DAFTAR ISI........................................................................................................................ i
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
I.2. Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.3. Manfaat .................................................................................................................... 3
BAB II................................................................................................................................. 4
TINJAUA PUSTAKA ........................................................................................................ 4
2.1. Durian ...................................................................................................................... 4
2.2. Perbanyakan Secara Vegetatif ................................................................................. 5
2.3. Teknik Okulasi Pada Tanaman Durian .................................................................... 6
2.3.1. Pengertian Okulasi ............................................................................................ 6
2.3.2. Tahap Okulasi ................................................................................................... 9
2.3.3. Kelebihan dan Kekurangan Okulasi................................................................ 12
BAB III ............................................................................................................................. 13
MATERI DAN METODE ................................................................................................ 13
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan....................................................................................................... 13
3.2.1. Alat.................................................................................................................. 13
3.2.2. Bahan .............................................................................................................. 13
3.3. Pelaksanaan pratikum ........................................................................................... 13
3.3.1. Teknik Perbanyakan Tanaman durian secara Okulasi .................................... 13
BAB IV ............................................................................................................................. 15
HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................................... 15
4.1 Hasil ........................................................................................................................ 15
4.2 Pembahasan………………………………………………………………………………………………………..15
BAB V .............................................................................................................................. 20
i
PENUTUP ........................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 20
B. Kritik dan Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara mencangkok,
okulasi, stek dan kultur jaringan. Pembiakan vegetatif tanaman dapat terjadi
secara alamiah atau dibuat oleh manusia. Secara alamiah, perkembangan terjadi
melalui pembelahan sel, spora, tunas, rhizome, dan geragih. Pembiakan vegetatif
buatan dimanfaatkan melalui cara stek, cangkok, okulasi dan sambung. Para
petani memanfaatkan pembiakan vegetatif buatan untuk menghasilkan tanaman
baru yang cepat berproduksi dengan sifat dan kualitas yang sama dengan
induknya.
Namun perbanyakan vegetatif buatan yang dikenal oleh para petani hanya
mampu menghasilan tanaman dalam jumlah yang terbatas. Keuntungan
pembiakan vegetatif antara lain adalah bahan-bahan heterozigot dapat dilestarikan
tanpa pengubahan dan pembiakan vegetatif lebih baik dibandingkan pembiakan
secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu tumbuhan induk dapat
menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang cukup singkat.
Okulasi sering juga disebut dengan menempel, oculatie (Belanda) atau
Budding (Inggris). Cara memperbanyak tanaman dengan okulasi mempunyai
kelebihan jika dibandingkan setek dan cangkok. Kelebihannya adlah hasil okulasi
mempunyai mutu lebih baik daripada induknya.
Bisa dikatakan demikian karena okulasi dilakukan pada tanaman yang
mempunyai perakaran yang baik dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit
dipadukan dengan tanaman yang mempunyai rasa buah yang lezat, tetapi
mempunyai perakaran kurang baik.
Tanaman yang mempunyai perakaran baik digunakan sebagai batang
bawah. Sedang tanaman yang mempunyai buah lezat diambil mata tunasnya untuk
ditempelkan pada batang bawah yang dikenal dengan sebutan entres atau batang
atas.
2
I.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik perbanyakan
bibit durian secara vegetatif dengan tehnik okulasi.
1.3. Manfaat
Adapaun manfaat magang ini dilakukan adalah :
1. Agar mahasiswa memperoleh keterampilan dan pengalaman kerja secara
langsung sehingga dapat memecahkan permasalahan dalam bidang
pertanian.
2. Untuk memperluas pengetahuan dan wawasan sehubungan antara teori dan
penerapannya, sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa untuk terjun
dalam dunia kerja.
3. Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang pembibitan
tanaman buah.
3
BAB II
TINJAUA PUSTAKA
2.1. Durian
Durian (Durio zibethinus) adalah merupakan salah satu tanaman asli Asi
Tenggara yang beriklim tropic basah, khususnya ditailan, Malaysia, dan
Indonesia, Di Indonesia pusat keragaman genetikan di Kalimantan (27 spesies)
kemudian di Sumatera Utara (11 spesies).
