Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID
SEMESTER IV – 2019

Nama : Sri Nurpatimah


NPM : A 171 048

Zat Aktif : Bismuth Subnitrat


Jumlah Tablet : 50.000 tablet
Dosis : 250 mg

Alasan pemilihan dosis :


Metode pembuatan : Granulasi Kering

I. PREFORMULASI
I.1 Nama Zat Aktif : Bismuth Subnitrat
Struktur Kimia :

Berat Molekul : 1461,99 g/mol


Rumus Molekul : Bi5H9N4O22
Pemerian : Serbuk hablur renik putih, tidak
berbau, tidak berasa, berat agak
higroskopis, bentuk bubuk, dengan bau
asam samar-samar dan sedikit rasa
metalik.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
etanol, mudah larut dalam asam klorida
dan dalam asam nitrat.    
Titik Leleh :

1
pH : 3,2
Stabilitas : Stabilitas Oksidator kuat - kontak
dengan bahan yang mudah terbakar
dapat menyebabkan kebakaran. Tidak
kompatibel dengan reduktor, bahan
organik
(Japanese pharmacopoeia ed 15, hal 369)
I.2 Zat Tambahan

A. Hydroxypropyl Methylcellulose
Struktur kimia :

Berat molekul :
Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih, tidak
berbau dan tidak berasa
Kegunaan dalam formula : 2 -6% sebagai pengikat
Alasan : Sebagai pengikat saat proses slugging
HPMC merupakan bahan pengikat
turunan selulosa yang mempunyai
kompresibilitas baik sehingga dapat
digunakan dalam granulasi kering.
Hydroxypropyl methylcellulose
(HPMC) merupakan matriks hidrofil
yang dapat mengendalikan pelepasan
obat dari tablet dengan metode difusi
dan erosi kedalam suatu medium
pelarut. HPMC juga merupakan
polimer semi sintetik derivat selulosa
yang dapat digunakan sebagai matriks
sediaan lepas lambat. HPMC mampu
membentuk lapisan hidrogel yang
kental (viskositas yang tinggi) pada

2
sekeliling sediaan setelah kontak
dengan cairan pencernaan. Gel inilah
yang berperan sebagai barier pelepasan
zat aktif. Akibatnya, zat aktif menjadi
terhambat dan durasi obat menjadi
diperpanjang.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak
larut dalam kloroform, etanol, eter,
tetapi tidak larut dalam campuran
etanol dan diklorometan, dalam
campuran methanol dan diklorometan,
dan campuran air dan alkohol.
pH : 5,0 – 8,0
Densitas : Density (bulk) 0.341 g/cm3
Density (tapped) 0.557 g/cm3
Density (true) 1.326 g/cm3
Aliran : 7,14 g/s
Kelembaban : Kurang dari 5%
Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat sejuk dan kering.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009 Hal: 424-428)

B. Starch
Struktur kimia :

Berat molekul : 50.000


Rumus molekul : (C6H10O5)n, 725 – 730

3
Pemerian : Serbuk halus, tidak berbau, tidak
berasa.
Kegunaan dalam formula : Antiadhern (3-10%), Desintegrant (3-
25%), Binder (5-10%).
Alasan : Digunakan sebagai pengikat untuk
mempertahankan bentuk granul
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan etanol 95% dingin. Amilum
mengembang cepat dalam air pada
suhu 37oC.
pH : 4,5 – 7%
Densitas : Density (bulk)
0.45–0.58 g/cm3 for corn starch;
(20,30)
0.56–0.82 g/cm3 for potato starch;(20)
0.50 g/cm3 for wheat starch.
Density (tapped)
0.69–0.77 g/cm3 for corn starch;(20)
0.80–0.90 g/cm3 for potato starch;(20)
0.76 g/cm3 for wheat starch.
Density (true) 1.478 g/cm3 for corn
starch.
Aliran : 20,21 g/s
Kelembaban : Kurang dari 15%
Stabilitas : Amilum dalam keadaan kering dan
tidak dipanaskan stabil jika terlindung
dari kelembaban tinggi. Larutan atau
pasta amilum yang dipanaskan tidak
stabil secara fisik dan mudah
ditumbuhi mikroorganisme.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara
pada tempat kering dan sejuk

