KELOMPOK 7
SANDRA SEKARSARI 1411105035
I GEDE ARIE MAHENDRA PUTRA 1411105036
ALMADEA SELA GRACIA GINTING 1411105037
NIDYA ELVIRA 1411105038
NI MADE INTEN KUSUMA DEWI 1411105039
FERDINANDUS OTNIEL SAHILATUA 1411105040
9
bahan dikalikan 100%. Pada praktikum kali ini edible portion salah
satu buah salak pada mutu I yakni 74,7% . Dengan perhitungan
sebagai berikut :
Rasio salak yang dapat dimakan
% Edible Portion= x 100 %=74,7 %
Berat awal salak
VII. Kesimpulan
Dari praktikum sortasi dan grading dapat disimpulkan bahwa 12
buah salak tersebut terdapat cemaran seperti serabut putih, jerami dan
tanah yang menempel pada kulit buah (proses sortasi) lalu
diklasifikasikan menjadi 3 Mutu yakni 3 buah salak dalam Mutu I , 4
buah salak Mutu II, dan 5 buah salak Mutu III (proses grading), serta
edible portion yang didapat pada salah satu buah salah pada Mutu I
yakni sebesar 74,7%.
10
Daftar Pustaka
11
Lampiran
MUTU I MUTU II
12
LAPORAN PRATIKUM SATUAN OPERASI
PENGECILAN UKURAN
KELOMPOK 7
SANDRA SEKARSARI 1411105035
I GEDE ARIE MAHENDRA PUTRA 1411105036
ALMADEA SELA GRACIA GINTING 1411105037
NIDYA ELVIRA 1411105038
NI MADE INTEN KUSUMA DEWI 1411105039
FERDINANDUS OTNIEL SAHILATUA 1411105040
13
I. Pendahuluan
Pengecilan ukuran merupakan salah satu proses dalam industri
pengolahan bahan pertanian. Bahan mentah sering berukuran lebih besar
daripada kebutuhan, sehingga ukuran bahan ini harus diperkecil. Operasi
pengecilan ukuran dibagi menjadi dua, tergantung apakah bahan dasar
tersebut bahan cair atau padat. Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan
berbagai peralatan industri. Setiap alat ini mempunyai cara kerja masing-
masing dan menghasilkan produk dengan ukuran tertentu.
Pengecilan ukuran dapat diartikan juga sebagai suatu bentuk proses
penghancuran dari pemotongan bentuk padatan menjadi bentuk yang lebih
kecil oleh gaya mekanik. Terdapat empat cara yang diterapkan pada
mesin-mesin pengecilan ukuran, yaitu (1) kompresi, pengecilan ukuran
dengan tekstur yang keras; (2) impact atau pukulan, digunakan untuk
bahan padatan dengan tekstur kasar; (3) attrition, digunakan untuk
menghasilkan produk dengan tekstur halus dan; (4) cutting, digunakan
untuk menghasilkan produk dengan ukuran dan bentuk tertentu (Mc. Cabe,
et. al.,1976).
Menurut Brennan et. al. (1974), pengecilan ukuran bertujuan untuk :
1. Membantu proses ekstraksi
2. Memperkecil bahan sampai dengan ukuran tertentu untuk maksud
tertentu
3. Memperbesar luas permukaan bahan untuk proses lebih lanjut
4. Membantu proses pencampuran
Menurut Henderson dan Perry (1982), pada prinsipnya pengecilan
ukuran diklasifikasikan menurut produk akhir yang dihasilkan. Yang
pertama adalah pengecilan ukuran ekstrim yaitu merubah dimensi ukuran
bahan secara signifikan, misalnya penggilingan dan penggerusan. Kedua
adalah pengecilan bahan yang menghasilkan ukuran produk yang masih
berdimensi besar atau nisbah produk akhir dengan awalnya tidak terlalu
signifikan, misalnya pada proses pemotongan dan pengemasan.
14
II. Tujuan
1. Untuk mempelajari teknik pengecilan ukuran bahan yang meliputi proses
penggilingan dan proses pengayakan.
2. Untuk menghitung presentase (%) rendemen dari bahan yang mengalami
perlakuan penggilingan dan pengayakan.
15
serta manfaatnya dapat mengobati penyakit beri-beri dan meningkatkan daya
tahan tubuh. Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk kecambah (taoge).
Kecambah kacang hijau mengandung vitamin E yang tidak ditemukan pada
kacang hijau dan kedelai. Bahkan, nilai gizi kecambah kacang hijau lebih
baik daripada nilai gizi biji kacang hijau. Hal ini disebabkan kecambah telah
mengalami proses perombakan makromolekul menjadi mikromolekul
sehingga meningkatkan daya cerna. Selain itu, dengan proses perkecambahan
terjadi pembentukan senyawa tokoferol (vitamin E) (Kasno, 2007).
3.2 Ayakan
Pengayak terbuat dari kawat dengan ukuran lubang tertentu. Istilah mesh
digunakan untuk menyatakan jumlah lubang tiap inci linear (Parrot,1970).
Nomor Ayakan Lubang Ayakan
40 425 µpm
60 250 µpm
80 180 µpm
16
5. Resolving Screen, ayakan miring berotasi pada kecepatan rendah (910-
20 rpm). Digunakan untuk pengayakan basah darimaterial-material
yang relatif kasar, tetapi memiliki pemindahan yang kasar dengan
vibrating screen.
Hasil dari suatu pengayakan adalah produk dengan ukuran-ukuran
partikel tertentu. Produk dari proses pengayakan ada dua macam,
yaitu:
Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(oversize)
Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan
(undersize)
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang
berukuran tertentu dan seragam. Untuk memperoleh ukuran
yangseragam, maka perlu dilakukan pengayakan. Pada proses
pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke
permukaan pengayak. Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil
(undersize), atau halusan (fines), lulus melewati bukaan ayak, sedang
yangdi atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut (tails) tidak
lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe,1999).
Alat:
1. Timbangan digital
2. Blender
3. Ayakan 40 mesh, 60 mesh, 80 mesh
4. Aluminium foil
V. Prosedur Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
2. Ditimbang kacang hijau sebanyak 50 gram
17
3. Dimasukkan ke dalam blender dan di blender selama 3 menit
4. Diayak hasil blender dengan menggunakan ayakan mesh 40, mesh 60,
dan mesh 80
5. Ditimbang kacang hijau hasil ayakan untuk tiap mesh
6. Dicari persen rendemen untuk setiap kacang hijau hasil ayakan
dengan masing-masing mesh
7. Dicatat data hasil pengamatan dalam tael data hasil pengamatan.
VII. Kesimpulan
18
1. Proses pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan cara penggilingan
menggunakan blender, setelah itu dilakukan proses pengayakan
dengan ayakan mesh untuk memperoleh ukuran partikel yang lebih
kecil dan halus hingga mendapatkan hasil yang maksimal.
2. Tingkatan jumlah rendemen (%) terkecil dimulai dari ayakan mesh 80,
diikuti ayakan mesh 60, lalu ayakan mesh 40. Hal ini dipengaruhi
oleh ukuran bahan yang berbeda serta pengaruh panas
pengeringannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN
21
LAPORAN PRATIKUM SATUAN OPERASI
PENGERINGAN
KELOMPOK 7
SANDRA SEKARSARI 1411105035
I GEDE ARIE MAHENDRA PUTRA 1411105036
ALMADEA SELA GRACIA GINTING 1411105037
NIDYA ELVIRA 1411105038
NI MADE INTEN KUSUMA DEWI 1411105039
FERDINANDUS OTNIEL SAHILATUA 1411105040
22
I. Pendahuluan
Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas
dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Proses
perpindahan panas yang terjadi adalah dengan cara konveksi serta
perpindahan panas secara konduksi dan radiasi tetap terjadi dalam jumlah
yang relatif kecil. Pindah panas adalah peristiwa perpindahan energi dari
udara ke dalam bahan yang dapat menyebabkan berpindahnya sejumlah
massa (kandungan air) karena gaya dorong untuk keluar dari bahan (pindah
massa). Dalam pengeringan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan
yang maksimum, oleh karena itu semua usaha dibuat untuk mempercepat
pindah panas dan pindah massa. Perpindahan panas dalam proses
pengeringan dapat terjadi melalui dua cara yaitu pengeringan langsung dan
pengeringan tidak langsung. Pengeringan langsung yaitu sumber panas
berhubungan dengan bahan yang dikeringkan, sedangkan pengeringan tidak
langsung yaitu panas dari sumber panas dilewatkan melalui permukaan
benda padat (conventer) dan konventer tersebut yang berhubungan dengan
bahan pangan. Setelah panas sampai ke bahan maka air dari sel-sel bahan
akan bergerak ke permukaan bahan kemudian keluar. Mekanisme keluarnya
air dari dalam bahan selama pengeringan adalah sebagai berikut:
1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.
