Anda di halaman 1dari 9

PRAKTEK FORMULASI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL

FORMULASI SEDIAAN LARUTAN TOPIKAL RIMPANG LENGKUAS

OLEH :

KELOMPOK 4 / KELAS IV A :

1. Ni Kadek Vitriani (171017)


2. Ni Made Indra Dewi (171018)
3. Ni Putu Eka Novriyanti (171019)
4. Sri Khalifatusopiah (171021)
5. Ida I Dewa Agung Ayu Sri Purnadewi (171022)

AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR

2019
MODUL 4

FORMULASI SEDIAAN LARUTAN TOPIKAL RIMPANG LENGKUAS

I. TUJUAN

Mahasiswa memahami cara pembuatan sediaan larutan topikal dan


melakukan pemeriksaan mutu sediaan.

II. DASAR TEORI

Larutan topikal adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yang terlarut. Misal, terdispersi secara molekular dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur. Karena molekul-molekul
dalam pelarut terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan sebagai
bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan
memiliki ketelitian yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur (Depkes RI,
1995).

Larutan topikal rimpang lengkuas adalah sediaan larutan topikal yang


mengandung minyak atsiri rimpang lengkuas ( Languas galanga L.) 10%.
Larutan topikal rimpang lengkuas dapat membantu mengatasi panu dan kadas.

Lengkuas merupakan tanaman yang banyak tumbuh di dataran tinggi


maupun dataran rendah. Lengkuas termasuk dalam golongan empon-empon
yang dikenal di masyarakat jawa dan sering digunakan sebagai bumbu masakan
dan jamu tradisional. Secara tradisional, lengkuas sering digunakan sebagai obat
sakit perut, antijamur, antigatal, obat bengkak, antialergi, dan antihipoglikemik
(Kubo, Himejima, dan Muroi, 1991).

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga (L.) Sw.

Karakteristik Bahan :

1. Rimpang lengkuas ( zat aktif )


Rimpang lengkuas ( Alpinia galangal L ) merupakan anggota familia
Zingiberaceae. Rimpang lengkuas mudah diperoleh di Indonesia dan manjur
sebagai obat gosok untuk penyakit jamur kulit ( panu ) sebelum obat-obatan
modern berkembang. Rimpang lengkua juga digunakan sebagai bumbu dapur
dan manfaat rimpang lengkuas telah dipelajari oleh ilmuan sejak dulu yaitu
berkhasiat sebagai antijamur dan antibakteri.
a. Khasiat : penyakit eksem, koreng, masuk angin, antijamur ( obat panu dan
penyakit kulit lainnya).
b. Kandungan kimia : minyak atsiri, eugenol, galangol, flavonoid, glikosida
sterol.
2. PVP / Polivinil pirolidon ( FI III hal 510 )
a. Pemerian : serbuk putih atau putih kekuningan, bau lemah / tidak
berbau, higroskopik.
b. Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol (95%) P dan bau
kloroform P, larutan tergantung dari bobot molekul rata-rata, praktis tidak
larut dalam eter P.
c. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
d. Khasiat : zat tambahan, pengikat.
3. Etanol ( FI III hal 65 )
a. Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar.
b. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P eter P
c. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
ditempat sejuk, jauh dari api.
d. Khasiat : zat tambahan, pelarut.
4. Gliserin ( FI III hal 271 )
a. Pemerian : cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis
diikuti rasa hangat, higroskopik.
b. Kelarutan : dapat campur dengan air dan dengan etanol ( 95% ) P, praktis
tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan minyak lemak.
c. Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
d. Khasiat : zat tambahan, pelarut.
5. Tween 80 ( FI III hal 509 )
a. Pemerian : cairan kental seperti minyak, jernih, kuning, bau asam lemak,
khas.
b. Kelarutan : mudah larut dalam air, dalam etanol ( 95% ) P, dalam etil
asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam paraffin cair P dan dalam
minyak biji kapas P.
c. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
d. Khasiat : zat tambahan dan sebagai emulgator fase air.

Pada praktikum formulasi formulasi sediaan larutan topikal dilakukan uji


evaluasi sediaan yaitu Uji Organoleptis, Uji Homogenitas, dan Uji pH. Uji
organoleptis merupakan suatu pengukuran ilmiah dalam mengukur dan
menganalisis suatu sediaan meliputi bentuk sediaan, warna sediaan dan bau
sediaan. Uji organoleptis berfungsi untuk mengetahui sifat fisik dari sediaan
yang dibuat. Uji Homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang
dibuat homogen atau tidak, dan mengetahui adanya partikel atau tidak. Uji pH
dilakukan agar dapat mengetahui pH sediaan dan menentukan apakah sediaan
yang dibuat aman atau tidak jika digunakan.

III. PROSEDUR PRAKTIKUM

A. BAHAN DAN ALAT


a. Bahan
1) Minyak Rimpang Lengkuas
2) Tween 80
3) PVP
4) Etanol-Gliserin
b. Alat
1) Batang Pengaduk
2) Gelas Beaker 100ml
3) Cawan Porselin
4) Termometer
5) Pot Salep/Jar 100 gram
6) Gelas Objek

B. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Lakukan perhitungan dan penimbangan untuk membuat salep sebanyak 1
pcs masing-masing seberat 50 gram
Minyak rimpang lengkuas : 10% × 50 gram = 5 gram
Tween 80 : 0,01 % × 50 gram = 0,5 gram
PVP : 5 % × 50 gram = 2,5 gram
Etanol – gliserin : 84,99 % × 50 gram = 42,495 gram

C. PROSEDUR KERJA
a. Tween 80 ditambahkan ke dalam PVP, dilarutkan dengan sebagian
pelarut etanol-gliserin (50:50), diaduk sampai larut
b. Minyak lengkuas ditambahkan ke dalam sisa pelarut etanol-gliserin
(50:50), aduk homogen, ditambahkan ke larutan Tween 80-PVP dan
diaduk sampai homogen
c. Larutan topical dimasukkan ke dalam wadah.
IV. HASIL EVALUASI

PENGUJIAN HASIL GAMBAR


1. Uji Bentuk : Cair
organole Warna : Putih
ptis Bau : Bau khas minyak
lengkuas

2. Uji Sediaan tidak homogen


homoge karena mengandung
nitas partikel dan terlihat
memiliki fase minyak

3. Uji pH pH untuk sediaan larutan


topical rimpang lengkuas
memiliki pH 6
V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dibuat sediaan cair berupa larutan topical dengan
zat aktif minyak atsiri rimpang lengkuas (Alfinia Galanga L.). Berdasarkan
hasil uji yaitu uji organoleptis dimana bentuk sediaan cair, warna putih dan bau
khas lengkuas. Dari uji homogenitas larutan ini tidak homogen dikarenakan
penimbangan bahan yang berfungsi sebagai emulgator yaitu PVP dan Tween 80
kurang tepat sehingga memungkinkan terjadinya bahan dan zat aktif tidak
membentuk emulsi yang baik adapun hal lain yang menyebabkan sediaan ini
tidak homogen adalah kurang cocoknya emulgator karena Untuk menstabilkan
emulsi diperlukan emulgator yang cocok, tanpa adanya emulgator emulsi akan
segera pecah dan terpisah. Emulgator sendiri harus memenuhi kualitas tertentu
salah satunya emulsi harus dapat dicampurkan dengan bahan formulatif
lainnya. Dari uji ph didapatkan PH larutan sebesar 6 dimana PH 6 masih dalam
batas PH untuk sediaan topical. Adapun PH topical adalah 4,5-6,5. Uji
viskositas, pada uji ini tidak dilakukan disebabkan oleh keterbatasan alatdi
dalam lab.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pada sediaan
larutan topical pada pengujian homogenitas larutan ini tidak homogen
dikarenakan penimbangan bahan yang berfungsi sebagai emulgator yaitu PVP
dan Tween 80 kurang tepat sehingga memungkinkan terjadinya bahan dan zat
aktif tidak membentuk emulsi yang baik. Sehingga sediaan larutan topical yang
kelompok kami buat kurang memenuhi syarat.
DAFTAR PUSTAKA

Kubo,I.,Himejima,M. dan Muroi, H., 1991. Antimicrobial Activity of Flavor


Components of Elettaria cardamomum (Zingiberaceae) seed,J.Agric. Food. Chem.,
39,1984-2986.

Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai