dirjen Pom, 1979). Suppositoria adalah sediaan padat, melunak,
melumer dan larut pada suhutubuh, digunakan dengan cara menyisipkan ke
dalam rectum, berbentuk sesuaidengan maksud penggunaannya, umumnya
berbentuk torpedo (Formularium Nasional).
Jadi, suppositoria dapat didefinisikan sebagai suatu sediaan padat yang
berbentuk torpedo yang biasanya digunakan melalui rectum dan dapat
jugamelalui lubang di area tubuh, sediaan ini ditujukan pada pasien yang

7
mudahmuntah, tidak sadar atau butuh penanganan cepat.Macam-macam
Suppositoria(Ansel, 2005):
a. Suppositoria untuk rectum (rectal) Suppositoria untuk rektum
umumnya dimasukkan dengan jari tangan.Biasanya suppositoria
rektum panjangnya ± 32 mm (1,5 inchi), dan berbentuksilinder dan
kedua ujungnya tajam. Bentuk suppositoria rektum antara lain bentuk
peluru, torpedo atau jari-jari kecil, tergantung kepada bobot jenis
bahan obat dan basis yang digunakan.

8
b. Suppositoria untuk vagina (vaginal) Suppositoria untuk vagina disebut
juga pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut,
sesuai kompendik resmi beratnya 5 g,apabila basisnya oleum cacao.
c. Suppositoria untuk saluran urin (uretra) Suppositoria untuk untuk
saluran urin juuga disebut bougie, bentuknyarampiung seperti pensil,
gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atauwanita.
Suppositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan
panjang± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan
yang lainnya.Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g.
9

9
Suppositoria untuk saluranurin wanita panjang dan beratnya ½ dari
ukuran untuk pria, panjang ± 70 mmdan beratnya 2 g, inipun bila
oleum cacao sebagai basisnya.
d. Suppositoia untuk hidung dan telingaSuppositoia untuk hidung dan
telinga yang disebut juga kerucuttelinga, keduanya berbentuk sama
dengan suppositoria saluran urin hanyaukuran panjangnya lebih kecil,
biasanya 32 mm. Suppositoria telingaumumnya diolah dengan suatu
basis gelatin yang mengandung gliserin.Seperti dinyatakan

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10

10
sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan telingasekarang
jarang digunakan.

Tujuan Penggunaan Supositoria(Syamsuni, 2012) :

1. Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan
penyakit infeksi lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk
tujuansistemik karena dapat diserap oleh membrane mukosa dalam
rectum. Hal inidilakukan terutama bila penggunaan obat per oral tidak
memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pingsan.
11

11

11

11

11

11

11

11

11

11

11
2. Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih
cepatkarena obat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke
dalamsirkulasi pembuluh darah.
3. Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam
salurangastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam
hati.

Keuntungan dan Kerugian Supositoria

1. Keuntungan Supositoria :
12

12

12

12

12

12

12

12

12

12

12
a. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b. Dapat menghindari keruskan obat oleh enzim pencernaan dan
asamlambung
c. Obat dapat masuk langsung kedalam saluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
d. Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
2. Kerugian Supositoria :
a. Pemakaiannya tidak menyenangkan.
b. Tidak dapat disimpan pada suhu ruang.
13

13

13

13

13

13

13

13

13

13

13
Sediaan supositoria memiliki persyaratan sebagai berikut :

1. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh


ataumelarut (persyaratan kerja obat).
2. Pembebasan dan responsi obat yang baik.
3. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan,
pewarnaan,kemantapan bentuk, daya patah yang baik, dan stabilitas
yang memadai dari bahan obat).
4. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.

14

14

14

14

14

14

14

14

14

14

14
Basis suppositoria memiliki peranan penting dalam kecepatan pelepasan
obat baik sistemik maupun lokal, adanya interaksi antara basis dan zat aktif
dapat mempengaruhi stabilitas atau bioavailabilitas obat, salah satu basis
suppositoria yang digunakan adalah oleum cacao dan polietilenglikol (PEG).
PEG mempunyai titik lebur 35-63º C, tidak meleleh pada suhu tubuh akan
tetapi melarut dalam cairan sekresi tubuh (Syamsuni, 2006).

