Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCAPANEN


ACARA II. SORTING, WASHING, GRADING, DAN
PACKING: MINIMUM HANDLING BEBERAPA BUAH,
SAYUR DAN BIJI-BIJIAN TERSELEKSI.

Oleh
Eliza Alifia Putri
C1M020041
14

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2022
HALAMAN PENGESAHAN

Demikian laporan ini disusun guna memenuhi persyaratan laporan


pertanggung jawaban dan syarat mengikuti responsi praktikum selanjutnya.

Mataram, 27 Maret 2023


Mengetahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Baiq Elaswari Arimbi Eliza Alifia Putri


C1M019023 C1M020041
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Produk hortikultura merupakan bahan hasil pertanian yang akan diolah dan
perlu dilakukan persiapan dan pemeriksaan terlebih dahulu. Umumnya bahan hasil
pertanian akan dilakukan inspeksi untuk mendapatkan sayuran dan buah dengan
kualitas yang terbaik serta menghasilkan produk yang berkualitas. Sebelum
memasuki proses pengolahan, sayuran dan buah perlu dilakukan pembersihan,
sortasi, sizing dan grading untuk mengurangi kerugian dan kegagaldan produksi
serta menghasilkan prouk yang berkualitas dan bermutu.
Pembersihan adalah mengeluarkan dan memindahkan benda asing berupa
kotoran dan bahan yang tidak diinginkan dari bahan utama. Pembersihan ini
ditujukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel pada sayuran atau
bahan hasil pertanian. Kebersihan dari bahan atau produk sangat mempengaruhi
kenampakan. Maka sebab itu, sebelum dipasarkan, produk harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Sortasi merupakan pemisahan produk atau bahan yang sudah dibersihkan ke
dalam berbagai tingkat kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk,
ukuran dan berat jenis, yekstur, warna, benda asing/kototan), kimia (komposisi
bahan, bau, dan rasa ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh
serangga), jumlah mikroba, dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian
berbentuk bijian. Proses sortasi untuk produk hortikultura yang dilakukan
berdasarkan pada warna yang umunya ditangani secara manual, walaupun dikenal
pula tindakan sortasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan “sensor
optic”. Disamping itu produk hortikultura akan mengalami kerusakan jika dalam
proses penanganannya dilakukan secara kasar atau tidak hati-hati.
Grading merupakan proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan
konsumen atau berdasarkan nilaii komersilnya. Sortasi dan grading berkaitan erat
dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau dengan segmen pasar yang akan
dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju adalah
segmen pasar tingkat menengan ke atas dan atau segmen pasar luar negeri. Kegiatan
sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk laku pasar atau tidak.
Sortasi dan grading merupakan kegiatan utama dalam usaha penanganan
pasca panen hasil pertanian, baik dalam keadaan segar maupun dalam keadaan
yang lain. Hal ini dikarenakan sortasi dan grading merupakan kegiatan awal
dalam penanganan bahan yang akan menentukan keberhailan proses
penanganan selanjutnya. Oleh sebab itu, perlu dilakukan praktikum acara 2 dengan
judul “Sorting, Washing, Grading, dan Packing: Minimum Handling
Beberapa Buah, Sayur dan Biji-bijian Terseleksi” agar bahan atau produk yang
dihasilkan dapat diketahui minimum handling pada produk hasil pertanian.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan praktikum ini yaitu:
1.2.1 Mengetahui tahapan sortasi terhadap beberapa buah, sayur dan biji-
bijian terseleksi setelah panen.
1.2.2 Mengetahui teknik pencucian pascapanen beberapa buah, sayur dan
biji-bijian terseleksi.
1.2.3 Mengetahui teknik sizing dan grading pascapanen beberapa buah, sayur
dan biji-bijian terseleksi.
1.2.4 Mengetahui jenis material packing yang sesuai untuk beberapa buah,
sayur dan biji-bijian terseleksi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduknya


merupakan petani. Negara agraris menjadikan Indonesia memiliki wilayah yang
luas serta kaya akan lahan yang subur untuk bertani. Ketahanan pangan bertujuan
untuk memenuhi ketersediaan pangan masyarakat di Indonesia yang tercermin
dalam ketersediaan pangan yang cukup. Peningkatan jumlah permintaan pangan
dan bahan makanan produk hortikultura, yaitu produk hortikultura (Handayai,
2019).