2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap
bagian bahan.
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari
lapisan-lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.
4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan
tekanan uap.
Lama proses pengeringan tergantung pada bahan yang dikeringkan dan
cara pemanasan yang digunakan, sedangkan waktu proses pengeringannya
ditetapkan dalam dua periode (Batty dan Folkman, 1984) diacu oleh
Irawan.
Proses pengeringan suatu material padatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
23
1) Luas Permukaan
Air menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian
tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap.
Bahan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau dihaluskan terlebih
dulu. Alsannya adalah pemotongan atau penghalusan tersebut akan
memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat
berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.
2) Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan,
makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan
yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut
"Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
3) Kecepatan Aliran Udara
Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat
mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari
permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir
jenuh yang akan memperlambat penghilangan air.
4) Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk
mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat
lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan.
24
III. Tinjauan Pustaka
3.1 Labu Siam
Taksonomi labu siam
Divisi : Spermatophyta Suku : Cucurbitaceae
Sub divisi : Angiospermae Marga : Sechium
Kelas : Dicotyledonae Jenis : Sechium edule Sw
Bangsa : Cucurbitales
Labu siam biasa disebut dengan berbagai istilah yang berbeda di
daerah lain yaitu labu jipang (Jawa Tengah), manisah (Jawa Timur),
ketimun jepang (Manado), labu siem (Melayu), gambas, waluh siam
(Sunda) waluh jipang. Labu siam merupakan tanaman perdu merambat
dan semusim. Setelah berbunga dan berbuah, tanaman ini akan mati.
Tanaman ini dapat merambat hingga mencapai 3-5 meter dengan batang
yang lunak, beralur, banyak cabang, serta memiliki alat untuk membelit
yang berbentuk spiral. Daun labu siam memiliki daun tunggal yang
berbentuk jantung, tepi bertoreh. Ciri-ciri buahnya adalah buahnya
menggantung di tangkai dengan permukaan, berlekuk berwarna hijau
keputih-putihan. Semakin matang buahnya, warna bagian luar buah
berubah menjadi hijau pucat sampai putih. Daging buahnya
mengandung air yang cukup banyak dengan ciri-ciri secara fisik, daging
buah terasa basah setelah dibelah (Putri, 2012)
Kandungan nutrisi labu siam yaitu mengandung beberapa vitamin
dan nutrisi penting lainnya, sejumlah kecil niacin, thiamin, riboflavin,
asam pantotenat dan vitamin B6. Buah labu ini juga mengandung zat
mineral seperti zat besi, mangan, fosfor, seng, dan tembaga. Buah labu
siam dapat menjaga kadar koleseterol karena tidak mengandung lemak
jenuh atau kolesterol. Sayuran ini juga kaya akan serat makanan, zat
antioksidan flavonoid poli fenolik, seperti apigenin dan luteolin, sumber
antioksidan vitamin C yang cukup baik, yaitu sekitar 7,7 mg/100gram.,
tinggi folat (100 g buah segar menyediakan sekitar 93 mg atau 23 %
dari kebutuhan folat harian). Namun, labu siam mengandung getah atau
25
lateks yang banyak, cara membersihkan getahnya adalah mengupas
buah sambil dibawah kucuran air dingin. (Sulaksono, 2013).
3.2 Batch Tray Dryer
Pengering baki (tray dryer) disebut juga pengering rak atau
pengering cabinet untuk mengeringkan padatan bergumpal atau pasta,
yang ditebarkan pada baki logam dengan ketebalan 10-100 mm.
Pengeringan jenis baki atau wadah adalah dengan meletakkan material
yang akan dikeringkan pada baki yang lansung berhubungan dengan
media pengering. Cara perpindahan panas yang umum digunakan
adalah konveksi dan perpindahan panas secara konduksi juga
dimungkinkan dengan memanaskan baki tersebut (Bernadetha, 2008)
Rangka bak pengering terbuat dari besi, pada bagian atas bak
pengering dibuat cerobong udara, bertujuan untuk memperlancar
sirkulasi udara pada proses pengeringan. Ukuran rak yang digunakan
bermacam-macam, ada yang luasnya 200 cm2 dan ada juga yang 400
cm2. Luas rak dan besar lubang-lubang rak tergantung pada bahan yang
akan dikeringkan. Selain alat pemanas udara, biasanya juga digunakan
kipas (fan) untuk mengatur sirkulasi udara dalam alat pengering. Kipas
yang digunakan mempunyai kapasitas aliran 7-15 feet per detik. Suhu
yang digunakan serta waktu pengeringan ditentukan menurut keadaan
bahan. Biasanya suhu yang digunakan berkisar antara 80-1800C
(Bernadetha, 2008).
Cara kerjanya adalah material yang ingin dikeringkan kemudian
di letakkan secara bersusun dalam kolom. Setelah ruangan ditutup,
maka udara panas dialirkan ke dalam ruang pemanas hingga semua
bahan menjadi kering. Udara panas yang masuk dari sebelah bawah
ruang menyebabkan material yang ada kolom yang paling bawah
menjadi yang paling pertama kering. Setelah tenggat waktu
tertentu, tray akan dikeluarkan dan material yang telah kering diambil.
Material lain yang ingin dikeringkan dimasukkan dan prosedur terjadi
berulang-ulang (Rohman, 2008)
26
Keuntungan dari alat pengering jenis itu sebagai berikut :
a. Laju pengeringan lebih cepat
b. Kemungkinan terjadinya over drying lebih kecil
c. Tekanan udara pengering yang rendah dapat melalui lapisan bahan
yang dikeringkan.
V. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum
2. Dikupas labu siam yang masih segar
3. Dibentuk labu siam dalam potongan dengan ukuran sebagai
berikut:
a. Membujur dengan panjang dan lebar masing-masing 3 cm
b. Ketebalannya divariasikan sebanyak tiga jenis yaitu 0,5 cm, 1
cm, 1,5 cm. Jumlah masing-masing ukuran sebanyak 5 buah
dengan dua kali pengulangan
c. Ditimbang masing-masing bobot sampel.
4. Disusun dalam loyang dengan rapi serta tidak menumpuk satu
sama lain.
5. Dimasukkan dalam oven untuk proses pengeringan dengan suhu
900C selama 1 jam.
6. Setelah selesai, diangkat dari oven dan didinginkan.
7. Dicatat masing-masing berat per 5 sampel setiap pengulangan.
8. Dihitung berapa banyak air yang teruapkan serta rendemen yang
dihasilkan dalam persen.
9. Dihitung rata-rata rendemen (%) dan air teruapkan (%) pada tiap
sampel dengan ulangannya.
27
VI. Hasil dan Pembahasan
No Jenis Bahan Berat Berat Rendemen (%) Air
Sampel (ketebalan) Awal (gr) Akhir (gr) (%) Teruapkan
Labu siam (0,5
1 21,8 1,8 8,257 91,743
cm) klp 1
Labu siam (0,5
2 24,6 3,1 12,602 87,398
cm) klp 7
Labu siam (1 cm)
3 33,7 7,8 23,145 76,855
klp 8
Labu siam (1 cm)
4 33,7 7,7 22,849 77,151
klp 9
Labu siam (1,5
5 41,8 14,5 34,689 65,311
cm) klp 11
Labu siam (1,5
6 49,1 20,4 41,548 58,452
cm) klp 12
28
teruapkan (%) dengan selisihnya masing-masing sebesar 0,296%.
Sedangkan selisih penurunan berat pada sampel tersebut beserta
ulangannya sebesar 0 gr. Sisa rendemen sampel no 3 lebih banyak
daripada no 4, namun air yang teruapkan lebih banyak pada sampel no
4 daripada no 3.
c. Pada jenis sampel ketiga dengan ketebalan 0,5 cm serta
pengulangannya (sampel 5 & 6) hasilnya berbeda pada rendemen (%)
dan air yang teruapkan (%) dengan selisihnya masing-masing sebesar
6,859%. Sedangkan selisih penurunan berat pada sampel tersebut
beserta ulangannya sebesar 1,4 gr. Sisa rendemen sampel no 6 lebih
banyak daripada no 5, namun air yang teruapkan lebih banyak pada
sampel no 6 daripada no 5.
d. Perbedaan rendemen yang nilainya semakin besar ke bawah dan air
teruapakan (%) semakin besar ke atas dikarenakan lebih mudah
mengeringkan bahan yang tipis daripada tebal (dalam ukuran yang
sama)
e. Hasil rata-rata rendemen (%) pada sampel pertama (1&2) paling kecil
berat rendemennya namun paling besar air yang teruapkannya dalam
persen. Sedangkan pada sampel ketiga (5&6) paling besar berat
rendemennya namun paling kecil air yang teruapkannya dalam persen.
Perbedaan-perbedaan antara sampel beserta ulangannya terjadi karena
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Panjang, lebar dan ketebalan sampel yang tidak sama antara no 1 dan 2
serta 5 dan 6 sehingga berat keduanya berbeda. Hal ini disebabkan oleh
saat pemotongannya tidak sesuai dengan ukuran yang ditentukan.
Kesalahan ini karena human error. Dengan demikian, benda yang lebih
tipis akan lebih banyak menguapkan air serta menyisakan rendemen
yang paling sedikit. Jika dibandingkan antara sampel 1&2 dengan 5&6,
selisih penurunan berat bahan 1&2 lebih besar 0,1 gr daripada selisih
penurunan berat bahan 5&6, namun penurunan air teruapkan beserta
rendemennya lebih besar 5&6 sebanyak 2,5% daripada 1&2. Hal ini
terjadi karena tekstur bahan yang berbeda (buah labu siam yang
29
digunakan tidak sama), serta kurang merata panas yang didapatkan
yang diakibatkan alat yang digunakan. Panas itu dipengaruhi oleh suhu
alat pengeringan, kecepatan aliran udara di dalamnya serta tekanan
udara yang sedikit kurang merata. Selain itu peletakaan bahan yang
dikeringkan bisa saja belum sempurna. Terkadang ada yang kena panas
seluruhnya ataupun sebagian
b. Untuk sampel no 3&4 sudah memiliki berat yang sama dan ukuran
yang sama, namun jumlah berat bahan setelah pengeringan berbeda 0,1
gr. Hal ini juga mengakibatkan perbedaan hasil rendemen dan air yang
teruapkan sebanyak 0,3%. Hal ini bisa terjadi karena tekstur bahannya
dari buah labu siam. Tetapi karena perbedaannya paling kecil dari
sampel lain, bisa saja pemanasan saat pengeringan sudah mendekati
sempurna sehingga tergantung bahan itu sendiri yang mempertahankan
kandungan airnya.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam laporan pratikum ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkatan jumlah rendemen (%) terkecil dimulai dari sampel
pertama, diikuti sampel kedua, lalu sampel ketiga. Rata-ratanya pun
sama tingkatannya. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran bahan yang
berbeda serta pengaruh panas pengeringannya.
2. Tingkatan jumlah air teruapkan (%) terkecil dimulai dari sampel
ketiga, diikuti sampel kedua, lalu sampel satu. Rata-ratanya pun
sama tingkatannya. Hal ini dipengaruhi oleh ukuran bahan yang
berbeda serta pengaruh panas pengeringannya
30
Daftar Pustaka
Irawan, Anton. 2011. Modul Laboratorium Pengeringan. Banten; Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Putri, O. B. 2012. Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam (Sechium
Edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikuswistar yang
Diinduksi Aloksan. Fakultas Kedokteran, Jurusan Kedokteran Umum
Universitas Diponogoro. Semarang
Rohman, Saepul. 2008. Teknologi Pengeringan Bahan Makanan.
http://majarimagazine.com/2008/12/teknologi-pengeringan-bahan-
makanan/html. Diakses anggal 9 Maret 2015
Sulaksono, S. 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Labu Siam bagi Kesehatan.
www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/kandungan-gizi-dan-manfaat-labu-
siam-bagi-kesehatan.html. diakses tanggal 12 Maret 2015.
31