Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI NUTRASETIKAL

“PENGARUH PERBEDAAN TEKNIK EKSTRAKSI


TERHADAP HASIL RENDEMEN EKSTRAK DAUN DEWA”
Dosen Pengampu: Dr. Ir. I Nengah Kencana Putra, M.S.
.

OLEH KELOMPOK 3
I Gede Arie Mahendra Putra 1411105036
Almadea Sela Gracia Ginting 1411105037
Nidya Elvira 1411105038
Ni Made Inten Kusuma Dewi 1411105039
Ferdinandus Otniel Sahilatua 1411105040
Dewa Gede Eka Prayoga 1411105041
Praniti Radya Andana Ilma 1411105042
Putu Eka Ditya Mahendra 1411105043
Aditya Yusril Hidayat 1411105044

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman Dewa sangat populer di kalangan masyarakat sebagai tanaman
obat keluarga. Tanaman tersebut banyak sekali tumbuh di lingkungan sekitar,
bahkan sering kali tumbuh secara liar di pekarangan. Meskipun demikian, masih
banyak masyarakat yang belum mengenal nama asli tanaman tersebut. Tanaman
ini mempunyai perbedaan dengan tanaman yang lainya. Hal ini dapat dilihat pada
ciri makroskopisnya, misalnya pada bentuk daun, ada tidaknya umbi, dan ada
tidaknya bunga. Daun dewa bagi orang Sunda sering kali digunakan sebagai
lalapan atau obat-obatan herbal.
Daun dewa merupakan tanaman yang mudah diperoleh, dapat tumbuh di
segala musim, dan mempunyai banyak khasiat. Tanaman ini berkhasiat sebagai
antiradang, lever, analgetik, pembersih darah, antikoagulan, penghilang nyeri di
persendian akibat rematik, pengobatan luka terpukul, tidak datang haid, bengkak
payudara, kejang pada anak, masuk angin, digigit binatang berbisa, asam urat,
kutil, tumor, kanker, mencegah serangan jantung, stroke dan jerawat (Dewani dan
Sitanggang, 2006). Kandungan kimia daun Dewa adalah saponin, flavonoid, dan
minyak atsiri (Kumalaningsih, 2008). Flavonoid yang bersifat antioksidan dapat
menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga pembentukan asam urat
terhambat (Sulaksana dan Iskandar, 2004).
Pengambilan flavonoid dari suatu tanaman dapat dilakukan dengan
ekstraksi. Selama proses ekstraksi, bahan aktif akan terlarut oleh pelarut yang
sesuai sifat kepolarannya. Pelarut menggunakan etanol 96% dapat menjadi pilihan
dalam mengekstrak senyawa ini. Residu yang tersisa pada ekstrak lebih mudah
dihilangkan daripada menggunakan methanol.
Ekstraksi dapat dilakukan dengan metode maserasi yang dikombinasikan
dengan alat-alat tertentu seperti shaker maupun ultrasonik. Kelebihan teknik
maserasi kombinasi akan meningkatkan nilai rendemen ekstrak sehingga
berpeluang meningkatkan jumlah flavonoid yang dapat diekstrak. Teknik
maserasi kombinasi sangat sesuai dipraktekkan dalam uji coba ekstraksi yang
dilakukan oleh peneliti muda.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam pratikum ini adalah:
1. Bagaimana cara ekstraksi dengan metode maserasi-shaker dan maserasi-
ultrasonik?
2. Bagaimana perbandingan jumlah rendemen yang dihasilkan melalui teknik
ekstraksi maserasi-shaker dengan maserasi-ultrasonik?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui cara ekstraksi dengan metode maserasi-shaker dan maserasi-
ultrasonik.
2. Mengetahui perbandingan jumlah rendemen yang dihasilkan melalui teknik
ekstraksi maserasi-shaker dengan maserasi-ultrasonik.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dalam pratikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami teknik ekstraksi dengan metode maserasi-
shaker dan maserasi-ultrasonik.
2. Mahasiswa mampu membandingkan kualitas ekstrak yang dihasilkan dengan
dua metode ekstraksi yang berbeda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Dewa

Gambar 1. Daun Dewa


Daun Dewa mempunyai nama latin (Gynura divaricata), orang China
menyebutnya Samsit. Tinggi tanaman ini sekitar 30-40 cm, merupakan tumbuhan
tegak, batang daun pendek lunak berbentuk segi lima, dengan penampang
berbentuk lonjong dan berambut pada sisi luar.
Daun Dewa memiliki panjang 20 cm, lebar 10 cm, dengan tangkai pendek,
bulat lonjong berdaging, berbulu halus, ujung daunnya lancip, bertoreh pada tepi
daun serta warna hijau keunguan. Daun dewa juga memiliki bunga majemuk yang
tumbuh di ujung batang, berkelopak hijau berbentuk cawan, dan benang sari
berwarna kuning berbentuk jarum.
Tanaman daun dewa adalah salah satu tanaman herbar yang dikenal
masyarakat sangat ampuh mengatasi berbagai macam penyakit. Yang biasa
digunakan bahan dasar obat tradisional adalah bagian daun dan umbi. Kandungan
tanaman daun dewa yaitu minyak atsiri, saponin, asam klorogenat, vitamin K,
sterol, flavonoid, polifenol, asam p-kumarat, asam p-hidroksi benzoat, vanilat,
alkaloid, triterpenoid, dan tannin (Sulaksana dan Iskandar, 2004)

2.2 Maserasi – Shaker


Maserasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan
atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin. Pada metode ini pelarut dan sampel
tidak mengalami pemanasan sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang
dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas
(Hamdani, 2014). Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari (Afifah,
2012).
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like), penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar, terlindung dari cahaya, cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan
penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut berulang
sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam
sel.
Metode maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya dengan penggunaan
mesin pengaduk yang berputar terus-menerus. Pengadukan bertujuan untuk
memperbanyak kontak antara bahan dengan pelarut dan mendapatkan derajat
homogenitas yang tinggi. Semakin cepat putaran pengaduk maka semakin besar
kontak bahan dengan pelarut maka hasil yang diperoleh akan semakin meningkat
(Dewi, 2010).

2.3 Maserasi – Ultrasonik


Maserasi-ultrasonik adalah metode maserasi yang dimodifikasi dimana
ekstraksi difasilitasi dengan menggunakan ultrasound (pulsa frekuensi tinggi
minimal 20 kHz). Ekstrak ditempatkan dalam botol, Vial ditempatkan dalam
penangas ultrasonik, dan USG digunakan untuk menginduksi mekanik pada sel
melalui produksi kavitasi dalam sampel. Kerusakan seluler meningkat pelarutan
metabolit dalam ekstraksi pelarut dan meningkatkan hasil. Efisiensi ekstraksi
tergantung pada frekuensi instrumen, dan panjang dan suhu sonikasi.
Ultrasonication adalah jarang diterapkan untuk ekstraksi dalam skala besar dan
lebih banyak digunakan pada awal ekstraksi dengan jumlah bahan yang sedikit.
Hal ini umumnya diterapkan untuk memfasilitasi ekstraksi metabolit intraseluler
dari kultur sel tanaman.
Penggunaan ultrasonik pada dasarnya menggunakan prinsip dasar yaitu
dengan dengan mengamati sifat akustik gelombang ultrasonik yang dirambatkan
melalui medium yang dilewati. Pada saat gelombang merambat, medium yang
dilewatinya akan mengalami getaran. Getaran akan memberikan pengadukan yang
intensif terhadap proses ekstraksi. Pengadukan akan meningkatkan osmosis antara
bahan dengan pelarut sehingga akan meningkatkan proses ekstraksi (Wakirani,
2013).
Keuntungan metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonik:
a. Mempercepat waktu ekstraksi.
b. Lebih efisien dalam penggunaan pelarut.
c. Tidak ada kemungkinan pelarut yang digunakan dalam ekstraksi menguap
sampai kering. Berbeda halnya apabila menggunakan hot plate, terutama
apabila menggunakan sedikit pelarut dalam proses peleburan atau pelarutan.
d. Aman digunakan karena prosesnya tidak mengakibatkan perubahan yang
signifikan pada struktur kimia, partikel, dan senyawa-senyawa bahan yang
digunakan.
e. Meningkatkan ekstraksi lipid dan protein dari biji tanaman, seperti kedelai
(misalnya tepung kedelai atau yang dihilangkan lemak) atau bibit minyak
lainnya.
Kekurangan dari metode ekstraksi dengan bantuan ultrasonic:
a. Membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena relatif mahal.
b. Membutuhkan curing pada prosesnya