4
(HOPE 5th, hal 725-730 dan HOPE 6th, hal 868-891)

C. Avicel 101
Struktur kimia :

Berat molekul : 36000


Rumus molekul : C6H10O5
Pemerian : serbuk hablur sangat halus, putih,

tidak berbau

Kegunaan dalam formula : pengisi 20 – 90%

Alasan : Avicel merupakan suatu zat yang


memiliki sifat kompresibilitas yang
baik dan pada saat mengalami
tekanan / kompresi, partikelnya
mengalami deformasi plastis sehingga
dapat menaikan kompaktibilias
(Sheth and Shangraw, 1980). Selain
menjadi pengisi Avicel 101 juga
berfungsi sebagai binder dalam
konsentrasi 20-90% yang berfungsi
agar pada saat tablet dicetak tidak

5
hancur atau rapuh. Avicel jika
digunakan sebagai pengisi dengan
kadar tinggi akan tetapi memerlukan
biaya yang cukup mahal (Lachman
dkk, 1994).

Titik leleh : 260-270oC


Stabilitas : stabil, meskipun higroskopis.
Inkompatibilitas : inkompatibel dengan agen-agen oksidator
kuat
Khasiat : pengikat, pengisi, anti adherent.
Penyimpanan : Disimpan pada tempat sejuk dan kering

(HOPE, 6thed,2009,hal 129).

D. Glyceryl Behenate
Struktur kimia :

Gambar 1.2.3 Struktur Glyseril Behenate


Rumus molekul : C22H43O2
Pemerian : Bubuk putih kuning, memilki bau
yang samar
Kegunaan dalam formula : Lubrikan (1-3 %)
Alasan : Glyceryl behenate sebagai lubrikan
yang berfungsi untuk mengurangi
gesekan yang terjadi antara
permukaan tablet dengan dinding
die selama proses pengempaan
tablet. Serta tidak inert dan toksik.

6
Kelarutan : Sedikit laut dalam etanol (96%),
praktis tidak larut dalam etanol
(95%), heksana, dan air.
Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup
baik, pada suhu kurang dari 35oC
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal. 286-287)

E. Silica Koloidal Dioksida (Aerosil)


Struktur kimia :

Berat molekul : 60,8


Rumus molekul : SiO2
Pemerian : Aerosil merupakan uap silika sub
mikroskopik dengan     ukuran partikel
sekitar 15 nm. Berwarna putih terang,
tidak berbau, tidak berasa
Kegunaan dalam formula : 0,1-1% sebagai glidant
Alasan : Digunakan sebagai glidant untuk
mengurangi gaya gesek antar partikel
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut
organik, air, dan asam, kecuali asam
fluorida; larut dalam larutan panas
alkali hidroksida. Membentuk
dispersi koloid dengan air
pH : 3,5 – 5,5
Densitas (bulk) : 0.029–0.042 g/cm3
Aliran : Baik
Kelembaban : Kurang dari 7%
OTT : Diethylstilbestrol

7
Stabilitas : Silikon dioksida koloid bersifat
higroskopis tetapi mengadsorpsi dalam
jumlah besar air tanpa pencairan.
Ketika digunakan dalam sistem berair
pada pH 0-7,5, silikon dioksida koloid
efektif dalam meningkatkan viskositas
suatu sistem. Namun, pada pH lebih
dari 7,5 viskositas meningkat sifat-sifat
koloid silikon dioksida berkurang; dan
pada pH lebih dari 10.7 kemampuan ini
hilang sepenuhnya sejak silikon
dioksida larut membentuk silikat.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup
(HOPE 6th, hal 185-188)

