Anda di halaman 1dari 7

Nama : Weny Nur Ahadiyani

NIM : SK517001

Prodi : S1 Farmasi/ semester VI

EKSTRAKSI

I. TUJUAN
Mahasiswa dapat membuat ekstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA


Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Ekstraksi merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan
dan lain-lain dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan
berbagai metode yang sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi
dapat digunakan sampel dalam keadaan segar atau telah dikeringkan, tergantung pada
sifat tumbuhan dan senyawa yang akan diisolasi. Penggunaan sampel segar lebih disukai
karena penetrasi pelarut yang digunakan selama penyarian kedalam membrane sel
tumbuhan secara difusi akan berlangsung lebih cepat, selain itu juga mengurangi
kemungkinan terbetuknya polimer berupa resin atau artefak lain yang dapat terbentuk
selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering dapat mengurangi kadar air
didalam sampel sehingga mencegah kemungkinan rusaknya senyawa akibat aktivitas anti
mikroba.
Beberapa macam metode ekstraksi
1. Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam
sampel dalam pelarut yang sesuai selama 3x 5 hari. Prinsip maserasi, pelarut akan
menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan
yang diluar sel, makasenyawa kimia yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa
tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar
sel dan didalam sel. Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan merendam 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu,
dimasukkan kedalam bejana. Tambahkan pelarut sebanyak 70 bagian sebagai
penyari, tutup dan biarkan 3-5 hari pada tempat yang terlindung cahaya. Diaduk
berulang-ulang serta diperas, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya, hingga
didapatkan hasil maserasi sebanyak 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup
dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari.
2. Perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organic yang sesuai secara lambat
menggunakan alat percolator.
Cara kerja :
a) 0tertentu dengan cairan penyari sebanyak 2,5 – 5 bagian, perendaman sekurang-
kurangnya selama 3 jam dalam bejana tertutup.
b) Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam percolator, sambal sesekali
ditekan secara hati-hati, tuang dengan cairan penyari secukupnya hingga cairan
penyari menetes ( bahan harus terendam cairan penyari).
c) Tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1 ml/
menit, tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga diperoleh
100 bagian perkolat.
d) Tutup dan biarkan selama 2 hari ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
e) Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian lebih
sempurna. Tapi metode ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak.
3. Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
Simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan
ditambahkan air secukupny, panaskan diatas penangas air selama 15 menit,
dihitung mulai suhu 90oC sambal sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain
flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas sehingga diperoleh volume
infus yang dikehendaki.
4. Dekokta
Proses penyarian dengan metode ini hamper sama dengan infus, perbedaannya
terletak pada lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta membutuhkan
waktu pemanasan yang lebih lama disbanding metode infus, yaitu 30 menit
dihitung setelah suhu mencapai 90oC. metode ini jarang digunakan karena proses
penyarian kurang sempurna dan tidak dapat digunakan untuk mengekstraksi
senyawa yang termolabil.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT
1. Perkolator
2. Beaker glass
3. Infus pen
4. Blender
BAHAN
1. Zingiberis Rhizoma
2. Languatis Rhizoma
3. Psidii Folium
4. Annona Folium

IV. CARA KERJA


1. Serbukkan simplisia menggunakan blender sampai halus
2. Buat ekstrak dengan metode maserasi untuk simplisia rimpang dan infundasi untuk
simplisia daun
3. Hitung rendemen ekstrak yang diperoleh

V. HASIL PERCOBAAN
1. Zingiberis Rhizoma
Berat beaker kosong : 53,5466g
Berat beaker + ekstrak : 102,8965g
Berat simplisia kering : 100,411g

( beaker +ekstrak ) −beaker kosong


Rendemen = ×100 %
simplisia kering
102,8965 g−53,5466 g
= ×100 %
100,411 g
= 49,1478%
2. Languatis Rhizoma
Berat beaker kosong : 52g
Berat beaker + ekstrak : 105g
Berat simplisia kering : 76g

( beaker +ekstrak ) −beaker kosong


Rendemen = ×100 %
simplisia kering

105 g−52 g
= ×100 %
76 g

= 70,67 %

3. Annona Folium
Berat beaker kosong : 135,4718 g
Berat beaker + ekstrak : 145,6007 g
Berat simplisia kering : 100g

( beaker +ekstrak ) −beaker kosong


Rendemen = ×100 %
simplisia kering
145,6007 g−135,4718 g
= ×100 %
100 g
= 10,13%

4. Psidii Folium
Berat beaker kosong : 33,217 g
Berat beaker + ekstrak : 138,1756 g
Berat simplisia kering : 100 g

( beaker +ekstrak ) −beaker kosong


Rendemen = ×100 %
simplisa kering
138,1756 g−33,217 g
= ×100 %
100 g

= 104,95 g

VI. PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan proses pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Ekstraksi
menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solute) diantara dua fasa cair yang tidak saling
bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan secara cepat dan bersih,
baik untuk zat organik ataupun anorganik, untuk analiss makro maupun mikro. Ekstraksi
terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair. Pada percobaan
ini ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut).

Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi sampel Zingiberis Rhizoma, Languatis
Rhizoma,Annona Rhizoma, dan Psidii Folium menggunakan metode maserasi. Maserasi
merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam sampel dalam
pelarut yang sesuai selama 3x 5 hari. Prinsip maserasi, pelarut akan menembus ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, makasenyawa
kimia yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan didalam sel. Kecuali dinyatakan
lain, dilakukan dengan merendam 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan
derajat kehalusan tertentu, dimasukkan kedalam bejana. Tambahkan pelarut sebanyak 70
bagian sebagai penyari, tutup dan biarkan 3-5 hari pada tempat yang terlindung cahaya.
Diaduk berulang-ulang serta diperas, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya,
hingga didapatkan hasil maserasi sebanyak 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana
tertutup dan biarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari Pemilihan
metode ini didasarkan pada prinsip / cara kerjanya yang tidak terlalu sulit serta perlatan
dan bahan yang digunakan juga tidak terlalu sulit untuk diperoleh. Selain itu, hal ini juga
didasarkan pada sampel yang akan di ekstrak dimana sampel ini berasal dari laut dan
umumnya sampel jenis ini di ekstrak dengan ekstraksi dingin yang menggunakan metode
perendaman sehingga tidak merusak sturktur yang rentan terhadap suhu yang terlalu
tinggi.Keuntungan dari maserasi yaitu mudah dan sederhana, selain itu hasil yang
diperoleh juga banyak, sedangkan kerugiannya yaitu membutuhkan banyak pelarut,
membutuhkan waktu yang lama dan penyariannya kurang sempurna.

Dalam ekstraksi menggunakan metode maserasi, salah satu poin penting yang
harus diperhatikan adalah pelarut yang digunakan. Pemilihan pelarut sangat menentukan
hasil ekstrak dari sampel. Pada percobaan ini, pelarut yang digunakan adalah etanol.
Etanol digunakan sebagai pelarut karena etanol termasuk ke dalam pelarut polar,
sehingga sebagai pelarut diharapkan dapat menarik zat-zat aktif yang juga bersifat polar.
Etanol digunakan sebagai cairan penyari karena lebih selektif, kapang dan khamir sulit
tumbuh dalam etanol 20% ke atas, tidak beracun, netral, dan etanol dapat bercampur
dengan air pada segala perbandingan, serta panas yang diperlukan untuk pemekatan lebih
rendah. Etanol dapat memperbaiki stabilitas bahan obat terlarut dan tidak mengakibatkan
pembengkakan membran sel. Keuntungan lainnya adalah sifatnya yang mampu
mengendapkan albumin dan menghambat kerja enzim. Umumnya yang digunakan
sebagai cairan pengekstraksi adalah campuran. 

Pada praktikum kali ini mendapatkan hasil rendemen pada simplisia Zingiberis
Rhizoma yaitu sebanyak 49,1478% , pada simplisia Languatis Rhizoma sebanyak 70,67
%, pada simplisia Annona Folium sebanyak 10,13%, dan pada simplisia Psidii Folium
sebanyak 104,95 g.

VII. KESIMPULAN

VIII. Tujuan dari proses


ekstraksi ialah untuk
meningkatkan
konsentrasi zat aktif,
IX. Tujuan dari proses
ekstraksi ialah untuk
meningkatkan
konsentrasi zat aktif,
1. Tujuan dari proses ekstraksi ialah untuk meningkatkan konsentrasi zat aktif,
mengawetkan, identifikasi dan mempermudah untuk membentuk berbagai sediaan
farmasi karena dalam bentuk ekstraknya

2. Metode maserasi
merupakan metode
ekstraksi dengan
prinsip ekstraksi
2. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip ekstraksi sampai
setimbang antara konsentrasi di dalam dan di luar sel
3. Proses ekstraksi dengan metode maserasi merupakan metode yang paling mudah
dilakukan karena memakai alat yang sederhana.
VIII. TUGAS
1. Jelaskan prinsip kerja metode sokhletasi
Prinsip kerja metode sokhletasi adalah penyarian yang berulang ulang sehingga hasil
yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relative sedikit. Bila penyarian ini
telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari.

2. Jelaskan pertimbangan dalam pemilihan pelarut


1. Selektivitas ,pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.
2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak
yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut
dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara
pelarut dengan bahan ekstraksi.
5. Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada
komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan,destilasi dan rektifikasi.
7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun,
tidak mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka
emulsifier, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik.

Anda mungkin juga menyukai