Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI PIPERIN DARI PIPERIS NIGRI ATAU PIPERIS ALBI FRUCTUS

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah mengikuti praktikum, diharapkan mahasiswa dapat memahami prinsip
dan melakukan isolasi piperin dari piperis nigri fructus atau piperis albi fructus serta
memahami analisis kualitatif hasil isolasi kromatografi lapisan tipis.

II. DASAR TEORI


A. SOXHLETASI

Pengertian soxhletasi suatu metode / proses pemisahan suatu komponen yang


terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan
pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Pengambilan
suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa
organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik
isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana
pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat
mengisolasi senyawa organik itu lebih efesien. Isolasi semacam itu disebut sokhletasi.

Metode sokhletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan


perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (destilasi uap), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan
diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi atau
pun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang di dapatkan untuk pemisahan ini adalah
sokletasi.

Sokhletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara pemanasan,


sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan membasahi sampel, secara
teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali kedalam labu dengan membawa senyawa
kimia yang akan diisolasi tersebut. Pelarut yang telah membawa senyawa kimia pada
labu destilasi yang diuapkan dengan rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat
diangkat lagi bila suatu campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada suatu
zat padat, maka dapat diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan Metoda
sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan perkolasi. Jika
pada metoda pemisahan minyak astiri ( distilasi uap ), tidak dapat digunakan dengan baik
karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang akan diisolasi cukup kecil
atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk maserasi ataupun perkolasi ini, maka
cara yang terbaik yang didapatkan untuk pemisahan ini adalah sokletasi.

Prinsip Kerja Soxletasi

Piperin disari dari buah piper dengan etanol 96% dipisahkan dari senyawa resin
dengan penambahan KOH-etanol 10% b/v. kristalisasi dilakukan dengan etanol.
Penyaringan yang berulang-ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang
digunakan relative sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan
kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut
yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan
tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. Bila piperin dihidrolisis
dengan KOH-etanolik berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin
terhidrolisis dan membentuk kalium piperinat dan piperidin.
Kelebihan dan kekurangan soxhletasi :
a. Kelebihan:
- Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
- Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
- Proses sokletasi berlangsung cepat.
- Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
- Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali
b. Kekurangan:
- Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
- Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
- Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
- Sampel sampel yang digunakan harus sampel yang digunakan
harus sampel yang tahan panas atau tidak dapat digunakan
pada sampel yang tidak tahan panas. Karena sampel yang tidak
tahan panas akan teroksidasi atau tereduksi ketika proses
sokletasi berlangsung.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang


sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal ini
akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan sampel
tidak alami lagi.
Alat sokletasi tidak boleh lebih rendah dari pipa kapiler, karena ada kemungkinan
saluran pipa dasar akan tersumbat. Juga tidak boleh terlalu tinggi dari pipa kapiler karena
sampel tidak terendam seluruhnya.
Dibanding dengan cara terdahulu ( destilasi ), maka metoda sokletasi ini lebih efisien,
karena:
1. Pelarut organik dapat menarik senyawa organik dalam bahan alam secara berulang
kali.
2. Waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Pelarut lebih sedikit dibandingkan dengan metoda maserasi atau perkolasi.
Sokletasi dihentikan apabila :
1. Pelarut yang digunakan tidak berwarna lagi.
2. Sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak menimbulkan bercak lagi.
3. Hasil sokletasi di uji dengan pelarut tidak mengalami perubahan yang spesifik.

B. PIPERIN
Piperin merupakan senyawa yang tahan terhadap panas dan piperin yang
digunakan untuk esktraksi berupa serbuk halus, tujuannya supaya didapat sari dengan
kadar yang optimal, karena jika suatu sampel partikelnya diperkecil maka partikelnya
mudah terbasahi oleh solvent sehingga senyawa dalam simplisia mudah tersari.
Proses isolasi piperin dari ekstrak lada hitam dapat dilakukan dengan metode
rekristalisasi. Secara harfiah rekirstalisasi berarti pembentukan Kristal kembali
1. Klasifikasi tanaman merica adalah sebagai  berikut :
KINGDOM Plantae
SUB KINGDOM Viridiplantae
INFRA Streptophyta
KINGDOM
SUPER DIVISI Embryophyta
DIVISI Tracheophyta
SUB DIVISI Spermatophytina
KELAS Magnoliopsida
SUPER ORDO Magnolianae
ORDO Piperales
FAMILI Piperaceae
GENUS Piper L.
SPESIES Piper nigrum L.

