Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

NUR KHOFIFAH ZAHRAH


NIM. 821318053

ASISTEN : HANRIAN RISMAN, Amd. Farm

JURUSAN FARMASI
LABORATORIUM BAHAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

A. Judul
PARTISI
B. Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan partisi
2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis partisi
3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dari partisi
C. Latar Belakang
Fitokimia adalah ilmu yang dalam arti luas segala jenis zat kimia atau nutrient yang
diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam penggunaan
umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya digunakan untuk
merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan untuk melihat
fungsi normal tubuh, tetapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau
memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit pada satu tanaman dilakukan pengujian
kandungan yaitu flavonoid, alkaloid, saponin untuk mendapatkan senyawa metabolit
sekunder pada tanamn yang dilakukan dengan cara ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan senyawa dari jaringan tumbuh-tumbuhan
maupun hewan dengan pelarut yang sesuai. Sebelum ekstraksi biasanya dilakukan terlebih
dahulu derajat kehalusan sampel tertentu. Adapun tujuan dari ekstraksi ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi
lapisan antarmuka, kemudian berdifusi kedalam pelarut. Proses pengekstrakan komponen
kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dalam pelarut organik
diluar sel. Maka larutan dapat berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai
terjadi keseimbangan kosentrasi cairan zat aktif didalam dan diluar sel. Pada ekstraksi juga
terdapat partisi.
Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari
campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Partisi terdiri dari
dua jenis yaitu evaporasi. Evaporasi adalah proses perubahan molekul didalam keadaan cair
(contohnya air) dengan spontan menjadi gas (contohnya uap air). Prinsip dari evaporasi yaitu
penguapan yang terjadi perubahan wujud zat dari cair menjadi uap. Penguapan bertujuan
untuk memisahkan pelarut dari larutan sehingga menghasilkan larutan yang lebih pekat.
Berdasarkan uraian diatas tujuan praktikum kali ini adalah untuk dapat mengetahui
apa yang dimaksud dengan partisi, untuk mengetahui jenis-jenis partisi dan untuk
mengetahui prinsip kerja dari partisi. Pada praktikum ini menggunakan sampel akar paku
(Ptyrogramma calmenalos) untuk metode partisi dan daun pecut kuda (Stachytarpheta
jamaicensis) untuk metode evaporasi.
D. Dasar Teori
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan/senyawa kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut cair.
Pemisahan senyawa aktif dalam ekstrak dapat dilakukan dengan partisi. Prinsip partisi yaitu
menggunakan pelarut yang kepolarannya sesuai dengan kepolaran senyawa, seperti
melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar ataupun senyawa non polar dalam pelarut non
polar. Proses partisi bergantung pada perbedaan kemampuan larut solut dalam dua macam
pelarut (solven) yang tidak saling campur dan berbeda polaritasnya berdasarkan prinsip like-
dissolves-like (Snyder dan Kirkland, 1997).
Ekstrak ialah berupa sediaan kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara menyari
simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai, diluar pengaruh cahayamatahari
langsung. Ekstraksi merupakan metode pemisahan bagian aktif sebagai obat dari
jaringantumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan pelarut yang sesuai berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan (Tiwari, et al., 2011)
Senyawa aktif yang terdapat dalam simplisia biasanya digolongkan ke dalam golongan
minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat.
Simplisia yang lunak seperti rimpang dan daun mudah diekstraksi oleh pelarut, karena itu
penyerbukan simplisia tidak perlu sampai halus sebelum diekstraksi. Penyerbukan sampai
halus diperlukan pada simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar karena zat
aktifnya susah diserap oleh pelarut. Selain memperhatikan sifat fisik dan senyawa aktif dari
simplisia, harus juga diperhatikan senyawa-senyawa lain yang terdapat dalam simplisia
seperti protein, karbohidrat, lemak, dan gula, karena senyawa-senyawa ini akan
mempengaruhi tingkat kejenuhan pelarut sehingga akan berpengaruh pula pada proses
pelarutan senyawa aktif (Sudjadi, 1986).
1. Evaporasi
Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan zat pelarut. Evaporasi juga diartikan sebagai perpindahan kalor kedalam zat
mendidih, sehingga didapatkan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi dari
sebelumnya (Dirjen POM, 1986).
Proses evaporasi selain berfungsi menurunkan aktivitas air, evaporasi juga dapat
meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan dan evaporasi akan memperkecil volume
larutan sehingga akan menghemat biaya pengepakan, penyimpanan, dan transportasi.
Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak yang lebih pekat. Dan tujuan
dilakukan penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan, agar tidak
mengganggu pada proses partisi (Sudjadi, 1986).
2. Partisi
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua
fase pelarut yang tidak dapat saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase
pertama dan sebagiannya lagi larut pada fase kedua. Kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase zat cair. Komponen kimia akan terpisah ke dalam dua fasa tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (Sudjadi, 1986).
3. Metode Penguapan
Menurut Sudjadi (1986), metode penguapan terdiri dari :
a. Penguapan sederhana dimana menggunakan pemanasan.
b. Penguapan pada tekanan yang diturunkan.
c. Penguapan dengan aliran gas
d. Penguapan beku kering
e. Penguapan dengan vakum desikator
f. Penguapan dengan oven.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan
Menurut Sudjadi (1986), faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan yaitu :
a. Suhu, berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggi suhu makin cepat
penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan penguapan, suhu juga berperanan
terhadap kerusakan bahan yang diuapkan. Banyak glikosida dan alkaloida terurai pada
suhu di bawah 100oC.
b. Hormon, enzim dan antibiotik pekaterhadap pemanasan. Karena itu, pengaturan suhu
sangat penting agar penguapan dapat berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya
peruraian dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk zat-zat yang peka terhadap panas
dilakukan penguapan secara khusus misalnya dengan pengurangan tekanan dan lain-
lain.
c. Waktu Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat kurang
menimbulkan kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan pada suhu rendah tetapi
memerlukan waktu lama.
d. Kelembaban. Beberapa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah apabila
kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan suhu. Beberapa reaksi peruraian
seperti hidrolisa memerlukan air sebagai medium untuk berlangsungnya reaksi
