Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
I.2. Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.3. Manfaat .................................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
TINJAUA PUSTAKA ........................................................................................................ 4
2.1. Durian ...................................................................................................................... 4
2.2. Perbanyakan Secara Vegetatif ................................................................................. 5
2.3. Teknik Okulasi Pada Tanaman Durian .................................................................... 6
2.3.1. Pengertian Okulasi ............................................................................................ 6
2.3.2. Tahap Okulasi ................................................................................................... 9
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Okulasi................................................................ 12
BAB III ............................................................................................................................. 13
MATERI DAN METODE ................................................................................................ 13
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................... 13
3.2.1. Alat.................................................................................................................. 13
3.2.2. Bahan .............................................................................................................. 13
3.3. Pelaksanaan pratikum ........................................................................................... 13
3.3.1. Teknik Perbanyakan Tanaman durian secara Okulasi .................................... 13
BAB IV ............................................................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 15
4.1 Hasil ........................................................................................................................ 15
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………………………………………..15

BAB V .............................................................................................................................. 20

i
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 20
B. Kritik dan Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Durian merupakan tanaman spesifik tropis yang bernilai ekonomis cukup
tinggi untuk meningkatkan pendapatan petani, devisa negara, dan kebutuhan
agribisnis. Pertanaman durian yang ada saat ini umumnya berasal dari benih yang
kualitasnya sangat beragam. Penyediaan bibit varietas unggul sangat diperlukan
untuk menunjang perluasan pertanaman durian sehingga produksi durian
Indonesia bisa bersaing dengan durian dari luar negeri.
Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor yang
menentukan keberhasilan budidaya durian. Perbanyakan tanaman secara vegetatif
merupakan alternatif untuk mendapatkan bibit berkualitas. Perbanyakan secara
generatif pada umumnya memerlukan waktu yang cukup lama, namun kelebihan
perbanyakan dari benih adalah secara umum batang pohon hasil benih lebih
kokoh, sehat dan berumur panjang.
Salah satu cara yang digunakan dalam perbanyakan vegetatif adalah
dengan grafting yaitu menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman
yang berbeda sehingga tercapai kombinasi dan persenyawaan yang akan tumbuh
menjadi tanaman baru.
Faktor awal keberhasilan grafting adalah penyediaan batang bawah yang
memiliki pertumbuhan yang baik. Batang bawah asal benih (semai) lebih
menguntungkan dalam hal jumlah, dan pada umumnya tidak membawa virus dari
pohon induknya, dan sistem perakarannya lebih bagus serta kuat.
Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian
tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya
adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun
sekaligus.

1
Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok,
okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi
secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi
melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif
buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para
petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman
baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan
induknya.
Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya
mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan
pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan
tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan
secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat
menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat.
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau
Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai
kelebihan jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi
mempunyai mutu lebih baik daripada induknya.
Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang
mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi
mempunyai perakaran kurang baik.
Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang
bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk
ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang
atas.

2
I.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan
bibit durian secara vegetatif dengan tehnik okulasi.

1.3. Manfaat
Adapaun manfaat magang ini dilakukan adalah :
1. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara
langsung sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang
pertanian.
2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa untuk terjun
dalam dunia kerja.
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang pembibitan
tanaman buah.

3
BAB II
TINJAUA PUSTAKA

2.1. Durian
Durian (Durio zibethinus) adalah merupakan salah satu tanaman asli Asi
Tenggara yang beriklim tropic basah, khususnya ditailan, Malaysia, dan
Indonesia, Di Indonesia pusat keragaman genetikan di Kalimantan (27 spesies)
kemudian di Sumatera Utara (11 spesies).
Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100 cm
dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar, ringan
dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang
dau antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau
cabang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang
tangkai bunga 5-7 cm, panjang bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm.
Kelopak bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5
helai. Bunga akan mekar pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk
silang.
Bentuk buah bundar atau lonjong. Panjang buah dapat mencapai 25 cm
dengan diameter 20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang
dikelilingin dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapai mencapai
panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis,
berwarna putih atau kekuningan tergantung jenis durian.
Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul
terdapat 6 jenis yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong.
Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasannya setiap durian unggul dari bibit.
Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliliti akan diketahui perbedaan yang
mencirikan masing-masing.
Tanaman durian tumbuh optimal dengan produksi buah memuaskan
apabila ditanan di daratan rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl, curah
hujan 1500 mm atau lebih pertahun, dengan keadaan tanah yang gembur,
mengadung pasir, dan draniase yang baik.