2.4 Rendemen
Rendemen adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan
dari proses ekstraksi. Perhitungan rendemen pada umumnya menggunakan satuan
dalam bentuk persen (%). Nilai rendemen berkorelasi positif dengan nilai ekstrak
yang dihasilkan yang telah melalui proses ekstraksi. Tingginya nilai rendemen
belum menentukan kualitas ekstrak yang dihasilkan, menyesuaikan dengan
ketahanan senyawa yang dicari pada ekstrak yang akan diuji nantinya. Rendemen
dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini.
berat akhir
x 100 %
berat awal
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan
 Aluminium foil
 Etanol
 Daun dewa kering

3.2 Alat
 Erlenmeyer  Evaporator
 Timbangan analitik  Gelas ukur
 Blender  Ayakan 30 mesh
 Sonikator

3.1 Cara kerja


3.1.1 Persiapan Simplisia
Daun dewa kering dihancurkan dengan blender, lalu diayak dengan ayakan 30
mesh. Ditimbang jumlah bubuk yang diayak.

Daun dewa kering

Dihancurkan

Diayak (30 mesh) dan


ditimbang
Gambar 2. Diagram alir persiapan simplisia
3.1.2 Proses Ekstraksi
 Disiapkan simplisia.
 Direndam bubuk simplisia dengan pelarut etanol 96% dengan
perbandingan 10 bagian simplisia dengan 75 bagian pelarut (10:75)
dalam masing-masing erlenmeyer.
 Diekstraksi dengan metode maserasi-shaker dan metode ultrasonik suhu
40 ⁰C/magnetik stirer.
 Diekstraksi selama 1,5 jam pada masing-masing metode ekstraksi.
 Dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring
 Diambil filtrat dan dihitung jumlahnya, sementara ampasnya dibuang
 Dilakukan penguapan pelarut pada filtrat menggunakan vakum
evaporator sampai ekstrak cukup pekat
 Dikeluarkan ekstrak dari labu, lalu dituang ke dalam cawan petri,
selanjutnya dikeringkan dalam oven suhu 60 ⁰C
 Dihitung rendemen
 Dibandingkan rendemen dari kedua metode ekstraksi

Simplisia

10 (Simplisia) : 75 (Etanol 96%), dimasukkan ke dalam


erlenmeyer

Ekstraksi 1,5 jam

Metode ultrasonik suhu


Metode maserasi-
40 ⁰C/magnetik stirer.
shaker

Penyaringan

Evaporasi hingga pekat

Dikeringkan dan
hitung rendemen

Gambar 3. Diagram alir ekstraksi daun Dewa


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Perhitungan Rendemen ekstrak dapat dilakukan dengan rumus:
%Rendemen = Berat Ekstrak/Berat Serbuk x 100%
A. Metode Maserasi
Berat Labu awal : 59,3728 gr
Berat labu setelah sampel dievaporasi : 60,1489gr
Berat Ekstrak : 0,7761 gr
Berat Serbuk : 20 gr
Rendemen = 0,7761gr/20gr x 100% = 3,880%
B. Metode Ultrasonik
Berat Labu awal : 80,2313gr
Berat labu setelah sampel dievaporasi : 81,1125 gr
Berat Ekstrak : 0,8812 gr
Berat Serbuk : 20 gr
Rendemen = 0,8812gr/20gr x 100% = 4,406%.
Tabel 1. Hasil penghitungan rendemen dengan dua metode ekstraksi yang
berbeda
Rendemen Ekstrak dengan Metode Maserasi
No Sampel
Kombinasi
Shaker (Getaran mekanik) Ultrasonik
1 Daun Dewa
3,880% 4,406%

