Anda di halaman 1dari 14

EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI LADA HITAM SARAWAK MENGGUNAKAN KARBON DIOKSIDA SUPERKRITIS

Andri C. Kumoro* Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Prof. H. Sudharto, SH Road, Kampus Tembalang Semarang, Indonesia Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malaya 50603 Kuala Lumpur, Malaysia Masitah Hasan Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malaya 50603 Kuala Lumpur, Malaysia Dan Harcharan Singh Mewah-Oils Sdn Bhd, Lot 40, Section 4, Fasa 2A, Pulau Indah Industrial Park, Jalan Sungai pinang 5/1, Pulau Indah, 42920 Pulau Indah, Selangor Darul Ehsan, Malaysia

*Alamat Surat Penulis: E-mail: c.k.andrew@undip.ac.id Tel.: (62)-24-7460058 Fax: (+62)-24-76480675

ABSTRAK Minyak atsiri lada hitam (Piper ningrum L.) telah banyak digunakan sebagai minyak untuk menghangatkan dan memberikan tenaga yang membantu pengobatan awal infeksi pernapasan dan untuk meredakan sakit otot dan nyeri. Ekstraksi minyak atsiri dengan menggunakan teknik konvensional memiliki beberapa keterbatasan, seperti daya ekstraksi yang rendah dan selektivitas, kemungkinan terkontaminasi pelarut, degradasi produk termal yang tidak stabil, dan masalah lingkungan. Ekstraksi fluida superkritis (EFS) minyak atsiri lada hitam dengan menggunakan karbon dioksida superkritis sebagai pelarut dibahas dalam penelitian ini. Pengaruh parameter proses, yaitu tekanan (7,5, 10, dan 15 MPa), suhu (303, 313, 323K ) dan ukuran partikel (0,5 mm, 0,75 mm, dan buah utuh), pada laju ekstraksi diperiksa dalam serangkaian percobaan yang dilakukan dalam alat skala laboratorium. Minyak atsiri yang diperoleh dari ekstraksi karbon dioksida

superkritis mengandung hidrokarbon sequiterpene tingkat tinggi untuk rasio monoterpene dibandingkan dengan yag diperoleh dari hidrodistilasi. Hasil menunjukkan bahwa peningkatan kecepatan ekstraksi sejalan dengan peningkatan tekanan dan suhu. Sebaliknya, peningkatan ukuran partikel mengurangi yield ekstraksi dan laju ekstraksi. Kata kunci: ekstraksi superkritis, lada hitam, minyak atsiri, tekanan, suhu, ukuran partikel.

Ekstraksi Minyak Atsiri Lada Hitam Sarawak Menggunakan Karbon Dioksida Superkritis

1.

Pendahuluan Lada telah dibudidayakan di Malaysia selama lebih dari satu abad. Lada

merupakan komoditi pertanian yang penting yang telah menjadikan Malaysia sebagai salah satu produsen lada terkemuka di dunia [1]. Kandungan piperine, minyak atsiri, pati, dan serat dapat sangat bervariasi pada sampel lada hitam yang berbeda dan merupakan indikasi dari kualitas lada hitam. Komposisi zat kimia dari lada hitam terlampir dalam literatur [2]. Lada hitam mengandung sekitar 5-9% alkaloid piperine dan piperettine dan sekitar 1-2,5% minyak atsiri, komponen utama dimana terdapat dan -pinene, limonene, dan