4
Tanaman durian klsifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plante
Divisio : Angiospermae
Sub division : Spermatophyta
Classis : Dicotelodenia
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus

2.2. Perbanyakan Secara Vegetatif


Perbanyakan secara vegetatif dilakukan menggunakan bagian
tanaman seperti cabang, ranting, pucuk, daun, umbi dan akar. Prinsipnya
adalah merangsang tunas adventif yang ada di bagian-bagian tersebut agar
berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki akar, batang dan daun
sekaligus. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara
mencangkok, okulasi, stek dan kultur jaringan.
Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi secara alamiah atau dibuat
oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi melalui pembelahan
sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif buatan
dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para petani
memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman baru
yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan induknya.
Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya
mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan
pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan
tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan
secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat
menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat.
Keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan
heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih

5
baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu
tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang
cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif bersifat
melestarikan sifat hasil tanaman induk.
Adapun kekurangan dari pembiakan vegetatif adalah merusak tanaman
yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh terbatas,
perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek.

2.3. Teknik Okulasi Pada Tanaman Durian

2.3.1. Pengertian Okulasi


Okulasi sering juga disebut dengan menempel, Oculatie (Belanda) atau
Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai
kelebihan jika dibandingkan dengan stek dan cangkok.
Kelebihannya adalah hasil okulasi mempunyai mutu lebih baik dari pada
induknya. Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang
mempunyai perakartan yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi
mempunyai perakaran kurang baik.
Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang
bawah. Sedangkan tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya
untuk ditempelkan pada batang bawah dikenal dengan sebutan batang atas.Untuk
membuat bibit durian berupa okulasi atau sambungan (grafting) perlu diperhatikan
hal-hal berikut ini.
1. Mempunyai sendiri pohon induk untuk batang bawah dan atas, sehingga
tidak dari orang lain.
2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang cara meng-okulasi dan
menyambung.
3. Mempunyai pengetahuan tentang berbagai macam hama dan penyakit
serta tentang cara penanggulangannya.

6
4. Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas,
gunting pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai
(seedling) yang baik (vegetatif) untuk batang bawah.
Tanaman durian merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam
perbanyakannya dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman.
Pedoman pemilihan bibit berkualitas antara lain:
1. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.
2. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih.
3. Bibit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman
(enten dan okulasi), dengan batang bawah pilihan.
4. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai
sistem percabangan yang menyebar.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada
waktu pembelahan sel dalam cambium berlangsung secara aktif.

1. Batang Bawah untuk Okulasi


Umur batang bawah untuk dapat diokulasi sangat beragam tergantung
kepada jenis tanamannnya. Ada yang masih berumur 9 bulan sudah bisa diokulasi,
tetapi ada juga lebih dari 4 tahun baru bisa diokulasi. Tetapi yang umum tanaman
dapat diokulasi lebih kurang berumur 1 tahun atau cabangnya sudah mencapai
sebesar ibu jari.
1. Tanaman yang dijadikan sebagai batang bawah harus mempunyai ciri-ciri
sebagaiberikut:
Sistem perakaran harus cukup kuat, serta mampu beradaptasi pada
keadaan tanah yang kurang mendukung
2. Berkecepatan tumbuh sesuai dengan batang atas yang digunakan, sehingga
dapat hidup bersama secara ideal dan dalam waktu tertentu.

7
3. Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas
terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.
4. Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang
berbentuk sebagai hasil sambung.
Batang bawah mempunyai ciri:
1. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan
batang.
2. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats
(compatible).
3. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.
4. Buah dan biji banyak.

2. Batang Atas untuk Okulasi


Batang atas dari bibit okulasi sebenarnya hanya berupa mata dari tanaman
yang kita kehendaki. Agar okulasi memuaskan tentu saja mata ini harus diambil
dari pohon induk yang subur dan dari cabang yang tidak terserang hama-penyakit.
Sebab penyakit dapat ditularkan oleh mata yang ditempelkan. Bentuk mata yang
baik adalah bulat dan besar-besar. Mata demikian dapat diperoleh dari cabang
yang telah berumur lebih-kurang 1 tahun. Jika cabang yang diambil matanya
masih terlalu muda biasanya mata sulit untuk dilepas. Tanda cabang yang
memenuhi syarat adalah berwarna hijau kelabu atau kecoklatan.
1. Tanaman yang dijadikan batang ats haruslah mempunyai sifat-sifat sebagai
berikut:
Berasal dari pohon yang sehat, terutama bebas dari penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dan virus.
2. Berasal dari pohon yang sifat-sifatnya sesuai dengan sifat yang diinginkan.
3. Tidak mengurangi kualitas batang bawah, pada tanaman yang terbentuk
sebagai hasil sambungan.
Syarat batang atas adalah:
1. Produksi tinggi dan kualitas buah baik.
2. Pohon sehat, terutama bebas dari penyakit virus Tristeza dan CVPD.

8
3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada
menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi.

2.3.2. Tahap Okulasi


1. Persiapan Batang Bawah
Supaya okulasi berhasil dengan baik dicari tanaman yang kulitnya mudah
dikupas dari kayunya, yaitu tanaman yang masih aktif dalam pertumbuhannya sel-
sel kambium aktif dalam pembelahan diri dan akan segera membentuk jaringan
baru bila kulit diambil dari kayunya.
Bentuk irisan batang bawah bergantung pada cara okulasi yang kita pilih.
Misalnya kita melakukan irisan dengan benntuk huruf T. Irisan ini kita buat pada
bagian kulit yang halus. Kurang lebih pada batang 20 cm di ats permukaan tanah.
Dalam membuat irisan ini kita harus hati-hati, irisan tidak boleh terlalu dalam.
Kedalaman yang baik adalah setebal kulit batang. Jika irisan terlalu dalam dan
melukai bagian kayunya dapat mengakibatkan kegagalan okulasi.

2. Pengambilan Mata Tunas


Untuk mata tunas harus diambil dari ranting pohon yang sudah terpilih dan
memenuhi beberapa persyaratan. Ranting yang diambil tidak menunjukkan gejala-
gejala menguning dan mutasi. Mengambil ranting itu jangan diwaktu siang hari,
sebab keadaan ranting waktu itu kurang baik.
Pengambilan mata tunas dapat dilakukan dengan 3 cara, dengan demikian
dapat diperoleh mata tempel yang sesuai dengan cara yang digunakan. Etiga
macam bentuk pengambilan mata tunas yaitu segi empat, sayatan, dan bulat.
Bentuk segi empat diperoleh dengan mengiris secara horizontal 1,5 cm di atas dan
di bawah mata, kemudian unung-ujung irisan kita hubungkan sehingga
membentuk segi empat.
3. Penyisipan Mata Tunas

9
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari
okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh
kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris.
Apabila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan
tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau
penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada
kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih
baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih.
Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan,
yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari
penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang.
Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel
dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit.
Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate
selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit)

4. Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan
batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata
tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’,
kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata.
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang
pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga,
maka mate tempel yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan
okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan
okulasi irisan dan okulasi T.
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil
klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar
1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau
sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan

10
ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras sehingga dpat
mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat,
tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk.
5. Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya
melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau
mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau
kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata
tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar
dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil.
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah
dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak
jadi

6. Pemotongan Batang Pokok


Bila telah ada kepastian bahwa mata tempelan sudah hidup, selanjutnya
adalah memotong batang pokok. Pemotongan batang pokok ada tiga cara, kita
tinggal memilih dari ketiga cara tersebut.
1. Batang pokok langsung dipotong 1 cm diats mata tempelan, dengan
bentuk potongan miring ke belakang sehingga air hujan atau air siraman
dapat jatuh ke bawah dan tidak akan ”mangkal” pada tempelan mata.
2. Batang pokok dipotong 10 cm diatas mata tempelan. Dengan tujuan agar
apabila tunas telah tumbuh tinggi dapat dipergunakan untuk mengikat
batang agar dapat tumbuh tegak lurus. Apabila tunas telah tumbuh sampai
30 cm, maka batang pokok ini akan kita potong dangan ketinggian 1 cm
diats mata tempelan.
3. Pada pemotongan ketiga tidak dilakukan sekaligus. Kedalaman pemotongn
cukup setengah dari diameter batang pokok, kemudian batang pokok
direbahkan.