Basis sediaan supositoria ketika dimasukkan dalam lubang tubuh akan


melebur,melarut dan terdispersi. Dalam hal ini, basis supositoria memainkan

15

15

15

15

15

15

15

15

15

15

15
peranan penting. Maka dari itu basis supositoria harus memenuhi syarat
utama, yaitu basis harus selalu padat dalam suhu ruangan dan akan melebur
maupun melunakdengan mudah pada suhu tubuh sehingga zat aktif atau obat
yang dikandungnyadapat melarut dan didispersikan merata kemudian
menghasilkan efek terapi lokal maupun sistemik. Basis supositoria yang ideal
juga harus mempunyai beberapasifat seperti berikut:

1. Tidak beracun dan tidak menimbulkan iritasi


2. Dapat bercampur dengan bermacam-macam obat.

16

16

16

16

16

16

16

16

16

16

16
3. Stabil dalam penyimpanan, tidak menunjukkan perubahan warna dan
bauserta pemisahan obat.
4. Kadar air mencukupi.
5. Untuk basis lemak, maka bilangan asam, bilangan iodium dan bilangan
penyabunan harus diketahui jelas.

Paracetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik


dengan cara kerja menghambat sntesis prostaglandin terutama di sistem syaraf
pusat. Paracetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam

17

17

17

17

17

17

17

17

17

17

17
bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi
dengan obat lain dalam sediaan flu, melalui resep dokter atau yang dijual
bebas. (Lusiana Darsono 2002).

Paracetamol umumnya digunakan sebagai analgetik-antipiretik, tetapi


tidak anti radang. Umumnya dianggap sebagai antinyeri yang paling aman
untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sebagai analgesik, paracetamolita
bekerja langsung pada pusat pengatur panas di hipotalamus. Wanita hamil

18

18

18

18

18

18

18

18

18

18

18
dapat menggunakan paracetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun
mencapai air susu ibu. (Tjay dkk,2008)

3. Alat dan Bahan

No Alat Bahan
1. Lumping dan Mortir Parasetamol
2. Timbangan Cera alba
3. Alat Pencetak Suppositoria Oleum Cacao
4. Sudip
5. Batang Pengaduk
6. Cawan Porselen
19

19

19

19

19

19

19

19

19

19

19
7. Hot Plate
8. Pipet Tetes

4. Preformulasi
Parasetamol (FI edisi III halaman 32)
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, berasa pahit
Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol, 13 bagian
aceton, 40 bagian glycerol, 9 bagian propilen glikol, larut dalam larutan
alkali hidroksida.

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20

20
Khasiat : analgetik dan antipiretik
Kegunaan : zat aktif
Cera alba (FI edisi IV halaman 186)
Pemerian : zat padat, lapis tipis bening, putih kekuningan, bau khas
lemah, bebas bau tengik.
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
(95%) p dingin, larut dalam kloroform p, dalam eter hangat, dalam
minyak lemak dan dalam minyak atsiri.

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21

21
Kegunaan : zat pengeras (stiffening agent), basis minyak,
stabilisatoremulsi, pengikat konsentrasi.
Oleum Cacao (FI edisi III halaman 453)
Pemerian : lemak padat, putih kekuningan, bau khas aromatic, rasa
khas lemak agak rapuh
Kelarutan : sukar larut dalam etanol (95%) p, dalam eter p, dan dalam
eter minyak tanah p
Kegunaan : zat tambahan

22

22

22

22

22

22

22

22

22

22

22
5. Formula
Suppositoria Ibu Profen ( 4 gr)
Parasetamol 250 mg
Cera alba 5%
Ol. Cacao 3,5 gr
Dibuat sebanyak 14 suppositoria
6. Perhitungan dan Pengambilan bahan
Bobot @suppo = 3,5 gr x 14 suppo
= 49 gr/ 14 suppo
23

