I. PREFORMULASI
I.1 Nama Zat Aktif : Bismuth Subnitrat
Struktur Kimia :
1
pH : 3,2
Stabilitas : Stabilitas Oksidator kuat - kontak
dengan bahan yang mudah terbakar
dapat menyebabkan kebakaran. Tidak
kompatibel dengan reduktor, bahan
organik
(Japanese pharmacopoeia ed 15, hal 369)
I.2 Zat Tambahan
A. Hydroxypropyl Methylcellulose
Struktur kimia :
Berat molekul :
Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih, tidak
berbau dan tidak berasa
Kegunaan dalam formula : 2 -6% sebagai pengikat
Alasan : Sebagai pengikat saat proses slugging
HPMC merupakan bahan pengikat
turunan selulosa yang mempunyai
kompresibilitas baik sehingga dapat
digunakan dalam granulasi kering.
Hydroxypropyl methylcellulose
(HPMC) merupakan matriks hidrofil
yang dapat mengendalikan pelepasan
obat dari tablet dengan metode difusi
dan erosi kedalam suatu medium
pelarut. HPMC juga merupakan
polimer semi sintetik derivat selulosa
yang dapat digunakan sebagai matriks
sediaan lepas lambat. HPMC mampu
membentuk lapisan hidrogel yang
kental (viskositas yang tinggi) pada
2
sekeliling sediaan setelah kontak
dengan cairan pencernaan. Gel inilah
yang berperan sebagai barier pelepasan
zat aktif. Akibatnya, zat aktif menjadi
terhambat dan durasi obat menjadi
diperpanjang.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, praktis tidak
larut dalam kloroform, etanol, eter,
tetapi tidak larut dalam campuran
etanol dan diklorometan, dalam
campuran methanol dan diklorometan,
dan campuran air dan alkohol.
pH : 5,0 – 8,0
Densitas : Density (bulk) 0.341 g/cm3
Density (tapped) 0.557 g/cm3
Density (true) 1.326 g/cm3
Aliran : 7,14 g/s
Kelembaban : Kurang dari 5%
Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat sejuk dan kering.
(Sumber : Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6th ed, 2009 Hal: 424-428)
B. Starch
Struktur kimia :
3
Pemerian : Serbuk halus, tidak berbau, tidak
berasa.
Kegunaan dalam formula : Antiadhern (3-10%), Desintegrant (3-
25%), Binder (5-10%).
Alasan : Digunakan sebagai pengikat untuk
mempertahankan bentuk granul
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin
dan etanol 95% dingin. Amilum
mengembang cepat dalam air pada
suhu 37oC.
pH : 4,5 – 7%
Densitas : Density (bulk)
0.45–0.58 g/cm3 for corn starch;
(20,30)
0.56–0.82 g/cm3 for potato starch;(20)
0.50 g/cm3 for wheat starch.
Density (tapped)
0.69–0.77 g/cm3 for corn starch;(20)
0.80–0.90 g/cm3 for potato starch;(20)
0.76 g/cm3 for wheat starch.
Density (true) 1.478 g/cm3 for corn
starch.
Aliran : 20,21 g/s
Kelembaban : Kurang dari 15%
Stabilitas : Amilum dalam keadaan kering dan
tidak dipanaskan stabil jika terlindung
dari kelembaban tinggi. Larutan atau
pasta amilum yang dipanaskan tidak
stabil secara fisik dan mudah
ditumbuhi mikroorganisme.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara
pada tempat kering dan sejuk
4
(HOPE 5th, hal 725-730 dan HOPE 6th, hal 868-891)
C. Avicel 101
Struktur kimia :
tidak berbau
5
hancur atau rapuh. Avicel jika
digunakan sebagai pengisi dengan
kadar tinggi akan tetapi memerlukan
biaya yang cukup mahal (Lachman
dkk, 1994).
D. Glyceryl Behenate
Struktur kimia :
6
Kelarutan : Sedikit laut dalam etanol (96%),
praktis tidak larut dalam etanol
(95%), heksana, dan air.
Stabilitas : Disimpan dalam wadah tertutup
baik, pada suhu kurang dari 35oC
(Hand Book of Pharmaceutical Excipient, hal. 286-287)
7
Stabilitas : Silikon dioksida koloid bersifat
higroskopis tetapi mengadsorpsi dalam
jumlah besar air tanpa pencairan.