phellandrene [3]. Minyak atsiri merupakan bagian kecil dari material tanaman, yang sebagian besar mengandung terpene, sequiterpene, dan turunannya yang memberikan aroma khas dan memberikan rasa dan bau yang sangat berkaitan erat dengan tanaman itu sendiri. Minyak atsiri adalah minyak yang merupakan campuran dari 90% hidrokarbon dan 10% terpene teroksigenasi dan senyawa aromatik [4]. Fraksi hidrokarbon terdiri dari monoterpene (70-80%) dan sesquiterpene (20-30%) yang memunculkan rasa yang diinginkan dari lada. Meskipun terpene teroksigenasi adalah bagian terkecil dari minyak atsiri, tetapi mereka berkontribusi terhadap aroma khas dari minyak lada [5]. Minyak atsiri lada hitam telah banyak digunakan dalam parfum, industri makanan dan minuman, serta untuk menghangatkan dan memberikan energi untuk menyembuhkan infeksi saluran pernapasan dan untuk meredakan sakit otot dan nyeri [2.6]. Minyak lada dapat disimpan lebih mudah dan aman daripada bubuk lada [2]. Oleh karena itu ada banyak hal yang harus diperhatikan dalam proses ekstraksi ini. Fluida superkritis dapat digambarkan sebagai fluida pada keadaan suhu dan tekanan berada di atas titik kritisnya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Fluida superkritis ini memiliki sifat yang menyerupai gas maupun cairan [7]. Gasnya-seperti koefisien difusi memungkinkan fluida ini untuk menembus bahan padat; disamping itu cairannya-seperti densitas memungkinkan fluida ini untuk memiliki sifat pelarut yang tinggi. Viskositas fluida ini rendah, memberikan karakteristik aliran yang menguntungkan, yang membuat fluida superkritis baik dalam melarutkan dengan efisiensi yang sangat baik dan cepat [8]. Karbon dioksida adalah pelarut yang paling umum digunakan dibandingkan pelarut yang lain seperti ammonia, air, nitrogen oksida, dan fluoroform. Hal ini karena
9

pelarut lain memiliki beberapa sifat yang tidak diinginkan, seperti beracun, reaktif, mudah terbakar, korosif, agak sulit didapat, dan mahal. Karbon dioksida disisi lain memiliki kombinasi terbaik dari keseluruhan sifat dan sejauh ini merupakan fluida superkritis yang paling banyak digunakan [8.9].

Wilayah fluida superkritis untuk penggunaan industri

Gambar 1. Diagram fasa air dan karbon dioksida (Eller, 2000) Ekstraksi minyak atsiri lada hitam menggunakan teknik ekstraksi konvensional memiliki keterbatasan, seperti daya ekstraksi yang rendah dan selektivitas, kemungkinan terkontaminasi pelarut, degradasi produk termal tidak stabil, dan degradasi lingkungan [4.10]. Tingginya harga pelarut organik dan peraturan lingkungan yang semakin ketat, bersamaan dengan kebutuhan produk yang sangat murni dan bernilai tinggi mengarah pada upaya untuk mengembangkan teknologi baru dan bersih untuk pengolahan produk, baik yang dapat dimakan maupun tidak. Ekstraksi fluida superkritis (EFS) menggunakan karbon dioksida sebagai pelarut telah memberikan alternatif yang sangat baik dalam pengguanan pelarut kimia. Dengan demikian, berbagai penelitian tentang EFS untuk mendapatkan minyak lada hitam telah dilaporkan [4, 11-14]. Sankar [11] melaporkan karakteristik fisikokimia dan aktivitas antioksidan dari minyak atsiri lada yang diperoleh dari ekstraksi fluida superkritis. Sovova et al. [12] mempelajari ekstraksi oleoresin dari lada hitam dengan menggunakan karbon dioksida pada 28 Mpa dan 24, 40, dan 60oC. Mereka melaporkan bahwa kelarutan oleoresin tertinggi yaitu pada 40oC. Ferreira et al. [4] meneliti ekstraksi minyak atsiri lada hitam menggunakan karbon dioksida superkritis sebagai pelarut pada 30, 40, dan 50oC dan 150, 200, dan 300 bar. Ekstraksi minyak atsiri
10

lada hitam oleh Sovova et al. [12] dan Ferreira et al. [4] menyarankan bahwa ekstraksi menggunakan densitas pelarut yang tinggi mungkin dapat mencapai yield ekstraksi yang tinggi. Namun, ekstraksi pada tekanan yang sangat tinggi tampaknya memiliki resiko keamanan yang sangat tinggi pula. Oleh karena itu, ekstraksi pada tekanan rendah adalah pilihan yang terbaik. Sampai saat ini, hanya ada sebuah laporan yang ditemukan dalam literatur yang melaporkan pengaruh dari ukuran partikel pada EFS minyak lada dari buah lada utuh dengan diameter 20-40 mesh [15]. Namun, tidak ada laporan untuk ekstraksi minyak atsiri lada hitam dari buah lada utuh dan bubuk lada yang lebih baik dari 40 mesh yang ditemukan dalam literatur. Karya ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh dari tekanan, temperatur, dan ukuran partikel terhadap kecepatan ekstraksi dan yield minyak atsiri lada hitam dari ekstraksi karbon dioksida superkritis.

2.

Bahan dan Metode

2.1 Bahan Buah lada hitam utuh yang digunakan dalam penelitian ini diberikan oleh Dewan Pemasaran Lada serawak. Buah lada hitam utuh dihaluskan dan disaring sebelum proses ekstraksi. Diameter partikel rata-rata yang diperoleh adalah 0,25 dan 0,5 mm. Karbon dioksida dibeli dalam keadaan cair dari Sitt Tatt Sdn. Bhd dengan kemurnian 99,7%. Acuan standar piperine dibeli dari Sigma-Aldrich Sdn. Bhd. 2.2 Metode 2.2.1 Alat percobaan dan proses ekstraksi Ekstraksi minyak atsiri lada hitam dilakukan pada suatu alat ekstraksi dinamis yang dibangun sendiri, yang terutama terdiri dari reaktor ekstraksi bertekanan tinggi dan sebuah separator, seperti yang terlihat pada Gambar 2. Dimensi reaktor yang digunakan yaitu diameter dalam 19 mm in dan panjang 360 mm in, volume total 100 ml, sedangkan separator dengan volume 25 ml memiliki dasar datar dan terhubung dengan regulator tekanan balik. Dalam menjalankan proses, 5 gram bubuk lada hitam ditempatkan diantara dua lapisan bola stainless steel (dp = 2.5 mm) pada reaktor ekstraksi bertekanan tinggi untuk menghasilkan partikel voidage 0,3. Reaktor ekstraksi dicelupkan ke dalam bath air yang dikontrol oleh pemanas listrik (Thermo Haake, model DC10, Germany) sampai di bawah 0,1 K. Ketika bath air mencapai suhu yang diinginkan, karbon dioksida terus menerus di alirkan dengan laju alir volumetrik 1 mL/min ke dalam sistem oleh pompa
11

HPLC (Jasco, model PU-980, Jepang) sampai tekanan sistem tercapai. Tekanan sistem ditentukan oleh transduser tekanan (Druck, model PDCR 961, Switzerland). Tekanan CO2 diturunkan oleh regulator tekanan balik (Jasco, model 880-81, Jepang) dan jumlah CO2 yang dikonsumsi ditentukan dengan menggunakan meteran gas basah (Alexander Wright & Co., model DM 3A, USA). Ekstrak minyak dikumpulkan pada satu interval jam dan proses ekstraksi dihentikan ketika diamati secara visual bahwa tidak ada minyak lada yang terkumpul di dalam tabung dan telah mencapai apa yang disebut sebagai ekstraksi menyeluruh. Minyak yang dikumpulkan secara gravimetri ditentukan dengan

mengguanakan keseimbangan (Mettler Toledo, model AG 204, USA) dengan akurasi 0,0001. Pengaruh tekanan, temperatur, dari proses ekstraksi, dan ukuran partikel yang diteliti dalam penelitian ini. 2.3 Analisis 2.3.1 Densitas real dan densitas bulk Densitas real dari lada hitam ditentukan dengan menggunakan piknometer gas yang menggunakan perpindahan helium untuk menghitung volum dan densitas absolut, sedangkan bulk density lada hitam diukur dengan menggunakan mercury pycnometer. 2.3.2 Kandungan Oleoresin Kandungan oleoresin ditentukan secara gravimetri dengan ekstraksi heksana pada peralatan Soxhlet. Heksana telah dihilangkan dari rotary vacuum evaporator.

