Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM I

Tanin

Oleh:

Kelompok 13

Afrah Hafizah (1601003)

Syarifah Lindra Citra (16010

Dosen Pembimbing: Haiyul Fadhli, M.Si., Apt

PROGRAM STUDI SI FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU

YAYASAN UNIVERSITAS RIAU

2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan makalah tentang “Tanin” ini.

Serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh
pihak, khususnya kepada dosen atas kebijaksanaan dalam membantu dan membimbing kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Mei 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam metabolisme sekunder yang terjadi pada tumbuhan akan menghasilkan

beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energimelainkan untuk menunjang

kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predator. Beberapa senyawa seperti

alkaloid, triterpen dan golongan fenol merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari

metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu

atau dua gugushidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,

fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dantanin, yang

tersebar luas di berbagai jenis tumbuhan.

Pada makalah Kimia Bahan Alam ini, kami akan membahas mengenai tanin, yang
merupakan salah satu metabolit sekunder yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Tanin
merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol.
Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk
menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga
tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.

Istilah “tanin” mulai digunakan sejak tahun 1796 oleh Seguin ketika diketahui
dalam suatu ekstrak tanaman mengandung senyawa yang dapat bereaksi dengan protein.
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tumbuhan, dan pada
beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu seperti kulit batang, dan
jaringan lain, yaitu daun dan buah. Beberapa pustaka mengelompokkan tanin dalam
senyawa golongan fenol. Tanin berbentuk amorf yang mengakibatkan terjadinya koloid
dalam air, memiliki rasa sepat, dengan protein membentuk endapan yang menghambat
kerja enzim proteolitik, dan dapat digunakan dalam industri sebagai penyamak kulit
hewan. Bobot molekul tanin biasanya diatas 1000, sedangkan yang memiliki bobot
molekul dibawah 1000 sering disebut dengan “pseudetanin” (contohnya, asam galat,
katekin, asam klorogenat). Ada dua jenis tanin dalam dunia tumbuhan, yaitu tanin
terhidrolisis dan terkondensasi yang sering disebut kelompok proantosianidin.

Sifat tanin sebagai astringen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare, menghentikan


pendarahan, dan mencegah peradangan terutama pada mukosa mulut, serta digunakan
sebagai antidotum pada keracunan logam berat dan alkaloid. Tanin juga digunakan
sebagai antiseptik karena adanya gugus fenol. Dalam Ayurveda, tanaman yang
mengandung banyak tanin digunakan untuk berbagai penyakit, antara lain leucorrhea
(leukorea), rhinorhea (rinorea) dan diare, serta sering dikombinasikan dengan tanaman
lain.

1.2.Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan senyawa tanin?

2. Bagaimana struktur dari tanin?

3. Apa saja sifat dari senyawa tanin?

4. Bagaimana jalur biosintesis dari tanin?

5. Apa saja klasifikasi dari tanin?

6. Apa saja contoh tanaman penghasil tanin?

7. Apa manfaat dari tanin?

8. Bagaimana cara mengidentifikasi tanin?


1.3.Tujuan

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusunan dengan tujuan

untuk mengetahui dan mendeskripsikan :

1. Menjelaskan mengenai pengertian tanin

2. Menjelaskan bagaimana struktur tanin

3. Menjelaskan sifat dari tanin

4. Menjelaskan mengenai jalur biosintesis dari tanin

5. Menjelakan klasifikasi dai tanin

6. Menyebutkan contoh tanaman penghasil tanin

7. Menyebutkan manfaat dari tanin

8. Menjelaskan cara mengidentifikasi senyawa tanin


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Pengertian Tanin

Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada

tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul biasanya

berkisar 1000-3000. Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian

mempercepat pengendapan protein serta dapat mengikat makromolekul lainnya. Tanin

merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik

maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop, tanin biasanya tampak

sebagai massa butiran bahan berwarna kuning, merah, atau cokelat.

Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Sebagai

contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di daerah

pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara korteks dan

epidermis. Tanin dapat membantu mengatur pertumbuhan jaringan ini.

Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari larutan.

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus

dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein

membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah

senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah

menjadi kulit siap pakai karena kemampuannya menyambung silang protein.

Secara fisika, tanin memiliki sifat-sifatjika dilarutkan kedalam air akan

membentuk koloid dan memiliki rasa asamdan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan glatin

akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari larutannya
dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim

protiolitik.

Secara kimiawi, memiliki sifat-sifat diantaranya: merupakan senyawa kompleks

dalam bentuk campuran polifenol yangsukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat

diidentifikasikan dengan kromotografi, dansenyawa fenol dari tanin mempunyai aksi

adstrigensia, antiseptik dan pemberi warna.

Senyawa phenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Proses

pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itusendiri.

Karena itulah tanin terhidrolisis memiliki potensial untuk menjadipengkhelat logam.

Hasil khelat dari tanin ini memiliki keuntungan yaitu kuatnya daya khelat darisenyawa

tanin ini membuat khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh.Tetapi jika tubuh

mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami anemiakarena zat besi dalam darah

akan dilkhelat oleh senyawa tanin tersebut.

2.2. Struktur Umum dari Tanin

Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10% H2O.

Struktur kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5 - 10 residu

ester galat, sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengan

nama asam tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1: Struktur kimia tanin

Gambar 2.1: Tanin Terkondensasi, Proanthocyanidin merupakan polimer


dari flavonoid yang dihubungkan dengan melalui ikatan C-8 dengan C-4.
Gambar 3.1: Tanin Terhidrolisis, Gallotanin prototipe merupakanglukosapentagalloyl(β-
1, 2, 3, 4, 6-Pentagalloyl-OD-Glukopyranose). PGGmemiliki5hubunganesteridentikyang
melibatkangugus hidroksialifatikgulainti. PGG memiliki banyak isomer seperti
Gallotanin.
Gambar 3.2: Rantai ester poligallol ditemukan di dalam gallotanin terbentukdarimeta-
atau para-depside obligasi, melibatkanhidroksilfenolikdaripadagugus
hidroksialifatik.Depsideobligasilebih mudahdihidrolisisdaripadaikatanesteralifatik.
Metanolisisdalam asamlemahdengan menggunakan metanoldapat
menghancurkandepsidetetapi tidakesterobligasi. Dengan
demikianpoliolintidengankelompokgalloylyangteresterisasidapat dihasilkan
daricampuran kompleksdariesterpolygalloylolehmetanolisisdenganbuffer asetat. Asam
kuatmineral, panas, danmetanol dapat digunakan
untukmetanolisisbaikdepsidedanesterobligasimenghasilkanpoliolinti danmetilgalat.
Hidrolisisdenganasam kuatdapat mengubahgalotanin menjadiasamgalatdanpoliolinti.

Gambar 3.3: Aceritannin, gallotannin yang ditemukan pada daun maple dan
hamamellitannin adalah gallotannin dari kulit kayu pohon ek.
Gambar 4.1: Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik
(HHDP).
Gambar 4.2: Eugenin membentuk HHDP pada ikatan karbon C-4 dan C-6, casuarictin
pada ikatan C-2 dan C-3

Gambar 4.3: Corilagin berikatan pada C-3 dan C-6, geraniin pada ikatan C-2 dan C-4,
davidiin pada ikatan C-1 dan C-6
Gambar 4.4: Setelah casuarictin berubah menjadi pedunculagin, cincin piranosa dari
glukosa terbuka dan membentuk kelompok senyawa termasuk castalagin dan vescalagin.

Gambar 4.5: Elagitanin berikatan dengan tanin terhidrolisis lain. Sebagai contoh,pada
beberapaeuforbs, geraniinoksidatifmengembunbersamaPGGuntuk
menghasilkanberbagaieuphrobin, ditandaidengan adanya kelompokvaloneoyl.
Gambar 4.6: Oenetheinadalahdimermakrosiklikdihubungkan olehdua
kelompokvaloneoyl.

