Oleh :
Ahmad Nizar Saifulloh NIM A41161389
Titania Dwi Septiani NIM A41161396
Agung Wahyu Darmawan NIM A41161456
Ayu Widyawati Endah P. NIM A41161660
Muamar Khadafi NIM A41161669
Hanif Ahmad Abdul Ghofur NIM A41161787
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui manfaat dari pematahan dormansi.
2. Mahasiswa mengetahui metode pematahan dormansi.
3. Mahasiswa mengetahui macammacam metode pematahan dormansi pada
masingmasing benih.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat dari pematahan dormansi.
2. Mahasiswa mampu mengetahui metode pematahan dormansi.
3. Mahasiswa mampu mengetahui macammacam metode pematahan
dormansi pada masingmasing benih.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Bahan :
Benih Padi,
Benih Cabai
Benih Sengon
Benih Papaya
Benih Semangka
Benih Tomat
H2SO4 30%
KNO3 0,2%
GA3 0,1%
4.1.2 Sengon
Jumlah Kecambah
NO. Komoditi
7 HST 14 HST
1. Sengon Kontrol 6 5
2. Sengon 10 Menit 6 2
2. Sengon 15 Menit 10 -
4.1.3 Cabai
Jumlah Kecambah
NO. Komoditi
7 HST 14 HST
1. Cabai Kontrol - -
2. Cabai GA3 0,1% - 2
4.1.4 Semangka
Jumlah Kecambah
NO. Komoditi
5 HST 14 HST
1. Semangka Kontrol 14 2
Semangka
2. 11 1
Cracking
4.1.5 Tomat
Jumlah Kecambah
NO. Komoditi
5 HST 14 HST
1. Tomat Kontrol - -
2. Tomat KNO3 0,2% - 1
4.1.6 Papaya
NO Jumlah Kecambah
Komoditi
. 8 HST 14 HST
1. Papaya Kontrol - 18
2. Papaya 1/2 - 20
3. Papaya Penuh - 11
4.2 Pembahasan
4.2.1 Padi
Dormansi pada padi merupakan mekanisme alami untuk
melindungi gabah dari berkecambah di lapang sebelum tanaman dipanen
pada kondisi basah atau tanaman rebah. Namun demikian hal tersebut
dapat menimbulkan masalah pada pengujian mutu benih, apabila metode
pematahan dormansi yang digunakan tidak efektif. Dari hasil praktikum
benih padi perlakuan memiliki daya tumbuh benih lebih tinggi daripada
benih kontrol, hal tersebut dapat terjadi karena sifat impermeable kulit
benih padi.
4.2.2 Sengon
Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) merupakan salah satu jenis
tanaman yang dapat mengembalikan kondisi hutan yang terdegradasi (penurunan)
dan mampu tumbuh pada kondisi yang kurang mendukung, sehingga sengon
termasuk tanaman serbaguna yang sangat penting di Indonesia. Jenis ini dipilih
sebagai salah satu jenis tanaman hutan serta tanaman industri di Indonesia karena
pertumbuhannya yang sangat cepat, mampu beradaptasi pada berbagai jenis tanah.
Dengan melihat tingginya kebutuhan kayu di Indonesia yang cenderung
meningkat pertahunnya, maka diperlukan tanaman alternatif yang mampu
menghasilkan kayu secara cepat untuk memenuhi kebutuhan kayu di indonesia.
Dalam hal ini sengon sangat penting untuk dikembangbiakan,
perkembangbiakannya dapat dilakukan dengan menggunakan biji. Akan tetapi
masalah utama perkecambahan biji sengon adalah dormansi fisik karena
impermiabilitas kulit biji terhadap air. Kulit biji sengon yang keras menyebabkan
pengambilan air terhalang kulit biji. Dari hasil praktikum benih sengon control
memeliki daya tumbuh benih paling tinggi dibandingkan dengan benih sengon
yang mendapat perlakuan perendaman H2S04 selama 10 menit dan 15 menit, hal
tersebut dikarenakan sifat H2S04 yang asam, yang mungkin merusak embrio benih
karena perendaman yang terlalu lama.