Gambar 2. Peralatan ekstraksi fluida superkritis

12

2.3.3 Kandungan Minyak Atsiri Kandungan minyak atsiri dari bubuk ditentukan dengan metode ASTA [16], mengunakan alat Clevenger yang menggunakan hydrodistillation dari 50 g bubuk. 2.3.4 Kandungan Piperine Piperine ditentukkan dengan menggunakan metode spektrofotometrik, mengukur absorpsi pada 345 nm, seperti yang digambarkan pada literatur [11]. 2.3.5 Komposisi Minyak Atsiri GC-MS dilakukan dengan kromatografi gas Hewlett Packard GC 6890, yang dilengkapi dengan HP-5MS cross linked, kolom kapiler 5% fenil metil siloxane non polar (ketebalan film 30,0 m 0,25 mm 0,25 m). Gas pembawa adalah helium, dengan laju alir konstan 1 mL/min. Suhu awal kolom yaitu 50oC selama 2 menit lalu kemudian diprogram pada 10oC/menit sampai 300oC, yang sipertahankan selama 10 menit. Ekstrak diencerkan dalam etanol (1:10 (v/v)), dan 1,0 L sampel yang telah diencerkan disuntikkan tanpa split. Injektor diset pada 280oC, sumber MS pada 230oC, dan MS quad pada 106oC.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1 Analisis sifat lada hitam Sifat fisik dan kimia dari buah lada hitam utuh tercantum dalam Tabel 1 di bawah ini. Hasil ini sejalan dengan data yang dilaporkan dalam literatur [3]. Analisis GC-MS terhadap minyak atsiri lada hitam mengidentifikasi komponen utamanya, yang memberikan aroma. Seperti ynag terlihat pada Tabel 2, minyak atsiri lada hitam yang diperoleh dengan cara ekstraksi fluida superkritis (EFS) menggunakan karbon dioksida memiliki kadar hidrokarbon sequiterpene yang tinggi, yang menyebabkan rasio sesquiterpene dan monoerpene tinggi. Hasil ini sejalan dengan ekstraksi minyak atsiri lada hitam dengan menggunakan karbon dioksida superkritis oleh Sankar [11].

13

No 1 2 3 4 5 6 7

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia dari buah lada hitam utuh Sifat Nilai Kandungan oleoresin Kandungan piperine Minyak atsiri Kandungan air Real density Bulk density Porositas bed 10,6 wt% 5,8 wt% 1,7 (v/w)% 11 wt% 1545 kg/m3 793 kg/m3 0,49

Tabel 2.Hasil pengukuran GC-MS minyak atsiri lada hitam (% luas) Komponen Hidrodistilasi EFS Monoterpene -Tujene -Pinene Sabinene -pinene -Carene Limonene Monoterpene teroksigenasi Linalool Myrtenol Caryone Sesqueterpene -Elemene -Cubebene -Copaene Calarene -Gurjunene -Caryophyllene -Humulene -Selinene -Cadinene 0,30 0,38 5,40 2,20 0,30 2,36 0,48 2,65 2,15 0,23 0,52 6,85 2,70 2,65 12,40 3,30 3,70 3,75 0,59 0,27 0,29 1,30 0,45 2,15 4,80 4,20 4,30 6,30 0,43 1,80 5,50 3,50 5,00 6,80

14

Sesqueterpene teroksigenasi Elemol Caryophyllene oksida -Eudesmol 7,96 12,50 3,90 6,40 7,94 1,80

3.2 Pengaruh Parameter Operasi Pengaruh parameter operasi, yaitu tekanan ekstraksi, temperatur, dan ukuran partikel, pada laju ekstraksi dan yield yang ditunjukkan pada Gambar 3, 4, dan 5. Gambar 3 menunjukkan peningkatan laju reaksi sejalan dengan peningkatan tekanan akibat peningkatan densitas karbon dioksida. Dengan demikian, pada 15 Mpa, minyak lada hitam yang terekstraksi lebih banyak dan lebih cepat pada 7,5 dan 10 Mpa. Pada suhu tertentu, densitas pelarut meningkat seiring dengan meningkatnya tekanan, tapi tekanan uap zat terlarut menurun [17]. Pada tekanan tinggi, besarnya tekanan uap zat terlarut Andri C. Kumoro, Masitah Hasan dan Harcharan Singh October 2010 Jurnal Arab untuk Sains dan Teknik, Volume 35, Nomor 2B 13 berubah menjadi semakin kecil [15] dan densitas berubah menjadi lebih efektif dan dapat dengan mudah mengatasi pengaruh perubahan tekanan uap zat terlarut pada laju reaksi ekstraksi [12]. Akibatnya, yield minyak atsiri meningkat dengan meningkatnya tekanan, khususnya dari kondisi mendekati kritis sampai kondisi superkritis [18, 19].

Gambar 3. Pengaruh tekanan pada yield ekstraksi dan laju reaksi dari minyak atsiri lada hitam dari 0,25 mm buah lada hitam utuh pada 313 K Variasi suhu selama ekstraksi karbon dioksida superkritis mempengaruhi densitas karbon dioksida, sifat volatilitas analit, dan desorpsi analit dari matriks tanaman. Pada temperatur tinggi, analit menjadi lebih volatil tetapi densitas karbon dioksida superkritis
15

menurun [20]. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4, temperatur meningkat dari 303 ke 313 pada 15 Mpa mengakibatkan kenaikan laju ekstraksi karena kenaikan tekanan uap minyak lada, pengaruh yang tampaknya telah menggantikan penurunan densitas karbon dioksida superkritis. Temuan ini sejalan dengan ekstraksi karbon dioksida superkritis dari hidrokarbon aromatik polisiklik dari sampel lingkungan yang dilaporkan oleh Yang et al. [20]. Temperatur tinggi dapat mengakibatkan tekanan uap analit yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan kelarutan analit meskipun densitas CO2 menurun. Pada 15 MPa, densitas CO2 menurun dari 843 sampai 748 kg/m3 karena temperatur meningkat 303313K, tapi kelarutan minyak lada meningkat dari 0,0890 sampai 0,0932 (g minyak/g CO2) seperti dilansir Ferreira et al. [4].

Gambar 4. Pengaruh temperatur terhadap yield dan laju ekstraksi minyak atsiri lada hitam pada 15 Mpa dari buah lada hitam utuh kering 0,25 mm. Namun, ada inversi nilai yield ekstraksi dengan naiknya suhu dari 313-323 K, dimana yield ekstraksi ditemukan lebih rendah daripada yield ekstraksi pada 303 K. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa kondisi mendekati wilayah kondensasi retrograde. Pada 15 MPa, densitas CO2 menurun dari 748 sampai 656 kg/m3 karena temperatur meningkat dari 313 sampai 323 K dan mengurangi kelarutan minyak lada dari 0,0932 sampai 0,0858 (g minyak/g CO2) seperti yang dilaporkan Ferreira et al. [4]. Oleh karena itu, yield ekstraksi minyak atsiri lada hitam juga menurun. Ukuran partikel lada hitam yang berbeda diperoleh dengan menggiling dan mengayak oven dried buah lada utuh. Meskipun ukuran partikel sebagian kecil terdispersi, diameter partikel rata-rata dari distribusi kemudian diambil sebagai diameter partikel. Gambar 5 menunjukkan bahwa yield minyak lada vs jumlah karbon dioksida yang
16