tersebut.
e. Cara Penguapan. Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara penguapan yang
tepat. Panci penguapan dan alat penyuling akan menghasilkan produk bentuk cair atau
padat. Penguapan lapis tipis menghasilkan produk bentuk cair. Umumnya cara
pemekatan tidak dilakukan dengan lebih dari satu cara.
5. Pembagian Ekstrak
Pembagian ekstrak menurut Ditjen POM (1979), yaitu :
a. Ekstrak cair
Ekstrak yang diperoleh dari hasil penyarian bahan alam masih mengandung
larutan penyari.
b. Ekstrak kental
Ekstrak yang telah mengalami proses penguapan, dan tidak mengandung cairan
penyari lagi, tetapi konsistensinya tetap cair pada suhu kamar.
c. Ekstrak kering
Ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dam tidak mengandung pelarut
lagi dan mempunyai konsistensi padat (berwujud kering)
Secara umum, tujuan ekstraksi adalah (Rachman, 2009):
a. Senyawa kimia sesuai dengan kebutuhan
b. Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia tertentu, misalnya
alkaloid, flavanoid atau saponin
c. Organisme yang digunakan dalam pengobatan tradisional, dan biasanya dibuat dengan
cara dididihkan dalam air
d. Sifat senyawa yang akan diisolasi dalam menguji organisme untuk mengetahui adanya
senyawa dengan aktivitas biologi khusus.
6. Prinsip dan Tujuan Rotary Evaporator
Rotary evaporator adalah alat yang digunakan untuk melakukan ekstraksi, penguapan
pelarut yang efisien dan lembut. Komponen utamanya adalah pipa vakum, pengontrol, labu
evaporasi, kondensator dan labu penampung hasil kodensasi (Handayani, 2008).
Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu, cairan penyari dapat menguap 5-
10º C dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan.
Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung
dalam labu penampung. Prinsip ini membuat pelarut dapat dipisahkan dari zat terlarut di
dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi (Sudjadi, 1986).
Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak yang lebih pekat dan
tujuan dilakukan penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang digunakan,
agar tidak mengganggu pada proses partisi.Penguapan dapat terjadi karena adanya
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat dibantu dengan penurunan
tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyaring akan naik ke kondensor dan
mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung
dalam labu alas bulat penampung (Sudjadi, 1986).
Proses penguapan ini dilakukan hingga diperoleh ekstrak kental yang ditandai dengan
terbentuknya gelembung-gelembung udara yang pecah-pecah pada permukaan ekstrak atau
jika sudah tidak ada lagi pelarut yang menetes pada labu alas bulat penampung. Setelah
proses penguapan selesai, Rotary Evaporator dihentikan dengan cara terlebih dahulu
dilakukan pemutaran tombol rotor kearah nol (menghentikan putaran rotor) dan temperatur
pada waterbath di-nol-kan. Pompa vakum dihentikan, kemudian labu alas bulat dikeluarkan
setelah sebelumnya kran pengatur tekanan pada ujung kondensor dibuka (Sudjadi, 1986).
Di dalam pengolahan hasil pertanian proses evaporasi bertujuan untuk
(Wirakartakusuma, 1989) :
a. Meningkatkan konsentrasi atau viskositas larutan sebelum di proses lebih lanjut
sebagai contoh pada pengolahan gula diperlukan proses pengentalan sebelum proses
kristalisasi, spray drying, drum drying, dan lainnya.
b. Memperkecil volume larutan sehingga dapat menghemat biaya pengepakan,
penyimpanan dan transportasi
c. Menurunkan aktivitas air dengan cara meningkatkan konsentrasi solid terlarut
sehingga bahan menjadi awet misalnya pada pembuatan suatu kental manis .
Sedangkan menurut Buckle (1987), dalam prakteknya ada beberapa faktor yang harus
di perhatikan selama proses penguapan seperti :
a. Sirkulasi udara sehingga proses penghantaran panas tinggi.
b. Terjadinya kenaikan viskositas
c. Terbentuknya deposit pada evaporator
d. Kehilangan aroma
Penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari
labu alas bulat dibantu dengan penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap
larutan penyaring akan naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-
molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung (Ahyari,
2009).
Ekstraksi menggunakan rotary evaporator dapat digunakan pada bahan makanan
seperti pandan. Pandan merupakan tumbuhan monokotil yang memiliki beraroma wangi.
Pandan mempunyai akar tunjang besar, daunnya roset rapat. Daunnya dapat berkhasiat
sebagai penambah nafsu makan karena kandungan alkaloida, saponin, dan flavonoida. Selain
itu dapat digunakan untuk pewarna makanan karena memiliki klorofil yang berwarna hijau
dan juga mengandung minyak atsiri. Klorofil merupakan pigmen fotosintesis pada tumbuhan
yang dapat menyerap cahaya merah, biru, ungu dan merefleksikan cahaya hijau. Klorofil
banyak terdapat pada daun dan merupakan ciri tumbuhan autotrof (Sudjadi, 1986).
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan dan mempengaruhi kecepatan pada proses
evaporasi adalah (Earle, 1969) :
a. Kecepatan hantaran panas yang diuapkan ke bahan
b. Jumlah panas yang tersedia dalam penguapan
c. Suhu maksimu yang dapat dicapai
d. Tekanan yang terdapat dalam alat yang digunakan
e. Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi selama proses penguapan.
Mekanisme kerja evaporator adalah steam yang dihasilkan oleh alat pemindah panas,
kemudian panas yang ada (steam) berpindah pada bahan atau larutan sehingga suhu larutan
akan naik sampai mencapai titik didih. Steam masih digunakan atau disuplay sehingga
terjadi peningkatan tekanan uap.
7. Prinsip Kerja Partisi
Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase pertama,
dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi
dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan.
Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah (Sudjadi, 1986).
8. Jenis-Jenis Evaporasi
Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu (Sudjadi, 1986) :
a. Submerged combustion evaporator yang dipanaskan oleh api yang menyala dibawah
permukaan cairan, dimana gas yang panas bergelembung melewati cairan.
b. Direct fired evaporator adalah evaporator degan pengapian langsung dimana api dan
pembakaran gas dipisahkan dari cairan mendidih lewat dinding besi atau permukaan
untuk memanaskan.
Steam heated evaporator adalah evaporator dengan pemanasan stero dimanauap atau
uap lain yang dapat dikondensasi adalah sumber panas dimana uap terkondesasi di satu sisi
dari permukaan pemanas dan panas ditransmisi lewat dinding ke cairan mendidih.
9. Jenis-Jenis Partisi
Berdasarkan metode ekstraksi padat cair dikenal 4 jenis, yaitu (Najib, 2014) :
a. Operasi dengan sistem bertahap tunggal.
b. Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.
c. Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan
d. Operasi secara batch dengan sistem bertahap dengan aliran yang berlawanan.
E. Uraian Bahan
1. Alkohol 70% (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Rumus molekul : C2H6O
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus strukur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna,mudah menguap, bau khas.


