Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Ekstraksi
A. Pengertian Ekstraksi
Menurut Agustin dkk (2014), ekstraksi merupakan proses pemisahan
senyawa tertentu yang terdapat pada suatu bahan dengan bantuan pelarut. Pelarut
yang digunakan harus sesuai denan karakteristik senyawa yang diinginkan.
Menurut Dirjen POM (2014), Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh
dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan
mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya
dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan.
Menurut Prayudo (2015), ekstraksi secara umum merupakan suatu proses
pemisahan zat aktif dari suatu padatan maupun cairan dengan menggunakan
bantuan pelarut. Pemilihan pelarut diperlukan dalam proses ekstraksi, karena
pelarut yang digunakan harus dapat memisahkan atau mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan zat-zat lainnya yang tidak diinginkan. Beberapa
faktor yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan difusi pada proses leaching,
adalah :
a. Ukuran partikel dimana pengaruh ukuran partikel yang semakin kecil
maka memperluas kontak antara permukaan padatan inert dengan pelarut
dan semakin pendek jarak difusi antara solut dengan solvent sehingga
kecepatan ekstraksi akan semakin tinggi.
b. Kecepatan pengadukan semakin cepat laju pengadukan yang digunakan
dalam proses ekstraksi, maka partikel akan terdistribusi dalam luas
permukaan kontak akan lebih luas terhadap pelarut. Selain itu, kecepatan
pengadukan berpengaruh terhadap suspensi partikel yang dapat mencegah
terjadinya pengendapan bahan-bahan yang akan di ekstrak.
c. Waktu ekstraksi merupakan salah satu faktor penentu kecepatan difusi dari
sebuah proses ektraksi padat-cair (leaching). Tetapi, penambahan waktu
yang terlalu banyak tidak sebanding dengan perolehan yield yang
diperoleh. Oleh karena itu, dalam ekstraksi diperlukan optimasi waktu
agar proses ekstraksi berjalan secara optimal.
d. Kelarutan sebuah zat aktif dalam padatan inert akan meningkat seiring
dengan kenaikan suhu pelarut. Koefisien difusi akan bertambah tinggi
seiring dengan kenaikan suhu sehingga meningkatkan laju ekstraksi.
e. Semakin banyak pelarut yang digunakan maka kecepatan difusi suatu zat
meningkat dan menyebabkan hasil perolehan yield semakin besar. Tetapi
tidak ekonomis jika kuantitas pelarut yang digunakan terlalu
banyak.Dalam pemilihan jenis pelarut perlu menjadi beberapa faktor
seperti selektivitas pelarut, perbedaan titik didih antara pelarut dengan zat
akan diekstrak, dan reaktifitas.
B. Tujuan Ektraski
Menurut Marjoni (2016), tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik
semua zat aktif dan komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam
menentukan tujuan dari suatu proses ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa
kondisi dan pertimbangan berikut ini adalah sebagai berikut:
a. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas
b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu
c. Organisme (tanaman atau hewan)
d. Penemuan senyawa baru
2.1.2 Ekstraksi cara panas
Pada metode ini melibatkan pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Adanya panas secara otomatis akan mempercepat proses ekstraksi
dibandingkan dengan cara dingin. Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas,
yaitu:
1. Sokletasi
Menurut Marjoni (2016), proses sokletasi merupakan proses ekstraksi
panas menggunakan alat khusus berupa ekstraktor soxhlet. Suhu yang digunakan
lebih rendah dibandingkan dengan suhu pada metode refluks. Metode sokletas
merupakan metode yang diduga efektif dalam mengekstrak senyawa bioaktif.
Prinsip Soxhletasi adalah penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang
didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Pelarut organik dapat
menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang-ulang.
Menurut Melwita (2014), metode ekstraksi soklet adalah suatu metode
ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan solven berupa cairan secara
kontinyu. Peralatan yang digunakan dinamakan ekstraktor soxhlet. Ekstraksi
soxhlet digunakan untuk mengekstrak senyawa yang kelarutannya terbatas dalam
suatu pelarut dan pengotor-pengotornya tidak larut dalam pelarut tersebut. Sampel
yang digunakan dan yang dipisahkan dengan metode ini berbentuk padatan.
Ekstraksi soxhlet ini juga dapat disebut dengan ekstraksi padat-cair.
2. Ekstraksi refluks
a. Pengertian Refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak ( Irawan, B., 2010).
Menurut Nurasia (2016), Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada
temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Refluks merupakan proses
ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut selama waktu dan jumlah pelarut
tertentu dengan adanya pendingin balik (kondensor). Proses ini umumnya
dilakukan 3-5 kali pengulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses
ekstraksi yang cukup sempurna (Agustini, 2018).
b. Prinsip Kerja Refluks
Menurut Akhyar (2010), Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan
komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu
alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan
penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan
penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali
sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna.
Prinsip dari metode refluks adalah pelarut yang digunakan akan menguap
pada suhu tinggi, namun akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut
yang tadinya dalam bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi
ke dalam wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung
(Susanty, 2016)
c. Kelebihan dan Kekurangan Refluks
Menurut Mohan et al (2013), Keuntungan menggunakan teknik ini adalah
membutuhkan alat yang sederhana dengan biaya murah dan waktu ektraksi yang
diperlukan lebih cepat dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan maserasi
dengan perolehan kembali yang tinggi. Sedangkan kerugiannya adalah sulitnya
mencapai ekstraksi yang sempurna meskipun penggunaan pelarut yang cukup
banyak dan seringkali melarutkan oligomer yang lebih rendah. Metode ini juga
hanya dapat dilakukan pada senyawa yang tahan terhadap pemanasan.
2.1.3 Alat Refluks dan fungsinya
Menurut Susanty (2016), bagian bagian alat refluks sebagai berikut:

Gambar 2.1.3
Alat refluks
Keterangan:
1. Labu alas bulat : sebagai tempat zat cair dan sampel dipanaskan
2. Kondensor spiral : sebagai tempat untuk mendinginkan uap dari
larutan
3. Kasa asbes : untuk meratakan panas
4. Statif : untuk menyangga kondensor dan labu alas bulat
5. Klem : untuk menahan kondensor spiral dan labu alas
bulat
6. Selang masuk : untuk penghubung air masuk dari sirkulator
menuju kondensor
7. Selang keluar : untuk penghubung keluarnya air dari kondensor
menuju ember/penampungan
8. Sirkulator : untuk mensirkulasi air
9. Wadah/ember : untuk tempat menyimpan air
10. Batu didih : untuk mencegah terjadinya lumping
2.2. Uraian Tanaman
a. Klasifikasi Tanaman Bayam menurut Wunderlin, Franck and Essig (2018),
di klasifikasikan sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Imperata Gambar 2.2
Spesies : Imperata Cylindrica L. Tanaman Alang-alang
(Imperata Cylindrica L.)
b. Morfologi Tanaman
Alang- alang memiliki ciri fisik yaitu : daun yang masih muda berwarna
hijau, sedangkan daun yang lebih tua berwarna oranye-coklat. Alang-alang dapat
tumbuh hingga membentuk tandan yang tipis atau padat. Setiap tandan berisi
beberapa daun yang tumbuh dari permukaan tanah bagian pinggir daun datar dan
bergerigi, dengan pelepah putih menonjol di bagian tengah, tinggi daun dapat
mencapai 2-6 kaki, bunga dari alang-alang berwarna putih dan berbentuk seperti
bulu. Rimpang alang- alang berwarna putih, tersegmentasi (memiliki simpul), dan
ada yang bercabang, ujung rimpang tajam dan bisa menembus akar tanaman
lainnya (Sellers et al., 2015).
c. Kandungan senyawa tanaman Alang-alang
Kandungan kimia akar dan batang alang-alang mengandung senyawa
golongan flavonoid, tanin, saponin, alkaloi, fenol, manitol, glukosa, sakarosa,
asam malat, asam sitrat, koisol, arundoin, silindrien, silindol A, graminon B,
imperanin, stigmasterol, kampesterol, β-sitosterol, fernenol, arborinon,
isoarborinol, simiarenol, dan anemonin. (Sellers et al., 2015).
d. Manfaat tanaman Alang-alang
Menurut Ismail (2011), batang digunakan untuk pelembut kulit, peluruh
air seni, pembersih darah, penambah nafsu makan, penghenti perdarahan, di
samping itu dapat digunakan pula dalam upaya pengobatan penyakit kelamin
(kencing nanah, kencing darah, raja singa), penyakit ginjal, luka, demam, tekanan
darah tinggi, dan penyakit syaraf. Daun ilalang digunakan untuk mengobati
berbagai penyakit atau sebagai suplemen herbal, selain itu dapat juga digunakan
sebagai diuretik dan obat anti inflamasi.
2.3 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM 2014., Rowe, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07 g/mol
Rumus Struktur :

OH

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau


khas dan meyebabkan rasa terbakar pada lidah,
mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mendidih pada suhu 780C, mudah terbakar
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan
semua pelarut organik
Khasiat : Sebagai zat tambahan (antiseptik dan desinfektan)
Penyimpanan :  Dalam tempat tertutup rapat dan terhindar jauh dari
api
Kegunaan : Sebagai desinfektan (pembersih alat lab).
2.2.2 Metanol (Dirjen POM 2014., Pubchem, 2022)
Nama Resmi : METANOL
Nama Lain : Metanol, metil alkohol
Rumus Molekul : CH3OH
Berat Molekul : 32,04 g/mol
Rumus Struktur :

H3C OH

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan
jernih tidak berwarna
Khasiat : Sebagai bahan bakar alternatif, bahan plastik,
pelarut, dan bahan pembuat ester.
Penyimpanan :  Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut atau eluen
DAFTAR PUSTAKA

Akhyar, 2010, Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Buah Bakau (Rhizophora stylosa Griff.) terhadap Vibrio harveyi. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin Makassar.

Mohan, M. 2013. Determination of Andrographolide in Andrographis paniculata


Extracts with and without Human Serum by High Performance Thin Layer
Chromatography. Int. Res. J. Pharm. ISSN 2230-8407: 41-49.

Irawan, B. Jos, B., 2010, Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Seminar Rekayasa Kimia dan
Proses, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Semarang.
Melwita.E.,Fatmawati, & Oktaviani.S.(2014).Ekstraksi Minyak Biji Kapuk
dengan Metode Ekstraksi Soxhlet.Jurnal Teknik Kimia Vol.20
No.1.Universitas Sriwijaya

Marjoni, R. 2016 Dasar-Dasar Fitokimia untuk Diploma III Farmasi. Jakarta: CV.
Trans Info Media

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta: Depkes RI


Choirul Anam, Tri Winarni Agustini, Romadhon.2014. PENGARUH PELARUT
YANG BERBEDA PADA EKSTRAKSI Spirulina platensis SERBUK
SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN METODE SOXHLETASI. Jurnal
Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan Volume 3, Nomer 4, Tahun
2014, Halaman 106-112

Susanty, Fairus Bachmid, 2016., PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI


MASERASI DAN REFLUKS TERHADAP KADAR FENOLIK DARI
EKSTRAK TONGKOL JAGUNG (Zea mays L.). urusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta,KONVERSI Vol. 5
No. 2

Hasrianti, Nururrahmah, Nurasia., 2016, PEMANFAATAN EKSTRAK


BAWANG MERAH DAN ASAM ASETAT SEBAGAI PENGAWET
ALAMI BAKSO., Jurnal Dinamika, April 2016, halaman 9-30 ISSN 2087
– 7889 Vol. 07. No. 1

Agustini, N. P. E. 2018. Karya Tulis Ilmiah Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Daun Secang Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans, pp.
6–33

Wunderlin R.P B,F Hansen.AR. Franck and F.B. Esseg. 2018. Altas florida
plants . S.M landry and K. N . Campbell (Aplication development).USF
Water intitute. Institute for systemic Botany, Universitas of south
Florida: Tampa

Rowe. 2009. Handbook of pharmaceutical Excipient 6 th ed, The pharmceutical


press: London

Ismail. 2011. Clausena Excavata Burm. F (Rutaceae). Areview of its tradisional


uses, Phargmacological and fitochemical.

Sellers BA. FJ. 2015. Cogongras (Imperata cylindrica) Biology ecology and
management inf florida Grazing Lands. SS-AGR-52. Florida. Institute of
food and Agricultural Sciences :University of florida
LAMPIRAN BAB 2

Anda mungkin juga menyukai