Ketika digunakan dalam sistem berair
pada pH 0-7,5, silikon dioksida koloid
efektif dalam meningkatkan viskositas
suatu sistem. Namun, pada pH lebih
dari 7,5 viskositas meningkat sifat-sifat
koloid silikon dioksida berkurang; dan
pada pH lebih dari 10.7 kemampuan ini
hilang sepenuhnya sejak silikon
dioksida larut membentuk silikat.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup
(HOPE 6th, hal 185-188)
8
c. Alasan pemilihan metode
Granulasi Kering atau slugging, yaitu memproses partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa
padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang
berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Teknik ini yang cukup
baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu
tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap
pemanasan dan kelembaban. Bismuth sendiri merupakan zat aktif yang
memiliki sifat alir yang buruk, agak higroskopis berbentuk serbuk putih,
mudah terhidrolisis karena kelembaban dan tidak stabil terhadap air selain
itu dosis dari bismuth sendiri tinggi yaitu 250 mg. Beberapa faktor diatas
merupakan pertimbangan dalam pemilihan formula dan metoda granulasi
kering.
9
5. Amylum kering digunakan 5% sebagai disintegran pada saat di dalam
tubuh, yaitu dari bentuk tablet mnjadi bentuk granul.
III. PERHITUNGAN
a. Setiap tablet mengandung : 250 mg Bismuth Subnitrat
b. Bobot tablet : 500 mg
c. Jumlah tablet : 50.000 tablet
3.1 Untuk Tiap Tablet
3.1.1 Fasa Dalam (93%)
Fase Dalam : 0,93 x 500 mg = 465 mg
Bismuth Subnitrat : 250 mg
HPMC : 0,02 x 500 mg = 10 mg
Starch : 0,1 x 500 mg = 50 mg
Avicel 101 : 465 – 250 – 10 – 50 = 155 mg
= 930 mg
10
5
Aerosil 0,5 % : x 50.000 mg = 125.000 mg ~ 125 g
2
Jumlah slug = 23.500 g
3.3 Penimbangan
Bismuth subnitrat : 12.500 g
HPMC : 500 g
Starch : 2.500 g
Avicel 101 : 7.750 g
Glyceryl Behenate : 250 g
Aerosil : 250 g
Amilum kering : 1.250,02 g
IV. PROSEDUR
Semua bahan disiapkan, zat terlebih dahulu ditentukan fase dalam
dan fase luar, fase dalam terdiri dari Bishmut Subnitrat, HPMC, Starch, an
Avicel 101. Sedangkan fase luarnya terdiri dari Aerosil, Glyceryl Behenate,
dan amilum kering. Selanjutnya ditimbang fase dalam dan setengah fase
luar, kemudian fase dalam dan setengah fase luar dicampurkan sampai
homogen. Dilakukan slugging, lalu dilakukan pengayakan dengan mesh 16,
24, 32 dan 200. Setelah granul yang tertahan pada mesh 24 mencapai 70%,
dilakukan evaluasi massa siap cetak, yang terdiri dari homogenitas,
kompresibiltas, laju alir dan sudut istirahat. Setelah itu setengah sisa fase
luar ditambahkan dan dihomogenkan. Kemudian dilakukan evaluasi massa
siap cetak kembali. Hasil campuran kemudian dicetak menjadi tablet. Tablet
pertama yang sudah jadi diukur padd uji kekerasan tablet dan bobot tablet
yang harus memenuhi persyaratan Setelah memenuhi persyaratan, maka
produksi tablet dapat dilanjutkan. Hasil tablet yang sudah diproduksi
dievaluasi dengan evaluasi tablet.