2.3.Sifat dari senyawa Tanin

Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat dari
sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika
Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa
asam dan sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk
endapan. Tanin tidak dapat mengkristal. Tanin dapat mengendapkan protein dari
larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzim protiolitik.
2. Sifat Kimia
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang
Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi dengan
menggunakan kromotografi Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
3. Sifat sebagai pengkhelat logam
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai khelat logam.
Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH
senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga
memiliki kemampuan untuk menjadi pengkhelat logam. Khelat yang dihasilkan dari tanin
ini dapat memiliki daya khelat yang kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih
stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan
kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan memberikan efek,
namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi) dapat mengakibatkan anemia
karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut.

Ciri-ciri Tanin :
1. Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid.
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah
besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti
metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
4. Tidak dapat mengkristal.
5. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
6. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
7. Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik.
8. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna
hijau dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat
memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang
sama.
2.4.Jalur Biosintesis pada Tanin

Biosintesa dari Tanin secara umum : Biosintesa asam galat dengan precursor

senyawa fenol propanoid

Contoh :

- Asam gallat merupakan hasil hidrolisa tannin

- Dari jalur asam siklimat melalui asam 5-D-hidroksisiklimat

- Dengan precursor senyawa fenol propanoid. (Rhus thypina)

- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin

1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk

dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa

dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon

menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8

atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain

untuktanin-terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan

asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan

dibebaskanlah monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah

prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.

2) Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana

adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa

dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul

berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun

berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat.

Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam

lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh

gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),

ditemukan dalam daun dan kulit berbagai jenis tumbuhan.

2.5.Klasifikasi dari senyawa Tanin

Tanin dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu:

1. Tanin terhidrolisis
Tanin dapat terhidrolisis oleh asam atau enzim menjadi beberapa molekul asam
fenolat seperti asam galat dan asam heksahidroksidifenat. Dua contoh kelompok ini
adalah galotanin dan elagitanin yang memiliki komponen asam galat dan asam
heksahidroksidifenat. Dahulu, senyawa ini dikenal dengan nama tanin pirogalol
karena pada proses destilasi terbentuk senyawa asam galat dan senyawa lain yang
berubah menjadi pirogalol. Ada 2 tipe tanin terhidrolisis yang dikenal, yaitu galitanin
dan egalitanin, masing-masing memiliki unit asam galat dan asam
heksahidroksidifenat. Bentuk glikosida elagitanin terdapat pada beberapa suku antara
lain Punicaceae, Myrtaceae dan Hamamelidaceae.

2. Tanin terkondensasi (proantosianidin)


Keberadaan senyawa ini tersebar luas dalam dunia tumbuhan dan merupakan
kondensasi (polimer) dari katekin atau galokatekin membentuk suatu oligomer yang
lebih tinggi, seperti dimer. Flavolan merupakan tanin terkondensasi bentuk trimerik
dan katekin (umumnya 2 hingga 20 satuan flavon. Dengan ikatan karbon-karbon yang
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4 - 8
atau 6 – 8. Flobafen suatu senyawa berwarna merah spesifik merupakan hasil
enzimatik atau oksidasi dari tanin dan senyawa ini spesifik pada beberapa tanaman,
seperti pada kulit kayu kina. Flobafen memiliki sifat sebagai antioksidan yang kuat.
Beberapa tanaman yang mengandung kelompok ini adalah Vitis vinifera.
2.6.Tanaman penghasil Tanin

Tanin banyak terdapat dalam bermacam-macam tumbuhan seperti :

Kaliandra

Tanin yang terkandung dalam pakan ternak seperti pada daun kaliandra, dapat

menjadi anti nutrisi pada ternak ruminansia jika dikonsumsi berlebih. Hal ini dapat

diatasi dengan cara melakukan manipulasi proses pencernaan oleh mikroba rumen

dengan menginokulasi isolasi bakteri toleran tanin supaya mengoptimalkan pemanfaatan

kaliandra sebagai sumber pakan. Tanin mampu memproteksi protein bahan pakan, seperti

daun katuk, sehingga tidak terdegradasi di rumen. Tanin juga bermanfaat sebagai agensia

pelindung asam lemak tak jenuh, sehingga tidak terdegradasi oleh mikroba rumen dalam

sistem pencernaan ruminansia.

Kaliandra adalah salah satu jenis legum yang banyak terdapat di daerah

pegunungan dengan tinggi rata-rata 10 meter, mempunyai bunga yang berfilamen-

filamen (Watson et al., 1992). Klasifikasi dari tanaman kaliandra adalah :

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Sub-famili : Mimosoideae

Kaliandra yang termasuk daun legum diketahui mengandung protein kasar yang

cukup banyak jumlahnya sehingga dapat digunakan sebagai suplemen bagi hijauan

rendah protein. Zat anti nutrisi yang terdapat pada kaliandra adalah tanin. Tanin yang

terdapat pada kaliandra cukup tinggi, yakni bisa mencapai 11%. Daun kalindra

mengandung 22-24% protein kasar, 24,38-30,00% serat kasar, 4-5% abu dan 2-3%

lemak. Kandungan Ca 0,54%, P 0,34%, Na kurang dari 0,001%, Mg 0,33%, S 0,12% dan

Fe 26 ppm. Kualitas protein kaliandra merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan

legum pohon lainnya, walaupun legum ini juga mengalami defisiensi asam amino

methionin. Kaliandra merupakan tanaman leguminosa yang tahan terhadap kekeringan

dan mengandung protein sekitar 22% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Disamping itu kaliandra mengandung tanin sekitar 10% menyebabkan kecernaan

kaliandra menjadi rendah yaitu 35 - 42% dan diperkirakan dapat melindungi protein dari

pemecahan oleh mikroba rumen. Kandungan tanin dalarn pakan ternak mrnpunyai

pengaruh yang rnenguntungkan dan merugikan. Kaliandra merupakan tanin

terkondensasi yang dapat mengikat protein dan dapat digunakan sebagai pelindung

protein dari degragasi mikroba rumen.


Daun Teh

Teh mengandung tanin yang bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau

menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Oleh karena itu zaman

dahulu sebelum ada oralit, bayi mencret diberi teh kental sebagai usaha mengatasi hal itu.

Senyawa kimia dalam daun the secara umum dapat digolongkan menjadi empat

kelompok, yaitu:

1. Substansi fenol yang terdiri dari flavnol dan flavonol

2. Subsatansi bukan fenol diantaranya karbohidrat, pektin, alkoloid, protein, lemak,

asam amino, klorofil, asam organik, vitamin dan mineral

3. Substansi aromatik

4. Enzim

Polifenol teh atau yang disebut dengan tannin merupakan zat yang unik karena

berbeda dengan tanin yang berada dalam tanaman lain. Tanin dalam teh tidak bersifat

menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam teh

termasuk tanin terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin

tunggal yang membntuk senyawa dimet kemudian oligomer yang lebih tinggi. Pada daun
the segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin, yang sebagian besar dari golongan katekin

dan daun teh juga dilengkapi enzim polfenol oksidase yang siap bekerja merubah tanin

menjadi senyawa turunan tanin yaitu, theaflavin dan thearubigin. Pada proses ini daun teh

berubah menjadi coklat muda lalu coklat tua.

Teh merupakan salah satu hasil olahan komoditi pertanian yang dibuat dari daun

pucuk tanaman Camellia sinensis. Dengan proses yang berbeda akan dihasilkan jenis teh

yang berbeda, diantaranya yaitu teh hijau (diproses tanpa fermentasi) dan teh hitam

(diproses dengan fermentasi penuh). Teh mengandung zat flavanoid atau tanin yang

berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang mengacaukan keseimbangan tubuh dan

menjadi salah satu pemicu kanker. Daun teh juga mengandung polifenol, theofilin, dan

senyawa lainnya yang membantu menghambat perkembangan virus.

Jenis teh juga berpengaruh terhadap kadar tanin. Hal ini karena menurut terdapat

perbedaan cara pengolahan pada teh hijau dan teh hitam dimana perbedaan cara

pengolahan ini berpengaruh terhadap kadar tanin pada masing-masing jenis teh. Dalam

daun teh terdapat enzim yang disebut enzim katekol oksidase dimana enzim ini dapat

mengubah senyawa tanin menjadi senyawa turunan.

Gamal
Gamal (G. maculata) merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa

yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Tanaman ini banyak mengandung

senyawa yang bersifat toksik seperti dicoumerol, asam sianida (HCN), tanin, dan nitrat

(NO3). Ekstrak etanol daun gamal mengandung senyawa toksik yang dapat mematikan

imago hama bisul dadap.

Daun gamal digunakan sebagai bahan makanan ternak ruminansia karena

mempunyai protein kasar 25.2% dan energi yang lebih tinggi 5.3 Mkal/kg BK. Kadar

ADF yang rendah (25.95%) juga menyebabkan koefisien cerna bahan kering ransum

gamal lebih tinggi daripada ransum lamtoro dan kaliandra yang mengandung ADF sekitar

26.8% dan 36.5%. Selain itu kandungan tanin sekitar 0,07% dapat memberikan efek

melindungi protein pakan dari degradasi mikroba rumen. Daun gamal juga mempunyai

palatabilitas yang rendah karena baunya yang spesifik.

Lamtoro

Lamtoro (Leucaena leucocephala) merupakan salah satu leguminosa pohon yang

mengandung protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial sebagai pakan ternak

non ruminansia seperti unggas di daerah tropis. Lamtoro mengandung senyawa fenolik

mimosin dan tanin dengan konsentrasi tinggi. Mimosin mengandung senyawa polifenol
yang tinggi termasuk tanin akan mengikat protein, sehingga protein menjadi tidak

“tersedia” untuk ternak dan menyebabkan efek negatif terhadap palatabilitas, kecernaan,

dan pertumbuhan. Kandungan nutrisi daun lamtoro cukup tinggi yaitu 24.77% protein,

1.7% abu, 3.86% lemak, 14.26% SK, 39.53% BETN, 1.57% Ca, dan 0.285% P.

Daun Kembang Sepatu

Daun, bunga, dan akar Hibiscus rosasinensis mengandung flavonoid. Di samping

itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung polifenol,

akarnya juga mengandung tanin, saponin, skopoletin, cleomiscosin A, dan cleomiscosin

C. Senyawa yang telah diisolasi adalah senyawa metabolit sekunder golongan fenolik,

dan suatu senyawa metabolit sekunder yang mengandung gugus aromatik dan gugus

hidroksi yang tidak berhubungan langsung.

Daun Singkong (Manihot esculenta Crantz)


Daun singkong mempunyai kandungan protein yang tinggi berkisar antar 16.7%-

39.9% bahan kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni.

Dari 2.5-3 ton/ha hasil samping daun singkong dapat menghasilkan tepung daun

singkong sebanyak 600-800 kg/ha. Pemakaian tepung daun singkong dalam formulasi

ransum dapat dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing dan sapi

perah. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti

cacing (anthelmintic) dan kandungan taninnya berpotensi meningkatkan daya tahan

saluran pencernaan ternak terhadap mikroorganisme parasit. Ensilase merupakan salah

satu cara pengawetan daun singkong sebagai pakan ternak dan efektif menurunkan

kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu setelah 3 bulan ensilase yaitu 289 mg/kg

menjadi 20.1 mg/kg.

Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Daun belingbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis tanaman

yang mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin. Kadar tanin dalam daun

belimbing wuluh muda sebesar 10,92%. Turi merupakan salah satu tanaman yang

mengandung tanin. Kulit batang turi mengandung tanin, egatin, zantoegatin, basorin,

resin, kalsium oksalat, sulfur, peroksidase, zat warna. Pada daun turi terdapat saponin,
tanin, glikoside, peroksidase, vitamin A dan B pada bunga terdapat kalsium, zat besi, zat

gula, vitamin A dan B.

2.7.Manfaat Senyawa Tanin

Tanin diketahui dapat digunakan sebagai antivirus, antibakteri, dan antitumor.

Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai

diuretik. Tanaman yang mengandung tanintelah diakui memiliki efek farmakologi dan

dikenal agar membuat pohon-pohon dan semak-semak sulit untuk dihinggapi/dimakan

oleh banyak ulat.

Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,

tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan

dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan

hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh

hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi

utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan.

Fungsi tanin pada tanaman biasanya sebagai senjata pertahanan untuk

menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan menghindari diri dari

serangga, sebagai penyamak kulit,bahan untuk pembuatan tinta (+ garam besi(III) →

senyawa berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin, protein, alkaloid (karena

sifat mengendap), sebagaiantidotum keracunan alkaloid (membentuk tannat yang

mengendap), sebagai antiinflamasi saluran pencernaan bagian atas,obat diare karena

inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid).

Tanin terutama dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan mudah

digunakan. Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala, tali, dan layar agar
lebih tahan terhadap air laut. Selain itu tanin dimanfaatkan sebagai bahan pewarna,

perekat, dan mordan. Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur,

dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir

(salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya

untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut

(astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan

sebagai bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang

positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare

yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Daun teh

segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri,

karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang

berpotensi sebagai antibakteri pada daun teh menjadi berkurang.

Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,

khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta

sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu,

senyawa tanin dapat digunakan sebagai obat diare.

2.8.Cara Identifikasi Senyawa Tanin

Bahan tanaman yang digunakan sebagai contoh identifikasi yaitu : daun Mangga

(Mangifera indica).

Persiapan ekstraksi tanaman : heksana, etil asetat dan ekstrak metanol dari daun

tanaman yang telah disiapkan sesuai dengan metode standar. Sampel tanaman yang

dikumpulkan ketika udara kering dan digiling dengan menggunakan mesin penggilingan.
Bahan yang telah diserbukkan dipindahkan ke dalam alat Soxhlet dan diekstraksi dalam

ekstraktor Soxhlet menggunakan heksana, etil asetat dan metanol berturut-turut masing-

masing selama72 jam. Ekstrak terkonsentrasi sampai kering dan residu yang diperoleh

sebagai hitam solid, bergetah hitam kehijauan solid dan kecoklatan hitam solid, masing-

masing setelah itu, residu dipindahkan ke dalam wadah sampel pra-ditimbang dan

disimpan dan kemudian siap digunakan untuk skrining fitokimia.

Skriningfitokimia: ekstrak daun mangga (Mangiferaindica) (varietasEdward)

dianalisis mengandung alkaloid, saponin, antrakuinon, steroid, tanin, flavonoid,

mengurangi kadar gula darah sesuai dengan metode standar. Ekstraksi

airsampeldilakukan dengan menggunakan larutan ujiklorida 15 %. Catat warna yang

dihasilkan. Jika warna yang dihasilkan adalah warnabiru, makamenunjukkan

adanyataninterhidrolisis.Atau,10mLkalium hidroksida (KOH) disiapkandalam gelas

kimia, tambahkan0,5gekstrakkemudianaduk. Jika terbentukendapankotor, maka

menunjukkan adanya tanin.

Berikut adalah indikator yang dapat digunakan ketika mengidentifikasi senyawa

tanin secara kualitatif:

a. Galotanin, Elagitanin + garam Feri → warna + hitam kebiruan

b. Tanin terkondensasi + garam Feri → coklat kehijauan

c. Galotanin + K-iodat → warna rosa

d. Asam galat bebas + K-iodat → warna jingga

e. Elagitanin + asam nitrit → mula-mula rosa, kemudian ungu, lalu biru

f. Tanin terkondensasi + vanilin + HCl → merah


Berikut adalah cara skrining fitokimia secara umum :

a) Ditimbang 0,5 g bahan tumbuhan.

b) Disari / dimaserasi dengan akuades 10ml selama 15 menit.