II. FORMULASI / TEKNIK PEMBUATAN


a. Formula yang akan dibuat
R/ Bismuth Subnitrat 250 mg
HPMC 2%
Starch 10 %
Avicel 101 qs
Glyceryl Behenate 1%
Silika koloidal dioksida 1%
Amylum kering 5%

b. Metode yang digunakan


Granulasi Kering

8
c. Alasan pemilihan metode
Granulasi Kering atau  slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa
padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Teknik ini yang cukup
baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu
tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban. Bismuth sendiri merupakan zat aktif yang
memiliki sifat alir yang buruk, agak higroskopis berbentuk serbuk putih,
mudah terhidrolisis karena kelembaban dan tidak stabil terhadap air selain
itu dosis dari bismuth sendiri tinggi yaitu 250 mg. Beberapa faktor diatas
merupakan pertimbangan dalam pemilihan formula dan metoda granulasi
kering.

d. Alasan pertimbangan konsentrasi yang ditambahkan


1. Hydroxyprophyl methylcellulose, digunakan sebagai pengikat fase
dalam pada saat proses slugging.
2. Dengan peningkatan konsentrasi avicel dapat meningkatkan kekerasan
dan laju disolusi, serta dapat menurunkan kerapuhan, dan
mempercepat waktu hancur.
3. Penggunaan starch sebanyak 10% sebagai pengikat untuk
mempertahankan fase granul, karena jika konsentrasinya terlalu tinggi
akan membuat tablet menjadi rapuh dan mempunyaii friabilitas yang
besar, serta akan terjadi capping pada tablet. Selain sebagai pengikat,
juga dalam konsentrasi tersebut berfungsi sebagai disintegran,
sehingga dapat membentuk ikatan hydrogen saat pengempaan dan
pecah atau mengembang saat air masuk ke dalam pori(kapiler).
4. Silika koloidal dioksida / aerosil, dipakai 1% sebagai konsentrasi,
karena jika terlalu banyak akan membuat tablet dapat membatu.
Aerosol bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat
membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.

9
5. Amylum kering digunakan 5% sebagai disintegran pada saat di dalam
tubuh, yaitu dari bentuk tablet mnjadi bentuk granul.

III. PERHITUNGAN
a. Setiap tablet mengandung : 250 mg Bismuth Subnitrat
b. Bobot tablet : 500 mg
c. Jumlah tablet : 50.000 tablet
3.1 Untuk Tiap Tablet
3.1.1 Fasa Dalam (93%)
Fase Dalam : 0,93 x 500 mg = 465 mg
Bismuth Subnitrat : 250 mg
HPMC : 0,02 x 500 mg = 10 mg
Starch : 0,1 x 500 mg = 50 mg
Avicel 101 : 465 – 250 – 10 – 50 = 155 mg
= 930 mg

3.1.2 Fasa Luar


Fasa luar : 0,07 x 500 mg = 35 mg
Glyceryl Behenate : 0,01 x 500 mg = 5 mg
Silika koloidal dioksida : 0,01 x 500 mg = 5 mg
Amilum kering : 0,05 x 500 mg = 25 mg

3.2 Bobot Granul Teoritis (Fasa Dalam dan Fasa Luar)


Fase dalam total : 93% + 1% = 94 %
Fase dalam : 93 %
Bismuth subnitrat : 250 mg x 50.000 = 12.500.000 mg ~ 12.500 g
HPMC : 10 mg x 50.000 = 500.000 mg ~ 500 g
Starch : 50 mg x 50.000 = 2.500.000 mg ~ 2.500 g
Avicel 101 : 155 mg x 50.000 = 7.750.000 mg ~ 7.750 g