Hortikultura, terutama produk hortikultura merupakan sumber provitamin A,


vitamin C, dan mineral dan terutama dari kalsium dan besi. Disisi lain produk
hortikultura adalah hasil pertanian yang apabila selesai dipanen tidak ditangani
dengan baik akan segera rusak. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik,
kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. Kerusakan hortikultura dapat dipercepat bila
penanganan selama panen atau sesudah panen kurang baik. Disini pentingnya
penanganan pasca panen yang dapat menghambat proses pengrusakan bahan antara
lain melalui pengawetan, penyimpanan terkontrol, dan pendinginan. Karena sifat
bahan yang mudah rusak (perishable) maka penanganan pasca panen harus
dilakukan secara hati-hati (Hanifah, 2021).

Kegiatan pascapanen dilakukan ditingkat petani, pedagang, industry.


Ditingkat petanidimulai dari panen, pembersiham. Pengeringan, sortasi,
pengemasan dan pengangkutan. Ditingkat pedagang dimulai dari sortas,
pengkelasan (grading), penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan. Sedangkan
ditingkat industry dimulai dari sortasi, penyimpanan. Pendahuluan, grading,
pengolahan, pengemasan, pengawasan mutu, penyimpanan dan pengangkutan
(Suhandoyo, 2022).

Salah satu proses pembersihan produk hortikutura adalah dengan metode


pencucian. Pencucian merupakan salah satu teknologi yang mudah dan murah
untuk menghilangkan kotoran serta residu pestisida (insektisida atau fungisida)
serta membuang kontaminan (bakteri pembusuk) yang menempel pada produk,
sehingga menurunkan resiko pembusukan dan dapat meningkatkan keamanan
produk (Samad (2006); Ahmad (2013)). Penelitian Maruli et al. (2013)
menunjukkan bahwa proses pencucian dengan air mengalir memberikan dampak
efektif terhadap pengurangan residu insektisida organofosfat pada kubis.

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan kedalam berbagai


fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat jenis,
tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa
ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah
mikroba dan daya tumbuh khusunya pada bahan pertanian berbentuk bijian.
Pemilahan ini dapat dilakukan secara langsung pada saat panen, di tempat
pengumpulan atau pada tempat khusus.
Pemeringkatan bertujuan untuk memisahkan bahan berdasarkan kelas
mutunya, tapi untuk menyisihkan antara bahan yang layak dikonsumsi dengan
bahan yang tidak layak dikonsumsi atau tidak layak diedarkan.
Kelas mutu didasarkan pada berbagai kriteria, seperti ukuran, warna, tingkat
kematangan, dan bentuk. Setiap jenis sayur dan buah dapat diperingkat berdasarkan
satu atau beberapa kriteria di atas.
Pemeringkatan ini berkaitan dengan perdagangan dan selera konsumen. Bahan
dengan mutu lebih tinggi akan dihargai lebih tinggi pula oleh pasar.
Pemeringkatan dapat dilakukan tanpa alat bantu, yaitu hanya mengandalkan
kemampuan subjektif orang yang melakukannya. Peralatan atau mesin tertentu juga
dapat digunakan untuk pemeringkatan, seperti timbangan, penggaris, dan ayakan.
Pemeringkatan harus dilakukan dengan cepat pada kondisi yang tidak memacu
kerusakan pada bahan, misalnya dilakukan pada tempat yang bersih serta terlindung
dari panas dan cahaya matahari langsung. Pekerjaan dilakukan dengan hati-hati
agar tidak menimbulkan gores, luka dan mema (Zein, 2015).
Pengemasan menggunakan plastik merupakan salah satu bentuk penyimpanan
dengan sistem penyimpanan atmosfer termodifikasi. Sistem ini merupakan cara
pengaturan komposisi gas CO2 dan O2 dan produk segar yang dikemas dalam
plastik, udara yang mengalami perubahan tersebut menghambat pematangan dan
memperpanjang daya simpan buah dan sayuran. Selain pengemasan plastik,
pengemasan dengan sistem vakum juga merupakan salah satu cara untuk
memperpanjang umur simpan buah. Pada pengemasan vakum semua udara dalam.
Disamping pengemasan dan pelapisan, pendinginan juga berperan untuk
memperpanjang daya simpan buah dan sayuran (Pantastico, 2016).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada Rabu, 15 Maret 2023 yang dimulai pukul
13.00 - 14.30 WITA. Bertempat di laboratorium Fisiologi dan Bioteknologi,
Gedung D, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis menulis,
gunting, kamera handphone. plastic wrap, timbangan, dan wadah steorofom.

Sementara itu bahan yang digunakan yaitu terdiri dari buncis bali, buncis
Lombok Timur, buncis Sembalun, wortel, kertas label dan tas plastic.

3.3. Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini yaitu:

1. Disiapkan alat dan bahan praktikum.


2. Ditimbang wortel sebanyak 1000 gram kemudian difoto menggunakan kamera.
3. Dimasukkann wortel yang telah ditimbang ke dalam tas plastic lalu pisahkan
agar tidak tercampur dengan yang lainnya.
4. Ditimbang buncis sembalun dan bali secara terpisah hingga mencapi berat
sebebsar 500 gram kemudian difoto.
5. Dimasukkan masing-masing buncis yang telah ditimbang ke dalam masing-
masing plastic.
6. Kemudian, lakukan sortasi untuk memisahkan wortel berdasarkan ukuran dan
kenampakan bentuk dan tekstur permukaan.
7. Dilakukan hal yang sama pada buncis.
8. Kemudian dilakukan grading pada wortel hasil sortasi.
9. Grading dilakukan pada wortel yang terseleksi dengan menimbang masing-
masing perbiji wortel dengan berat >200 termasuk dalam grade A, <200
termasuk dalam grade B, dan <100 termasuk dalam grade C.
10. Sementara itu pada buncis, hasil sortasi maing-masing-masing buncis
terseleksi ditimbang dengan berat 100 gram.
11. Wortel dan buncis yang telah di timbang kemudian dikelompokkan
berdasarkan ukuran dan bentuknya.
12. Kemudian diwrap dan diberikan label hanya pada grade A dan B.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1.1 Pengamatan: Sorting Beberapa Sayuran Terseleksi
Jumlah
Jumlah
Foto yang Produk
Nama Latin Produk Jenis Material
diambil di sebelum
Komersil binomial setelah sortasi Packing
Lab sortasi
(kg)
(kg)
Plastik

Daucus
Wortel 1 Kg 0,879
carota L.

Plastik

Buncis
Varietas Phaseolus
0,5 Kg 0,235
Lombok vulgaris L.
Timur

Plastik

Buncis
Phaseolus
Varietas 0,5 Kg 0,21
vulgaris L.
Sembalun
Plastik

Buncis
Phaseolus
varietas 0,5 Kg 0,2
vulgaris L.
Bali

4.1.2 Tabel Pengamatan: Sorting Beberapa Biji-bijian Terseleksi

Foto yang Jumlah Produk Jumlah Produk Jenis


Nama Latin
diambil di sebelum sortasi setelah sortasi Material
Komersil binomial
Lab (kg) (kg) Packing

Phaseol
Buncis us
varietas vulgaris
0,5 0,235
Lombok L. var.
timur Lombok
timur
Plastic

Phaseol
Buncis
us
varietas 0,5
vulgaris 0,21
sembalu
L. var.
n
sembalun
Plastic

Phaseolu
Buncis s
varietas vulgaris 0,5 0,2
bali L. var.
bali
Plastic
Tabel 4.1.3 Pengamatan: Sizing dan Grading Beberapa Sayuran Terseleksi
Jumlah Produk Jumlah Produk
Foto yang
Nama Latin sebelum sizing setelah sizing
diambil di Jenis Material Packing
Komersil binomial dan grading dan grading
Lab
(kg) (kg)
Plastik Wrapping
Besar : 0,595
Daucus
Wortel 0.879 Kg Sedang : 0,159
carota L.
Kecil : 0,125

Plastik Wrapping dan


Grade A : 0,1 Steroform
Buncis
Varietas Phaseolus Grade B :
0,235 Kg
Lombok vulgaris L. 0,135
Timur