11
Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut:
1. Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas
tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga
terkulai (menggantung).
2. Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan
enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang
atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.
3. Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang,
sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.
4. Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak
bercabang sampai setinggi ± 60 cm.

2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Okulasi


1. Kelebihan Okulasi
Keuntungan-keuntungan pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-
bahan heterozigot dapat dilestarikan tanpa pengubahan pembiakan vegetatif lebih
baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Karena pada pembiakan vegetatif
satu tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu
yang cukup singkat, banyak tanaman yang dikembangkan secara vegetatif dapat
melestarikan sifat hasil yang dimiliki oleh tanaman induk.
Keuntungan dari memperbanyak dengan cara okulasi dan sambungan
ialah, bahwa kita dapat membuat bibit dalam jumlah yang banyak dan dalam
waktu yang relatif singkat.

2. Kelemahan Okulasi
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang
berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh
terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman
lebih pendek.

12
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat


Praktek ini dilaksanakan pada 17 Oktober 2019 di Lahan Percobaan
Fakultas Pertanian Universitas Samudra.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat
1. pisau okulasi
2. cangkul
3. sarung tangan
4. gunting
5. plastik pembungkus.

3.2.2. Bahan
1. Polybag
2. Tanah
3. Bibit Durian
4. Batang atas tanaman Durian Montong
5. Batang bawah tanaman Durian

3.3. Pelaksanaan pratikum

3.3.1. Teknik Perbanyakan Tanaman durian secara Okulasi


Okulasi merupakan cara penyambungan satu mata tunas sebagai entres (batang
atas) dengan batang bawah pada tanaman sejenis. Bibit okulasi dapat berbuah
mulai umur 3 tahun.
Tahapan-tahap penyiapan bibit okulasi adalah sebagai berikut :

13
a. Persiapan alat dan bahan
 Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas
dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi,
gunting, tali pengikat, dan sarana penunjang lainnya.

b. Tata cara pengokulasian


Dalam pengokulasian bibit tanaman mangga sebanyak 10 bibit tanaman durian.
 Batang bawah dibersihkan di lahan persemaian ataupun dalam
polybag dengan menggunakan kain lap.
 Mengiris kulit batang bawah ukuran irisan (sayatan) 3-5 cm. Kulit
hasil irisan dikelupas ke bawah, lalu dipotong dua per tiga bagian.
 Cabang yang mempunyai mata dipilih, kemudian mata disayat
dengan menyertakan sedikit kayunya. Ukuran sayatan entres 2 cm di atas
dan di bawah mata mata tunas, lalu kayunya dilepaskan secara hati-hati.
Mata entres ditempelkan pada sayatan batang bawah hingga pas.
 Bidang tempelan (okulasi) diikat dengan tali plastik atau rafia dimulai dari
atas ke bawah dengan tidak menutup mata okulasi.

c. Pemeliharaan pasca okulasi


 Pemeriksaan mata okulasi sekitar 10-15 hari sejak pengokulasian. Apabila
mata berwarna hijau, berarti penyambungan tersebut berhasil. Sebaliknya,
bila mata berwarna coklat dan kering, berarti okulasi gagal.
 Ujung batang bawah dipotong dengan ketinggian 10-20 cm tepat di
atas bidang okulasi apabila tunas entres telah mencapai 20-30 cm.
 Tunas-tunasyang tumbuh di bawah mata (tunas) okulasi dipangkas dengan
pisau maupun tangan.
 Bibit okulasi disemaikan ke polybag atau keranjang bambu yang
diameternya cukup lebar sesuai dengan ukuran bibit. Sebagian tanah
disertakan pada saat pemindahan agar letak akar tidak berubah.
 Bibit dipelihara secara intensif sampai umur 1 tahun atau lebih.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
PERUBAHAN
Durian Percobaan Batang Atas atau Pucuk
Batang Bawah
Yang Disambung
SEBELUM Normal Normal
1
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
2
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
3
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
4
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
5
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput

4,2 Pembahasan
Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara,
sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit
buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan
populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah
yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain
muak dengan aromanya.
Ternyata buah durian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.
Tidak hanya pada daging buahnya, tetapi juga pada kulit dan daunnya. Namun
perlu di ingat juga bahwa makan buah durian dapat meningkatkan tekanan darah.
Selain itu kadar kolesterol dalam durian juga cukup tinggi.

15
Tetapi durian merupakan makanan sehat yang baik untuk tubuh jika
dimakan tanpa berlebihan. Di dalam daging buah durian mengandung banyak
sekali zat gizi, di antaranya adalah karbohidrat, lemak, protein, serat, kalsium
(Ca), fosfor (P), asam folat, magnesium (Mg), potasium/kalium (K), zat besi (Fe),
zinc, mangaan (Mn), tembaga (Cu), karoten, vitamin C, thiamin, niacin, dan
riboflavin. Durian juga mengandung gula yang cukup banyak serta sifatnya panas
sehingga penderita diabetes dan ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi durian.
Buah durian memiliki manfaat mineral alamiah yang mudah dicerna oleh
tubuh kita. Durian juga mengandung fosfor dan zat besi yang 10 kali lebih banyak
dari buah pisang (mas, ambon, dan beranga).
Karena kandungan mineralnya yang tinggi, terutama kalsium dan zat besi,
durian dapat menjadi penyebab masalah pada pergerakan usus besar. Bagi yang
memiliki riwayat darah tinggi, disarankan untuk tidak mengkonsumsi buah ini
bersama dengan alkohol karena dapat menyebabkan stroke. Selain itu, disarankan
untuk banyak minum air putih sebelum dan sesudah makan durian untuk
menghindari dehidrasi.

Pemilihan Lokasi Pertanaman Durian


A. Iklim
 Durian tumbuh baik pada daerah tropika basah.
 Curah hujan ideal adalah lebih dari 2000 mm pertahun dan tersebar merata
sepanjang tahun.
 Lama bulan basah 9-10 bulan pertahun. Musim kering lebih dari 3 bulan
akan menggangu pematangan buah durian.

B. Ketinggian tempat penanaman Durian


 Ketinggian yang lebih ideal adalah 100 - 500 m dari permukaan air laut.
 Bila ditanam pada tempat yang lebih tinggi akan terjadi penurunan kualitas.

C. Tanah Yang Cocok Untuk Penanaman Durian


 Durian tumbuh baik pada tanah dengan pH netral.

16
 Durian menghendaki tanah dalam dengan drainase baik. Akar durian peka
terhadap rendaman air.

D. Budidaya Durian
a. Perbanyakan tanaman
 Durian dapat diperbanyak dengan cara generatif (dengan biji) atau dengan
cara vegetatif.
 Bila diperbanyak dengan biji, keunggulan sifat induk tidak dapat
dipertahankan
 Sedangkan bila diperbanyak dengan cara vegetatif keunggulan sifat induk
dapat dipertahankan.

b. Pengolahan tanah
 Tanah dibersihkan dari rerumputan, dibajak, dicangkul dan batang serta
kayu yang ada disekitarnya dikumpulkan.
 Bila drainainase yang kurang baik, dibuat parit-parit drainase di sekitar
kebun.
 Dilakukan menjelang atau sebelum musim hujan.

c. Penanaman di lapangan
 Jarak tanam 10-12 m x 10-12 m.
 Lubang tanam digali dengan ukuran 80 x 80 x 70 atau 70 x 70 x 60 cm.
 Siapkan lubang tanam 2-4 minggu sebelum tanam.
 Tanah galian lapisan atas lebih kurang 20 cm ditempatkan di sisi lubang
secara terpisah dari lapisan bawah, lalu dicampur kompos/pupuk kandang +
30 kg/ lubang dan dibiarkan 2-3 minggu.
 Bibit diletakkan di tempat lubang tanam sejajar dengan permukaan tanah
dan keranjang di buka berhati-hati.
 Lubang tanam ditutup dengan tanah lapisan atas dan lapisan bawah
kemudian dipadatkan dan diratakan.

17
 Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, pada waktu penanaman bibit
sebaiknya kita beri naungan untuk menghindari sengatan matahari, guyuran
hujan yang lebat juga untuk melindungi tanaman muda dari terjangan angin
kencang.
 Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutupi dengan dengan jerami kering
agar kelembaban tanah tetap stabil.
 Naungan bisa dibongkar setelah tanaman berumur _ 3-5 bulan.

d. Pemeliharaa Durian
i. Penyiraman
 Pada awal pertumbuhan dilakukan setiap hari tergantung cuaca.
 Selanjutnya dilakukan 1 –3 kali seminggu di musim kemarau, terutama
ketika tanaman berbuah.
 Kekurangan air akan mengakibatkan kerontokan buah.

ii. Penyiangan
 Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang sudah ditumbuhi rerumputan
disekitar batang tanaman.
 Penyiangan pada tanaman muda harus dilakukan dengan hati-hati.

iii. Pemupukan
 Pada umur 1 tahun diberi 500 g NPK. Jumlah pupuk meningkat setiap tahun
1 kg NPK pada umur 2 tahun, 1.5 kg NPK pada umur 3 tahun, 2 kg NPK
pada umur 4 tahun.
 Pupuk ditempatkan dalam rorakan (selokan) melingkari tanaman dengan
kedalaman 10-15 cm.
 Lingkaran berubah mengikuti pertumbuhan tanaman dan tajuk pohon.
 Pupuk ditabur merata ke rorakan dan ditutup kembali dengan tanah.

18
iv. Pengendalian hama dan penyakit Durian
 Hama seperti penggerek buah, penggerek batang dan perusak daun
dikendalikan dengan menggunakan Sumithion 50 cc atau Thiodan 35 EC
dengan dosis 2 cc/liter air.
 Pada tanaman dewasa dapat dilakukan dengan menyuntikkan pestisida ke
batang.
e.Manenan Durian
i. Berbunga
 Bunga pertama muncul pada usia _ 8 tahun.
 Musim berbunga jatuh pada musim kemarau, sekitar bulan Juni-September.

ii. Berbuah
 Kurang lebih 4-5 bulan setelah berbunga, buah sudah matang.
 Buah yang matang akan jatuh sendiri.
 Buah yang dipetik langsung, dianginkan 1-2 hari, kemudian diperam

19
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Durian (Durio Zibethinus Murr) termasuk dalam familia Bombaceae.Berasal
dari daerah tropis di Asia (Malaysia) kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan
berbagai belahan dunia. Pada musim buah durian, berbagai varietas dan tipe
diperdagangkan di berbagai pasar dalam negeri. Untuk pasar luar negeri,
penyuluhan rekomendasi varietas unggul serta promosi masih perlu ditingkatkan
sesuai permintaan pasar. Demikian pula peningkatan adopsi dan aplikasi teknologi
budidaya durian di sentra produksi dalam upaya peningkatan mutu buah.

B. Kritik dan Saran


Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penyusunan baik dalam bentuk kata-kata maupun kalimat masih banyak terdapat
kekurangan dan kekeliruan untuk itu kami sangat berharap masukan, kritik
maupun saran yang sifatnya membangun guna perbaikan penyusunan makalah
kami selanjutnya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta: Penerbit Universitas


Indonesia.
Kurniatusolihat, N. 2009. Pengaruh Bahan Stek Dan Pemupukan Terhadap
Produksi Terubuk (Saccharum Edule Hasskarl). Tidak Diterbitkan. Skripsi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Prastowo, Roshetko, Maurung, Nugraha, Tukan, dan Harum. 2006. Tehnik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World
Agroforestry Centre (ICRAF) & Winrock International.
Redaksi Agromedia. 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Jakarta: PT.
Aromedia Pustaka.
Widiarsih, Minarsih, Dzurrahmah, Wirawan, dan Suwarno. 2008.
Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Buatan. http://willy.situshijau.co.id. [4
Desember 2012].
Wudianto, R. 1987. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

21

Anda mungkin juga menyukai