Anda di halaman 1dari 23

Laporan Praktikum

Fisiologi Tumbuhan

KERAPATAN DAN BUKAAN STOMATA TANAMAN MONOKOTIL


DAN DIKOTIL

NAMA : RIZAL MUZAFFAR SUJASMIN


NIM : G011211320
KELAS : FISIOLOGI TUMBUHAN D
KELOMPOK : 12 (DUA BELAS)
ASISTEN : 1. AZWAN ADHE PUTRA
2. FEBRY ZULQOIDAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daun adalah organ pokok pada tanaman yang umumnya berbentuk pipih
bilateral dan berwarna hijau. Daun merupakan tempat terjadinya proses
fotosintesis, sehingga memiliki struktur mulut daun yang berfungsi untuk
pertukaran gas O2, CO2, dan uap air dari daun ke alam sekitar dan begitu pula
sebaliknya. Mulut daun tersebut terkenal dengan nama stomata. Stomata pada
daun berupa lubang atau celah yang terdapat pada epidermis organ tumbuhan
yang berwarna hijau yang dibatasi oleh sel khusus yang disebut sel penutup. Sel
penutup dikelilingi oleh sel-sel yang bentuknya sama atau berbeda dengan sel-sel
epidermis lainnya dan disebut sel tetangga. Sel tetangga berperan dalam
perubahan osmotik yang menyebabkan gerakan sel penutup yang mengatur lebar
celah (Mardiana, 2012).
Bentuk dan posisi suatu stomata pada daun memiliki sifat beragam,
bergantung pada spesies tumbuhannya. Stomata terletak pada sisi atas dan bawah
daun, atau hanya terletak pada permukaan bawah daun saja. Daun dengan
pertulangan menyirip seperti pada tumbuhan dikotil memiliki stomata tersebar,
sedangkan daun monokotil dengan pertulangan sejajar memiliki stomata yang
tersusun berderet sejajar (Mulyani, 2006).
Ukuran stomata berbanding terbalik dengan jumlahnya. Jika jumlah stomata
banyak maka akan berukuran kecil, sedangkan jika stomata berukuran besar maka
jumlah stomata sedikit. Sama halnya dengan jumlah stomata, jumlah epidermis,
dan kerapatan stomata juga dipengaruhi oleh faktor genetik namun fenotipnya
juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti tinggi rendahnya suatu kadar polutan
dan ketersediaan air pada lingkungan sekitar (Jaya, 2015).
Stomata memiliki ukuran yang berbeda-beda sesuai dengan kerapatannya.
Hal ini diduga berkaitan dengan fungsi penting stomata dalam fotosintesis dan
transpirasi. Selain itu, faktor internal berupa sifat genetik dan faktor eksternal
yaitu lingkungan tempat tumbuh menjadi faktor lain yang menyebabkan adanya
perbedaan ukuran, jumlah, dan kerapatan stomata (Mulyani, 2006).
Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum kerapatan dan
bukaan stomata tanaman monokotil dan dikotil agar kita dapat mengetahui dan
melihat terjadinya proses terbukanya dan tertutupnya stomata daun. Serta
mengetahui mekanisme dan penyebab terbukanya dan tertutupnya stomata daun.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dilaksanakan praktikum kerapatan dan bukaan stomata tanaman
monokotil dan dikotil adalah sebagai berikut:
1. Menemukan fakta mengenai letak stomata pada daun.
2. Mendeskripsikan bentuk stomata serta mengetahui perbedaan stomata pada
tanaman monokotil dan dikotil.
3. Mendeskripsikan mekanisme membuka dan menutupnya stomata.
4. Mengetahui pengaruh jumlah stomata terhadap laju transpirasi tanaman.
Kegunaan pada praktikum ini adalah sebagai bahan informasi untuk
menambah pengetahuan mahasiswa mengenai mekanisme- mekanisme yang
terjadi di stomata serta perbedaan stomata pada tanaman monokotil dan dikotil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Umum Tanaman Cabai, Tanaman Kakao, dan Tanaman
Tebu
Cabai merupakan tanaman perdu dari famili solanaceae yang memiliki
nama ilmiah Capsicum sp. Cabai mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin,
vitamin (A, C), damar, zat warna kapsantin, karoten, kapsarubin, zeasantin,
kriptosantin, clan lutein. Selain itu, juga mengandung mineral, seperti zat besi,
kalium, kalsium, fosfor, dan niasin. Zat aktif kapsaisin berkhasiat sebagai
stimulan (Supriadi, 2018).
Tanaman cabai tumbuh baik di daerah tropis dengan ketinggian 0-500 meter
dpl. Akan tetapi tanaman cabai akan jauh lebih baik bila ditanam pada ketinggian
1000 meter dpl karena pada ketinggian 1000 meter dpl suhunya sesui dengan
syarat hidup cabai yaitu sekitar 180°C-20°C. Jika tanaman cabai ditanam diatas
ketinggian 1000 meter dpl maka produktivitasnya akan berkurang karena suhu
terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan cabai terganggu. Tanaman cabai dapat
menghasilkan jenis yang baru karena tanaman cabai mampu melakukan
penyerbukan sendiri. Beberapa sifat tanaman cabai yang dapat digunakan untuk
membedakan antar varietas di antaranya adalah percabangan tanaman, perbungaan
tanaman, ukuran ruas, dan tipe buahnya (Zahroh, 2018).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu anggota
familia Sterculiaceae yang berasal dari daerah beriklim tropis di Amerika Tengah
dan Selatan, namun negara asal yang tepat masih belum dapat diketahui. Tanaman
kakao memiliki sistem perakaran tunggang yang merupakan salah satu ciri umum
dari tanaman dikotil. Akar utamanya tumbuh lurus ke bawah dan bercabang
banyak sehingga batang menjadi kokoh, sedangkan akar lateral (mendatar)
tumbuh dan berkembang di dekat permukaan tanah (Armaniar, 2019).
Tanaman kakao akan tumbuh dengan baik jika mendapat penyinaran dari
matahari secara langsung selama kurang lebih 2 jam dalam sehari. Intensitas
cahaya yang tinggi dapat menyebabkan penurunan produksi dan mempengaruhi
fisiologi tanaman. Temperatur udara juga memegang peran yang sangat penting
dalam pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah pada tanaman kakao.
Temperatur lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan bunga kakao berkisar
pada suhu 25° C. Sedangkan pada keadaan temperatur di bawah suhu 10°C, bunga
akan mengering, dan pada temperatur di atas suhu 32°C akan menyebabkan bunga
pada tanaman kakao gugur (Wonda, 2018).
Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan semusim
yang dipanen satu kali dalam satu kali siklus hidupnya. Tanaman tebu mempunyai
batang yang padat, tidak bercabang, dan di penampangnya terdapat lingkaran
yaitu berupa ruas yang dibatasi buku-buku. Umumnya, buku-buku berjarak pada
interval sekitar 15 sampai 25 cm; tapi lebih dekat di bagian batang atas dimana
elongasi berlangsung. Warna dan kekerasan batang bervariasi sesuai varietas, dan
diameter batang dapat berkisar diameter antara 2,5-5,0 cm. Batang tebu juga
memiliki lapisan lilin yang berwarna putih 6 keabu-abuan dan biasanya banyak
terdapat pada batang yang masih muda (Kurniawan, 2016).
Daun tebu melekat pada batang di setiap buku-buku, secara bergantian
dalam dua baris di sisi berlawanan. Daun tebu merupakan daun tidak lengkap,
karena hanya terdiri dari pelepah dan helaian daun, tanpa tangkai daun. Pelepah
memeluk batang, makin ke atas makin sempit. Bagian pelepah terdapat bulu-bulu
dan telinga daun. Daun tebu memiliki pelepah yang kuat, biasanya berwarna putih
dan cekung pada permukaan atas daun, dan hijau pucat dan cembung di
permukaan bawah daun. Pertumbuhannya dipengaruhi oleh kelembaban tanah dan
suhu tanah, serta volume tanah yang tersedia untuk akar menyebar. Pertumbuhan
akar sangat lambat ketika suhu tanah di bawah 18ºC, tetapi meningkatkan secara
progresif ke optimum sekitar 35ºC. Suhu tanah tinggi berakibat kepertumbuhan
akar yang kurang (Maudy, 2020).
2.2 Karakteristik Stomata Tanaman Cabai, Tanaman Kakao, dan
Tanaman Tebu
Stomata pada tanaman cabai memiliki karakteristik stomata berbentuk bulat
dengan bagian tengah terdapat bagian kecil yang memiliki luas yang tipis. Bentuk
bagian tengah pada stomata terdapat dua jenis; ada yang tertutup (oval) dan
membuka (bulat). Jumlah stomata pada tanaman cabai memiliki jumlah yang
tergolong banyak dengan ukuran yang kecil (Setiawati, 2019).
Karakter anatomi stomata tebu (Saccharum officinarum L.) memiliki
stomata pada kedua permukaan daun, baik adaksial (atas) maupun abaksial
(bawah). Stomata pada daun tebu memiliki bentuk yang memanjang dengan
bagian ujung membesar, berdinding tipis, dan berbentuk kecil dibagian tengah
yang membuktikan bahwa pada daun tebu terdapat modifikasi epidermis berupa
tipe stomata yang berbentuk halter. Stomata adalah pori-pori kecil pada
permukaan daun dan batang yang dibatasi oleh sepasang sel penjaga (Bani, 2022).
Stomata daun kakao hanya dijumpai pada sisi abaksial daun
(hipostomatous), tersusun tersebar, rapat, dan dibatasi oleh tulang-tulang daun.
Stomata yang terdapat hanya pada sisi abaksial daun umumnya terdapat pada jenis
pepohonan. Jumlah stomata yang terdapat pada daun kakao tergolong banyak
karena memiliki kerapatan sel stomata yang tinggi dengan luas permukaan yang
kecil. Panas yang diterima pada sisi abaksial daun lebih sedikit dibandingkan
dengan sisi adaksial, sehingga kehilangan air melalui transpirasi dapat dikurangi