4.2.3 Cabai
Dormansi dapat dikatakan sebagai suatu fase dimana kulit biji dalam
kondisi yang keras menghalangi penyerapan. Organisme hidup dapat memasuki
keadaan tetap hidup meskipun tidak tumbuh selama jangka waktu yang lama, dan
baru mulai tumbuh aktif bila kondisinya sudah sesuai. Dari hasil praktikum benih
cabai perlakuan hanya tumbuh 2, sedangkan cabai kontrol tidak tumbuh sama
sekali. Hal tersebut terjadi karena Pada benih perlakuan GA 3 memiliki pengaruh
yang lebuh besar karena Giberelin merupakan fitohormon yang mempengaruhi
peningkatan pembelahan sel dan perbesaran sel pada pertambahan panjang batang
dan akar pada tanaman.
4.2.4 Semangka
Dormansi dapat dipatahkan dengan melakukan perlakuan
skarifikasi mekanik seperti peretakkan, pengamplasan, melubangi bagian
tertentu pada benih, pengikiran dan sebagainya. Perlakuan tersebut
diberikan agar kulit benih menjadi lebih mudah untuk menyerap air yang
dibutuhkan untuk berkecambah. Dari hasil praktikum diperoleh daya
tumbuh benih kontrol lebih tinggi daripada benih yang mendapat
perlakuan, hal tersebut terjadi karena pada benih yang mendapat perlakuan
saat proses cracking embrio benih ikut terpotong atau rusak, sehingga
benih mengalami kematian dalam proses pertumbuhannya.
4.2.5 Tomat
Dari hasil praktikum benih tomat yang mendapat perlakuan
perendaman KNO3 memiliki daya tumbuh benih lebih tinggi dibandingkan
dengan benih control, hal tersebut dapat terjadi karena menurut Harjadi
(1994) bahwa bahan kimia berupa persenyawaan sederhana seperti KNO3
dapat memecahkan dormansi. KNO3 dengan konsentrasi tertentu dapat
merangsang pertumbuhan.
4.2.6 Papaya
Peningkatan produksi pepaya harus diawali dengan penyediaan
benih yang bermutu, terjangkau dan tersedia dalam jumlah yang cukup.
Benih pepaya memiliki masa dormansi hingga 12-15 hari. Hal tersebut
disebabkan karena adanya Aril dan adanya senyawa fenolik dalam aril
benih. Oleh karena itu guna mematahkan dormansi benih pepaya, perlu
dilakukan penghilangkan aril yang menempel pada permukaan benih.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa papaya yang dikupas sebagian
kulit arilnya memiliki daya tumbuh benih yang paling tinggi,
dibandingkan dengan benih kontrol dan benih papaya yang dikupas penuh
kulit arilnya. Pepaya yang dikupas penuh kulit arilnya memiliki daya
tumbuh benih yang paling rendah, hal tersebut mungkin dikarenakan pada
saat proses relepasan kulit aril secara keseluruhan embrio pepaya ada yang
tersayat atau akibat pengupasan penuh membuat benih yang ditaman
rentan terserang jamur.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang diperoleh dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Dormansi adalah kemampuan benih yang tidak mampu berkecambah pada
kondisi yang optimum.
2. Dormansi ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adanya zat
penghambat, kulit biji yang keras, embrio dalam keadaan belum matang,
embrio yang rudimentair, dan kulit biji yang impermeable atau sulit
menyerap air, sehingga dormansi tersebut perlu dipatahkan.
3. Pematahan dormansi dapat dilakukan secara fisik dan kima. Secara fisik
yaitu dengan cara dikikir kulitnya, direndam dengan air panas dan ZPT
organik. Dan pematahan menggunakan cara kimia seperti perendaman
H2SO4 dan KNO3.
4. Pematahan dormansi menggunakan senyawa kimia harus memperhatikan
permeabilitas kulit benih, agar zat kimi tidak merusak embrio benih.
5. DAFTAR PUSTAKA
6.
7. Harjadi, Sri Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
8.
9. Sadjad, S. 1980. Teknologi benih dengan masalah-
masalahnya. Di dalam: Sadjad S, editor. Dasar-dasar
teknologi Benih. Capita Selecta. Bogor: Departemen
Agronomi Fakultas Pertanian IPB .1999. Teknologi
benih dengan masalah-masalahnya. Di dalam: Sadjad
S, editor. Dasar-dasar teknologi Benih. Capita
Selecta. Bogor: Departemen.
10.
11. LAMPIRAN