Fase luar yang ditambahkan : 1 %


5
Glyceryl Behenate 0,5% : x 50.000 mg = 125.000 mg ~ 125 g
2

10
5
Aerosil 0,5 % : x 50.000 mg = 125.000 mg ~ 125 g
2
Jumlah slug = 23.500 g

3.3 Penimbangan
Bismuth subnitrat : 12.500 g
HPMC : 500 g
Starch : 2.500 g
Avicel 101 : 7.750 g
Glyceryl Behenate : 250 g
Aerosil : 250 g
Amilum kering : 1.250,02 g

IV. PROSEDUR
Semua bahan disiapkan, zat terlebih dahulu ditentukan fase dalam
dan fase luar, fase dalam terdiri dari Bishmut Subnitrat, HPMC, Starch, an
Avicel 101. Sedangkan fase luarnya terdiri dari Aerosil, Glyceryl Behenate,
dan amilum kering. Selanjutnya ditimbang fase dalam dan setengah fase
luar, kemudian fase dalam dan setengah fase luar dicampurkan sampai
homogen. Dilakukan slugging, lalu dilakukan pengayakan dengan mesh 16,
24, 32 dan 200. Setelah granul yang tertahan pada mesh 24 mencapai 70%,
dilakukan evaluasi massa siap cetak, yang terdiri dari homogenitas,
kompresibiltas, laju alir dan sudut istirahat. Setelah itu setengah sisa fase
luar ditambahkan dan dihomogenkan. Kemudian dilakukan evaluasi massa
siap cetak kembali. Hasil campuran kemudian dicetak menjadi tablet. Tablet
pertama yang sudah jadi diukur padd uji kekerasan tablet dan bobot tablet
yang harus memenuhi persyaratan Setelah memenuhi persyaratan, maka
produksi tablet dapat dilanjutkan. Hasil tablet yang sudah diproduksi
dievaluasi dengan evaluasi tablet.

11
V. EVALUASI YANG DILAKUKAN
5.1 Evaluasi Masa Siap Cetak
a. Distribusi Ukuran Partikel
Ayakan dengan nomor mesh 16, 24, 32 dan 200 disusun dari
atas ke bawah, kemudian granul dimasukkan ke atas ayakan lalu
digoyangkan. Masing-masing granul yang tertinggal di ayakan
nomor 24 dan 32 ditimbang kembali sampai berat granul yang
tertahan pada mesh 24 mencapai 70% dan dihitung distribusi
partikel setiap ayakan.
b. Kompresibilitas
Sampel berupa massa serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian diukur volumenya, dicatat sebagai volume curah. Lalu
dimampatkan dengan diketuk secara berulang hingga volume
konstan, dan dicatat sebagai volume mampat. Kemudian
ditentukan kompresibilitas dan rasio hausner.
c. Laju Alir dan Sudut Istirahat
Sampel serbukditimbang, lalu dimasukkan ke dalam corong
getar dengan kondisi lubangnya tertutup. Setelah itu, tutup corong
dibuka, lalu dihitung waktu yang dibutuhkan oleh serbuk untuk
keluar sepenuhnya daricorong getar.Selanjutnya, serbuk ditimbang.
Nilai kecepatan alir dihitung dari serbuk yang keluar dari corong
getar, tinggi timbunan serbuk diukur dan diameter dari 4 garis
potong, lalu dihitung rata-rata diameter dalamnya. Kemudian sudut
istirahat serbuk dihitung.

5.2 Evaluasi Tablet


a. Keseragaman Bobot
Tablet satu persatu ditimbang sebanyak 10 tablet. Lalu hitung
rata-rata tiap tablet, keseragaman bobot dan dibandingkan dengan
literatur.
b. Keseragaman Ukuran

