Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

NAMA : HARTANTI ODE


NIM : 821318064

ASISTEN : YUDISTIRA MUHADI

JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM BAHAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

A. Judul
Partisi cair-cair dan Evaporasi
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis partisi
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari partisi
C. LatarBelakang
Fitokimia merupakan suatu ilmu yang mempelajari berbagai senyawa
organikyang ada pada tumbuhan baik tentang struktur kimia, perubahan dan
metabolisme, biosintesis, fungsi biologis dari senyawa organik dan penyebaran
secara alami. Pada tumbuhan terjadi proses metabolism dan menghasilkan
metabolit yang terdiri dari metabolit sekunder dan metabolit primer. Metabolir
primer merupakan senyawa yang harus terkandung didalam suatu tumbuhan
yang meliputi karbohidrat, lemak, dan protein. Sedangkan, metabolit sekunder
yaitu senyawa yang relative terdapat pada suatu tanaman contohnya yaitu
flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, dan lain-lain. Untuk mendapatkan senyawa
metabolit sekunder tersebut dapat dilakukan dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat aktif dari bagian tanaman obat. Adapun
tujuan ekstraksi ini didassrkan pada perpindahan masa komponen zat padat
kedalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka,
kemudian berdifusi masuk kedalam pelarut. Proses pengekstrakan komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik menembus didnding sel dan
masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut
dalam pelarut organik diluar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel
dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan anatara
konsentrasi cairan zat aktif dalam dan diluar sel. Untuk mendapatkan ekstrak
kental dan pekat dilakukan dengan cara evaporasi dan partisi.
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang
mengandung zat yang sulit menguap dan pelarut yang mudah menguap dengan
cara menguapkan sebagaian pelarutnya sehingga menghasilkan larutan yang
lebih pekat.
Partisi cair-cair adalah suatu metode ekstraksiyang emnggunakan corong
pisah. Partisi cair-cair merupakan oemisahan komponen kimia diantara dua
fase pelarut yang tidak dapat saling bercmpur dimana sebagian komponen larut
pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua (Sudjadi, 1986).
Berdasarkan uraian latar belakang diatas menjadi dasar dilakukannya
praktikum ini untuk mendapatkan ekstrak kental dengan metode evaporasi dan
partisi.
D. Dasar Teori
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan padat maupun cair dengan
bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat-cair atau
leaching adalah transfer difusi komponen terlarut padatan inert ke dalam
pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen
terlarut kemudian dikembalikkan lagi ke bentuk semuala tanpa mengalami
perubahan kimia. Ekstrak dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang
diinginkan dapat larut dalam pelarut pengekstraksi (Irawan, 2010).
1. Evaporasi
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut. Di dalam pengolahan hasil pertanian proses
evaporasi bertujuan untuk, meningkatkan larutan sebelum proses lebih lanjut,
memperkecil volume larutan, menurunkan aktivitas air aw (Praptiningsih
1999).
Prinsip evaporasi yaitu penguapan atau perubahan wujud zat dari cair
menjadi uap untuk memisahkan pelarut (solvent) dari larutan sehingga
menghasilkan larutan yang lebih pekat. Prinsip kerja lainnya adalah pemekatan
larutan dengan evaporasi didasrkan pada perbedaan titik didih yang sangat
besar antara zat-zat yang terlarut dengan pelarutnya.
Rotary evaporator adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan suatu
larutan dari pelarutnya, sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia
tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan biasanya
ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan bantuan
penangas dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan kemudian didinginkan oleh
suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask)
(Senjaya dan Wahyu, 2008).
Vacuum Rotary Evaporator berfungsi untuk memisahkan suatu larutan
dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan kimia tertentu
sesuai dengan yang diinginkan. Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi
sangat cepat, terutama bila dibantu oleh vakum. Terjadinya bumping dan
pembentukan busa juga dapat dihindari. Kelebihan lain dari alat ini adalah
diperolehnya kembali pelarut yang diuapkan (Senjaya dan Wahyu, 2008).
Prinsip kerja Rotary Evaporator adalah memisahkan suatu senyawa dari
sumbernya dengan pemanasan secara hampa udara atau vakum yang
didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap
dari pelarut terkumpul di atas. Setelah pelarutnya diuapkan akan dihasilkan
ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid) (Senjaya dan
Wahyu, 2008).
Pada umumnya ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi awal ini (ekstraksi
dari bahan tumbuhan) disebut sebagai ekstrak kasar (crude extract). Rotary
Evaporator mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih normalnya
sehingga zat yang terkandung di dalam sampel tidak rusak oleh suhu tinggi
(Damayanti dan Fitriana, 2012).
Menurut Khopkar (1990), kegunaan dari Rotary Evaporator adalah sangat
efektif untuk memisahkan sebagian besar pelarut organik selama proses
ekstraksi untuk tujuan analisis kuantitatif. Pelarut yang masih tertinggal
biasanya dipisahkan secara vakum dengan kondisi vakum yang lebih tinggi.
Rotary Evaporator tidak disarankan menggunakan pelarut air dalam proses
ekstraksi karena air memiliki titik didih yang tinggi. Alat ini selain digunakan
untuk memisahkan pelarut dari campuran reaksinya juga dapat digunakan
untuk pemurnian serta pemekatan kadar.
Proses evaporasi bertujuan untuk: (Wirakartakusumah, 1989)
1. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum diproses lebih
lanjut. Sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan
nira tebu sebelum proses kristalisasi, spray drying, drum drying dan lainnya
2. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya
pengepakan, penyimpanan dan transportasi
3. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid
terlarut sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan susu kental
manis
Evaporasi memiliki ketentuan, yaitu : (Admin, 2015)
1. Pemekatan larutan didasarkan pada perbedaan titik didih antara zat-zatnya
2. Titik didih cairan dipengaruhi oeh tekanan
3. Dijalankan pada suhu yang lebih rendah dari titik didih normal
4. Titik didih cairan yang mengandung zat yang tidak menguap akan
tergantung tekanan dan zat tersebut.
5. Beda titik didih larutan dengan titik didih cairan murni disebut kenaikan
titik didih (boiling range).
2. Partisi cair-cair
Partisi cair-cair adalah suatu metode ekstraksi yang menggunakan corong
pisah. Partisi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua
fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana sebagian komponen
larut ada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua (Sudjadi,
1986).
Serimg kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut
kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan
demikian ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar akan
terdapat dalam fase air, sedangkan, senyawa organik non polar sebagian besar
akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang dikatakan “like dissolve like”,
yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan
sebaliknya (Dirjen POM, 1979).
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut
juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baikdan popular.
Alasan utamanya adalah bahwa peemisahan ini dapat dilakukan baik dalam
tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus
atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur, seperti benzene,karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam keadaan dua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
preparatif, pemurnian,pemisahan serta analisis pada semua skala kerja.
(Khopkar, 2008)
Jenis-jenis partisi : (Yazid , 2005)
1. Partisi cair-cairEkstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan
komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur
dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi
larut pada fase kedua.Kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan
fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut
sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang
tetap.
2. Partisi Padat-cairPartisi padat cair adalah proses pemisahan untuk
memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi
komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut
yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang
tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini
dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan
atau tanpa pemanasan.
3. Uraian Tanaman
a. Semak Cemara (Leea guineensis).
1) Klasifikasi (Gerrath, JM, 1990)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Vitales
Famili : Vitaceae
Genus : Leea Semak Cemara
(Leea guineensis)
Spesies: Leea guineensis
2) Morfologi
Leea guineensis adalah semak yang tumbuh cepat, selalu
hijau, dan komponen luas dari pertumbuhan kembali tanaman
sekunder di Filipina, Taiwan dan Mikronesia . Ini juga ditemukan
di hutan primer. Leea guineensis memiliki daun besar, menyirip
dengan selembar elips dan pengaruh terminal yang tampaknya
berkembang sepanjang tahun. Pengaruh terbesar dalam penelitian
ini memiliki diameter hingga 40 cm, sedangkan mayoritas
pengaruh yang diamati mencapai diameter sekitar 25 cm.
Pengaruhnya adalah trikotomus, simbiosis yang menentang daun
dan terdiri dari beberapa ratus bunga. Jumlah bunga tertinggi yang
dihitung pada tanaman adalah 1800 bunga tunggal. Bunga-
bunganya adalah aktinomorfik dan biseksual. Kelopak ini
berbentuk campanulate dan berukuran sekitar 2,25 × 2 mm. Bentuk
lima sepal berbentuk segitiga dan merah hingga oranye kemerahan.
Lima kelopak kelopak gading-putih ke jeruk-putih di bagian dalam
dan merah ke oranye kemerahan di luar (Ridsdale 1976; Rojo
1999).
3) Kandungan Senyawa
Daunnya mengandung flavonoid, steroida, saponin, dan
polifenol; buahnya mengandung flavonoid; kulit batangnya
mengandung alkaloid, flavonoid, dan steroid; akarnya mengandung
flavonoid, steroid, saponin dan tanin; sedangkan bijinya
mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol (Falodun A, 2007).
4) Khasiat
Ekstrak Leea guineensis digunakan untuk mengobati nyeri
otot, radang sendi, rematik, vertigo, edema, abses dan furunkel, dan
digunakan pada luka untuk meningkatkan penyembuhan. Pekerjaan
yang dipublikasikan mendukung efek positif dari obat herbal ini
secara ilmiah (Falodun et al. 2007).
b. Oleander (Nerrium indicum Mill.)
1) Klasifikasi (Backer and Van den Brink, 1963)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Dicotyledonae
Famili : Apocynales
Genus : Nerium Oleander
(Nerrium Indicum)
Spesies: Nerrium indicum Mill.
2) Morfologi
Tumbuhan ini berasal dari India, tumbuh pada ketinggian 1-
700 m di atas permukaan laut, tahan terhadap cuaca panas dan
kekeringan. Tumbuhan ini berbentuk perdu tegak, tinggi 2-5 m.
daunnya berbentuk lanset, tebal, bertangkai sekitar 1 cm yang agak
membengkok dengan ibu tulang yang menonjol. Panjang daun 7-20
cm, lebar 1-3 cm. warna daun bagiian atas hijau tua dan bagian
bawah hijau muda. Ujung dari pangkal daun runcing dan tepinya
rata. Bunga berbentuk malai diujung ranting dengan mahkota
berbentuk corong, tabung pada pangkalnya sempit, berwarna merah
muda dan putih. Buah bebrbentuk panjang dengan ukuran 15-25
cm (Hembing, 1993)
(Ridsdale 1976; Rojo 1999).
3) Kandungan Senyawa
Tanaman oleander mengandung neriodorin, karabin, kanerin
dan asam 12,13-dihidrausolat, asam oleanderolat, kanerin, dan
neurominin (Bergum et al, 1997)
4) Khasiat
Ekstrak Nerrium indicum berkhasiat sebagai antikanker,
diuretic, mengobati nerpes, antibakteri, antijamur, ekspektoran,
intektisida, bengkak, penguat jantung (Hembing, 1993).
E. Uraian Bahan
1. Metanol (FI III : 706)
Nama Resmi : METANOL
Nama Lain : metanol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat molekul : 32,04 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Kegunaan : Sebagai pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
2. Alkohol (Rowe et al, 2009) (Pratiwi, 2008)
Namaresmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol, Alkohol, Ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul :  46,07 g/mol
Rumus strukrur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.


Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan
Pelarut organik.
Kegunaan : Desinfektan dan antiseptik
Khasiat : Sebagai desinfektan (mencegah pertumbuhan dan
pencemaran jasa drenik) pada benda mati.
Digunakan juga sebagai antiseptic untuk
menghambat mikroorganisme pada jaringan hidup
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
3. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, dan tidak


berwarna
Kegunaan : zat pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
4. n-heksana (Ditjen POM edisi III 1979 : 283)
Nama resmi : HEXAMINUM
Nama lain : Heksamina
RM/BM : C6H12N4 / 140,19
rumus struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk


hablur putih, tidak berbau, rasa membakar an
manis kemudian agak pahit.
Kelarutan : larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol
(95 %)
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : pelarut

F. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Nama Alat Gambar Fungsi

Alat pemanas Untuk memanaskan wadah pada


(kompor) saat proses evaporasi

Botol vial Untuk meletakkan hasil ekstrak


kental setelah proses evaporasi

Batang pengaduk Untuk mengaduk pada saat proses


evaporasi
Corong Untuk memindahkan ekstrak cair ke
dalam gelas ukur

Untuk memisahkan dua cairan yang


Corong pisah tidak saling bercampur pada proses
partisi cair-cair

Gelas ukur Untuk mengukur volume ekstrak


cair dan pelarut yang digunakan

Gelas kaca Untuk menampung ekstrak yang


berasal dari corong pisah

Neraca ohauss Untuk menimbang ekstrak kental


setelah proses evaporasi

Spatula Untuk meletakan hasil ekstrak ke


dalam botol vial

Statif dan klem Untuk meletakan corong pisah

Wadah pemanas Untuk memanaskan sampel pada


(dandang) saat evaporasi

Wadah steinless Untuk meletakan sampel yang


dipanaskan pada wadah pemanas
(dandang)
2. Bahan
Nama Bahan Gambar Fungsi

Aquadest Digunakan sebagai pelarut pada


proses pemanasan

Alkohol 70%
Digunakan untuk membersihkan
alat

Aluminium foil Digunakan untuk menutupi bagian


atas pada wadah ekstrak kental

N- heksan Digunakan sebagai pelarut yang


bersfat non polar

Ekstrak Perkolasi Digunakan pada sampel untuk


proses evaporasi

Ekstrak Maserasi Digunakan sebagai sampel pada


proses evaporasi

Tisu Digunakan untuk membersihkan


alat
G. Skema Kerja
1. Evaporasi

Disiapkan alat dan Dirangkai alat


bahan pemanas Diukur ekstrak
maserasi

Dilakukan proses Dimasukan kedalam Dimasukan ke dalam


evaporasi sampai wadah pemanasan wadah steinles
sampel mengental

Dimasukan ekstrak Hasil


2. kental
Partisikedalam
cair-cairbotol Ditimbang ekstrak
vial kental pada neraca
ohaus

Disiapkan alat dan Dirangkai alat partisi


bahan cair-cair Dimasukan ekstrak
perkolasi ke dalam
corong pisah
Dikocok corong
Didiamkan corong pisah
pisah sampai Ditambahkan pelarut
membentuk dua ke dalam corong
lapisan pisah

Hasil ekstrak polar


Dilakukan pemisahan Diukur ml banyak
antara polar dan non dari masing-masing
polar bagian

Hasil ekstrak non


polar
3. Evaporasi II

Dirangkai alat
Disiapkan alat dan pemanas Dimasukan wadah
bahan polar dan non polar
kedalam alat
pemanas (dandang)

Ditimbang masing-
masing ekstrak polar Dimasukan ekstrak Dilakukan prpses
dan non polar kental ke dalam evaporasi sampai
masing-masing vial ekstrak mengental
polar dan non poplar

Hasil ekstrak kental Hasil ektrak kental


polar non polar
F. Hasil Dan Pembahasan
1. Hasil

Nama Metode Gambar Keterangan

Warna hijau muda


Evaporasi menjadi hujau pekat,
dan kental.

Warna hijau pucat


Partisi cair-cair menjadi bening
(polar) kehijauan dan sedikit
kental.

Warna hijau muda


Partisi cair-cair menjadi hijau botol dan
(non polar) cair.