11
V. EVALUASI YANG DILAKUKAN
5.1 Evaluasi Masa Siap Cetak
a. Distribusi Ukuran Partikel
Ayakan dengan nomor mesh 16, 24, 32 dan 200 disusun dari
atas ke bawah, kemudian granul dimasukkan ke atas ayakan lalu
digoyangkan. Masing-masing granul yang tertinggal di ayakan
nomor 24 dan 32 ditimbang kembali sampai berat granul yang
tertahan pada mesh 24 mencapai 70% dan dihitung distribusi
partikel setiap ayakan.
b. Kompresibilitas
Sampel berupa massa serbuk dimasukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian diukur volumenya, dicatat sebagai volume curah. Lalu
dimampatkan dengan diketuk secara berulang hingga volume
konstan, dan dicatat sebagai volume mampat. Kemudian
ditentukan kompresibilitas dan rasio hausner.
c. Laju Alir dan Sudut Istirahat
Sampel serbukditimbang, lalu dimasukkan ke dalam corong
getar dengan kondisi lubangnya tertutup. Setelah itu, tutup corong
dibuka, lalu dihitung waktu yang dibutuhkan oleh serbuk untuk
keluar sepenuhnya daricorong getar.Selanjutnya, serbuk ditimbang.
Nilai kecepatan alir dihitung dari serbuk yang keluar dari corong
getar, tinggi timbunan serbuk diukur dan diameter dari 4 garis
potong, lalu dihitung rata-rata diameter dalamnya. Kemudian sudut
istirahat serbuk dihitung.
12
Disiapkan 10 tablet dan jangka sorong. Lalu dihitung diameter
dan tinggi tablet dengan jangka sorong. Kemudian dibandingkan
hasil yang didapatkan dengan literatur
c. Kekerasan Tablet
Tablet dimasukkan ke alat Hardness Tester, lalu dikalibrasi.
Diputar bagian bawah alat sampai tablet hancur dan dilihat nilai
kekerasan tablet.
d. Friabilitas
Sebanyak 10 tablet disiapkan dan ditimbang terlebih dahulu.
Tablet dimasukan ke alat Friabilator, waktu diatur selama 4 menit
dengan kecepatan 25 rpm. Lalu ditimbang kembali bobot tablet
yang diperoleh setelah pengujian. Kemudian dihitung persen
friabilitas.
e. Friksibilitas
Sebanyak 10 tablet disiapkan dan ditimbang terlebih dahulu.
Tablet dimasukan ke alat Friksibility tester, waktu diatur selama 4
menit dengan kecepatan 25 rpm. Lalu ditimbang kembali bobot
tablet yang diperoleh setelah pengujian. Kemudian dihitung persen
friksibilitas.
f. Waktu Hancur
Dimasukkan tablet masing-masing 1 tablet pada tabung dari
keranjang, dimasukkan 1 cakram pada tiap tabung, dan kemudian
alat dijalankan dengan suhu 37°C. Diamati waktu hancur dari setiap
tablet, lalu dicatat dari tablet yang hancur pertama sampai terakhir.
Dihitung tata-ratanya, dan kemudian dibandingkan dengan literatur
untuk dilihat memenuhi persyaratan atau tidak.
13
V. KEMASAN / LABEL
6.1 Label
Komposisi :
tiap 500 mg Bistrat tablet mengandung :
Bismuth subnitrat ………………………250mg
Aturan Pakai :
Untuk dewasa : 250 – 500 mg, Diproduksi oleh :
4-6 g sekali sehari PT. GAS
Anak: 100 – 300mg,
3-4 dua kali sehari
Indikasi : Gastroduodenitis, ulkus lambung No. Reg :DKL 1844412510A1
dan duodenum, refluks esofagitis, No. Batch :
enteritis, kolitis
a. 6
14
6.3 Kemasan Sekunder
BISTRAT
Komposisi :
tiap 500mg Bsitrat tablet mengandung :
Acetaminophen………………………….250 mg
Indikasi :
6.4 Brosur
Gastroduodenitis, ulkus lambung dan ulkus duodenum,
refluks esofagitis, enteritis, kolitis
Kontra Indikasi :
Efek Samping :
Peringatan :
15
Aturan Pakai :
10 : Tablet
1 : Kemasan pertama
DAFTAR PUSTAKA
16
Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia Edisi IV”. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Niazi. K. Sarfaraz.1949. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
formulations.
Rowe, Raymond. C, Sheskey, Paul J, and Owen Sian C. 2006.Handbook of
Pharmaceutical Excipient, Fifth Edition. Pharmaceutical Press :
London
17