12
Disiapkan 10 tablet dan jangka sorong. Lalu dihitung diameter
dan tinggi tablet dengan jangka sorong. Kemudian dibandingkan
hasil yang didapatkan dengan literatur
c. Kekerasan Tablet
Tablet dimasukkan ke alat Hardness Tester, lalu dikalibrasi.
Diputar bagian bawah alat sampai tablet hancur dan dilihat nilai
kekerasan tablet.
d. Friabilitas
Sebanyak 10 tablet disiapkan dan ditimbang terlebih dahulu.
Tablet dimasukan ke alat Friabilator, waktu diatur selama 4 menit
dengan kecepatan 25 rpm. Lalu ditimbang kembali bobot tablet
yang diperoleh setelah pengujian. Kemudian dihitung persen
friabilitas.
e. Friksibilitas
Sebanyak 10 tablet disiapkan dan ditimbang terlebih dahulu.
Tablet dimasukan ke alat Friksibility tester, waktu diatur selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm. Lalu ditimbang kembali bobot
tablet yang diperoleh setelah pengujian. Kemudian dihitung persen
friksibilitas.
f. Waktu Hancur
Dimasukkan tablet masing-masing 1 tablet pada tabung dari
keranjang, dimasukkan 1 cakram pada tiap tabung, dan kemudian
alat dijalankan dengan suhu 37°C. Diamati waktu hancur dari setiap
tablet, lalu dicatat dari tablet yang hancur pertama sampai terakhir.
Dihitung tata-ratanya, dan kemudian dibandingkan dengan literatur
untuk dilihat memenuhi persyaratan atau tidak.

13
V. KEMASAN / LABEL
6.1 Label

Komposisi :
tiap 500 mg Bistrat tablet mengandung :
Bismuth subnitrat ………………………250mg
Aturan Pakai :
Untuk dewasa : 250 – 500 mg, Diproduksi oleh :
4-6 g sekali sehari PT. GAS
Anak: 100 – 300mg,
3-4 dua kali sehari
Indikasi : Gastroduodenitis, ulkus lambung No. Reg :DKL 1844412510A1
dan duodenum, refluks esofagitis, No. Batch :
enteritis, kolitis

a. 6

6.2 Kemasan Primer

14
6.3 Kemasan Sekunder

HARUS DENGAN RESEP

BISTRAT
Komposisi :
tiap 500mg Bsitrat tablet mengandung :

Acetaminophen………………………….250 mg

Indikasi :

6.4 Brosur
Gastroduodenitis, ulkus lambung dan ulkus duodenum,
refluks esofagitis, enteritis, kolitis

Kontra Indikasi :

Hipersensivitas, gagal ginjal

Efek Samping :

Sakit kepala, edema pada kelopak mata dan gusi, vesikula


dan pigmentasi di lidah, mual, muntah,
methemoglobinemia

Peringatan :

Kompatibel dengan obat antikolinergik, spasmolitik,


serign digunakan untuk ulkus peptikum lambung dan
duodenum. Dengan pemberian simultan tetrasiklin,
pembentukan kompleks yang tidak dapat diserap
mungkin terjadi

15
Aturan Pakai :

Dewasa : 250-500mg, 4-6 g sekali sehari

Anak : 100-500 mg, 3-4 g dua kali sehari


6.5 Penjelasan pada kemasan
No.Batch: 191001
19 : Tahun produksi (2019)
10 : Kode bentuk sediaan
01 : Nomor urut pembuatan

No. Registrasi: DKL1944412510A1


D : Nama dagang

K : Golongan obat keras

L : Jenis obat jadi produksi dalam negeri/lokak

19 : Periode pendaftaran obat jadi

444 : Nomor urut pabrik

125 : Nomor urut obat jadi yang disetujui pabrik

10 : Tablet

A : Kekuatan obat yang pertama disetujui

1 : Kemasan pertama

DAFTAR PUSTAKA

C, Raymond Rowe. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed,


2009. USA: Pharmaceutical Press.
Wade,A & Weller,P.J.1995. Handbook of Pharmacetuical Excipient.
Pharmaceutical Press : London.

16
Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Niazi. K. Sarfaraz.1949. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
formulations.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006.Handbook of
Pharmaceutical Excipient, Fifth Edition. Pharmaceutical Press :
London

17

Anda mungkin juga menyukai