2. Pembahasan
Evaporasi adalah proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan
atau menguapkan pelarut. Evaporasi bertujuan untuk memekatkan larutan yang
mengandung zat yang sulit menguap dan pelarut yang mudah menguap dengan
cara menguapkan sebagaian pelarutnya sehingga menghasilkan larutan yang
lebih pekat.
Partisi cair-cair adalah suatu metode ekstraksiyang emnggunakan corong
pisah. Partisi cair-cair merupakan oemisahan komponen kimia diantara dua
fase pelarut yang tidak dapat saling bercmpur dimana sebagian komponen larut
pada fase pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua (Sudjadi, 1986).
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan evaporasi dan partisi
untuk mendapatkan ekstrak kental dari sampel yang telah di maserasi dan
perkolasi. Sebelum melakukan praktiku in, pertama disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan terlebih dahulu. Setelah itu dibersihkan alat yang akan
digunakan menggunakan alkohol 70%. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70%
memiliki khasiat sebagai surfaktan dan antiseptic yang dapat membunuh
bakteri dan organisme
Hal pertama yang dilakukan yaitu ekstrak cair maserasi diukur kemudian
dimasukkan kedalam wadah stainless, menurut Sitompul, T, (1993)
penggunaan wadah stainless ditujukan agar tidak terjadi perubahan warna pada
bahan yang dipanaskan baik akibat reaksi bahan dengan stainless maupun aibat
korosi dan agar pemanasan/penguapan pelarut lebih cepat.
Kemudian wadah stainless dimasukkan kedalam panci yang berisi air,
kemudian dipanaskan sampai menghasilkan ekstrak kental atau hingga pekat.
Menurut Khunaifi, (2010) tujuan pemekatan adalah memekatkan ekstrak dan
memisahkan antara pelarut dan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
dalam tanaman.
Proses pemanasan atau pemekatan berlangsung pada suhu 50 oC. menurut
Khunaifi, (2010) proses pemekatan menggunakkan suhu 50oC, sehingga
komponen senyawa metabolit sekunder tidak mengalami kerusakan.
Kemudian ditimbang botol vial kosong, kemudian ektrak kental yang
dihasilkan dimasukkan kedalam botol vial dan ditentukan massa ekstrak kental
yang terbentuk. Menurut Voight (1994) tujuan dilakukan penimbangan vial
kosong terlebih dahulu agar memperoleh berat massa ektrak yang
sesungguhnya, penentuan massa yaitu dihitung berat vial kosong dikurangi
dengan berat vial yang berisi ekstrak.
Kemudian diberi label pada masing-masing botol vial yang berisi hasil
ektrak kental. Tujuan diberi label agar sampel tidak tertukar atau tercampur
satu sama lain.
Hasil yang didapatkan yaitu berat massa ektrak kental dari maserasi yaitu
3 gram, dan pada ektrak kental polar yaitu dengan berat 0,1 gram.
Adapun kemungkinan kesalahan pada saat melakukan evaporasi yaitu
pada saat mengukur ektrak cair, menimbang ektrak kental dan pada saat
melakukan pemanasan tidak hati-hati.
a. Partisi cair-cair
Pada praktikum ini kami melakukan percobaan partisi. Dimana partisi
adalah metode corong pisah dimana suatu cairan ditambahkan kedalam ekstrak
yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan
yang pertama, dan akan membentuk dua lapisan( Tobo, 2001)
Metode yang dipakai dalam praktikum adalah partisi cair-cair polar dan
partisi cair cair non polar. Adapun sampel yang digunakan adalah ekstrak
perkolasi bunga oleander (Nerriun Indicum). Selanjutnya ekstrak diukur
sebanyak 390 ml kemudian sampel dimasukkan kedalam corong pisah .setelah
itu diukur pelarut dengan menggunakan perbandingan 1:1. Dalam percobaan
ini pelarut yang digunakan adalah n-heksan karena n- heksan merupakan jenis
pelarut non polar yang berfungsi untuk mengekstraksi lemak atau untuk
melarutkan lemak(mustikasari, 2007).
Kemudian pelarut n- heksane dimasukkan kedalam corong pisah yang