23

23

23

23

23

23

23

23

23

23
Parasetamol = 250 mg x 14 suppo = 3500 mg = 3,5 gr
5
Cera alba = x besar basis (bobot 14 suppo – gram pct)
100
5
= x (49 gr – 3,5 gr)
100
5
= x 45,5 gr
100
= 2,275 gr
Oleum cacao = 49 gr – 3,5 gr – 2,275 gr
= 43,225 gr
24

24

24

24

24

24

24

24

24

24

24
Pengambilan Bahan:
1. Parasetamol 3,5 gr
2. Cera alba 2,275 gr
3. Ol. Cacao 43,225 gr
7. Cara Kerja
a. Pembuatan
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menimbang bahan: Parasetamol 3,5 gr, Cera alba 2,275 gr, Ol. Cacao
43,225 gr.
25

25

25

25

25

25

25

25

25

25

25
3. Menyiapkan hot plate lalu dipanaskan dengan panas maksimal.
4. Memasukkan Cera alba 2,275 gr, Ol. Cacao 43,225 gr dalam cawan
dan dipanaskan diatas hot plate sampai mencair
5. Masukkan paracetamol dalam cawan pada no 4, aduk hingga
homogen.
6. Olesi cetakan suppositoria dengan vaselin
7. Tuang kedalam cetakan suppositoria.
8. Biarkan dingin dahulu, kemudian masukkan kulkas agar membeku.
b. Evaluasi
26

26

26

26

26

26

26

26

26

26

26
1. Uji Homogenitas
a. Diambil 3 titik bagian suppos (atas, tengah, bawah atau kanan,
tengah, kiri).
b. Masing – masing bagian diletakkan pada kaca objek kemudian
diamati dibawah mikroskop.
c. Cara selanjutnya dengan menguji kadarnya dapat dilakukan
dengan cara titrasi.
2. Uji Keseragaman Bentuk dan Ukuran
a. Diambil suppos yang sudah dibuat.
27

27

27

27

27

27

27

27

27

27

27
b. Diamati satu dengan yang lainnya bentuk dan ukurannya sesuai
dengan standar suppos (Berbentuk torpedo).
3. Uji Waktu Hancur
a. Suppos dimasukkan dalam air yang diset sama dengan suhu
tubuh manusia, selama 3 menit.
4. Uji Keseragaman Bobot
a. Timbang suppos satu persatu dan hitung rata – ratanya.

28

28

28

28

28

28

28

28

28

28

28
b. Hitung persen kelebihan masing – masing suppos terhadap
bobot rata – ratanya. Keseragaman bobot yang didapat tidak
boleh lebih dari ± 5%.
5. Uji Kerapuhan
a. Suppos dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik
pengukuran melalui bagian yang melebar, dengan jarak tidak
kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar.

29

29

29

29

29

29

29

29

29

29

29
b. Kemudian diberi beban seberat 20N (± 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan kedalam
tabung.
8. Hasil Evaluasi
a. Organoleptis
Bau : khas, lemah
Warna : kuning keputihan
b. Uji keseragaman bobot
Berat seluruh suppo : 37,59 gram
30

30

30

30

30

30

30

30

30

30

30
Suppo Berat (gram) Rata-rata Selisih penyimpangan

1 3,05 3,133 gr gr 8,3

2 3,33 3,133 gr 19,7

3 3,28 3,133 gr 14,7

4 2,97 3,133 gr 16,3

31

31

31

31

31

31

31

31

31

31

31
5 3,22 3,133 gr 8,7

6 3,21 3,133 gr 7,7

7 3,01 3,133 gr 12,3

8 3,15 3,133 gr 1,7

9 3,17 3,133 gr 3,7

10 3,29 3,133 gr 15,7

32

32

32

32

32

32

32

32

32

32

32
11 3,20 3,133 gr 206,7

12 3,10 3,133 gr 3,3

9. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dibuat suppositoria parasetamol dengan metode
pencetakan tuang. Metode ini dipilih karena lebih efektif dan efisien
digunakan dalam pembuatan suppositoria skala lab. Sedangkan basis yang
digunakan yaitu Oleum Cacao. Oleum cacao adalah basis suppositoria yang
33

33

33

33

33

33

33

33

33

33

33
ideal, karena dapat meleleh pada suhu tubuh akan tetapi tetap dapat bertahan
sebagai bentuk padat pada suhu kamar.
Pertama kali yang dilakukan dalam praktikum ini adalah kalibrasi
cetakan yang sebelumnya sudah di olesi vaselin, kalibrasi cetakan dengan
menggunakan bahan oleum cacao dan cera alba. Setelah dikalibrasi dilakukan
penimbangan bahan. Setelah semua bahan ditimbang sesuai dengan
perhitungan bahan. Panaskan cera alba diatas penangas air sampai melebur
sempurna, tambahkan oleum cacao aduk ad homogen kemudian tambahan
bahan aktifnya yaitu parasetamol, aduk semua bahan sampai homogen.
34

34

34

34

34

34

34

34

34

34

34
parasetamol memiliki efek analgetik dan antipiretik. Obat analgesik dan
antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sakit
ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik
selesma dan flu.
Selanjutnya yaitu setelah semua bahan tercampur homogen, lakukan
pencetakan ke dalam cetakan suppositoria. Bagi campuran bahan menjadi 12
bagian sama banyak. Kemudian dinginkan dalam lemari es sampai membeku.
Hal ini bertujuan supaya suppositoria menjadi beku. Setelah , diperoleh

35

35

35

35

35

35

35

35

35

35

35
suppositoria padat, kemudian suppos dikeluarkan dari cetakan dan diuji
keseragaman bobot.
Dari hasil suppos yang diperoleh, dilakukan uji keseragaman bobot dan
didapatkan keseragaman bobot rata - rata yaitu 3,133 gram. Dengan berat
minimal yang diperoleh yaitu 2,97 gram, dan berat maksimal yaitu 3,33 gram.
Suppositoria yang baik adalah keseragaman bobot tidak boleh melebihi 5%.
Hasil yang diperoleh dari ke 12 suppositoria yang didapat hanya 2 sedian
yangtidak melebihi presentase 5 % yaitu suppo 9 dan 12 dengan bobot 3,7
gram dan 3,3 gram, sisanya semua melebihi presentase 5% sehingga dikatakan
36

36

36

36

36

36

36

36

36

36

36
suppositoria tersebut kurang baik. Secara visual suppositoria yang dibuat
memiliki ukuran yang sama antara satu dengan yang lainnya dan seluruhnya
juga berbentuk torpedo dan terlihat homogen. Secara organoleptis suppostoria
tersebut berwarna putih, tidak berbau dan kondisi permukaannya halus, tidak
lembek/keras.
Faktor yang mempengaruhi sediaan suppositoria yaitu
Faktor Fisiologis :

37

37

37

37

37

37

37

37

37

37

37
 Rektum memiliki sedikit cairan dengan pH sekitar 7,2. Jumlah
obat yang diabsorbsidan masuk ke dalam peredaran darah
tergantung dimana obat itu dilepas dalam rektum.
Faktor Fisika Kimia dari Obat dan Basis
 Kelarutan obat
 Kadar obat dalam basis
 Ukuran partikel
 Basis suppositoria

38

38

38

38

38

38

38

38

38

38

38
KesimpulanDAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 1112-1116
Syamsuni, 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta. 29 – 31.
https://id.scribd.com/doc/57725562/Oleum-Cacao-Makalah
http://pharmassip.blogspot.com/2013/01/suppositoria.html?m=1
Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan: Farida Ibrahim,
Edisi 4,UI Press: Jakarta, 212-217.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta : Kemenkes RI;
2015
Siswandono dan Soekardjo, B., 2000, Kimia Medisinal, Edisi 2, 228-232, 234,
239, Airlangga University Press, Surabaya.
Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik : Reseptor- reseptor Obat dan
Farmakodinamik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp. 23-4.

Anda mungkin juga menyukai