Buncis Grade A : 0,1 Plastik


Varietas Phaseolus
0,21 Kg Grade B : 0,11
Sembalu vulgaris L.
n

Grade A : 0,1 Plastik Wrapping dan


Buncis Steroform
Phaseolus
varietas 0,2 Kg Grade B : 0,1
vulgaris L.
Bali

4.2. Pembahasan
Tanaman hortikultura merupakan komoditas unggul yang dijadikan bahan
makanan dan sumber pemenuhan gizi masyarakat setiap harinya. Untuk memenuhi
kebutuhan hortikultura, banyak program yang dilaksanakan untuk meningkatkan
produktivitas petani. Hasil dari program tersebut adalah naiknya kualitas dan
jumlah produksi hortikultura yang semula hanya dapat dijual di Pasar Tradisional,
menjadi bahan makanan yang berkualitas tinggi yang dapat dijual di Pasar Modern
bahkan dapat di ekspor.

Pada praktikum acara 2 ini yang berjudul Sorting, Washing, Grading, dan
Packing: Minimum Handling Beberapa Buah, Sayur dan Biji-Bijian Terseleksi.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tahapan sortasi, teknik pencucian, teknik
sizing dan grading sng, serta material packing yang sesuai dengan produk buah,
sayuran dan biji-bijian yang terseleksi.

Pembersihan merupakan kegiatan menghilangkan kotoran fisik, kimiawi dan


biologis. Pembersihan dapat menggunakan alat atau mesin sesuai dengan sifat dan
karakteristik produk hortikultura. Pmbersihan hasil panen daat dilakukann dengan
pencucian, perendaman, penyikatan, pengelapan, penampian, pengangkatan dan
pengembusan. Air untuk mencuci hasil panen harus seuai mutu agar tidak
terkontaminasi dengan organisme dan bahan encemar lainnya. Sikat untuk
membersihkan hasil panen harus lembut agar tidak melukai hasil panen.

Tindakan pembersihan ada dua tingkat, yaitu memotong bagian yang tidak
berguna dan pencucian. Pencucian dimaksudkan untuk menghindari kerusakan
yang tinggi pada hasil pertanian, sebaiknya segera dilakukan agar hasil pertanian
terbebas dari kotoran, hama dan penyakit. Pencucian menggunakan air yang bersih
mengalir untuk menghindari kontaminasi.

Selepas dipanen setelah dipanen perlu dilakukan sortasi dan pembersihan


dengan cara memisahkan hasil pertanian yang berkualitas kurang baik (cacat, luka,
busuk, dan bentuknya tidak normal) dari hasil pertanian yang berkualitas baik. Pada
proses sortasi ini dapat sekaligus dilakukan proses pembersihan (membuang
bagian-bagian yang tidak diperlukan).

Pengekelasan atau grading adalah proses pengelompokkan produk


hortikultuda berdasarkan ukuran serta tingkat kemasakan atau kematangan. Grafing
yang dilakukan pada saat pasca panen betujuan untuk memisahkan hasil panen
berdasarkan ukuran. Grading bisa dilakukan bersamaan dengan penyortiran atau
dilakuukan secara terpisah. Grading misalnya memisahkan yang tua daan muda,
karena pengeringan akan lebih cepat kering, bahan yang tua karena berhubngan
dengan sifat fisiologis dan morfologis bahan yang pori-pori bahan yang yang lebih
besar dan siat jaringan bahan yang tua lebih renggang sehingga mempermudah
kehilangan air dari jaringan bahan pangan.

Grading juga merupakan pemisahan bahan pangan ke dalam beberapa


kategiru berdasarkan mutu. Standar grade behan meliputi tiga hal atau parameter
yaitu nama komoditas. Kelas grade mutu dan atribut yang digunakan dalam
penetapan standard grade, seperti: warna, ukuran, kemasakan, tekstur dan bebas
dari kerusakan seperti busuk, penyakit, rusak akibat benturan fisik, aroma dan cita
rasa, fungi, bebas dari kontaminan, bebas dar bagian yang tidak perlu susuai standar
atau kode. Grading dalam prosesnya bila dilakukan dengan alat bantu seperti alat
pengukur warna atau ukuran diameter.

Pengemasan yakni suatu metode penanganan pasca panen yang dilakukan


pada produk pangan terutama produk hortikultura untuk menjaga mutu, kualitas,
kesegaran produk, dan usaha agar produk terhindar dari adanya kontaminan pada
suatu produk dengan menggunakan bahan pengemas. Tujuan kegiatan pasca panen
pengemasan yaitu untuk mempertahankan mutu produk segar agar tetap prima
sampai ke tangan konsumen, produk terhindar dari adanya kontaminan, menekan
losses atau kehilangan hasil karena penysutan atau kerusakan produk,
memperpanjang daya ekonomis hasil pertanian, mempertahankan daya simpan, dan
konsumen tertarik pada produk yang telah mengalami pengemasan.

Salah satu tindakan untuk memperbaiki mutu produk adalah


denganmemperhatikan teknik pengemasan dan suhu penyimpanan. Cara
pengemasan dapatmempengaruhi stabilitas produk selama pengangkutan dan
mempengaruhi tingkatkeamanan produk Terdapat dua cara pengemasan, yaitu: (1)
pengemasan skala besardengan menggunakan kotak pengangkutan, dan (2)
pengemasan kecil untukkeperluan eceran dengan menggunakan film plastic (plastic
wrap), tray foam + film plastic, kantong plastik dari jenis PP dan PE (Polypropilen
dan Polyethilen).
Kotak pengemas yang baik untuk mengemas buah-buahan dan sayur-sayuran
harus memiliki sifat mudah dipegang, dapat memberi perlindungan dari kerusakan
mekanis, terdapat ventilasi udara yang memadai dan cukup, mudah
diperdagangkan, tidak mahal, dan juga mudah didaur ulang. Pertama-tama yang
perlu dipertimbang kandalam memilih kotak pengemas adalah faktor ekonomis.
Jika produknya bernilai tinggi dapat menggunakan kotak mewah seperti kotak
papan kaca, atau peti kayu atau peti plastik. Akan tetapi, jika harga produknya
bernilai rendah cukup dengan kotak yang sederhana dan murah seperti keranjang
bambu atau kantong jaring nilon.

Pada praktikum ini, hanya disiapkan sayuran dan biji-bijian berupa wortel dan
buncis. Buncis didapatkan dari tiga tempat berbeda yaitu berasal dari Bali, Lombok
Timur dan Sembalun. Buncis yang didapatkan dari tiga tempat berbeda tersebut
nantinya akan dilihat hasil sortasinya untuk mendapatkan buncis dengan kualitas
yang baik dan dapat dipasarkan.

Hal pertama yang dilakukan pada praktikum ini yaitu menyiapkan alat dan
bahan yang digunakan selama praktikum. Alat yang digunakan berupa timbangan,
plastik wrap, kamera handphone, steroform, gunting, plastik. Sementara itu bahan
yang digunakan berupa wortel dan buncis yang beasal dari Bali, Lombok Timur
dan Sembalun. Kemudian wortel dan buncis kemudian ditimbang dengan berat
beturut-turut yaitu 1 Kg dan 0,5 Kg. Kemudian diletakkan ke dalam plastic untuk
kemudian di sortasi.

Pada tahapan sortasi ini dilakukan dengan kriteria tertentu yaitu bebas luka
memar, luka mekanik dan busuk. Setelah wortel dan buncis disortasi kemudian
ditimbang hasil sortasi tersebut. Setelah di timbang kemudian dilakukan sizing yang
kemudian dilakukan grading. Pada sizing, wortel ditimbang satu persatu untuk
diketahui berat bobot tiap wortel yang nantinya akan dikelompokkan berdasarkan
berat bobot masing-masing wortel. Sementara itu pada buncis, hasil sortasi yang
telah didapatkan kemudian ditimbang menjadi 100 gram untuk grade A dan sisanya
menjadi grade B. Setiap proses kerja praktikum didokumentasikan dan dicatat hasil
tiap timbangan agar diketahui bobot dari tiap-tiap grade.
Pengemasan pada hasil sortasi dengan menggunakan tas plastic tanggung
yang berisi wortel dan buncis setelah ditimbang. Kemudian setelah di sortasi,
pengemasan masih dengan menggunakan plastic. Sementara itu, pengemasan
produk akan berganti ketika sudah ditentukan grade tiap bobot wortel maupun
buncis.

Pada wortel diketahui terdapat beberapa grade yang dibedakan berdasarkan


bobotnya. Grade A meliputi wortel yang memiliki bobot >200 gram, grade B
meliputi wortel yang memiliki bobot >100 gram, grade C melliputi wortel yang
memiliki bobot <100 gram. Pengemasan dengan menggunakan plastic wrap
diberikan pada wortel dengan grade A dan grade B sementara pada grade C
dimassukkan ke dalam plastic. Pengemasan pada wortel tidak menggunakan
steroform. Sementara itu pada buncis pengemasan untuk tiap-tiap buncis dengan
masing-masing bobot yaitu sebesar 100 gram. Buncis yang telah digrading
kemudian diwrap dengan plastic wrap dan alasnya menggunakan steroform.

Diketahui pada praktikum ini kami mendapatkan dua grade wortel yaitu grade
B, grade C dengan berat masing-masing grade yaitu sebesar 0,595 kg, grade C 0,159
kg sementara bagian-bagian yang rusak atau mengalami luka memar, luka menanik
dan busuk diketahui memiliki total bobot sebesar 0,125 kg. Sementara itu pada
buncis Lombok Timur diketahui grade A sebanyak 0,1 kg dan grade B sebanyak
0,135 kg. Kemudian pada buncis sembalun diketahui grade A sebesar 0,1 kg dan
grade B sebesar 0,11 kg. sementara pada buncis Bali diketahui grade A sebebsar
0,1 kg dan grade B sebesar 0,1 kg.
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dikukan dapat disimpulkan bahwa
1. Tahapan sortasi pada wortel dan buncis dilakukan dengan cara memisahkan
wortel dan buncis dengan kriteria tertentu meliputi bebas luka memar, luka
mekanik dan busuk.
2. Teknik pencucian dilakukan dengan membersihkan bagian-bagian wortel
dan buncis yang dapat dilakukan dengan air ataupun teknik lainnya.
3. Teknik sizing dan grading dilakukan dengan menngelompokkan wortel dan
buncis sesuai dengan bobot grade yang telah ditentukann.
4. Pengemasan yang dilakukan pada wortel dan buncis disesuaikan dengan
grade yang ada pada produk. Pada wortel grade A digunakan material
packing dengan menggunakan plastic wrap dan wadah steroform.
Sementara pada wortel grade B digunakan material packing dengan plasrrik
wrap. Pada buncis grade A digunakan material packing dengan
menggunakan plastic wrap dan wadah steroform.

5.2. Saran
Pengetahuan terkait dengan tahapa sortasi, teknik pencucian, sizing dan
grading serta jenis material packing yang sesuai dengan buah sayuran sangat
penting bagi petani agar dapat menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan
sehingga aman dikonsumsi dan distribusi yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad & Usman. (2013). Teknologi Penanganan Pascapanen Buahan dan


Sayuran. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Awanis, dkk. 2021. Peran Teknologii Pascapanen dalam Menjamin Keamanan
Produk Hortikultura. Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45
UNS tahun 2021,5(1): 47-57.
Handayani, S., Affandi, M. I., & Irawati, L. (2019). Identifying Supply Chain
Performance of Organic Rice in Lampung. International Journal of Applied
Business and International Management, 4(2), 41-48.
Hanifah, Nurul, dkk. 2021. Fresh Handling Sayur Sayuran di Desa
Undrusbinangun, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi, Provinsi
Jawa Barat. Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-45 UNS tahun
2021, 5(1), 258-275.
Maruli, A., Santi, D.N., & Naria, E. (2013). Analisa kadar residu insektisida
golongan organofosfat pada kubis (Brassica oleracea) setelah pencucian
dan pemasakan di Desa Dolat Rakyat Kabupaten Karo Tahun 2012. J
Lingkung Kesehat Kerja. 1(2):1–9
Pantastico Er B, TK Chattopadhyay, dan H Subramanyam. 2016. Fisiologi pasca
panen penanganan dan pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran
tropika dan subtropika. Yogyakarta: UGM Press.
Suhandoyo. 2022. Skripis Penanganan Pascapanen Sayuran Di Kelurahan
Maharatu Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Universitas
Islam Riau.
Zein, sudaryanto dkk. 2015. Teknik Penangan Hasil Pertanian. Bandung: Pustaka
Giratuna

Anda mungkin juga menyukai