Kelarutan : Bercampur dengan air, praktis bercampur dengan pelarut organik.
Kegunaan : Antiseptik
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
2. Aquadest (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : AQUA DESTILATA
Nama lain : Air suling
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
3. Metanol (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : METANOL
Nama lain : metanol
Rumus molekul : CH3OH
Berat molekul : 32 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih, tidak berwarna.
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya.
4. N-Heksan (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : HEXAMINUM
Nama lain : Heksamina
Rumus molekul : C6H12N4
Berat molekul : 140,19 g/mol
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur mengkilap, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau,
rasa membakar manis kemudian agak pahit. Jika di panaskan dalam suhu
± 260⁰ menyublim
Kelarutan : Larut dalam 1,5 bagian air, dalam 12,5 ml etanol (95 %) P dan dalam
lebih kurang 10 bagian kloroform P
Kegunaan : Pelarut
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
F. Uraian Tanaman
1. Paku (Ptyrogramma calmenalos)
a. Klasifikasi Tanaman Paku (Depkes RI, 2000)
Regnum : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Peteriopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Ptyrogramma Paku
Spesies : Ptyrogramma calmenalos (Ptyrogramma calmenalos)
b. Morfologi Tanaman Paku
Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan populer yang sekarang digunakan
sebagai hiasan ruangan atau tanaman. Memiliki daun berwarna hijau, akar, batang
spora dan tidak memiliki bagian bunga. Tangkainya berwarna hijau mengkilap, bentuk
daun tidak memanjang dan berfungsi untuk tempat fotosintesis. Akar berbentuk
serabut yang tumbuh dari rimpang. Batang yang mengandung untaian tunggal jaringan
pengangkut dan memiliki spora sebagai alat perkembangbiakan pada tumbuhan paku
(Depkes RI, 2000).
c. Manfaat atau Khasiat Tanaman Paku
Berbagai jenis tanaman paku yang daunnya dipakai untuk ramuan obat.
Contoh : paku sarang burung brypotesis tilix mas dan lycopidium taratum (Depkes RI,
2000).
2. Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis)
a. Klasifikasi Tanaman Pecut Kuda (Depkes RI, 2000)
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledoneae
Ordo : Lamiales
Famili : Verbaraceae
Genus : Stachytarpheta Pecut kuda
(Stachytarpheta jamaicensis)
Spesies : Stachytarpheta jamaicensis
b. Morfologi Tanaman Pecut Kuda
Tanaman yang berasal dari amerika ini dapat ditemukan didaerah cerah.,
sedanag, terlindungi dari sinar matahari dan pada ketinggian 1-5000 m dpl. Pecut kuda
merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi ± 50 cm. Tumbuh liar disisi jalan
daerah pinggir kota, tanah kosong yang tak terawat. Daun letak berhadapan, bentuk
berhadapan, bentuk bulat telur, tebal bergerigi, tidak berambut. Bunga duduk tanpa
tangkai pada bulir-bulir yang berbentuk pecut, panjang 4-20 cm. Bunga mekar tidak
berbarengan, kecil-kecil warna ungu dan putih (Dalimartha, 2000).