dikonsumsi untuk tiga ukuran partikel yang berbeda. Ukuran partikel yang lebih kecil menghasilkan yield yang lebih tinggi dan penggilingan ditemukan untuk melepaskan lebih banyak minyak lada dengan merusak struktur bagian dalam partikel. Meningkatnya yield minyak lada vs ukuran partikel juga dilaporkan oleh Goto et al. [21], yang menyimpulkan bahwa struktur sel harus dipecah untuk mendapatkan ekstraksi zat yang komplit. Sebuah penyelidikan oleh Murthy et al. [22] juga mengungkapkan bahwa sekalipun ukuran partikel yang besar mengandung banyak minyak atsiri, tetapi laju ekstraksi lebih lambat dibandingkan dengan partikel yang berukuran kecil, menyebabkan proses ekstraksi yang lebih lama. Laju ekstraksi meningkat dengan meningkatnya ukuran partikel karena resistensi difusi intrapartikel lebih kecil untuk ukuran partikel yang kecil karena jalur difusi lebih pendek. Temuan ini mirip dengan yang diperoleh oleh Li et al. [15] yang mempelajari ekstraksi minyak lada dari lada ukuran 20-40 mesh. Mereka juga menemukan bahwa ketika ukuran partikel lebih dari 30 mesh, ukuran partikel memiliki pengaruh yang kecil terhadap laju ekstraksi.

Gambar 5. Pengaruh ukuran partikel terhaap yield ekstraksi dan laju ekstraksi minyak atsiri lada hitam dari buah lada hitam utuh pada 313 K dan 15 MPa. Dalam kasus partikel yang lebih besar dan buah lada utuh, resistensi difusi intrapartikel memiliki efek yang signifikan. Resistensi difusi juga tergantung pada sifat zat terlarut, seperti uukuran molekul, sifat hidrofilik, dll [17]. Selain itu, sebagai antisipasi dari pertimbangan fisik dasar, semakin kecil partikel dan semakin besar area efektif kontak cair-padat, semakin besar laju ekstraksi [23].

17

4.

Kesimpulan Dari hasil dan pembahasan,dapat disimpulkan bahwa minyak lada diekstrak dengan

menggunakan karbon dioksida superkritis yang mengandung banyak sesquiterpene (komponen utama dari parfum) dibandingkan dengan yang diperoleh dari hidrodistilasi. Karbon dioksida superkritis mampu mengekstrak minyak lada dari buah lada hitam utuh. Pada umumnya, laju ekstraksi meningkat dengan meningkatnya tekanan dan temperatur. Kondisi retrogade ditemukan pada 15 MPa. Sebaliknya, peningkatan ukuran partikel mengurangi yield ekstraksi dan laju ekstraksi.

Ucapan Terima Kasih Para penulis mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Republik Indonesia atas dukungan keuangan dari proyek penelitian ini melalui Hibah Penelitian Fundamental 2009.

REFERENSI [1] H. Singh, N. S. Chiung, H. T. Yuen, and O. S. San, Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Sarawak Black Pepper Oil, in Proceeding of 2nd World Engineering Congress, Sarawak, Malaysia, 2002, pp. 16. V. S. Govindarajan, Pepper Chemistry, Technology and Quality Evaluation, CRC Critical Review in Food Science and Nutrition, (9)(1977), pp. 115225. S. Tewtrakul, Fruit Oil Composition of Piper Chaba Hunt, Piper Longum L. and Piper Nigrum L., Journal of Essential Oil Research, (12)(2000), pp. 603608. S. R. S. Ferreira, Z. L. Nikolov, L. K. Doraiswamy, M. A. A. Merireles, and A. J. Petenate, Supercritical Fluid Extraction of Black Pepper (Piper nigrum L.) Essential Oils, The Journal of Supercritical Fluids, (14)(1999), pp. 235245. J. Pino, G. Rodriguez-Feo, and A. Rosado, Chemical and Sensory Properties of Black Pepper Oil, Die Nahrung, (34)(1990), p. 555. N. V. Yanishlieva, E. Marinova, and J. Pokorny, Natural Antioxidants from Herbs and Spices, European Journal of Lipid and Food Technology, 108(2006), pp. 776 793. J. Eller, Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Fat, Business Briefing, Food Technology, 2000, pp. 14. A. Demirbas, Supercritical Fluid Extraction and Chemicals from Biomass With Supercritical Fluid, Energy Conversion and Management, (42)(2001), pp. 279294. M. A. McHugh and V. J. Krukonis, Supercritical Fluid Extraction. USA: Butterworths, 1986.
18