Tinggi pohon durian dapat mencapai 30 meter, batang memiliki diameter 100 cm
dengan warna kayu makin dalam semakin kemerah-merahan, beserta kasar, ringan
dan tidak berbau. Daun tanaman durian berbentuk elips sampai lonjong. Panjang
dau antara 10-15 cm dan lebarnya 3-4,5 cm. Bunga bergantung pada batang atau
cabang yang sudah tua. Bunga muncul secara bergerombol 3-30 bunga, panjang
tangkai bunga 5-7 cm, panjang bunga antara 5-6 cm dengan diameter 2 cm.
Kelopak bunga berwarna putih atau hijau keputihan, mahkota bunga berjumlah 5
helai. Bunga akan mekar pada sore hari. Kebanyakan durian bersifat menyerbuk
silang.
Bentuk buah bundar atau lonjong. Panjang buah dapat mencapai 25 cm
dengan diameter 20 cm. warnah kulit buah hijau, kuning hingga kecoklatan, yang
dikelilingin dengan duri tajam berbentuk kerucut. Panjang biji dapai mencapai
panajang 4 cm yang tertutup oleh daging buah yang halus dan rasa manis,
berwarna putih atau kekuningan tergantung jenis durian.
Varietas durian yang banyak dibudidayakan dan termasuk durian unggul
terdapat 6 jenis yaitu, Petruk, Sukun, Sunan, Si tokong, kani, dan Otong.
Sebetulnya tidak mudah mencari kekhasannya setiap durian unggul dari bibit.
Tetapi bila dilakukan pengamatan dengan teliliti akan diketahui perbedaan yang
mencirikan masing-masing.
Tanaman durian tumbuh optimal dengan produksi buah memuaskan
apabila ditanan di daratan rendah dengan ketinggian dibawah 1000 mdpl, curah
hujan 1500 mm atau lebih pertahun, dengan keadaan tanah yang gembur,
mengadung pasir, dan draniase yang baik.
4
Tanaman durian klsifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plante
Divisio : Angiospermae
Sub division : Spermatophyta
Classis : Dicotelodenia
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Durio
Spesies : Durio zibethinus
5
baik dibandingkan pembiakan secara generatif. Pada pembiakan vegetatif satu
tumbuhan induk dapat menghasilkan beberapa individu baru dalam waktu yang
cukup singkat. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif bersifat
melestarikan sifat hasil tanaman induk.
Adapun kekurangan dari pembiakan vegetatif adalah merusak tanaman
yang berfungsi sebagai tanaman induk, jumlah biji yang diperoleh terbatas,
perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman lebih pendek.
6
4. Cukup mempunyai alat-alat yang diperlukan, yaitu pisau tempel/pangkas,
gunting pangkas, gunting pangkas, dan alat-alat pertanian lainnya.
5. Cukup tersedianya pupuk kandang dan pupuk buatan.
6. Mempunyai pengetahuan tentang tanda-tanda dan menyeleksi semai
(seedling) yang baik (vegetatif) untuk batang bawah.
Tanaman durian merupakan tanaman tahunan (perennial), sehingga dlam
perbanyakannya dilakukan secara vegetatif, yaitu penyambungan tanaman.
Pedoman pemilihan bibit berkualitas antara lain:
1. Bibit harus bebas dari penyakit sistemik seperti CVPD.
2. Bibit harus bersertifikat atau berlebel oleh Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih.
3. Bibit harus dari perbanyakan vegetatif dengan penyambungan tanaman
(enten dan okulasi), dengan batang bawah pilihan.
4. Tinggi bibit sebaiknya sudah mencapai tinggi 60-80 cm dan mempunyai
sistem percabangan yang menyebar.
Waktu untuk melakukan okulasi yang paling baik adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas mudah dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi pada
waktu pembelahan sel dalam cambium berlangsung secara aktif.
7
3. Batang dan akar cukup kuat sehingga mampu menahan batang atas
terutama pada jenis tanaman berbuah lebat.
4. Tidak mengurangi kuantitas maupun kualitas buah pada tanaman yang
berbentuk sebagai hasil sambung.
Batang bawah mempunyai ciri:
1. Perakaran yang kuat dan dalam serta tahan terhadap penyakit akar dan
batang.
2. Pertumbuhan kuat dan sehat serta dapat tumbuh serasi dengan batang ats
(compatible).
3. Toleran terhadap penyakit virus Tristeza.
4. Buah dan biji banyak.
8
3. Umur tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.
4. Ranting untuk mata tempel dan sambungan tidak berduri dan tidak ada
menunjukkan gejala-gejala kuning atau mutasi.
9
Langkah ini harus kita lakukan secara hati-hati. Pokok keberhasilan dari
okulasi adalah pada saat menyisipkan mata tunas. Mata tunas yang kita peroleh
kita sisipkan di bawah kulit batang pokok yang telah diiris.
Apabila menggunakan pisau haji ali bulatan mata tunas ini kita tempelkan
tepat pada irisan bulat yang telah kita buat sebelumnya. Dalam penyisipan atau
penempelan mata tunas jangan sampai ada kotoran yang menempel pada
kambium, karena dapat mengganggu menyatunya penempelan.
Ranting mata tempel yang berbentuk bulat mempunyai mutu yang lebih
baik yang dibandingkan dengan yang bentuknya segitiga dan relatif masih pipih.
Untuk mencegah berkembangnya cendawan, perlu dilakukan beberapa perlakuan,
yakni: setelah ranting mata tempel diambil dari pohon induk, untuk menghindari
penguapan yang berlebihan, daun pada ranting mata tempel perlu dibuang.
Selanjutnya, ranting mata tempel perlu dibuang. Selanjutnya ranting mata tempel
dicuci dengan air, kemudian direndam dengan klorox 10% selama 1 menit.
Selanjutnya dikeringanginkan dan direndam dalam benomil 1% atau benlate
selama 1 menit, kemudian dikeringanginkan lagi (jangan lebih 15 menit)
4. Pengikatan Tempelan
Adapun pada bibit okulasi, potongan batang bagian bawah merupakan
batang hasil persemaian biji. Sementara batang bagian atas berasal dari ’mata
tempel’ pohon induk yang tumbuh menyamping. Pada tempat ’mata tempel’,
kulitnya masih menampakkan bekas tempelan yang nyata.
Dalam kondisi tertentu, bila memperoleh ranting mata tempel yang
pangkalnya berbentuk bulat tetapi bagian atas/pucuk masih berbentuk segi tiga,
maka mate tempel yang terletak pada bagian bawah dapat ditempel dengan
okulasi biasa. Sedangkan untuk bagian tengah dan ujungnya dapat digunakan
okulasi irisan dan okulasi T.
Untuk mengikat tempelan kita bisa menggunakan pita plastik polivinil
klorida. Ukuran dari pita plastik yang digunakan umumnya panjang 20 cm, lebar
1,5 cm, dan tebalnya 1 mm. Cara mengikat tempelan dari bawah ke atas atau
sering disebut dengan sistem genting. Yang perlu diperhatikan dalam pengikatan
10
ini adalah bagian mata tempel jangan diikat terlalu keras sehingga dpat
mengakibatkan kerusakan pada mata tempelan. Mata ini bisa saja tidak diikat,
tetapi bahayanya bila kena hujan akan membusuk.
5. Pembukaan Sayatan
Setelah kurang lebih dua minggu dari waktu pengikatan, kini tiba saatnya
melakukan pemeriksaan berhasil tidaknya pengokulasian. Ikatan kita buka, lau
mata tempelannya dilihat. Apabila warna mata tempelan itu telah menjadi hijau
kemerahan atau hitam, ini berarti pengokulasian kita tidak berhasil atau mata
tempelannya tidak berhasil. Tetapi jika mata tempelan masih kelihatan hijau segar
dan sudah melekat dengan batang pokok, ini pertanda bahwa okulasi kita berhasil.
Semua pekerjaan tersebut diatas harus dilakukan dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Sebab jika tidak mata tempel dan batang bawah yang sudah
dikelupas kulitnya akan menjadi kering dan tempelan itu akan gagal pula/tidak
jadi
11
Perlakuan dan pemeliharaan selanjutnya setelah ditempel adalah sebagai berikut:
1. Setelah tempelan itu jadi, batang bawah pada ketinggian 10 cm diatas
tempat penempelan disayat ± 2/3 bagian, kemudian dipatahkan sehingga
terkulai (menggantung).
2. Dengan cara demikian tunas akan cepat tumbuh dari mata tempel dan
enam bulan setelah ditempel sudah dapat dipindahkan ke dalam keranjang
atau 9 bulan sesudah ditempel sudah dapat menjadi bibit berupa stump.
3. Tunas-tunas yang tumbuh dibawah tempelan pada batang bawah dibuang,
sehingga tunas dari mata tempel dapat dengan leluasa tumbuh.
4. Tunas dari mata tempel dibiarkan tumbuh lurus ke atas dan tidak
bercabang sampai setinggi ± 60 cm.
2. Kelemahan Okulasi
Kekurangan dan kerugian dari pembiakan vegetatif adalah biasanya tanaman yang
berfungsi sebagai tanaman induk mudah rusak. Jumlah biji yang diperoleh
terbatas, perakaran tanaman hasil biakan vegetatif kurang, dan umur tanaman
lebih pendek.
12
BAB III
MATERI DAN METODE
3.2.1. Alat
1. pisau okulasi
2. cangkul
3. sarung tangan
4. gunting
5. plastik pembungkus.
3.2.2. Bahan
1. Polybag
2. Tanah
3. Bibit Durian
4. Batang atas tanaman Durian Montong
5. Batang bawah tanaman Durian
13
a. Persiapan alat dan bahan
Bahan tanaman berupa bibit batang bawah berumur 8-12 bulan, mata tunas
dari cabang yang tumbuhnya tegak ataupun agak condong, pisau okulasi,
gunting, tali pengikat, dan sarana penunjang lainnya.
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
PERUBAHAN
Durian Percobaan Batang Atas atau Pucuk
Batang Bawah
Yang Disambung
SEBELUM Normal Normal
1
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
2
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
3
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
4
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
SEBELUM Normal Normal
5
SESUDAH Mati Kulit batang mengkeriput
4,2 Pembahasan
Durian adalah nama tumbuhan tropis yang berasal dari Asia Tenggara,
sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit
buahnya yang keras dan berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri. Sebutan
populernya adalah "raja dari segala buah" (King of Fruit), dan durian adalah buah
yang kontroversial. Meskipun banyak yang menyukainya, sebagian yang lain
muak dengan aromanya.
Ternyata buah durian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh.
Tidak hanya pada daging buahnya, tetapi juga pada kulit dan daunnya. Namun
perlu di ingat juga bahwa makan buah durian dapat meningkatkan tekanan darah.
Selain itu kadar kolesterol dalam durian juga cukup tinggi.
15
Tetapi durian merupakan makanan sehat yang baik untuk tubuh jika
dimakan tanpa berlebihan. Di dalam daging buah durian mengandung banyak
sekali zat gizi, di antaranya adalah karbohidrat, lemak, protein, serat, kalsium
(Ca), fosfor (P), asam folat, magnesium (Mg), potasium/kalium (K), zat besi (Fe),
zinc, mangaan (Mn), tembaga (Cu), karoten, vitamin C, thiamin, niacin, dan
riboflavin. Durian juga mengandung gula yang cukup banyak serta sifatnya panas
sehingga penderita diabetes dan ibu hamil sebaiknya tidak mengkonsumsi durian.
Buah durian memiliki manfaat mineral alamiah yang mudah dicerna oleh
tubuh kita. Durian juga mengandung fosfor dan zat besi yang 10 kali lebih banyak
dari buah pisang (mas, ambon, dan beranga).
Karena kandungan mineralnya yang tinggi, terutama kalsium dan zat besi,
durian dapat menjadi penyebab masalah pada pergerakan usus besar. Bagi yang
memiliki riwayat darah tinggi, disarankan untuk tidak mengkonsumsi buah ini
bersama dengan alkohol karena dapat menyebabkan stroke. Selain itu, disarankan
untuk banyak minum air putih sebelum dan sesudah makan durian untuk
menghindari dehidrasi.
16
Durian menghendaki tanah dalam dengan drainase baik. Akar durian peka
terhadap rendaman air.
D. Budidaya Durian
a. Perbanyakan tanaman
Durian dapat diperbanyak dengan cara generatif (dengan biji) atau dengan
cara vegetatif.
Bila diperbanyak dengan biji, keunggulan sifat induk tidak dapat
dipertahankan
Sedangkan bila diperbanyak dengan cara vegetatif keunggulan sifat induk
dapat dipertahankan.
b. Pengolahan tanah
Tanah dibersihkan dari rerumputan, dibajak, dicangkul dan batang serta
kayu yang ada disekitarnya dikumpulkan.
Bila drainainase yang kurang baik, dibuat parit-parit drainase di sekitar
kebun.
Dilakukan menjelang atau sebelum musim hujan.
c. Penanaman di lapangan
Jarak tanam 10-12 m x 10-12 m.
Lubang tanam digali dengan ukuran 80 x 80 x 70 atau 70 x 70 x 60 cm.
Siapkan lubang tanam 2-4 minggu sebelum tanam.
Tanah galian lapisan atas lebih kurang 20 cm ditempatkan di sisi lubang
secara terpisah dari lapisan bawah, lalu dicampur kompos/pupuk kandang +
30 kg/ lubang dan dibiarkan 2-3 minggu.
Bibit diletakkan di tempat lubang tanam sejajar dengan permukaan tanah
dan keranjang di buka berhati-hati.
Lubang tanam ditutup dengan tanah lapisan atas dan lapisan bawah
kemudian dipadatkan dan diratakan.
17
Penanaman dilakukan pada awal musim hujan, pada waktu penanaman bibit
sebaiknya kita beri naungan untuk menghindari sengatan matahari, guyuran
hujan yang lebat juga untuk melindungi tanaman muda dari terjangan angin
kencang.
Tanah di sekitar tanaman sebaiknya ditutupi dengan dengan jerami kering
agar kelembaban tanah tetap stabil.
Naungan bisa dibongkar setelah tanaman berumur _ 3-5 bulan.
d. Pemeliharaa Durian
i. Penyiraman
Pada awal pertumbuhan dilakukan setiap hari tergantung cuaca.
Selanjutnya dilakukan 1 –3 kali seminggu di musim kemarau, terutama
ketika tanaman berbuah.
Kekurangan air akan mengakibatkan kerontokan buah.
ii. Penyiangan
Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang sudah ditumbuhi rerumputan
disekitar batang tanaman.
Penyiangan pada tanaman muda harus dilakukan dengan hati-hati.
iii. Pemupukan
Pada umur 1 tahun diberi 500 g NPK. Jumlah pupuk meningkat setiap tahun
1 kg NPK pada umur 2 tahun, 1.5 kg NPK pada umur 3 tahun, 2 kg NPK
pada umur 4 tahun.
Pupuk ditempatkan dalam rorakan (selokan) melingkari tanaman dengan
kedalaman 10-15 cm.
Lingkaran berubah mengikuti pertumbuhan tanaman dan tajuk pohon.
Pupuk ditabur merata ke rorakan dan ditutup kembali dengan tanah.
18
iv. Pengendalian hama dan penyakit Durian
Hama seperti penggerek buah, penggerek batang dan perusak daun
dikendalikan dengan menggunakan Sumithion 50 cc atau Thiodan 35 EC
dengan dosis 2 cc/liter air.
Pada tanaman dewasa dapat dilakukan dengan menyuntikkan pestisida ke
batang.
e.Manenan Durian
i. Berbunga
Bunga pertama muncul pada usia _ 8 tahun.
Musim berbunga jatuh pada musim kemarau, sekitar bulan Juni-September.
ii. Berbuah
Kurang lebih 4-5 bulan setelah berbunga, buah sudah matang.
Buah yang matang akan jatuh sendiri.
Buah yang dipetik langsung, dianginkan 1-2 hari, kemudian diperam
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Durian (Durio Zibethinus Murr) termasuk dalam familia Bombaceae.Berasal
dari daerah tropis di Asia (Malaysia) kemudian menyebar ke Asia Tenggara dan
berbagai belahan dunia. Pada musim buah durian, berbagai varietas dan tipe
diperdagangkan di berbagai pasar dalam negeri. Untuk pasar luar negeri,
penyuluhan rekomendasi varietas unggul serta promosi masih perlu ditingkatkan
sesuai permintaan pasar. Demikian pula peningkatan adopsi dan aplikasi teknologi
budidaya durian di sentra produksi dalam upaya peningkatan mutu buah.
20
DAFTAR PUSTAKA
21