c. Manfaat atau Khasiat Tanaman Pecut Kuda


Herba pecut kuda digunakan sebagai obat infeksi dan batu saluran kencing,
rematik, hepatitis A, sakit tenggorokkan, pembersih darah, keputihan. Bunga dan
tangkainya untuk pengobatan keputihan (Depkes RI, 2000).
G. Alat Dan Bahan
1. Alat
N
Nama Alat Gambar Fungsi
o

Memanaskan air untuk


1 Alat pemanas (kompor)
membantu penguapan sampel

2 Batang pengaduk Mengaduk sampel

3 Botol vial Menyimpan hasil evap

4 Cok roll Listrik

Memisahkan pelarut polar dan


5 Corong pisah
nonpolar
Menyimpan sementara hasil
6 Gelas minum kaca
pemisahan pelarut

7 Gelas ukur Mengukur pelarut

8 Kain saring Menyaring

9 Kipas angin Mendinginkan sampel

Tempat meletakkan corong


10 Statif dan klem
pisah

Membantu mengambil hasil


11 Sudip
evap

12 Wadah aluminium Membantu proses pemanasan

13 Wadah pemanas (dandang) Membantu proses penguapan


2. Bahan
N
Nama Alat Gambar Fungsi
o

Membantu membersihkan
1 Air
wadah

2 Alkohol 70% Membersihkan alat

Menutup wadah agar tidak


3 Aluminium foil
terjadi penguapan

4 N-Heksan Pelarut

5 Ekstrak maserasi Sampel evaporasi


6 Ekstrak perkolasi Sampel partisi

7 Kertas label dan pulpen Menandakan wadah

8 Tissue Membersihkan alat

H. Skema Kerja
1. Evaporasi

Dibersihkan alat Dirangkai alat


Disapkan alat dan menggunakan alkohol pemanas
bahan 70%

Dilakukan evaporasi Dimasukkan ekstrak


sambil diaduk sampai Disiapkan ekstrak
maserasi kedalam maserasi
ekstrak mengental wadah pemanasan
Dimasukkan ekstrak Ditimbang vial yang
Ditimbang vial sudah berisi ekstrak
kosong kental kedalam vial
kental
2. Partisi

Dibersihkan alat Dirangkai alat partisi


Disapkan alat dan menggunakan alkohol cair-cair
bahan 70%

Ditambahkan pelarut Dimasukkan ekstrak Disiapkan ekstrak


N-Heksan perkolasi kedalam perkolasi
corong pisah
Dikocok corong pisah
Didiamkan sampai
sambir sesekali Dipindahkan bagian
terbentuk lapisan
dilepaskan gas yang polar
terbentuk

Dievaporasi dengan Dipindahkan bagian


penguapan nonpolar

I. Hasil Dan Pembahasan


1. Hasil
Evaporasi ekstrak maserasi Polar ekstrak perkolasi Nonpolar ekstrak perkolasi
Daun pecut kuda Akar paku Akar paku
(Stachytarpheta jamaicensis) (Ptyrogramma calmenalos) (Ptyrogramma calmenalos)
2. Pembahasan
Ekstraksi cair-cair merupakan cara pemisahan satu atau lebih senyawa dengan
menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa tersebut akan terdispersi di
antara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya sehingga masing-masing jenuh dengan
perbandingan konsentrasi tertentu dan terjadi pemisahan. Metode ekstraksi ini seringkali
disebut proses partisi dari crude extract atau ekstrak kasar sehingga diperoleh sekumpulan
senyawa kimia dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda. Ekstraksi cair-cair (corong
pisah) merupakan pemisahan komponen kimia diantara dua fase pelarut yang tidak dapat
saling bercampur dimana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya lagi
larut pada fase kedua (Sudjadi, 1986).
Pada praktikum kali ini dilakukan partisi cair-cair dan evaporasi dengan sampel yang
berasal dari hasil ekstraksi maserasi terhadap daun dari daun pecut kuda (Stachytarpheta
jamaicensis) untuk metode evaporasi dan sampel yang berasal dari hasil ekstraksi perkolasi
terhadap akar paku (Ptyrogramma calmenalos) untuk metode partisi cair-cair. Hal pertama
yang dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian alat
tersebut dibersihkan dengan air suling dan dibilas dengan alkohol. Tujuannya yaitu untuk
menghilangkan kotoran, lemak dan mikroba yang menempel pada alat tersebut, dimana
menurut Tjay (2007), alkohol 70% berkhasiat sebagai desinfektan yang bertujuan untuk
menghambat pertumbuhan mikoorganisme.
a. Evaporasi
Pada praktikum di lakukan proses evaporasi dari hasil ekstraksi maserasi terhadap
Daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) dengan menggunakan alat pemanasan
sederhana (kompor). Lalu hasil ekstraksi di masukan ke dalam wadah steinlees dengan
volume 2/3 bagian dari wadah yang di gunakan. Kemudian wadah dimasukkan kedalam alat
pemanasan dan diaduk hingga kental. Setelah kental ditimbang botol vial kosong, dan
dimasukkan hasil evap kedalam botol vial dan ditimbang kembali botol vial yang sudah
berisi hasil evap, berat evap yang kami dapatkan yaitu 0,8 gr.
Adapun kemungkinan kesalahan yaitu kurangnya ketelitian dalam mengukur sampel,
dan saat pemanasan selalu berpindah-pindah sehingga hasil yang didapatkan tidak sesusai
dengan yang diharapkan.
b. Partisi
Selanjutnya masuk pada proses partisi cair-cair dari hasil ekstraksi perkolasi terhadap
akar paku (Ptyrogramma calmenalos) dengan menggunakan pelarut yang bersifat nonpolar
yaitu n-heksan. Langkah pertama yang dilakukan yaitu diukur sampel dan didapat sampel
sebanyak 420 ml. Setelah sampel yang telah diukur dimasukkan ke dalam corong pisah. Lalu
diukur n-heksan 420 ml. Ekstrak akar paku tersebut ditambahkan n-heksan kemudian
dikocok dan didiamkan selama beberapa menit sampai terjadi pemisahan. Dalam proses
pemisahan ini, senyawa yang bersifat nonpolar akan berada dalam fase bawah sedangkan
senyawa yang bersifat polar berada dalam fase atas. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan
berat jenis antara sampel dan n-heksan. Berat jenis n-heksan yaitu 0,654 g/ml lebih kecil
dibandingkan dengan sampel. Setelah terjadi pemisahan, pelarut tersebut dikeluarkan dari
corong pisah dengan mendahulukan pelarut yang berada dibagian bawah dan dimasukkan
kedalam gelas kimia yang berbeda. Setelah itu pelarut yang sudah mengandung ekstrak
diuapkan untuk mendapatkan ektrak yang bersifat polar dan nonpolar yang kemudian akan
diuji dengan metode kromatografi lapis tipid (KLT) untuk mengidentifikasi senyawa-
senyawa yang terdapat dalam fase polar dan dalam fase nonpolar (Watson, 2005).
Adapun kemungkinan kesalahan kurangnya ketelitian dalam mengukur sampel dan
pelarut. Adanya zat-zat pengotor lain yang sudah bercampur dengan sampel yang digunakan.
J. Kesimpulan Dan Saran
1. Kesimpulan
a. Evaporasi merupakan proses pemekatan larutan dengan cara mendidihkan atau
menguapkan zat pelarut, sedangkan ekstraksi cair - cair adalah suatu metode ekstraksi
yang menggunakan corong pisah sehingga biasa juga disebut dengan ekstraksi corong
pisah (Dirjen POM, 1986).
b. Berdasarkan metode ekstraksi padat cair dikenal 4 jenis, yaitu operasi dengan sistem
bertahap tunggal, operasi dengan sistem bertahap banyak, operasi secara kontinu dan
operasi secara batch. Evaporator dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu submerged
combustion evaporator dan direct fired evaporator (Najib, 2014 ; Sudjadi, 1986).
c. Prinsip rotary evaporator adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu. Prinsip ini membuat pelarut
dapat dipisahkan dari zat terlarut di dalamnya tanpa pemanasan yang tinggi. Dan
Ekstraksi cair-cair dilakukan dengan cara pemisahan komponen kimia diantara 2 fase
pelarut yang tidak saling bercampur. Dimana sebagian komponen larut pada fase
pertama, dan sebagian larut pada fase kedua. Lalu kedua fase yang mengandung zat
terdispersi dikocok, dan didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk
dua lapisan. Yakni fase cair dan komponen kimi yang terpisah (Sudjadi, 1986).
2. Saran
a. Jurusan
Diharapkan agar jurusan lebih menyiapkan alat-alat dan bahan-bahan praktikum, agar
para asisten dan praktikan dapat melakukan praktikum dengan baik.
b. Asisten
Diharapkan agar selalu menjadi asisten yang perhatian dan tidak membeda-bedakan
praktikan, serta selalu memberi nasihat-nasihat terbaik kepada para praktikan.

c. Praktikan
Diharapkan agar selalu disiplin terhadap waktu kedatangan, saling bekerja sama dan
tidak membuat keributan pada saat praktikum berlangsung.
K. Daftar Pustaka
Anshori, Muslich Dan Iswanti, Sri. 2009. Buku Ajar: Metodologi Penelitian.
Kuantitatif. Surabaya: Airlangga

Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press.Jakarta

Dalimartha Setiawan. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor : Trobus.

Departemen Kesehatan Ri. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Dikjen Pom Direktorat Pengawasan Obat

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. I. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

Ditjen POM. 1989. Materia Medika Indonesia. V. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Ditten POM. 1995. Farmakope Indonesia. IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Bogor : Sastra Hudaya.

Handayani, W Dan Haribowo, A.S 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi.

Snyder, L.R., Kirkland, J.J., Glajch, J.L. 1997. Practical Hplc Method Development.
New York : John Wiley And Sons Inc.

Sudjadi. 1986. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanisius.

Tiwari, P., Kumar, B., Kaur, M., Kaur G. & Kaur H. 2011. Phytochemical Screening
And Extraction: A Review. International Pharmaceutica Sciencia

Tjay, Tan Hoan Dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta. Gramedia.

Watson, D. G. 2005. Analisis Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Wirakartakusuma. 1989. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai