Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

MORFOLOGI TANAMAN KELAPA SAWIT

Oleh
Golongan G/Kelompok 1/1a
1. Sofitania Agusta (171510601007)
2. Ika Suciati Rukmana (171510601049)
3. Eka Indriani R (171510601053)
4. Devi Apriliyanti (171510601075)

LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
No Gambar Keterangan
1. Akar  Akar kelapa sawit merupakan akar
serabut yang memiliki susunan terdiri
dari akar primer, akar sekunder, akar
tersier, dan akar kuarter. Akar primer
adalah akar yang berfungsi untuk
menopang tanaman dan vertikal
kedalam tanah serta horizontal ke
samping.
 Akar sekunder merupakan percabangan
dari akar primer yang memiliki
kedalaman akar mencapai 8-16 cm
secara horizontal. Adapun akar tersier
adalah percabangan dari akar sekunder
yang berarah vertikal. Sedangkan akar
kuarter adalah akar yang tumbuh dari
akar tersier.
 Akar kelapa sawit merupakan akar
serabut
2. Batang  Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman monokotil yang batangnya
tidak berkambium dan umumnya tidak
bercabang.
 Batang kelapa sawit dibungkus oleh
pelepah daun dan tumbuh tegak lurus
(phototropi).
 Batang kelapa sawit berbentuk silindris
dan umumnya berdiameter 0,5 meter.
 Batang kelapa sawit adalah tunggal
(tidak bercabang) kecuali tanaman
abnormal. Bagian bawah batang atau
bonggol batang lebih besar.
 Fungsi untuk menopang tubuh tanaman
dan alat pengankut air,zat hara, dan
mineral ke seluruh bagian tanaman.

3 Daun  Daun kelapa sawit memiliki susunan


daun majemuk, daun tersebut
membentuk suatu pelepah daun yang
memiliki panjang 7,5 hingga 9 meter
dengan jumlah daun dikedua sisi
berkisar antara 250 hingga 400 helai.
 Setiap pohon kelapa sawit yang normal
memiliki 40 hingga 50 pelepah daun.
 Daun kelapa sawit menyerupai bulu
burung atau bulu ayam yang berbentuk
menyirip dan membentuk pelepah.
 Di tengah setiap anak daun berbentuk
lidi sebagai tulang daun.
 Bagian pangkal pelepah daun sangat
tajam dan keras dikedua sisinya.
4 Bunga  Bunga jantan tanaman kelapa sawit
berbentuk lonjong memanjang dan
terdiri dari spliket 12-20 cm.
 Bunga betina tanaman kelapa sawit
berbentuk agak bulat dan memiliki 200
spliket disetiap spliket memiliki 15-30
bunga
 Bunga jantan selalu masak terlebih
dahulu dari pada bunga betina. Bunga
memiliki susunan bunga yang terdiri
dari kalangan bunga yang memiliki 472
bunga jantan (tepung sari) dan bunga
Betina Jantan betina (putik).
 Warna kuning kecoklatan
 Garis tengah lebih kecil
 Fungsi sebagai penyerbukan dan tempat
untuk melakukan penyerbukan namun
penyerbukan secaraa silang meskipun
di tanaman itu sendiri ada jantan dan
betinanya.
5 Buah  Buah kelapa sawit berbentuk lonjong
dan berwarna ungu kehitaman.
 Berat buah rata-rata 13 gram dan pada
buah tertentu mencapai 18-20 gram.
 Buah tumbuh di sela-sela spiklet.
 Panjang buah sekitar 5 cm.
 Buah kelapa sawit terbentuk pada bakal
buah dan disebut buah sejati tunggal
berkelamin. Pada setiap tandan dewasa
dapat mencapai kurang lebih 2000
buah.
6 Biji  Biji tanaman kelapa sawit terdiri atas
cangkang, embrio, dan inti biji
(endosperma).
 Embrio memiliki panjang 3 mm,
berdiameter 1,2 mm yang berbentuk
silindris seperti peluru yang memiliki 2
bagian utama.
 Mempunyai warna yang bervariasi
 Buah bergerombol
 Fungsi untuk menghasilkaan minyak
kelapa sawit dari hasil penyerbukan

4.2 Pembahasan
4.2.1 Sejarah kelapa sawit
Kelapa sawit dengan nama latin Elaeis guineensis Jacq merupakan
tanaman perkebunan endemik dari benua Afrika dan banyak dijumpai di hutan
tropis. Tanaman ini merupakan yang tergolong dalam tanaman monokotil.
Pemerintah Belanda yang memperkenalkan tanaman sawit ke indonesia pada
tahun 1848 dengan menanam empat batang kelapa sawit di Kebun Raya Bogor.
Kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial diwilayah sumatera utara
tepatnya di tanah hitam ulu propinsi sematera Utara sebanyak 2000 pohon. Kelapa
sawit merupakan salah satu komoditas yang pertumbuhannya paling pesat pada
dua dekade terakhir. Era tahun 1980 an sampai dengan pertengahan 1990 an
industri kelapa sawit berkembang sangat pesat. Periode tersebut perkembangan
kelapa sawit didukung dengan perluasan lahan yang semakin meningkat.
Konsumsi domestik dan ekspor juga meningkat pesat, laju pertumbuhan yang
semakin meningkat menandakan era dimana kelapa sawit merupakan salah satu
primadona pada subsektor perkebunan (Susila, 2013)
4.2.2 Morfologi tanaman kelapa sawit
Kelapa sawit dengan nama latin Elaeis Guineensis yang artinya Elaeis
berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa yunani dan Guineensis
berasal dari Guinea (pantai Afrika barat, Jacq berasal dari nama Botanist Amerika
Jaquin. Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman penting bagi manusia karena
kelapa sawit mengandung dan menghasilkan minyak nabati yang dapat
diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai keunggulan
dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan tanaman lain, sehingga tanaman
kelapa sawit mampu menunjang perekonomian bangsa. Indonesia berperan
sebagai salah satu negara dengan budidaya kelapa sawit terbanyak didunia.
Tanaman kelapa sawit terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji, yang
masing-masing memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
kelapa sawit (Lane, 2012). Hasil praktikum mengenai morfologi tanaman kelapa
sawit yang dilakukan, data yang diperoleh melalui kegiatan pengamatan tanaman
memiliki bagian-bagian tanaman penyusul mulai dari akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji. Uraian morfologi tanaman kelapa sawit sebagai berikut:
1. Bagian Vegetatif
a. Akar
kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang mempunyai akar
serabut. Akar tanaman sawit tidak berbuku, ujungnya runcing dan berwarna putih
atau kekuningan. Radikula pada batang akar tumbuh ke arah bawah selama enam
bulan berturut-turut. Pertumbuhan dan percabangan akar terangsang bila
konsentrasi hara cukup besar. Panjang akar bisa mencapai 15 m. Akar primer
kelapa sawit terus berkembang dan tumbuh vertikal kedalam tanah dan horizontal
ke samping. Serabut primer akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan
kebawah, serta cabang-cabang ini akan bercabang lagi menjadi akar tersier dan
seterusnya. Akar tanaman sawit bisa mencapai 8 meter dan 16 meter secara
horizontal. Akar kelapa sawit mempunyai fungsi yaitu sebagai penyerap unsur
hara dalam tanah dan respirasi tanaman serta tanaman ini berfungsi sebagai
penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman
pada ketinggian mencapai belasan hingga puluhan meter (Nasution, 2014)
b. Batang
Batang kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga
dan buah. Batang juga berfungsi sebagai sistem pembuluh pengangkut air, hara,
mineral dan hasil fotosintesis dari akar ke seluruh bagian kelapa sawit. Batang
kelapa sawit juga sebagai tempat penimbun zat makanan. Tahun pertama sejak
kecambah tumbuh menjadi kelapa sawit tidak tampak adanya pertumbuhan
memanjang. Awalnya hanya berbentuk poros batang dan disekitar poros terbentuk
daun-daun ysng ukurannya semakin bertambah besar. Setelah berumur 4 tahun
batang mulai memperlihatkan pertumbuhan memanjang. Batang kelapa sawit
tumbuh tegak lurus (phototropi) dibungkus oleh pelepah daun. Batang kelapa
sawit umumnya berbentuk silindris berdiameter 0,5 m. Batang kelapa sawit terus
diselubungi oleh pangkal pelepah sampai umur 11-15 tahun. Tanaman sawit
setelah berumur lebih dari 15 tahun. Tinggi batang dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu faktor iklim, pemberian pupuk, umur, ketepatan tanam serta faktor
genetik dari indukan. Batang tanaman kelapa sawit tumbuh dengan laju 35-75
cm/tahun tergantung pada lingkungan sekitar yang mempengaruhi (Yohansyah,
2014)
c. Daun
Daun dibentuk didekat titik tumbuh Daun pertama yang keluar pada stadium
benih berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun
berbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu
(pinnate) atau menyirip. Susunan daun kelapa sawit mirip dengan kelapa (nyiur),
yaitu membentuk daun menyirip. Letak daun pada batang mengikuti pola
tertentu yang disebut filotaksis, yang secara sederhanan dapat dikatakan yang satu
berputar ke kiri, dan yang lain berputar ke kanan Setiap bulan daun akan tumbuh
dua lembar per daun. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan
daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak lurus keatas dan berwarna
kuning. Anak daun (Leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120 lembar. Daun
terdiri atas tangkai daun (petiole) yang pada kedua tepinya terdapat dua baris duri
(spines). Tangkai daun bersambung dengan tulang daun utama (rachis), yang
jauh lebih panjang dari tangkai dan pada kiri-kanannya terdapat anak-anak daun
(pinna; pinnata). Tiap anak daun terdiri atas tulang anak daun (lidi) dan helai
daun (Lubis,2011).
2. Bagian Generatif
a. Bunga
Kelapa sawit dapat berbunga pada umur 2,5 tahun, tetapi umumnya bunga
tersebut biasanya akan gugur pada fase awal pertumbuhan generatifnya. Kelapa
sawit termasuk tanaman monoecious (berumah satu), tanaman jenis ini biasanya
menyerbuk silang karena bunga jantan dan bunga betina terpisah. Bunga pada
sawit muncul dari ketiak daun yang disebut infloresen (bunga majemuk). Bakal
bunga dapat tumbuh dan berkembang menjadi bunga jantan atau bunga betina
tergantung pada kondisi tanaman. Bunga majemuk terbentuk selama 2-3 bulan,
kemudian pertumbuhan salah satu organ reproduktifnya akan berhenti dan hanya
aka nada satu jenis bunga yang akan dihasilkan dari bunga majemuk. Tidak jarang
pula organ betina (gynoecium) dapat berkembang bersamaan dengan organ jantan
(androecium) dan kemudian menghasilkan organ hermaprodit (Lubis, 2011)
b.Biji
Biji kelapa sawit adalah biji yang tersisa setelah mesocarp berminyak yang
lembut telah dikeluarkan dari buahnya. Bagian tersebut terdiri dari cangkang, atau
endocarp. Inti terbagi menjadi dua komponen yaitu endosperma yang merupakan
jaringan cadangan makanan. Endosperma mengandung karbohidrat, lemak dan
protein yang berfungsi sebagai suplai kebutuhan nutrisi. Bagian yang kedua yaitu
embrio yang merupakan suatu tumbuhan kecil yang menjadi bakal individu sawit
baru. Biji kelapa sawit memiliki bobot yang berbeda sesuai ukuran dan varietas
tanaman kelapa sawit. Biji kelapa sawit dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan
ketebalan cangkang, tipis dan tebalnya daging buah serta rendemen minyaknya
(Corley, 2003)
c. Buah
Buah dari kelapa sawit digolongkan ke dalam buah drupe. Susunan buah
kelapa sawit yaitu daging buah yang terbungkus oleh kulit (exocarp), mesocarp,
dan cangkang. Inti pada buah terdiri dari testa, kulit, dan endosperma. Buah sawit
pet tandannya terdiri dari dua ribu buah dengan tingkat kematangan bervariasi.
Buah yang masih muda berwarna hijau pucat, sedangkan semakin tua akan
berwarna kuning kehitaman. Proses pembentukan buah dari saat penyerbukan
hingga matang dipengaruhi oleh iklim.dan faktor lain yang mempengaruhi.
(Setyamidjaja,2006).
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan maka dapat
disimpulkan bahwa morfologi dari tanaman kelapa sawit terdiri dari akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji. Akar pada tanaman kelapa sawit memiliki akar
serabut karena kelapa sawit merupakan tanaman monokotil. Batang kelapa sawit
tidak memiliki cabang dan berbentuk silindris serta memiliki pelepah-pelepah
daun yang sangat kuat dan sulit untuk lepas walaupun tanaman sudah mati.
Tanaman kelapa sawit memiliki bentuk daun menyerupai bulu burung atau ayam
dan memiliki baris duri yang tajam dan keras. Bunga kelapa sawit terdiri atas dua
bagian yaitu bunga jantan dan bunga betina. Buah kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian yaitu epicarp atau daging buah, exocarp atau kulit buah,
mesocarp, dan endocarp atau cangkang. Biji tanaman kelapa sawit terdiri dari
cangkang, embrio, dan inti dan dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan ketebalan
cangkang, tipis dan tebalnya daging buah serta rendemen minyaknya.

5.2 Saran
Praktikum pada acara Morfologi Tanaman Kelapa Sawit sudah dilaksanakan
secara kondusif. Penjelasan materi tentang morfologi pada tanaman kelapa sawit
sudah jelas dan lengkap, akan tetapi waktu untuk melakukan pengamatan kurang
sehingga tidak maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Corley, R, H, V and Tinker, P, B, H. 2003. The Oil Palm. Oxford : Blacwell


Publishing Company.
Lubis, R. E. dan A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Lane, L. 2012. Economic Growth, Climate Change, Confusion and Rent Seeking:
The Case of Palm Oil. Oil Palm & the Environment, 3(1): 1-8.
Nasution, S. H., C. Hanum., dan J. Ginting. 2014. Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit Pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Solid Decanter dan
Tandan Kosong Kelapa Sawit pada Sistem Single Stage. Agroteknologi.
2(2): 691-701.
Setyamidjaja, S. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Kansius.
Susila, W. R. (2006). Peluang Pengembangan Kelapa Sawit Di Indonesia:
Perspektif Jangka panjang 2025. Soca (Socio-Ekconomic of Agriculturre
and Agri Business , 6(3).
Yohansyah, W. M. dan I. Lubis. 2014. Analisis Produktivitas Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di PT. Perdana Inti Sawit Perkasa I, Riau.
Agrohorti. 2(1): 125-131.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai