Anda di halaman 1dari 17

EMULGATOR

ALEX HANDANI SINAGA// PERTEMUAN


V
Emulgator

Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang


dapat menurunkan tegangan antar muka
antara minyak dan air dan membentuk film
yang liat mengelilingi tetesan terdispersi
sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya
fase terdispersi ( Parrot, 1971 ).
Berdasarkan struktur kimianya emulgator
diklasifikasikan menjadi :
1. Emulgator sintetik atau surfaktan yang membentuk film
monomolekuler, contohnya adalah :
a) Golongan anionik misalnya : sabun trietanolamin
stearat, natrium lauril sulfat.
b) Golongan kationik misalnya : senyawa amonium
kwarterner.
c) Golongan nonionik misalnya ester asam lemak
sorbitan, ester asam lemak polioksietilen sorbitan.
2. Emulgator alam :
a) Emulgator alam yang membentuk film multi molekuler
misalnya : akasia, gelatin.
b) Emulgator alam yang membentuk film monomolekuler
misalnya : lesitin, kolesterol.

3. Emulgator yang membentuk film berupa partikel padat


misalnya: bentonit, vegum ( Gennaro,1990 ).
3
Macam-2 Emulgator

1. Emulgator alam :
a. Emulgator dari tumbuh-tumbuhan - Gom Arab,
Tragacanth, Agar, Chondrus;
b. Emulgator berasal dari hewan - Kuning telur,
adeps lanae;
c. Emulgator dari tanah mineral - Mg Al Silikat,
Bentonit.
2. Emulgator buatan - Sabun, tween 20, Span 20,
Benzalkonium klorid.

4
EMULGATOR SINTETIK :
Emulgator sintetik merupakan emulgator yang dibuat
dengan cara sintetik atau semisintetik.
Dalam skala industri pabrik, emulgator sintetik lebih
banyak digunakan karena lebih mudah untuk disintetis
dan lebih stabil dibandingkan dengan emulgator alam.
Emulgator sintetik dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a. Emulgator kationik;
b. Emulgator anionic;
c. Emulgator nonionik; dan
d. Emulgator amfoter
a. Emulgator kationik
Ciri-ciri emulgator kationik :
- Memiliki muatan positif;
- Bahan ini memiliki sifat bakterisida;
- pH sediaan 4-6.
Contoh emulgator kationic:
- Laurylpyridinium chloride,
- Lauryltrimethylammonium chloride,
- Laurylcolamine formylmethylpyridinium chloride.
b. Emulgator anionik memiliki ciri-ciri:
- memiliki muatan negatif;
- bahan-bahan ini mempunyai rasa yang
kurang menyenangkan dan mengiritasi
saluranpencernaan;
- untuk emulsi penggunaan luar/topikal.

Contoh Emulgator anionik adalah:


- soaps (Na, K , NK, and morpholiniumsalts of fatty
acids),
- Na lauryl sulfate,
- Na cetyl sulfate,
- Na mersolate,
- Na 2-ethylhexyl sulfate,
- Na xylenesulfonate,
- Na naphthalenesulfonate,
- Na sulfosuccinate
c. Emulgator Non ionik :
Ciri-cirinya :
- Tidak memiliki muatan,
- Keseimbangan lipofilik dan hidrofilik dalam
molekulnya,
- Tidak mudah dipengaruhi perubahan pH dan
penambahan elektrolit.
Contoh emulgator nonionic:
- Asam lemak sorbitan,
- Ester asam lemak,
- Polioksietilen sorbitan.
Berdasarkan kestabilannya, emulgator nonionic
dibedakan menjadi dua, yaitu:
- Lipofil : Setil alcohol, Span
- Hidrofil : Tween.
d. Emulgator Amfoter
Ciri-ciri emulgator amfoter:
- Bermuatan negatif dan positif.
Contoh emulgator amfoter, antara lain:
- Asam amino,
- Betain,
- Fosfobetain
- Lesitin

Cara memilih emulgator:


Cara yang dilakukan apabila rmulsi yang dibuat
menggunakan suatu surfaktan yangmemiliki nilai HLB.
HLB merupakan nomor yang diberikan pada tiap
surfaktan.
Berikut adalah nilai HLB bermacam–macam tipe
sistem:
Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan, maka akan
Cara Menentukan Tipe Emulsi
a. RPS 18th : 299
1) Uji pengenceran.
Metode ini tergantung pada kenyataan bahwa
suatu emulsi M/A dapat diencerkan dengan air
dan emulsi A/M dengan minyak. Saat minyak
ditambahkan, tidak akan bercampur ke dalam
emulsi dan dan akan nampak nyata
pemisahannya. Tes ini secara benar dibuktikan
bila penambahan air atau minyak diamati
secara mikroskop.
2) Uji Konduktivitas.
Emulsi dimana fase kontinyu adalah cair dapat
dianggap memiliki konduktivitas yang tinggi
dibanding emulsi dimana fase kontinyunya
adalah minyak. Berdasarkan ketika sepasang
elektrode dihubungkan dengan sebuah lampu
dan sumber listrik, dimasukkan dalam emulsi
M/A, lampu akan menyala karena
menghantarkan arus untuk kedua elektrode.
Jika lampu tidak menyala, diasumsikan bahwa
sistem A/M.
3) Uji Kelarutan Warna
Bahwa suatu pewarna larut air akan larut
dalam fase berair dari emulsi.
Sementara zat warna larut minyak akan
ditarik oleh fase minyak. Jadi ketika
pengujian mikroskopik menunjukkan
bahwa zat warna larut air telah ditarik
untuk fase kontinyu, uji ini diulangi
menggunakan sejumlah kecil pewarna
larut minyak, pewarnaan fase kontinyu
menunjukkan tipe A/M.
b. DOM : 509
Beberapa metode tersedia untuk menentukan tipe
emulsi. Beberapa metode paling umum meliputi
pengenceran tetesan, kelarutan cat, pembentukan
creaming, konduktivitas listrik, dan tes fluoresensi.
1) Tes Pengenceran Tetesan
Metode ini berdasarkan prinsip bahwa emulsi
bercampur dengan luar akibatnya, jika air
ditambahkan ke dalam emulsi M/A, air akan
terdispersi cepat dalam emulsi. Jika minyak
ditambahkan tidak akan terdispersi tanpa pengadukan
yang kuat. Begitu pula dengan emulsi A/M
2) Uji kelarutan cat
Uji ini berdasarkan prinsip bahwa dispersi cat secara seragam
melalui emulsi jika cat larut dalam fase luar. Amaran, cat larut
air secara cepat mewarnai emulsi M/A tapi tidak mewarnai emulsi
tipe A/M. Sudan III, cat larut minyak dengan cepat mewarnai
emulsi A/M, tidak tipe M/A.

3) Uji Arah Creaming


Creaming adalah fenomena antara 2 emulsi yang terpisah dari
cairan aslinya dimana salah satunya mengapung pada permukaan
lainnya. Konsentrasi fase terdispersi adalah lebih tinggi dalam
emulsi yang terpisah. Jika berat jenis relatif tinggi dari kedua
fase diketahui, maka arah creaming dari fase terdispersi
menunjukkan adanya tipe emulsi M/A. jika cream emulsi menuju
ke bawah berarti emulsi A/M. hal ini berdasarkan asumsi bahwa
mimyak kurang padat daripada air.
4) Uji Hantaran Listrik
Uji hantaran listrik berdasarkan pada prinsip
bahwa air menghantarkan arus listrik sedangkan
minyak tidak. Jika elektrode ditempatkan pada
emulsi menghantarkan artus listrik, maka emulsi
M/A. jika sistem tidak menghantarkan arus listrik,
maka emulsi adalah A/M.

5) Tes Fluoresensi
Banyak minyak jika dipaparkan pada sinar UV
berfluoresensi, jika tetesan emulsi dibentangkan
dalam lampu fluoresensi di bawah mikroskop dan
semuanya berfluoresensi, menunjukkan emulsi A/M.
Tapi jika emulsi M/A, fluoresensinya berbintik-
bintik.
Perhitungannya :
- Jumlah fase minyak = 1,0 + 2,0 + 15,0 = 18 g
- HLB Butuh = {(1x14) + (2x10) + 15x12)} : 18 = 11,9
- Emulgatornya = 10 % = 10 g
- Tween 80 yg dibutuhkan =
[(15-11,9) : {(15-11,9) + (11,9-4,3)}] x 10 = 2,9 g
- Span 80 yg dibutuhkan =
[(11,9-4,3) : {(15-11,9) + (11,9-4,3)}] x 10 = 7,1 g

Jadi Tween 80 yang dibutuhkan 2,9 gram, Span 80 =


7,1 gram.

Anda mungkin juga menyukai