c) Kemudian disaring, filtrat diencerkan dengan akuadessampai hampir tidak

berwarna.

d) Diambil 2 ml filtrat, ditambahkan 2 teteslarutan FeCl310%.

e) Diperhatikan warna yang terjadi, warna biru atau hijaumenunjukkan adanya tanin.

f) Warna biru menunjukkan adanya 3 buahgugus hidroksil pada inti aromatis tanin

sedangkan warna hijaumenunjukkan adanya 2 buah gugus hidroksil pada inti

aromatis tanin.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul lebih dari

1000yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang khas

baik fisik maupun kimianya. Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai sistem

pertahanan dari predator, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan terasaasam

dan sepat, hal ini sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu tanin jugadapat

mengendapkan protein, alkaloid, dan glatin. Tanin juga dapat membentuk khelatdengan

logam secara stabil, sehingga jika manusia kebanyakan mengkonsumsi makanyang

memiliki tanin maka Fe pada darah akan berkurang sehingga menyebabkan anemia. Tanin

diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin terhidrolisis dan taninterkondensasi. Masing-

masing jenis memiliki struktur dan sifat yang berbeda. Untuk tannin yang tehidrolisis

memiliki ikatan glikosida yang dapat dihidrolisis oleh asam. Kalau tanin terkondensasi

biasanya berbentuk polimer, jenis ini didominasi dengan flavonoid sebagai monomernya.

Beberapa cara mengujinya bergantung pada tujuannya apakah kualitatif atau kuantitatif,

masing-masing dapat dilakukan dilaboratorium dengan reagen dan metode tertentu. Tanin

jenis terhidrolisis lebih mudah untuk dimurnikan dari pada jenis terkondensasi.
DAFTAR PUSTAKA

Olav Smidsrød, Størker Moe, & Størker T. Moe (2008). Biopolymer Chemistry. Dari
http://books.google.co.id/books?id=qDWZiFcbS0EC&pg=PA117&dq=Tannin,+Cellulos
e,+Lignin&hl=id&sa=X&ei=yqqEU6m3PMm2uATI9IDgBA&ved=0CHUQ6AEwCQ#v
=onepage&q=tannin&f=false, 23November 2014

Edwin Haslam (1989). Plant Polyphenols: Vegetable Tannins Revisited. Dari


http://books.google.co.id/books?hl=id&id=Zyc9AAAAIAAJ&q=tannin#v=snippet&q=ta
nnin&f=false,23 November 2014

O.O. AiyelaagbeandPaul M. Osamudiamen (2009). Phytochemical Screening for Active


Compounds in Mangifera indica Leaves. Dari
http://www.medwelljournals.com/fulltext/?doi=psres.2009.11.13,23 November 2014

Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad Baghbani Mehmandar
(2011). Plants and Secondary Metabolites (Tannins): A Review. Dari
http://www.ijfse.com/index.php/IJFSE/article/view/IJFSE-Vol%201%281%29-2011-8,23
November 2014

Elok Kamilah Hayati, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah (2010). Fraksinansi dan
Identifikasi Senyawa Tanin
Darihttp://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2804/1993, 23
November2014

Asriyah Firdausi, Tri Agus Siswoyo, dan Soekandar Wiryadiputra (2013). Identifikasi Tanaman
Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk Penghambatan Aktivitas α-Amilase
Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati. Dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDoQF
jAC&url=http%3A%2F%2Ficcri.net%2Fdownload%2FPelita%2520Perkebunan%2Fvol_
29_no_1_april_2013%2FIdentifikasi%2520Tanaman%2520Potensial%2520Penghasil%2
520Tanin-
protein%2520Kompleks%2520Untuk%2520Penghambatan%2520Aktivitas%2520amylas
e%2520Kaitannya%2520Sebagai%2520Pestisida%2520Nabati.pdf&ei=RWeKU-
7NCcmTuATY3IGYCQ&usg=AFQjCNFgL_czFl-pJUE-
ZnsmoYgZUa9O3A&sig2=P7jLvK4KESb6_4JpnULWgA,23November 2014
Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai