Tanin
Oleh:
Kelompok 13
2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat
menyelesaikan makalah tentang “Tanin” ini.
Serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada seluruh
pihak, khususnya kepada dosen atas kebijaksanaan dalam membantu dan membimbing kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
beberapa senyawa yang tidak digunakan sebagai cadangan energimelainkan untuk menunjang
kelangsungan hidupnya seperti untuk pertahanan dari predator. Beberapa senyawa seperti
alkaloid, triterpen dan golongan fenol merupakan senyawa-senyawa yang dihasilkan dari
metabolisme skunder. Golongan fenol dicirikan oleh adanya cincin aromatik dengan satu
atau dua gugushidroksil. Kelompok fenol terdiri dari ribuan senyawa, meliputi flavonoid,
fenilpropanoid, asam fenolat, antosianin, pigmen kuinon, melanin, lignin, dantanin, yang
Pada makalah Kimia Bahan Alam ini, kami akan membahas mengenai tanin, yang
merupakan salah satu metabolit sekunder yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Tanin
merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke dalam golongan polifenol.
Senyawa tanin ini banyak di jumpai pada tumbuhan. Tanin dahulu digunakan untuk
menyamakkan kulit hewan karena sifatnya yang dapat mengikat protein. Selain itu juga
tanin dapat mengikat alkaloid dan glatin.
Istilah “tanin” mulai digunakan sejak tahun 1796 oleh Seguin ketika diketahui
dalam suatu ekstrak tanaman mengandung senyawa yang dapat bereaksi dengan protein.
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam tumbuhan, dan pada
beberapa tanaman terdapat terutama dalam jaringan kayu seperti kulit batang, dan
jaringan lain, yaitu daun dan buah. Beberapa pustaka mengelompokkan tanin dalam
senyawa golongan fenol. Tanin berbentuk amorf yang mengakibatkan terjadinya koloid
dalam air, memiliki rasa sepat, dengan protein membentuk endapan yang menghambat
kerja enzim proteolitik, dan dapat digunakan dalam industri sebagai penyamak kulit
hewan. Bobot molekul tanin biasanya diatas 1000, sedangkan yang memiliki bobot
molekul dibawah 1000 sering disebut dengan “pseudetanin” (contohnya, asam galat,
katekin, asam klorogenat). Ada dua jenis tanin dalam dunia tumbuhan, yaitu tanin
terhidrolisis dan terkondensasi yang sering disebut kelompok proantosianidin.
1.2.Rumusan Masalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusunan dengan tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
1.1.Pengertian Tanin
Tanin adalah kelas utama dari metabolit sekunder yang tersebar luas pada
tanaman. Tanin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat molekul biasanya
berkisar 1000-3000. Menurut definisi, tanin mampu menjadi pengompleks dan kemudian
merupakan campuran senyawa polifenol yang jika semakin banyak jumlah gugus fenolik
maka semakin besar ukuran molekul tanin. Pada mikroskop, tanin biasanya tampak
Tanin dapat ditemukan di daun, tunas, biji, akar, dan batang jaringan. Sebagai
contoh dari lokasi tanin dalam jaringan batang adalah tanin sering ditemukan di daerah
pertumbuhan pohon, seperti floem sekunder dan xylem dan lapisan antara korteks dan
Tanin berikatan kuat dengan protein & dapat mengendapkan protein dari larutan.
Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus
dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Dalam industri, tanin adalah
senyawa yang berasal dari tumbuhan, yang mampu mengubah kulit hewan yang mentah
membentuk koloid dan memiliki rasa asamdan sepat, jika dicampur dengan alkaloid dan glatin
akan terjadi endapan, tidak dapat mengkristal, dan dapat mengendapkan protein dari larutannya
dan bersenyawa denganprotein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim
protiolitik.
dalam bentuk campuran polifenol yangsukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal, tanin dapat
Senyawa phenol yang secara biologis dapat berperan sebagai khelat logam. Proses
pengkhlatan akan terjadi sesuai pola subtitusi dan pH senyawa phenolik itusendiri.
Hasil khelat dari tanin ini memiliki keuntungan yaitu kuatnya daya khelat darisenyawa
tanin ini membuat khelat logam menjadi stabil dan aman dalam tubuh.Tetapi jika tubuh
mengkonsumsi tanin berlebih maka akan mengalami anemiakarena zat besi dalam darah
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10% H2O.
Struktur kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5 - 10 residu
ester galat, sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengan
nama asam tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1: Struktur kimia tanin
Gambar 3.3: Aceritannin, gallotannin yang ditemukan pada daun maple dan
hamamellitannin adalah gallotannin dari kulit kayu pohon ek.
Gambar 4.1: Elagitanin sederhana merupakan ester dari asam hexahidroxidifenik
(HHDP).
Gambar 4.2: Eugenin membentuk HHDP pada ikatan karbon C-4 dan C-6, casuarictin
pada ikatan C-2 dan C-3
Gambar 4.3: Corilagin berikatan pada C-3 dan C-6, geraniin pada ikatan C-2 dan C-4,
davidiin pada ikatan C-1 dan C-6
Gambar 4.4: Setelah casuarictin berubah menjadi pedunculagin, cincin piranosa dari
glukosa terbuka dan membentuk kelompok senyawa termasuk castalagin dan vescalagin.
Gambar 4.5: Elagitanin berikatan dengan tanin terhidrolisis lain. Sebagai contoh,pada
beberapaeuforbs, geraniinoksidatifmengembunbersamaPGGuntuk
menghasilkanberbagaieuphrobin, ditandaidengan adanya kelompokvaloneoyl.
Gambar 4.6: Oenetheinadalahdimermakrosiklikdihubungkan olehdua
kelompokvaloneoyl.
Untuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat dari
sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :
1. Sifat Fisika
Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa
asam dan sepat. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk
endapan. Tanin tidak dapat mengkristal. Tanin dapat mengendapkan protein dari
larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh
enzim protiolitik.
2. Sifat Kimia
Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang
Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal. Tanin dapat diidentifikasi dengan
menggunakan kromotografi Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi
adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.
3. Sifat sebagai pengkhelat logam
Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai khelat logam.
Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH
senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga
memiliki kemampuan untuk menjadi pengkhelat logam. Khelat yang dihasilkan dari tanin
ini dapat memiliki daya khelat yang kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih
stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan
kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan memberikan efek,
namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi) dapat mengakibatkan anemia
karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut.
Ciri-ciri Tanin :
1. Tanin secara umum memiliki gugus fenol dan bersifat koloid.
2. Semua jenis tanin dapat larut dalam air, kelarutannya besar dan akan bertambah
besar apabila dilarutkan dalam air panas. Begitu pula dalam pelarut organik seperti
metanol, etanol, aseton dan pelarut organik lainnya.
3. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
4. Tidak dapat mengkristal.
5. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
6. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
7. Tanin mempunyai sifat bakteristatik dan fungistatik.
8. Reaksi warna terjadi bila disatukan dengan garam besi. Reaksi ini digunakan untuk
menguji klasifikasi tanin. Reaksi tanin dengan garam besi akan memberikan warna
hijau dan biru kehitaman, tetapi uji ini kurang baik karena selain tanin yang dapat
memberikan reaksi warna, zat-zat lain juga dapat memberikan reaksi warna yang
sama.
2.4.Jalur Biosintesis pada Tanin
Biosintesa dari Tanin secara umum : Biosintesa asam galat dengan precursor
Contoh :
- Katekin dibentuk dari 3 molekul as. Asetat , as. Sinamat & as. Katekin
dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8
atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain
prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
adalah depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa
dikelilingi oleh lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul
berupa senyawa dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun
berikatan dengan glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat.
Tannin terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C76H52O46),
1. Tanin terhidrolisis
Tanin dapat terhidrolisis oleh asam atau enzim menjadi beberapa molekul asam
fenolat seperti asam galat dan asam heksahidroksidifenat. Dua contoh kelompok ini
adalah galotanin dan elagitanin yang memiliki komponen asam galat dan asam
heksahidroksidifenat. Dahulu, senyawa ini dikenal dengan nama tanin pirogalol
karena pada proses destilasi terbentuk senyawa asam galat dan senyawa lain yang
berubah menjadi pirogalol. Ada 2 tipe tanin terhidrolisis yang dikenal, yaitu galitanin
dan egalitanin, masing-masing memiliki unit asam galat dan asam
heksahidroksidifenat. Bentuk glikosida elagitanin terdapat pada beberapa suku antara
lain Punicaceae, Myrtaceae dan Hamamelidaceae.
Kaliandra
Tanin yang terkandung dalam pakan ternak seperti pada daun kaliandra, dapat
menjadi anti nutrisi pada ternak ruminansia jika dikonsumsi berlebih. Hal ini dapat
diatasi dengan cara melakukan manipulasi proses pencernaan oleh mikroba rumen
kaliandra sebagai sumber pakan. Tanin mampu memproteksi protein bahan pakan, seperti
daun katuk, sehingga tidak terdegradasi di rumen. Tanin juga bermanfaat sebagai agensia
pelindung asam lemak tak jenuh, sehingga tidak terdegradasi oleh mikroba rumen dalam
Kaliandra adalah salah satu jenis legum yang banyak terdapat di daerah
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Sub-famili : Mimosoideae
Kaliandra yang termasuk daun legum diketahui mengandung protein kasar yang
cukup banyak jumlahnya sehingga dapat digunakan sebagai suplemen bagi hijauan
rendah protein. Zat anti nutrisi yang terdapat pada kaliandra adalah tanin. Tanin yang
terdapat pada kaliandra cukup tinggi, yakni bisa mencapai 11%. Daun kalindra
mengandung 22-24% protein kasar, 24,38-30,00% serat kasar, 4-5% abu dan 2-3%
lemak. Kandungan Ca 0,54%, P 0,34%, Na kurang dari 0,001%, Mg 0,33%, S 0,12% dan
Fe 26 ppm. Kualitas protein kaliandra merupakan yang terbaik jika dibandingkan dengan
legum pohon lainnya, walaupun legum ini juga mengalami defisiensi asam amino
dan mengandung protein sekitar 22% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
kaliandra menjadi rendah yaitu 35 - 42% dan diperkirakan dapat melindungi protein dari
pemecahan oleh mikroba rumen. Kandungan tanin dalarn pakan ternak mrnpunyai
terkondensasi yang dapat mengikat protein dan dapat digunakan sebagai pelindung
Teh mengandung tanin yang bersifat sebagai antibakteri dan astringen atau
menciutkan dinding usus yang rusak karena asam atau bakteri. Oleh karena itu zaman
dahulu sebelum ada oralit, bayi mencret diberi teh kental sebagai usaha mengatasi hal itu.
Senyawa kimia dalam daun the secara umum dapat digolongkan menjadi empat
kelompok, yaitu:
3. Substansi aromatik
4. Enzim
Polifenol teh atau yang disebut dengan tannin merupakan zat yang unik karena
berbeda dengan tanin yang berada dalam tanaman lain. Tanin dalam teh tidak bersifat
menyamak dan tidak berpengaruh buruk terhadap pencernaan makanan. Tanin dalam teh
termasuk tanin terkondensasi yang secara biosintetis terbentuk dari kondensasi katekin
tunggal yang membntuk senyawa dimet kemudian oligomer yang lebih tinggi. Pada daun
the segar terdapat sekitar 30 % senyawa tanin, yang sebagian besar dari golongan katekin
dan daun teh juga dilengkapi enzim polfenol oksidase yang siap bekerja merubah tanin
menjadi senyawa turunan tanin yaitu, theaflavin dan thearubigin. Pada proses ini daun teh
Teh merupakan salah satu hasil olahan komoditi pertanian yang dibuat dari daun
pucuk tanaman Camellia sinensis. Dengan proses yang berbeda akan dihasilkan jenis teh
yang berbeda, diantaranya yaitu teh hijau (diproses tanpa fermentasi) dan teh hitam
(diproses dengan fermentasi penuh). Teh mengandung zat flavanoid atau tanin yang
berfungsi sebagai penangkal radikal bebas yang mengacaukan keseimbangan tubuh dan
menjadi salah satu pemicu kanker. Daun teh juga mengandung polifenol, theofilin, dan
Jenis teh juga berpengaruh terhadap kadar tanin. Hal ini karena menurut terdapat
perbedaan cara pengolahan pada teh hijau dan teh hitam dimana perbedaan cara
pengolahan ini berpengaruh terhadap kadar tanin pada masing-masing jenis teh. Dalam
daun teh terdapat enzim yang disebut enzim katekol oksidase dimana enzim ini dapat
Gamal
Gamal (G. maculata) merupakan salah satu tanaman yang memiliki senyawa
yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati. Tanaman ini banyak mengandung
senyawa yang bersifat toksik seperti dicoumerol, asam sianida (HCN), tanin, dan nitrat
(NO3). Ekstrak etanol daun gamal mengandung senyawa toksik yang dapat mematikan
mempunyai protein kasar 25.2% dan energi yang lebih tinggi 5.3 Mkal/kg BK. Kadar
ADF yang rendah (25.95%) juga menyebabkan koefisien cerna bahan kering ransum
gamal lebih tinggi daripada ransum lamtoro dan kaliandra yang mengandung ADF sekitar
26.8% dan 36.5%. Selain itu kandungan tanin sekitar 0,07% dapat memberikan efek
melindungi protein pakan dari degradasi mikroba rumen. Daun gamal juga mempunyai
Lamtoro
mengandung protein tinggi dan karotenoid yang sangat potensial sebagai pakan ternak
non ruminansia seperti unggas di daerah tropis. Lamtoro mengandung senyawa fenolik
mimosin dan tanin dengan konsentrasi tinggi. Mimosin mengandung senyawa polifenol
yang tinggi termasuk tanin akan mengikat protein, sehingga protein menjadi tidak
“tersedia” untuk ternak dan menyebabkan efek negatif terhadap palatabilitas, kecernaan,
dan pertumbuhan. Kandungan nutrisi daun lamtoro cukup tinggi yaitu 24.77% protein,
1.7% abu, 3.86% lemak, 14.26% SK, 39.53% BETN, 1.57% Ca, dan 0.285% P.
itu daunnnya juga mengandung saponin dan polifenol, bunga mengandung polifenol,
C. Senyawa yang telah diisolasi adalah senyawa metabolit sekunder golongan fenolik,
dan suatu senyawa metabolit sekunder yang mengandung gugus aromatik dan gugus
39.9% bahan kering dan hampir 85% dari fraksi protein kasar merupakan protein murni.
Dari 2.5-3 ton/ha hasil samping daun singkong dapat menghasilkan tepung daun
singkong sebanyak 600-800 kg/ha. Pemakaian tepung daun singkong dalam formulasi
ransum dapat dijadikan sebagai sumber protein dan konsentrat pada kambing dan sapi
perah. Selain berfungsi sebagai sumber protein, daun singkong juga berperan sebagai anti
satu cara pengawetan daun singkong sebagai pakan ternak dan efektif menurunkan
kandungan sianida (HCN) pada ubi kayu setelah 3 bulan ensilase yaitu 289 mg/kg
Daun belingbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu jenis tanaman
yang mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin. Kadar tanin dalam daun
belimbing wuluh muda sebesar 10,92%. Turi merupakan salah satu tanaman yang
mengandung tanin. Kulit batang turi mengandung tanin, egatin, zantoegatin, basorin,
resin, kalsium oksalat, sulfur, peroksidase, zat warna. Pada daun turi terdapat saponin,
tanin, glikoside, peroksidase, vitamin A dan B pada bunga terdapat kalsium, zat besi, zat
Tanin tertentu dapat menghambat selektivitas replikasi HIV dan juga digunakan sebagai
diuretik. Tanaman yang mengandung tanintelah diakui memiliki efek farmakologi dan
Di dalam tumbuhan letak tanin terpisah dari protein dan enzim sitoplasma,
tetapi bila jaringan rusak, misalnya bila hewan memakannya, maka reaksi penyamakan
dapat terjadi. Reaksi ini menyebabkan protein lebih sukar dicapai oleh cairan pencernaan
hewan. Pada kenyataanya, sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh
hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi
utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan.
menghindari terjadinya over grazing oleh hewan ruminansia dan menghindari diri dari
senyawa berwarna tua),sebagai reagen untuk deteksi gelatin, protein, alkaloid (karena
inflamasi saluran gastro intestinal, dan sebagai obattopikal (lesi terbuka, luka, hemoroid).
Tanin terutama dimanfaatkan orang untuk menyamak kulit agar awet dan mudah
digunakan. Tanin juga digunakan untuk menyamak (mengubar) jala, tali, dan layar agar
lebih tahan terhadap air laut. Selain itu tanin dimanfaatkan sebagai bahan pewarna,
perekat, dan mordan. Tanin yang terkandung dalam minuman seperti teh, kopi, anggur,
dan bir memberikan aroma dan rasa sedap yang khas. Bahan kunyahan seperti gambir
(salah satu campuran makan sirih) memanfaatkan tanin yang terkandung di dalamnya
untuk memberikan rasa kelat ketika makan sirih. Sifat pengelat atau pengerut
(astringensia) itu sendiri menjadikan banyak tumbuhan yang mengandung tanin dijadikan
sebagai bahan obat-obatan. Tanin yang terkandung dalam teh memiliki korelasi yang
positif antara kadar tanin pada teh dengan aktivitas antibakterinya terhadap penyakit diare
yang disebabkan oleh Enteropathogenic Esclierichia coli (EPEC) pada bayi. Daun teh
segar yang belum mengalami pengolahan lebih berpotensi sebagai senyawa antibakteri,
karena seiring dengan pengolahan menjadi teh hitam, aktivitas senyawa-senyawa yang
Senyawa tanin juga bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus,
khususnya usus besar dan menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak. Serta
sebagai penyerap racun (antidotum) dan dapat menggumpalkan protein. Oleh karena itu,
Bahan tanaman yang digunakan sebagai contoh identifikasi yaitu : daun Mangga
(Mangifera indica).
Persiapan ekstraksi tanaman : heksana, etil asetat dan ekstrak metanol dari daun
tanaman yang telah disiapkan sesuai dengan metode standar. Sampel tanaman yang
dikumpulkan ketika udara kering dan digiling dengan menggunakan mesin penggilingan.
Bahan yang telah diserbukkan dipindahkan ke dalam alat Soxhlet dan diekstraksi dalam
ekstraktor Soxhlet menggunakan heksana, etil asetat dan metanol berturut-turut masing-
masing selama72 jam. Ekstrak terkonsentrasi sampai kering dan residu yang diperoleh
sebagai hitam solid, bergetah hitam kehijauan solid dan kecoklatan hitam solid, masing-
masing setelah itu, residu dipindahkan ke dalam wadah sampel pra-ditimbang dan
berwarna.
e) Diperhatikan warna yang terjadi, warna biru atau hijaumenunjukkan adanya tanin.
f) Warna biru menunjukkan adanya 3 buahgugus hidroksil pada inti aromatis tanin
aromatis tanin.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Tanin merupakan salah satu senyawa polifenol dengan berat molekul lebih dari
1000yang dapat diperoleh dari semua jenis tumbuhan. Tanin memiliki sifat yang khas
baik fisik maupun kimianya. Tanin biasanya dalam tumbuhan berfungsi sebagai sistem
pertahanan dari predator, contohnya pada buah yang belum matang, buah akan terasaasam
dan sepat, hal ini sama dengan sifat tanin yang asam dan sepat. Selain itu tanin jugadapat
mengendapkan protein, alkaloid, dan glatin. Tanin juga dapat membentuk khelatdengan
memiliki tanin maka Fe pada darah akan berkurang sehingga menyebabkan anemia. Tanin
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu tanin terhidrolisis dan taninterkondensasi. Masing-
masing jenis memiliki struktur dan sifat yang berbeda. Untuk tannin yang tehidrolisis
memiliki ikatan glikosida yang dapat dihidrolisis oleh asam. Kalau tanin terkondensasi
biasanya berbentuk polimer, jenis ini didominasi dengan flavonoid sebagai monomernya.
Beberapa cara mengujinya bergantung pada tujuannya apakah kualitatif atau kuantitatif,
masing-masing dapat dilakukan dilaboratorium dengan reagen dan metode tertentu. Tanin
jenis terhidrolisis lebih mudah untuk dimurnikan dari pada jenis terkondensasi.
DAFTAR PUSTAKA
Olav Smidsrød, Størker Moe, & Størker T. Moe (2008). Biopolymer Chemistry. Dari
http://books.google.co.id/books?id=qDWZiFcbS0EC&pg=PA117&dq=Tannin,+Cellulos
e,+Lignin&hl=id&sa=X&ei=yqqEU6m3PMm2uATI9IDgBA&ved=0CHUQ6AEwCQ#v
=onepage&q=tannin&f=false, 23November 2014
Shahin Hassanpour, Naser MaheriSis, Behrad Eshratkhah, & Farhad Baghbani Mehmandar
(2011). Plants and Secondary Metabolites (Tannins): A Review. Dari
http://www.ijfse.com/index.php/IJFSE/article/view/IJFSE-Vol%201%281%29-2011-8,23
November 2014
Elok Kamilah Hayati, A. Ghanaim Fasyah, dan Lailis Sa’adah (2010). Fraksinansi dan
Identifikasi Senyawa Tanin
Darihttp://ojs.unud.ac.id/index.php/jchem/article/download/2804/1993, 23
November2014
Asriyah Firdausi, Tri Agus Siswoyo, dan Soekandar Wiryadiputra (2013). Identifikasi Tanaman
Potensial Penghasil Tanin-Protein Kompleks untuk Penghambatan Aktivitas α-Amilase
Kaitannya Sebagai Pestisida Nabati. Dari
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=0CDoQF
jAC&url=http%3A%2F%2Ficcri.net%2Fdownload%2FPelita%2520Perkebunan%2Fvol_
29_no_1_april_2013%2FIdentifikasi%2520Tanaman%2520Potensial%2520Penghasil%2
520Tanin-
protein%2520Kompleks%2520Untuk%2520Penghambatan%2520Aktivitas%2520amylas
e%2520Kaitannya%2520Sebagai%2520Pestisida%2520Nabati.pdf&ei=RWeKU-
7NCcmTuATY3IGYCQ&usg=AFQjCNFgL_czFl-pJUE-
ZnsmoYgZUa9O3A&sig2=P7jLvK4KESb6_4JpnULWgA,23November 2014
Hanani, Endang. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta: EGC