Kandungan lada hitam Buah lada hitam mengandung bahan aktif seperti amida
fenolat, asam fenolat, dan flavonoid yang bersifat antioksidan sangat kuat. Selain
mengandung bahan-bahan antioksidan, lada hitam juga mengandung  piperin yang
diketahui berkhasiat sebagai obat analgesik, antipiretik, anti inflamasi, serta
memperlancar proses pencernaan (Meghwal dan Goswami, 2012).
Kandungan lada hitam sangat beraneka ragam dan piperin merupakan kandungan
utama yang  paling banyak terkandung dalam lada hitam dan semua tanaman yang
termasuk dalam family Piperaceae. Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk
jarum, berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas, larut dalam
etanol, asam cuka, benzena, dan kloroform (Amaliana, 2008). Piperin memiliki manfaat
sebagai anti-inflamasi, anti arthritik (Bang et al., 2009; Sudjarwo, 2005), analgesik
(Sudjarwo, 2005), depresan system safaf pusat dan anti convulsan (Deepthi et al., 2012).
Kombinasi zat-zat yang terkandung mengakibatkan lada hitam memiliki rasa pedas,
berbau khas dan aromatik. Kandungan zat yang memberikan warna, bau dan aroma
Dalam lada hitam adalah α-terpinol, acetophenone, hexonal, nerol, nerolidol, 1,8
cineol, dihydrocarveol, citral, α-pinenedanpiperolnol. Piperin juga berkhasiat sebagai
antioksidan, antidiare, daninsektisida. Lada hitam juga mengandung alkaloid, flavonoid,
dan komposisi aromatik, dan senyawa amida
Soxhlet Merupakan metode ekstrasi yang memanfaatkan pemanasan untuk
destilasi pelarut sehingga terjadi sirkulasi pelarut melalui serbuk simplisia. Metode ini
efisien terhadap pemanfaatan pelarut tetapi beresiko  pembentukan artefak akibat
penggunaan panas. Pelarut yang digunakan  pada metode Soxhlet minimal cukup untuk 2
kali penyarian. Proses ekstraksi dengan Soxhlet dihentikan apabila warna pelarut yang
ada didalam Soxhlet sama seperti warna pelarut awalnya.

C. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)


Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik  pemisahan tertentu.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu fasa tetap
(stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua
fase tersebut. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari
fase tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat  padat
maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cai rdikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada
empat macam system kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri dari
kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi
partisi dan kromatografi gas-cair serta kromatografi kolom kapiler.

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
1. Perangkat penyari soxhlet (volume ekstraktor 100 ml)
2. Kompor dengan penangas air atau heating mantle
3. Batang pengaduk
4. Cawan porselin
5. Corong
6. Perangkat KLT
B. BAHAN
1. Serbuk buah piper nigrum atau album
2. Etanol 95% (teknik)
3. KOH-etanolik 10% b/v (KOH dalam pelarut etanol)
4. Silica gel GF 254
5. Diklormetan
6. Etilasetat
7. Anisaldehida-asamsulfat (pereaksi semprot)
8. Piperin pembanding
9. Glass-wool

IV. CARA KERJA


Langkah I. Soxhletasi
Timbang 30.0 gram serbuk merica, masukan dalam alat penyari soxhlet yang telah
dipasang kertas saring.

Tambahkan etanol 96% paling sedikit sebanyak dua sirkulasi. Jangan lupa
menambahkan batu didih. Lakukan penyarian 2 jam dengan kecepatan 6-8 jam
sirkulasi.