4.2 Pembahasan
Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat akhir (berat
ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang digunakan)
dikalikan 100%. Hasil rendemen ekstrak daun dewa dengan metode maserasi
dengan bantuan shaker dan ultrasonik menggunakan pelarut etanol 96% selama 90
menit adalah secara berturut-turut yaitu 3,880% dan 4,406%.
Berdasarkan hasil yang diperoleh terdapat perbedaan rendemen ekstrak yang
didapatkan. Perbedaan metode ekstraksi menghasilkan hasil rendemen yang
berbeda. Ekstraksi menggunakan metode ultrasonik mendapatkan hasil rendemen
ekstrak yang lebih tinggi dibandingan dengan metode ekstraksi secara maserasi
dengan bantuan shaker.
Hal ini dikarenakan pada metode sonikasi, terjadi kavitasi saat diberi
perlakuan gelombang ultrasonik untuk memecah dinding sel bahan. Kavitasi
adalah proses pembentukan gelembung-gelembung mikro (microbubbles) karena
meningkatnya tekanan pada saat ekstraksi sebagai akibat dari adanya gelombang
ultrasonik. Gelembung-gelembung ini tidak stabil sehingga mudah pecah ketika
gelembung tersebut mencapai volume yang tidak cukup lagi menyerap energi.
Pecahnya gelembung-gelembung ini melibatkan energi yang besar dan
menghasilkan efek panas yang membantu kontak antara pelarut dan bahan dalam
ekstraksi sehingga hasil ekstraksi lebih maksimal. Efek mekanik dari metode
sonikasi dapat meningkatkan penetrasi pelarut ke dalam sel bahan serta
meningkatkan transfer massa sehingga waktu yang dibutuhkan untuk pemecahan
sel hanya beberapa menit (Saksony, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat
dikatakan proses ekstraksi menggunakan gelombang ultrasonik akan
meningkatkan rendemen ekstrak yang dihasilkan dibandingkan dengan maserasi-
shaker yang hanya mengandalkan getaran dari luar saja.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan praktikum isolasi BAL pada tuak
adalah:
1. Perbedaan cara ekstraksi dengan metode maserasi-shaker dan maserasi-
ultrasonik dilihat dari segi alat saja. Filtrat kasar yang dihasilkan dari kedua
metode jumlahnya tidak jauh berbeda.
2. Jumlah rendemen yang dihasilkan melalui teknik ekstraksi maserasi-shaker
nilainya lebih rendah dibandingkan dengan maserasi ultrasonik yakni 3,880%
dan 4,406%. Hasil ini menunjukkan bahwa ekstraksi dengan maserasi-
ultrasonic lebih baik dibandingkan ekstraksi maserasi-shaker dari segi total
rendemen yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, R. 2012. Metode Maserasi. http://ekstraksitanamanobat.blogspot.com.


Diakses tanggal 16 Desember 2017
Dewani, Maloedyn Sitanggang. 2006. 33 Ramuan Penakluk Asam Urat.
AgroMedia. Jakarta
Dewi, K. H., D. Silsia, L. Susanti, M. Markom, dan H. Mendra. 2010. Ekstraksi
Teripang Pasir (Holothuria Scabra) Sebagai Sumber Testosteron Pada
Berbagai Kecepatan dan Lama Pengadukan. Prosiding Seminar Nasional
Teknik Kimia “Kejuangan”. Yogyakarta
Hamdani. 2014. Maserasi. http://catatankimia.com. Diakses tanggal 16 Desember
2017
Kumalaningsih, S. 2008. Antioksidan, Sumber & Manfaatnya. Antioxidant Centre
Online. http://antioxidant-centre.com/index.php/Antioksidan/3.-
Antioksidan-Sumber Sumber-Manfaatnya.html. Diakses tanggal 20
Desember 2017
Saksony, A. K. 2011. Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Kasar Tetraselmis chuii
Dengan Metode Ekstraksi dan Jenis Pelarut yang Berbeda. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
Sulaksana, Jaka, dan D. Iskandar Jayusman. 2004. Tanaman Obat Keluarga.
Penebar Swadaya. Jakarta
Wakirani. E. K. 2013. Metode Ekstraksi (Jenis, Kelebihan, dan Kekurangan).
http://www.academia.edu/24271970/Metode_Ekstraksi/html. Diakses
tanggal 19 Desember 2017 Pukul. 21.30
LAMPIRAN

Gambar 4. Penimbangan bahan Gambar 5. Proses penyaringan

Gambar 6. Hasil penyaringan simplisia Gambar 7. Penimbangan labu


daun Dewa evaporator

Gambar 8. Hasil penyaringan Gambar 9. Perhitungan berat ekstrak


dievaporasi daun Dewa

Anda mungkin juga menyukai