sudah berisi larutan sampel. Kemudian corong pisah dikocok dan sesekali
penutup corong di buka agar mengeluarkan gas. Menurut Mulyono (2006),
tujuan dari pengocokkan yang dilakukan adalah untuk memperbesar luas
permukaan dalam mencapai kesetimbangan antara zat yang terdistribusi dan
agar gugus polar dan non polar dapat bereaksi. Adapun alasan kenapa corong
pisah harus di buka sesekali setelah pengocokkan menurut svehla (1985)
larutan sering kali mengeluarkan gas pada saat pengocokkan. Pengeluaran gas
dilakukan pada saat gas memberikan tekanan yang kuat pada tutup corong
pisah. Jika tidak dikeluarkan maka akan terjadi ledakan dalam corong pisah.
Setelah tercapai kesetimbangan pada corong pisah , campuran atau larutan
kemudian didiamkan dan terbentuk dua lapisan, lapisan atas dan lapisan
bawah. Fungsi dari larutan didiamkan menurut mulyono (2006) larutan
didiamkan agar lapisan berpisah secara sempurna. Pemisahan ini terjadi ketika
sejumlah zat terlarut mempunyai kelarutan relative yang berbeda didalam dua
pelarut yang digunakan.koefisien distribusi menentukan perbandingan
konsentrasi dan zat terlarut di dalam masing- masing pelarut. Senyawa-
senyawa yang dipisahkan tetap kontak di dalam kedua pelarut dan terlarut di
dalam masing- masing pelarut sesuai dengan perbandingan yang ditentukan
oleh koefisien distrubusi. Pemisahan larutan dapat terjadi karena campuran
telah mencapai kesetimbangan dimana bobot molekul lebih berat akan berada
pada bagian bawah dan yang memiliki bobot molekul yang ringan akan berada
pada bagian atas ( sudjadi, 1988).
Selanjutnya setelah terjadi pemisahan pelarut tersebut dikeluarkan dari
corong pisah dengan mendahulukan pelarut yang berada di bagian bawah dan
dimasukkan kedalam gelas kaca yang berbeda ( polar dan non polar). Setelah
itu larutan polar dan  polar diuapkan. Tujuan penguapan adalah menghilangkan
cairan penyari yang digunakan agar di dapatkan ekstrak yang kental (Watson,
2005). Hasil yang didapatkan kemudian di masukkan kedalam vial. Hasil
ekstrak kental yang didapatkan pada ekstrak polar berubah menjadi warna
coklat.
Adapun kemungkinan kesalahan yang kami lakukan yaitu tidak hati-hati
pada saat menuangkan pelarut pada corong pisah, tidak teliti pada saat proses
evaporasi. Dan tidak menguasai cara kerja pada saat praktikum.
G. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
a. Partisi adalah metode corong pisah dimana jika suatu cairan ditambahkan
kedalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat
bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan.
b. Terdapat dua jenis partisi yaitu, ekstraksi padat-cair (partisi padat-cair)
adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dan
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai.
Sedangkan Ekstraksi cair-cair (partisi cair-cair) adalah proses pemisahan zat
terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau
dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik
dan pelarut air.
c. Prinsip kerja dari partisi dilakukan dengan cara pemisahan komponen
kimia diantara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu
kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai
terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan.Yakni fase cair dan
komponen kimi yang terpisah.
2. Saran
1. Saran untuk Praktikan
Praktikan harus mengerjakan dengan teliti dan hati-hati agar mendapat hasil yang
valid. Praktikan juga harus tenang dan tidak ribut saat melakukan praktikum.
2. Saran untuk Laboratorium
Sebaiknya laboratorium dijaga kebersihan dan kenyamannya agar praktikum
berjalan dengan lancar.
3. Saran untuk Asisten
Diharapkan kepada asisten agar lebih mengawasi dan membimbing praktikum
terutama yang belum paham.
DAFTAR PUSTAKA

Anderwulan, N dan R. F. Faradhila. (2012). Senyawa Fenolik pada beberapa sayuran


Indigenous dari Indonesia. Sout East Asian Food and Agricultural Science
and Tecnology (Seafast) Center. Bogor

Artans, M., 1995, Isolasi Senyawa Flavonoid Berkhasiat Sitotoksik Dari Daun Kemuning
(Murraya panicullata L. Jack), Jurnal Gradien, Vol. 3, 262266

Bambang A.dk. 2011. Skrining Fitokimia dan Uji Penghambatan Aktivitas αGlukosidae
pada Ekstrak Etanol dari Beberapa Tanaman yang Digunakan Sebagai Obat
Antidiabetes. FMIPA. UI.

Chinsembu & Hedimbi, 2005.Screening of Antioxidant Activity and Antioxidant


Compounds of Some Edibles Plants of Thailand. Food Chem., 92:
491-497.
Dalimarta, D. 2006. Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa
Bahan Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya
ManusiaDalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati FMIPA.
Universitas Andalas. Padang
Harbone, J.B. 2007. Metode Fitokimia. Terjemahan dari Phytochemical Methods oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB. Bandung.

Holttum .1986. Cara Kromatografi Preparatif Penggunaan pada Senyawa Bahan


Alam.Alih bahasa Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Hlm 27-34.
Khopkar. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Khunaifi, S. 2006. Antioksidan Alami, Penangkal Radikal Bebas: Sumber,
manfaat, cara penyediaan dan pengolahan. Trubus Agrisana.
Surabaya
Mustikasari Malangngi,. 2001. Penentuan Kandungan Tanin dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.).
jurnal MIPA UNSRAT ONLINE 1 (1) 5-10
Mulyono D. 2006. Kajian terhadap serat makanan dan antioksidan dalam berbagai
jenis sayuran untuk pencegahan penyakit degeneratif [Laporan
penelitian]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor
Maharani, Endang Triwahyuni, dkk. 2005. Analisis Kalium Dan Prosentase Daya
Larut Calsium Oksalat dalam Air Teh Daun Sukun ( Artocarpus
Altilis ).Fakultas Farmasi STIKES Ngudi Waluyo Semarang. LPPM
UNIMUS
Praptaningsih Dan Yulia, (2009). Pengembangan Koleksi. Jakarta: Universitas
Terbuka
Rahayu, S. 2009. Pengaruh Perbandingan Berat Bahan dan Waktu
EkstraksiTerhadap Minyak Biji Pepaya Terambil.Journal Industri
dan Informasi.Vol 4. No 5. 147-151.
Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi.28 Oktober 2010.
Rukman. 2003. Tumbuhan sebagai sumber bahan obat. Pusat Penelitian
Universitas Andalas. Padang.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Kanisius: Yokyakarta
Sudarmadji, S. 1989. Analisa Bahan Makanan dari Pertanian.Liberti.Yogyakarta.
Sitompul, M. 1993. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Penerbit ITB. Bandung.
Svehla, G, Vogel. 1985. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro.
Jakarta:PT. Kalman media pustaka

Tobo, F. 2001. Buku Pegangan Laboratorium Fitokimia I. UNHAS: Makassar.


Underwood,A.L and R.A Day,Jr. 1986. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga

Voigt, R., 1999, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh


Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.
Winarno, FG. (1997). Kimia Pangan dan Gizi.PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Walter, R. A., Jones, J. L., Chappel, S., Walsh, T., & Shaw, J. A., 1997,
Molecular Pathology of Breast Cancer and Its Aplication To Clinical
Management, Cancer and metastatis. Rev. 16, 5-27
Watson, H. 2005. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius..
Yazid, Estien Yazid.2005Kimia Fisika untuk Paramedis. Yogyakarta: ANDI.

Anda mungkin juga menyukai