dengan menempatkan stomata pada sisi abaksial (Ramadhani, 2022).
Stomata merupakan kombinasi dari dua sel penutup yang terdiri dari sel-sel
epidermis khusus terletak di epidermis daun, terdapat pula lubang di antara dua sel
penutup yang disebut dengan porus stomata. Karakteristik stomata pada daun
meliputi jumlah stomata total, jumlah stomata yang terbuka dan tertutup,
kerapatan stomata, dan jenis stomata Stomata terlibat dalam proses pertukaran
gas dengan lingkungan seperti mengatur hilangnya air melalui proses transpirasi
dan proses pengambilan CO2 selama fotosintesis (Setiawati, 2019).
2.3 Mekanisme Membuka dan Menutupnya Stomata
Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada sel
penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan
merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga. Ketika ion kalium masuk ke
dalam sel penjaga, sejumlah yang sama ion hidrogen (H+) keluar, dimana ion
hidrogen tersebut berasal dari asam-asam organik yang disintesis ke dalam sel
penjaga sebagai suatu kemungkinan faktor penyebab terbukanya stomata. Karena
ion hidrogen diperoleh dari asam organik, pH di sel penjaga akan turun (akan
menjadi semakin asam), jika H+ tidak ditukar dengan K+ yang masuk.
Meningkatnya konsentrasi K+ pada sel penjaga, stomata membuka lebih lebar
sebaliknya ketika menutup tidak terjadi akumulasi K+ (Kasi, 2017).
Adanya klorofil pada sel penjaga mengakibatkan sel penjaga dapat
melangsungkan proses fotosintesis yang menghasilkan glukosa dan mengurangi
konsentrasi CO2. Glukosa larut dalam air sehingga air dari jaringan di sekitar sel
penjaga akan masuk ke dalam sel penjaga yang mengakibatkan tekanan turgor sel
penjaga naik sehingga stomata akan membuka. Cahaya mempengaruhi
pembukaan stomata. Pada saat redup atau tidak ada cahaya umumnya stomata
tumbuhan menutup. Ketika intensitas cahaya meningkat stomata membuka hingga
mencapai nilai maksimum. Mekanisme membuka dan menutupnya stomata
dikontrol oleh sel penjaga yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya (Lestari, 2019).
Pada sel penutup terjadi akumulasi gula dan hal ini terjadi pada siang hari.
Terakumulasinya gula ini pada siang hari telah menyebabkan potensial
osmotik/potensial air sel penutup menjadi rendah, sehingga air dapat masuk ke sel
penutup dari sel tetangganya, turgornya naik dan stomata terbuka. Pada malam
hari gula ini hilang dari sel penutup yang menyebabkan potensial air sel penutup
menjadi tinggi, sehingga air keluar dari sel penutup, turgornya turun dan stomata
menutup. Timbul dan hilangnya gula ini dari sel penutup kemudian diketahui
disebabkan terjadinya perubahan gula menjadi pati. Perubahan pati menjadi gula
ini dipengaruhi oleh enzim fosforilase yang mereaksinya (Pahriani, 2022).
Enzim fosforilase ini dapat berfungsi mempengaruhi reaski yang bolak-
balik, yaitu mempengaruhi pengubahan pati menjadi gula dan sebaliknya. Pada
saat pati diubah menjadi glukosa, berarti terjadi perubahan dari zat tidak larut
menjadi zat yang larut berarti pula telah terjadi perubahan jumlah partikel di
dalam sel penutup, sehingga sel penutup dapat menarik air dari sel-sel sekitarnya,
turgornya naik dan stomata terbuka. Sebaliknya apabila glukosa diubah menjadi
pati, akan terjadi pengenceran di dalam sel penutup, sehingga air dari sel penutup
akan mengalir ke sel-sel sekitarnya sehingga turgornya menurun dan stomata
tertutup (Kasi, 2017).
2.4 Pengaruh Lingkungan Terhadap Stomata
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman terutama pada bagian stomata
daun dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi perubahan
fisiologi maupun anatomi stomata. Stomata daun dipengaruhi oleh beberapa
faktor lingkungan seperti cahaya matahari, suhu, kelembaban udara, naungan,
bentuk pertumbuhan, dan kompetitor. Berdasarkan faktor lingkungan tersebut,
udara merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur anatomi
daun karena daun adalah bagian utama yang berinteraksi langsung dengan udara,
sehingga kondisi udara langsung mempengaruhi aktivitas daun (Muud, 2016).
Pada jaringan anatomi daun tersusun atas sekumpulan sel yang memiliki
bentuk yang hampir sama. Jaringan tersebut tersusun atas jaringan epidermis atas
dan bawah, jaringan mesofil yang tersusun atas jaringan palisade dan jaringan
bunga karang. Lapisan palisade merupakan bagian daun yang paling banyak
mengandung kloroplast dan merupakan bagian yang paling banyak mempengaruhi
produk fotosintesis. Kerusakan yang terjadi pada mesofil daun terutama pada
jaringan palisade oleh pencemaran udara akan memberi dampak yang paling besar
terhadap kegiatan fotosintesis yang dilakukan oleh tanaman. Kerusakan yang
terjadi di dalam daun dapat berupa penurunan kemampuan tanaman dalam
menyerap air, pertumbuhan sel yang lambat atau pembentukan stomata yang tidak
sempurna pada saat fotosintesis berlangsung (Zainal, 2016).
Pada saat stomata membuka, dimana kondisi udara lembab maka gas-gas
yang ada di udara terserap oleh tumbuhan akan menyebabkan menutupnya
stomata akibat akumulasi polutan pada sel penutup, sel penjaga serta jaringan
mesofil dan mempengaruhi kinerja ion-ion dan proses fotosintesis. Hal serupa
juga menunjukkan bahwa kerapatan stomata daun di pinggir jalan memiliki
kerapatan yang tinggi dibandingkan dengan stomata daun di hutan. Sehingga
menyebabkan jumlah stomata daun pada daerah tercemar lebih tinggi
dibandingkan dengan didaerah tidak tercemar (Mudd, 2016).
2.5 Pengaruh Kerapatan Sel Terhadap Penyerapan Cahaya pada Tanaman
Stomata pada tumbuhan sebagian besar lebih banyak terdapat di permukaan
bawah daun dibandingkan dengan bagian permukaan atas. Adaptasi hal tersebut
ini akan meminimumkan terjadinya perestiwa kehilangan air yang akan terjadi
lebih cepat melalui jaringan stomata pada bagian atas suatu daun yang terkena
cahaya matahari. Jumlah kerapatan jaringan stomata di bawah permukaan daun itu
lebih tinggi jika dibandingkan dengan di atas permukaan jaringan daun pada jenis
tumbuhan yang bersifat peneduh jalan atau tumbuhan penaung, sehingga semakin
tinggi jumlah kerapatan jaringan stomata, maka semakin tinggi juga potensi
terjadinya proses penyerapan ion atau partikel yang ada dan terjadi di udara dan
penyerapan cahaya matahari (Ferdian, 2015).
Kerapatan sel pada daun mempengaruhi laju reaksi yang terjadi pada
stomata daun. Luas suatu bidang permukaan antara sel dapat memperlambat
terjadi proses transport dan respirasi yang terjadi pada daun. Selain itu kerapatan
sel pada daun juga berpengaruh terhadap penyerapan cahaya matahari pada daun,
dimana semakin rapat sel dengan sel yang lain, maka cahaya yang masuk atau
dapat diterima semakin menurun (Sihotang, 2017).
Penyerapan cahaya matahari oleh daun dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Tanaman yang kekurangan cahaya matahari akan memperlambat
terjadinya proses fotosintesis yang terjadi pada daun dan memperlambat terjadi
proses respirasi pada stomata daun. Tanaman yang mengalami hal tersebut akan
mengalami cekaman air karena kurangannya penguapan air terkhusus pada
tanaman C3 dan C4 yang membutuhkan cahaya matahari untuk fotosintesis
(Paluvi, 2015).
2.6 Peran Stomata dalam Fotosintesis dan Respirasi
Stomata atau mulut daun adalah komponen sel epidermis daun yang
berperan sebagai lintasan masuk keluarnya CO2, O2 dan H2O selama
berlangsungnya fotosíntesis dan respirasi. Tanaman yang tumbuh pada
lingkungan kering dengan intensitas cahaya yang tinggi cenderung memiliki
stomata yang banyak, tetapi ukurannya kecil dibanding dengan tanaman yang
tumbuh pada lingkungan basah dan terlindung. Sehingga peran stomata daun
tergantung tanaman (Paluvi, 2015).
Stomata berperan langsung dalam proses fotosintesis menghasilkan senyawa
organik sebagai asimilat dari senyawa anorganik dengan bantuan cahaya matahari.
Senyawa organik ini akan digunakan oleh tanaman yang bersangkutan untuk
kelangsungan hidupnya, yaitu untuk tumbuh dan berkembang. Untuk
melaksanakan fungsinya stomata itu melakukan aktifitas membuka dan menutup.
Gerakan stomata ini dipengaruhi oleh beberapa faktor biologi dan lingkungan.
Dalam kondisi alami, faktor yang terpenting adalah penyediaan air ke daun baik
dalam keadaan terang atau gelap, serta konsentrasi CO2 (Puspitasari, 2017).
Daun memegang peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup
tumbuhan. Daun memiliki struktur stomata (mulut daun) yang berfungsi untuk
pertukaran gas O2, CO2 dan uap daun ke alam sekitar dan sebaliknya. Fungsi
stomata tersebut sangat penting dalam proses fotosintesis, respirasi dan
transpirasi. Stomata terdapat pada sisi atas atau bawah daun, atau hanya pada
permukaan bawah saja. Jumlah stomata per mm2 berbeda pada setiap tumbuhan
(Sabandar, 2021).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Kerapatan dan Kebukaan Stomata Tanaman Monokotil dan
Dikotil dilaksanakan di Laboratorium Agroklimatologi dan Biostatistika,
Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Pada Sabtu, 24 September 2022 pukul 09.50 – 11.40 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah mikroskop, silet, cutter, pelubang empulur, tisu,
selotip bening, kuas kuteks, label, kaca preparat, dan deck glass.
Bahan yang digunakan adalah daun tanaman cabai, sampel stomata kakao
dan tebu, empulur batang ubi kayu, aquades, dan kuteks bening.
3.3 Prosedur Praktikum
3.3.1 Pengambilan Stomata Tanaman Monokotil dan Dikotil.
Prosedur kerja pada pengambilan stomata tanaman monokotil dan dikotil
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengambil sampel stomata tanaman kakao dan tebu.
3. Membersihkan daun menggunakan tisu atau lap kain secara perlahan.
4. Mengoleskan kuteks bening secara merata dengan menggunakan kuas
kuteks pada permukaan bawah daun kakao dan tebu.
5. Menunggu sekitar 10 - 15 menit kemudian menempelkan isolasi bening
pada olesan kuteks.
6. Membiarkan isolasi tetap melekat di daun sekitar 15-30 menit, kemudian
mencabut isolasi bening tersebut secara hati-hati.
7. Menempelkan isolasi secara rapi pada kaca preparat. Memberi label pada
sebelah atas kaca preparat dengan keterangan jenis tanamannya.
3.3.2 Kerapatan Sel
Prosedur kerja pada kerapatan sel tanaman cabai dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Mengambil satu batang singkong yang sudah dipotong pendek sepanjang 10
cm.
3. Mengambil empelur singkong dengan cara di belah atau di dorong.
4. Memotong empelur singkong sepanjang 10 cm menjadi beberapa potongan
dan kemudian empelur di belah setengah menggunakan pisau atau silet.
5. Mengambil daun tanaman cabai yang telah diberikan perlakuan lampu
berwarna dan dipotong kecil agar dapat dimasukkan keselah-selah potongan
empelur singkong.
6. Mengiris tipis daun cabai seperti sehelai rambut.
7. Memasukkan irisan tipis daun cabai ke kaca preparat dan ditutup dengan
menggunakan degglass.
3.3.3 Pengamatan Mikroskop Tanaman Monokotil, Dikotil, dan Cabai
Prosedur kerja pada pengamatan jumlah stomata tanaman monokotil, dikotil,
dan cabai pada mikroskop dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Mengambil sampel irisan tanaman cabai yang telah diberi perlakuan dengan
lampu warna.
2. Mengambil sampel stomata daun tanaman monokotil dan dikotil.
3. Menempelkan preparat daun cabai yang telah di iris tipis dan preparat
stomata tanaman monokotil dan dikotil pada meja mikroskop secara
bergantian.
4. Mengamatai jumlah sel pada daun cabai yang telah diiris dan jumlah
stomata pada daun tanaman monokotil dan dikotil dengan menggunakan
mikroskop.
5. Mengamati sampel stomata tanaman kakao dan tebu menggunakan
mikroskop dengan perbesaran 40x dan 100x.
6. Menghitung panjang dan lebar bukaan stomata berdasarkan skala pada
mikrometer okuler, kemudian menghitung jumlah stomata yang terlihat
pada bidang pandang mikroskop.
Jumlah stomata
Kerapatan stomata ¿
Luas bidang pandang
Ket: Luas bidang pandang (mm2)
Kerapatan stomata (mm2)
7. Menghitung kerapatan stomata dan luas bukaan stomata tanamana
monokotil dan dikotil menggunakan rumus sebagai berikut:
Luas bukaan stomata = π x r1 x r2 mm2
Ket: π = 3.14 (mm2)
r1 = Panjang stomata (µm)
r2 = Lebar (µm)
8. Menghitung kerapatan sel tanaman cabai dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Jumlah sel
Kerapatan sel ¿
Luas bidang pandang
Ket: Luas bidang pandang (mm2)
Kerapatan sel (mm2)
9. Memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam tabel yang telah
disediakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil
pengamatan indeks klorofil sebagai berikut:
Tabel 1. Kerapatan dan Bukaan Stomata Tanaman Dikotil dan Monokotil.
Parameter Pengamatan Tanaman
Ke Dikotil Monokotil
1 88 15
Jumlah 2 83 15
3 85 14
Rata-rata 85 85
1 8×10-3 mm 2,5×10-3 mm
Panjang 2 9×10-3 mm 2,3 ×10-3 mm
3 8×10-3 mm 2,5×10-3 mm
Rata-rata 8×10-3 mm 2,5×10-3 mm
1 5×10-3 mm 9×10-3 mm
Lebar 2 6×10-3 mm 9×10-3 mm
3 5×10-3 mm 8×10-3 mm
Rata-rata 5×10-3 mm 9×10-3 mm
Kerapatan Stomata 746. 417, 2 mm2 4. 229,69 mm2
Luas Bukaan Stomata 31×10-5 mm2 16×10-5 mm2
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2022.

Sumber: Data primer setelah diolah, 2022.


Gambar 7. Kerapatan Sel pada Tanaman Cabai.

30000

25000
m2)
15000

Kerapatan S
10000

5000

0
Putih Merah Biru

Warna Lampu
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil yang telah
diperoleh pada tabel, bahwa dapat terlihat stomata pada tanaman dikotil memiliki
rata rata jumlah stomata 85 dengan kerapatan stomata sebesar 746.417, 2 mm2.
Dimana kerapatan stomata pada tanaman dikotil sangat tinggi dan jumlah stomata
pada daun pun berjumlah sangat banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Sihotang
(2017), bahwa daun yang memiliki jumlah stomata yang banyak akan
menghasilkan nilai kerapatan sel stomata yang tinggi.
Pada tabel diatas juga didapatkan hasil pengamatan stomata pada tanaman
monokotil. Bahwa dapat terlihat stomata pada tanaman monokotil memiliki rata
rata jumlah stomata 15 dengan kerapatan stomata sebesar 4.229, 69 mm 2. Dimana
kerapatan stomata pada tanaman monokotil tergolong rendah dan jumlah stomata
pada daun pun berjumlah sedikit berbeda dengan stomata pada tanaman dikotil.
Hal ini sesuai dengan pendapat Paluvi (2015), bahwa tanaman yang tumbuh pada
lingkungan basah dengan intensitas cahaya yang rendah cenderung memiliki
stomata yang sedikit, dengan ukuran luas permukaan yang kecil dibanding dengan
tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang cukup unsur hara dan intensitas
cahaya yang tinggi.
Melalui hasil yang didapatkan terdapat perbedaan yang signifikat antara
kedua jenis tanaman dikotil dan tanaman monokotil. Dimana pada tanaman dikotil
memiliki luas bukaan stomata 31×10-5 mm2, sedangkan pada tanaman monokotil
memiliki luas bukaan stomata 16×10-5 mm2. Hal tersebut terjadi dikarenakan
adanya perbedaan pada jenis tanaman, faktor internal dan eksternal tanaman serta
lingkungan hidup tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal
(2016), bahwa tanaman dengan stomata yang banyak dipengaruhi oleh adanya
faktor lingkungan, faktor internal dan faktor eksternal daun pada tanaman.
Semakin baik lingkungan tanaman semakin baik pula stomata yang didapatkan.
Pada grafik diatas didapatkan hasil berupa perbedaan-perbedaan kerapatan
sel antara perlakuaan lampu warna putih, merah, dan biru pada tanaman cabai. Hal
tersebut terjadi karena perbedaan perlakuan yang diberikan pada tanaman berupa
lampu LED berwarna. Perbedaan warna lampu memberikan suatu perbedaan
karena setiap warna lampu memiliki frekuensi dan panjang gelombang yang
berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan pendapat Himami (2021), bahwa pemenuhan
cahaya untuk tanaman merupakan salah satu faktor pendukung fotosintesis.
Cahaya matahari memiliki perbedaan frekuensi dan panjang gelombang dengan
lampu LED berwarna pada umumnya.
Melalui hasil yang didapatkan pada grafik kerapatan sel tanaman cabai,
didapatkan bahwa tanaman cabai dengan pemberian tiga jenis perlakuan cahaya
lampu dapat memberikan perbedaan-perbedaan yang signifikat pada kerapatan sel
tanaman. Hal tersebut terjadi karena tanaman membutuhkan cahaya untuk
melakukan respirasi dan fotosintesis yang mana dapat mempengaruhi kerapatan
sel pada daun. Hal ini sesuai dengan pendapat Ferdian (2015), bahwa peningkatan
intensitas cahaya dapat membuat stomata membuka hingga mencapai nilai
maksimum. Sehingga kerapatan sel pada daun dipengaruhi oleh banyaknya
stomata serta sel penjaga yang dipengaruhi oleh intensitas cahaya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mengenai kerapatan dan
bukaan stomata tanaman monokotil dan dikotil dapat disimpulkan bahwa:
1. Posisi suatu stomata pada daun memiliki sifat beragam, bergantung pada
spesies tumbuhannya. Stomata terletak pada sisi atas dan bawah daun. Daun
dengan pertulangan menyirip seperti pada tumbuhan dikotil memiliki
stomata tersebar, sedangkan daun monokotil dengan pertulangan
sejajar memiliki stomata yang tersusun berderet sejajar.
2. Ukuran stomata berbanding terbalik dengan jumlahnya. Jika jumlah stomata
banyak maka akan berukuran kecil, sedangkan jika stomata berukuran besar
maka jumlah stomata sedikit. Sama halnya dengan jumlah stomata, jumlah
epidermis, dan kerapatan stomata.
3. Mekanisme membukanya stomata dipengaruhi oleh adanya ion K+,
intensitas cahaya, jenis tanaman, dan perubahan pati menjadi gula
sedangkan pada mekanisme tertutupnya stomata dipengaruhi oleh ke empat
faktor pembuka tapi dengan artian sebaliknya dari faktor pembuka stomata.
4. Jumlah stomata total, jumlah stomata yang terbuka dan tertutup, Stomata
terlibat dalam proses pertukaran gas dengan lingkungan seperti mengatur
hilangnya air melalui proses transpirasi dan proses pengambilan CO 2 selama
fotosintesis. Dimana jika semakin banyak jumlah stomata maka semakin
besar jumlah transpirasi yang terjadi pada tanaman.
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan lebih menjaga kekompakkan agar semua anggota
kelompok terlihat aktif dan kegiatan praktikum berjalan dengan lancar dan dapat
dipahami oleh semua anggota. Diharapkan setiap asisten dapat memberikan
pengarahan pengarahan yang lebih baik lagi untuk praktikan saat melakukan
praktikum di laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
Armaniar, A., Saleh, A., & Wibowo, F. 2019. Penggunaan Semut Hitam dan
Bokashi dalam Peningkatan Resistensi dan Produksi Tanaman
Kakao. AGRIUM: Jurnal Ilmu Pertanian, 22(2), 111-115.
Bani, P. W., Sifa, F., dan Naisumu, Y. G. 2022. Pengaruh Kolkisin terhadap
Perkecambahan dan Jumlah Stomata Tanaman Jagung Lokal (Zea Mays L.)
Di Kabupaten Timor Tengah Utara. Jurnal Saintek Lahan Kering, 5(1): 18-
20.
Ferdian, B., Sunyoto, S., Karyanto, A., & Kamal, M. 2015. Akumulasi bahan
kering beberapa varietas tanaman sorgum (Sorghum bicolor L) ratoon 1
pada kerapatan tanaman berbeda. Jurnal Agrotek Tropika, 3(1).
Himami, M. R. 2021. Pengaruh paparan LED warna merah dan hijau terhadap
pertumbuhan tanaman Kailan (Brassica oleraceae) dengan sistem
hidroponik cocopeat (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim).
Jaya, A. B., Tambaru, E., Latunra, A. I., dan Salam, M. A.,. 2015. Perbandingan
Karakteristik Stomata Daun Pohon Leguminosae di Hutan Kota Universitas
Hasanuddin dan di Jalan Tamalate Makassar. Jurnal of Biological Diversity.
7 (1): 6
Kasi, P. D., Cambaba, S., & Illing, I. 2017. Pemanfaatan Mulsa Serbuk Gergaji
Untuk Mengatasi Pengaruh Cekaman Kekeringan Pada Bibit Tanaman
Cabai (Capsicum annuum L.). Dinamika, 8(1), 30-40.
Kurniawan, A., Haryono, B., Baskara, M., & Tyasmoro, S. Y. 2016. Pengaruh
penggunaan Biochar Pada Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit
Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) the effects of biochar
application to planting media on the growth of sugarcane seeds (Saccharum
officinarum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 4(2), 153-160.
Lestari, S. M., Soedradjad, R., Soeparjono, S., & Setiawati, T. C. 2019. Aplikasi
bakteri pelarut fosfat dan rock phosphate terhadap karakteristik fisiologi
tanaman tomat (Solanum lycopersicum L.). Jurnal bioindustri (journal of
bioindustry), 2(1), 319-333.
Mardiana, L., & Buku, T. K. 2012. Daun ajaib tumpas penyakit. Penebar
Swadaya Grup.
Maudy, R. N., Zulaika, E., & Shovitri, M. 2020. Karakter Isolat Bakteri P1 dari
Rhizosfer Tanaman Tebu (Saccharum officinarum). Jurnal Sains dan Seni
ITS, 8(2), E66-E67.
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Muud, J.B. 2016. Sulfur Dioxide; Respont of Plant to Air Pollution. London:
Academic Press
Pahriani, N. Y., Jaya, I. K. D., & Sudika, I. W. 2022. Pengaruh Varietas Dan
Konsentrasi Pupuk Daun Silikat X-Zo Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Tanaman Cabai Rawit Yang Ditanam Di Luar Musim. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Agrokomplek, 1(2), 76-84.
Paluvi, N., & Mukarlina, R. L. 2015. Struktur Anatomi Daun, Kantung dan Sulur
Nepenthes gracilis Korth. yang Tumbuh di Area Intensitas Cahaya
Berbeda. Jurnal Protobiont, 4(1).
Puspitasari, P., Jalmo, T., & Yolida, B. 2017. Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada
Materi Fotosintesis dan Respirasi Tumbuhan. Jurnal Bioterdidik: Wahana
Ekspresi Ilmiah, 5(3).
Ramadhani, R. T., dan Djuita, N. R. 2022. Perbandingan Karakter Anatomi Daun
pada Empat Kultivar Nangka (Artocarpus Heterophyllus L.) Koleksi Taman
Buah Mekarsari, Bogor. Jurnal Kebun Raya, 25(2): 84-95.
Sabandar, A., Hiariej, A., & Sahertian, D. E. 2021. Struktur Sel Epidermis Dan
Stomata Aegiceras corniculatum D dan Rhizophora apiculata pada Muara
Sungai Desa Poka dan Desa Leahari. Biosel: Biology Science and
Education, 10(1), 81-87.
Setiawati, T., dan Syamsi, I. F. 2019. Karakteristik Stomata Berdasarkan Estimasi
Waktu dan Perbedaan Intensitas Cahaya pada Daun Waru(Hibiscus tiliaceus
L.). di Pangandaran, Jawa Barat. Jurnal Pro-Life, 6(2): 148-159.
Sihotang, L. 2017. Analisis densitas stomata tanaman antanan (Centella asiatica
L) dengan perbedaan intensitas cahaya. Jurnal Pro-Life, 4(2), 329-338.
Supriadi, D. R., Susila, A. D., & Sulistyono, E. 2018. Penetapan Kebutuhan air
tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum
frutescens L.). Jurnal Hortikultura Indonesia, 9(1), 38-46.
Wonda, M., & Tomayahu, E. 2018. Pendapatan usahatani tanaman kakao
(Teobroma kakao) di Kelurahan Hinekombe, Distrik Waibu, Kabupaten
Jayapura. Agrologia, 5(1).
Zahroh, F., Kusrinah, K., & Setyawati, S. M. 2018. Perbandingan variasi
konsentrasi pupuk organik cair dari limbah ikan terhadap pertumbuhan
tanaman cabai merah (Capsicum annum L.). Al-Hayat: Journal of Biology
and Applied Biology, 1(1), 50-57.
Zainal, Asep M. Dkk, 2016. “Studi Anatomi stomata Daun Mangga (Magnifera
indica) Berdasarkan perbedaan Lingkungan”. Jurnal Biodjati. Vol. 1, No. 1.
LAMPIRAN
1. Lampiran Perhitungan
a. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman dikotil pengamatan ke 1
Dik : r1 = 0,008 = 0,004
r2 = 0,005 = 0,0025
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,004 x 0,0025
Luas bukaan stomata = 0.0000314 mm2
b. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman dikotil pengamatan ke 2
Dik : r1 = 0,009 = 0,0045
r2 = 0,006 = 0,003
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,0045 x 0,003
Luas bukaan stomata = 0.0000424 mm2
c. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman dikotil pengamatan ke 3
Dik : r1 = 0,008 = 0,004
r2 = 0,005 = 0,0025
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,004 x 0,0025
Luas bukaan stomata = 0.0000314 mm2
d. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman monokotil pengamatan ke 1
Dik : r1 = 0,025 = 0,0125
r2 = 0,009 = 0,0045
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,0125 x 0,0045
Luas bukaan stomata = 0.000176 mm2

e. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman monokotil pengamatan ke 2


Dik : r1 = 0,023 = 0,0115
r2 = 0,009 = 0,0045
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,0115 x 0,0045
Luas bukaan stomata = 0.000163 mm2
f. Perhitungan luas bukaan stomata tanaman monokotil pengamatan ke 3
Dik : r1 = 0,025 = 0,0125
r2 = 0,008 = 0,004
Dit : a. Luas bukaan stomata....?
Penyelesaian: Luas bukaan stomata = π x r 1 x r 2
Luas bukaan stomata = 3,14 x 0,0125 x 0,004
Luas bukaan stomata = 0.000157 mm2
2. Lampiran Gambar

Gambar 28. Pengamatan


Stomata tanaman Dikotil. Gambar 29. Pengamatan
Stomata tanaman Monokotil.

Gambar 30. Proses Gambar 31. Pengamatan


Pengambilan Kerapatan Kerapatan Sel Tanaman
Sel Tanaman Cabai. Cabai.

Gambar 32. Pengambilan Gambar 33. Pengambilan


stomata tanaman kakao. stomata tanaman tebu.

Gambar 34. Proses Gambar 35. Empelur


Pemotongan singkong singkong dikeluarkan
dan pengambilan empelur dan dipotong kecil.

Anda mungkin juga menyukai