[2] [3] [4]

[5] [6]

[7] [8] [9]

[10] H. J. Fagen, E. P. Kolen, and R. V. Hussong, Spice Analysis, Spectrophotometric Method for Determining Piperine in Oleoresins of Black Pepper, Journal of Agricultural and Food Chemistry, (3)(1955), pp. 860862. [11] K. U. Sankar, Studies on the Physicochemical Characteristics of Volatile Oil from Pepper (Piper nigrum) Extracted by Supercritical Carbon Dioxide, Journal of the Science of Food and Agriculture, (48)(1989), pp. 483493. [12] H. Sovova, J. Jez, M. Bartlova, and J. Stastova, Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Black Pepper, The Journal of Supercritical Fluids, 8(1995), pp. 295 301. [13] P. Bhattacharjee, R. S. Singhal, and A. S. Gholap, Supercritical Carbon Dioxide Extraction for Identification of Adulteration of Black Pepper With Papaya Seeds, Journal of the Science of Food and Agriculture, 83(2003), pp. 783786. [14] O. J. Catchpole, J. B. Grey, N. B. Perry, E. J. Burgess, W. A. Redmond, and N.G. Porter, Extraction of Chili, Black Pepper, and Ginger With Near-Critical CO2, Propane, and Dimethyl Ether: Analysis of the Extracts by Quantitative Nuclear Magnetic Resonance, Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51(17)(2003), pp. 48534860. [15] L. Zhiyi, L. Xuewu, C. Shuhua, Z. Xiaodong, X. Yuanjing, W. Yong, and X. Feng, An Experimental and Simulating Study of Supercritical CO2 Extraction for Pepper Oil, Chemical Engineering and Processing, 45(2006), pp. 264267. [16] ASTA, Official Analytical Methods for Spices., 2nd Ed. New York: American Spice Trade Assoc., 1985. [17] C. Roy, M. Goto, and T. Hirose, Extraction of Ginger Oil With Supercritical Carbon Dioxide: Experiments and Modeling, Industrial & Engineering Chemistry Research, (35)(1996), pp. 607612. [18] R. T. Marentis, Steps to Developing a Commercial Supercritical Carbon Dioxide Processing Plant. in Supercritical Fluid Extraction and Chromatography, eds. B. A. Carpentier and M. R. Sevenants, American Chemical Society: Washington, D. C, 1988. [19] A. C. Kumoro and M. Hasan, Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Andrographolide from Andrographis Paniculatu: Effect of the Solvent Flow Rate, Pressure, and Temperature, Chinese Journal of Chemical Engineering, 15(6)(2007), pp. 877883. [20] Y. Yang, A. Gharaibeh, S. B. Hawthorne, and D. J. Miller, Combined Temperature & Modifier Effects on Supercritical CO2 Extraction Efficiencies of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons from Environmental Samples, Analytical Chemistry, 67(3)(1995), pp. 641646. [21] M. Goto, M. Sato, and T. Hirose, Supercritical Carbon Dioxide Extraction of Carotenoids from Carrots, in 6th Int. Congress on Engineering and Food, Makuhari Messe Chiba, Japan, 1987. Andri C. Kumoro, Masitah Hasan and Harcharan Singh The Arabian Journal for Science and Engineering, Volume 16 35, Number 2B October 2010
19

[22] T. Murthy, M. Rani, and P. N. S. Rao, Optimal Grinding Characteristics of Black Pepper for Essential Oil Yield, Journal of Food Process Engineering, 22(1999), pp. 161173. [23] H. K. Kiriamiti, E. Rascol, A. Marty, and J. S. Condoret, Extraction Rates of Oil from High Oleic Sunflower Seeds With Supercritical Carbon Dioxide, Chemical Engineering and Processing, (41)(2001), pp. 711718.

20

Anda mungkin juga menyukai