Setelah dingin, pisahkan sari dari bagian yang tidak terlarut dengan penyaringan kertas
saring

Menyisihkan sari jernih yang di dapat sebanyak 3 ml dalam flakon dan tutup

Sisanya diuapkan sampai kering atau kental lalu dinginkan. Kemudian menambahkan
10 ml KOH-etanolik 10% sambil diaduk hingga ada endapan


Setelah mengendap pisahkan sari dari bagian yang tidak larut melalui glass woll. Sari
jernih yang di dapat didiamkan dan disimpan ke lemari `es

Kristal yang timbul di pisahkan di cuci etanol 95% di keringkan pada suhu 40 derajat
celcius selama 30-45 menit, simpan dalam eksikator yang dilenngkapi dengan
kapurtahar

Langkah II. Kromatografi Lapis Tipis

Menyiapkan chamber untuk KLT

Ambil 7,5 ml diklormetan dan 2,5 ml etilasetat, masukkan ke dalam chamber

Tutup chamber dan beri potongan kertas saring untuk mlihat kejenuhan

Letakkan chamber pada tempat datar dan diamkan hingga jenuh

Ambil silika GF254 sebagai fase diam

Tentukan garis batas denga digaris menggunakan pensil dan tandai titik awal totolan

Totolkan cairan standar, baku dan Kristal sebanyak 5 totolan, totolkan cairan sampel
yang akan diuji sebanyak 5 totolan dengan jarak 1 cm kesamping dari totolan standard,
baku dan kristal

Cek lempeng silica untuk melihat totolan tersebut di bawah sinar UV dengan panjang
gelombang 254

Masukkan lempeng silica ke dalam chamber, tunggu hingga terjadi eluasi

Angkat dari chamber, tunggu hingga kering

Lihat hasil di bawah sinar UV, tandai dengan bulatan hasil yang terbentuk

Semprot dengan cairan anisaldehid untuk penampakan secara visual

Hitung RF

V. DATA PERCOBAAN
1. PERHITUNGAN RENDEMEN KRISTAL
a. Bobot kertas saring kosong : 0,14 gram
b. Bobot sampel : 0,79 gram
c. Bobot simplisia : 30 gram
bobot sampel
d. Randemen : x 100%
bobot simplisia
0,79 g
e. Randemen : x 100% = 2,63 gram
30 g

2. Waktu sirkulasi :
1. 11.35 (selama 10 menit)
2. 11.45 (selama 10 menit)
3. 11.55 (selama 10 menit)
4. 12.05 (selama 10 menit)
5. 12.15 (selama 10 menit)
6. 12.35 (selama 10 menit)
7. 12.35 (selama 10 menit)
8. 12.45 (selama 10 menit)
3. ORGANOLEPTIS
- Rasa : Tidak berasa
- Bau : Bau pesing
- Warna : Kuning
4. BENTUK KRISTAL

5. KLT Kristal
- Kristal dilarutkan etanol 96% secukupnya
- perhitungan larutan fase gerak
75
a. diklormetan = x 10 ml = 7,5 ml
100
25
b. etilasetat = x 10 ml = 2,5 ml
100
6. Perhitungan RF

jarak spot
RF =
jarak eluasi

Hasil setelah di semprot anisaldehid Hasil dilihat dengan sinar UV 254

Hasil dilihat pada cahaya tampak


7
a. RF standar 1 = = 0,875
8
6,8
b. RF standar 2 = = 0,850
8
5,8
c. RF standar 3 = = 0,725
8
5,3
d. RF standar 4 = = 0.66
8
5
e. RF Kristal = = 0.625
8
5,3
f. RF baku 1 = = 0,66
8
4,6
g. RF baku 2 = = 0,575
8

Nama RF Warna bercak


Cahaya tampak UV 254 Anisaldehide
Bercak
S1 0,875 - Ungu Kuning
S2 0,850 - Ungu Kuning
S3 0,725 - Ungu Kuning
S4 0,66 Kuning Ungu Kuning
K 0,625 Kuning Ungu Kuning
B1 0,66 - Ungu Kuning
B2 0,575 - Ungu Kuning

VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengujian kandungan alkaloid  piperin
dari simplisia Piperis nigri fructus atau piperis albi fructus dengan metode Soxhletasi.
Piperin merupakan suatu senyawa alkaloid berbentuk Kristal kuning yang apabila
dihidrolisis dengan KOh akan menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. Pelarut yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu etanol 96%.

Serbuk lada hitam atau putih dimasukkan ke dalam kertas saring dan dimasukkan
dalam alat penyari soxhlet. Pemilihan kertas saring sebagai pembungkus karena kertas
saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat mempermudah  pelarut
untuk menyerap piperin yang terkandung dalam sampel.
Proses yang terjadi selama soxhletasi yaitu pelarut dipanaskan dalam labu alas
bulat , didinginkan menggunakan kondensor, sehingga cairan jatuh ke sampel lada untuk
melarutkan zat aktif dalam sampel lada. Pelarut akan berubah menjadi fase uap karena
titik didihnya rendah dan dengan menggunakan kondensor pelarut yang dalam fase uap
tersebut berubah menjadi fase cair dan akan menetesi sampel lada. Jika pelarut yang jatuh
pada bagian alat soxhlet yang terdapat pada sampel telah penuh, maka pelarut dari bahan
yang terkandung dalam sampel (piperin) akan  jatuh ke dalam labu alas bulat karena
adanya tekanan yang diberikan larutan. Proses ini dinamakan satu kali proses ekstraksi.
Proses soxhlet pada praktikum yang dilakukan yaitu sebanyak 8 kali. Soxhletasi
dilakukan sampai beberapa kali siklus hingga ekstrak menjadi bening. Semakin banyak
siklus yang dilakukan maka ekstrak akan semakin baik. Digunkan etanol 96% sebagai
pelarut karena merupakan  pelarut yang paling banyak menghasilkan rendemen ekstrak.

Setelah dihasilkan ekstrak maka ekstrak tersebut dimasukkan dalam rotary


evaporator untuk menghasilkan ekstrak yang lebih kental. Ekstrak kental tersebut
kemudian ditambahkan KOh etanolik untuk memisahkan senyawa resin dengan
meminimalkan pembentukan garam. Proses kristalisasi dilakukan dalam lemari es selama
1 minggu , namum setelah 1 minggu tidak didapatkan Kristal sehingga tidak dapat
dilakukan pengamatan dengan Kromatografi Lapis Tipis. Kristal tidak terbentuk dapat
dikarenakan oleh beberapa factor yaitu :
1. Hasil pemekatan terlalu encer
2. Sampel yang digunakan kurang baik
3. Pemekatan kurang maksimal karena keterbatasan waktu sehingga
Kristal yang terbentuk sangat sedikit/tidak ada
Untuk mengidentifikasi hasil soxletasi tadi diseparasi dengan kromatografi lapis
tipis. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan komponen dalam suatu sampel
dimana komponen didistribusikan diantara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam adalah fase yang menahan cuplikan secara efektif. Sedangkan fase gerak adalah
fase yang membawa cuplikan.
Kemudian mengerjakan analisis kromatografi lapis tipis terhadap minyak atsiri..
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang
dianalisis. Plat kromatografi yang di gunakan berupa silica gel GF 254 sebagai fase diam.
Sedangkan fase geraknya menggunakan diklormetan : etilasetat (7,5 : 2,5 v/v). pelarut
yang di gunakan adalaha diklormetan : etilasetat karena kepolarannya sama dengan
senyawa yang diuji.
Langkah langkah dalam percobaan KLT langkah pertama yaitu dengan
menjenuhkan bejana kromatografi atau chamber dengan larutan fase gerak yang akan
digunakan menggunakan kertas saring. Penjenuhan dilakukan agar proses eluasi berjalan
baik, memperkecil penguapan dan menghasilkan bercak/noda. Jangan membuka chamber
saat penjenuhan karena larutan yang telah diisi di dialam chamber dapat menguap. Untuk
mengetahui larutan sudah jenuh atau belum dengan melihat adanya larutan yang naik
pada kertas saring.
Langkah pembanding yang digunakan dalam praktikum ini yaitu minyak atsiri
standar. Larutan pembanding adalah larutan yang dikromatografinya pada waktu
bersamaan, fungsinya untuk membandingkan antara minyak atsiri standar dengan minyak
atsiri yang diperoleh saat praktikum. Totolkan larutan percobaan masing-masing
sebanyak 5 tototlan pada fase silica gel GF 254 dengan menggunakan pipa kapiler. Buat
sekecil mungkin, setiap penotolan ditunggu hingga kering untuk menghindarimeluasnya
resapan totolan. Jarak antara totolan yang satu dengan yang lain yaitu 1 cm agar tidak
tertabrak. Masukkan fase diam silica gel yang sudah ditotol ke dalam chamber yang telah
dijenuhkan dengan fase gerak, tunggu sampai fase gerak telah mencapai jarak yang
ditentukan. Dalam mengambil dan meletakkan KLT hati-hati silica gel bisa mengelupas.
Angkat fase diam dari chamber lalu keringkan lalu lihat pada sinar UV dengan panjang
gelombang 254. Kemudian lakukan penyemprotan bercak di dalam lemari asam.
Pada praktikum ini di dapatkan hasil RF minyak atsiri :
7
a. RF standar 1 = = 0,875
8
6,8
b. RF standar 2 = = 0,850
8
5,8
c. RF standar 3 = = 0,725
8
5,3
d. RF standar 4 = = 0.66
8
5
e. RF Kristal = = 0.625
8
5,3
f. RF baku 1 = = 0,66
8
4,6
g. RF baku 2 = = 0,575
8

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sokletasi adalah suatu metode / proses pemisahan suatu


komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara
penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan
terisolasi.
2. Keuntungan dari metode sokletasi sampel terekstraksi dengan
sempurna, proses ekstraksi lebih cepat, pelarut yang digunakan
sedikit. Sedangkan kelemahan dari metode soxhletasi adalah
sampel sampel yang digunakan harus sampel yang digunakan
harus sampel yang tahan panas atau tidak dapat digunakan
pada sampel yang tidak tahan panas. Karena sampel yang tidak
tahan panas akan teroksidasi atau tereduksi ketika proses
sokletasi berlangsung.
3. Cara kerja sokletasi adalah sebagai berikut :Serbuk kering yang
akan diekstraksi berada di dalam kantong sampel yang
diletakkan pada alat ekstraksi (tabung soklet). Tabung soklet
yang berisi kantong sampel diletakkan diantara labu destilasi
dan pendingin, disebelah bawah dipasang pemanas.
4. Larutan yang diteteskan pada jarak dari dasar plat sekitar 1 cm
dengan menggunakan pipa kapiler agar volume totolan dapat
diketahui untuk analisis yang bersifat kualitatif.
5. Plat kromatografi dikembangkan dengan mencelupkannya ke
dalam bejana tersebut. Fase gerak yang dipergunakan dapat
terdiri atas satu macam atau lebih pelarut serta dapat
menggunakan pelarut yang sama tau beda dengan pelarut yang
digunakan untuk melarutkan sampel.
6. Komponen senyawa akan bergerak dengan kecepatan berbeda
sesuai interaksi adsorbsinya dengan fase diam.
7. Kromatografi diakhiri ketika fase gerak telah mencapai jarak
tertentu dari ujung plat lain. Senyawa yang berbeda satu sama
lain akan memiliki perbandingan jarak tempuh terhadap jarak
tempuh fase gerak yang berbeda pula. Nilai perbandingan ini
dinamakan RF (retardation factor)
8. Dapat memahami prinsip dan melakukan isolasi dengan piperin dari Piperis nigri
fructus atau Piperis albi fructus beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan
metode kromatografi lapis tipis.Isolasi piperin dari sampel merica menggunakan
metode soxhletasi dengan prinsip penyarian berulang sehingga hasil yang
didapatkan sempurna dan pelarut yang digunakan relatif lebih sedikit.

Kromatografi Lapis Tipis


DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/37171857/LAPORAN_PRAKTIKUM_FITOKIMIA_PIV._Is
olasi_dan_Identifikasi_Piperin_dari_Fructus_Piperis_nigri

http://www.materipertanian.com/klasifikasi-dan-morfologi-tanaman-merica/

https://endrajuniandi.blogspot.com/2016/07/makalah-metode-ekstraksi-sokletasi.html

https://yaminanggri.blogspot.com/2013/04/laporan-isolasi-piperin-dari-lada-hitam.html
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FITOKIMIA
ISOLASI PIPERIN DARI PIPERIS NIGRI ATAU PIPERIS ALBI
FRUCTUS

Di susun oleh :

Aprilia Mega Saputri 18484018


Ardelia Nanda Wijayanti 18484019
Ari Setyani 18484020
Athifah Nanda Savitri 18484021

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


POLITEKNIK KESEHATAN BHAKTI SETYA INDONESIA
2019

Anda mungkin juga menyukai