PENDAHULUAN
1 Universitas Sriwijaya
mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang
dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman.
Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh
tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman
(Nyanjang,2003).
Salah satu tanaman yang umumnya menggunakan pupuk urea adalah tanaman
jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang berfotosintesis C4, maksudnya
mempunyai kapasitas fotosintesis tinggi. Selain jagung ( Zea mays L.), yang
termasuk dalam golongan C4 adalah sorgum dan tebu.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui bagaimana respon pertumbuhan tanaman jagung pada fase vegetatif
dengan berbagai kombinasi unsur pupuk yang diberikan.
2 Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ultisol
Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai
sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan
Indonesia. Sebaran terluas terdapat di Kalimantan (21.938.000 ha), diikuti di
Sumatera (9.469.000 ha), Maluku dan Papua (8.859.000 ha), Sulawesi (4.303.000
ha), Jawa (1.172.000 ha), dan Nusa Tenggara (53.000 ha) (Subagyo dkk., 2004).
Prasetyo dan Suriadikarta (2006) mengatakan bahwa Ultisol dapat dijumpai
pada berbagai relief, mulai dari datar hingga bergunung. Penampang tanah yang
dalam dan kapasitas tukar kation yang tergolong sedang hingga tinggi menjadikan
tanah ini mempunyai peranan yang penting dalam pengembangan pertanian lahan
kering di Indonesia. Hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh dan
dikembangkan pada tanah ini, kecuali terkendala oleh iklim dan relief. Kesuburan
alami Ultisol umumnya terdapat pada Horizon A yang tipis dengan kandungan
bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti P dan K yang sering kahat,
reaksi tanah asam hingga sangat asam, serta kejenuhan Al yang tinggi merupakan
sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman.Selain itu
terdapat Horizon Argilik yang mempengaruhi sifat fisika tanah, seperti:
berkurangnya pori mikro dan makro serta bertambahnya aliran permukaan yang
pada akhirnya mendorong terjadinya erosi tanah.
Pengapuran, sistem pertanaman lorong, serta pemupukan dengan pupuk
organik maupun anorganik dapat mengatasi kendala pemanfaatan Ultisol.
Pemanfaatan Ultisol untuk pengembangan tanaman perkebunan relatif tidak
menghadapi kendala, tetapi untuk tanaman pangan umumnya terkendala oleh
sifat-sifat kimia tersebut yang dirasakan berat bagi petani untuk mengatasinya,
karena kondisi ekonomi dan pengetahuan yang umumnya lemah (Prasetyo dan
Suriadikarta, 2006).
Usaha pertanian di Ultisol akan menghadapi sejumlah permasalahan karena
Ultisol umumnya mempunyai pH rendah yang menyebabkan kandungan Al, Fe,
dan Mn terlarut tinggi sehingga dapat meracuni tanaman. Jenis tanah ini biasanya
3 Universitas Sriwijaya
miskin unsur hara makro esensial seperti N, P, K, Ca, dan Mg dan unsur hara
mikro Zn, Mo, Cu, dan B, serta bahan organik. Umumnya tanah Ultisol atau
Podsolik Merah Kuning (PMK) banyak mengandung Al dapat dipertukarkan
kisaran 20-70% (Subandi, 2007).
2.2. Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman penghasil karbohidrat yang
menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia setelah nasi dan singkong. Di
Indonesia daerah-daerah penghasil utama tanaman jagung adalah Jawa Tengah,
Jawa Barat, Jawa Timur, Madura, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Selatan dan Maluku (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).
Secara umum tanaman jagung dalam sistemtika (Taksonomi) tumbuh-
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2010).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monootyledonae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaeae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar serabut,
yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif
adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar kait atau
penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas
permukaan tanah (Subekti dkk., 2013).
Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara
10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung
manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal
batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 cm – 300 cm atau lebih
tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian atas berbentuk silindris dan ruasruas
4 Universitas Sriwijaya
batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah
berkembang menghasilkan tajuk bunga betina (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Struktur daun tanaman jangung terdiri atas tangkai daun, lidah daun, dan
telinga daun. Jumlah daun setiap tanaman jagung bervariasi antara 8 – 48 helai,
namun pada umumnya berkisar anatara 18- 12 helai tergantung pada varietas dan
umur tanaman daun jagung berbentuk pita atau garis dengan letak tulang daun di
tengah- tengah daun sejajar dengan daun , berbulu halus,serta warnanya bervariasi
(Rukmana, 2010). Daun tanaman jagung dan keluar dari buku – buku batang.
Daun terdri dari tiga bagian yaitu kelopak daun, lidah daun dan helai daun.
kelopak daun umumnya membungkus batang. (Purwono dan Hartono, 2008).
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman
(monoecious). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun (Subekti dkk., 2013).
Jagung merupakan salah satu contoh tanaman C4 yang berarti lebih banyak
membutuhkan sinar matahari yang cukup dalam setiap pertumbuhan tanaman
tersebut. Tanaman C4 merupakan tanaman yang memerlukan intensitas cahaya
matahari yang lebih tinggi sehingga tanaman ini dapat membentuk rantai carbon
sebanyak 4 buah dalam menambat carbon dioksida (CO2) dalam melangsungkan
fotosintesis (Salisburi dan Ross, 1995). Untuk tanaman jagung tidak perlu
diadakan naungan karena salah satu tanaman C4. Tanaman jagung juga termasuk
tanaman monokotil yang berarti tidak memiliki kayu pada bagia batangnya dan
termasuk dalam famili rumput-rumputan.
Tanah merupakan lapisan di permukaan bumi yang terbentuk dari pelapukan
batuan induk tanah. Tanah merupakan media tumbuh dan berkembang tumbuhan
serta tanah juga penghasil unsur hara bagi tanaman. Tanah untuk pertumbuhan
tanaman jagung tidak perlu perlakuan khusus karena jagung bisa ditanam hamper
di semua jenis tanah, asalkan tanahnya subur, gembur dan kaya akan humus.
Tingkat kemasaman tanah (pH) yang optimal untuk pertumbuhan dan
perkembngan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2 (Riwandi,
dkk., 2014).
5 Universitas Sriwijaya
Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk mendukung laju
pertumbuhan tanaman. Tanaman jagung manis sangat sensitif terhadap cekaman
kekeringan dan kekurangan hara karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tongkol. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim
namun tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup,
penanaman jagung pada musim kemarau sekalipun akan memberikan
pertumbuhan jagung yang lebih baik (Riwandi, dkk., 2014).
Suhu yang sesuai untuk tanaman jagung antara 21°C – 30°C dengan suhu
optimum antara 23°C – 27°C, Untuk daerah-daerah di Indonesia, persyaratan suhu
tidak menjadi persoalan. Di Jawa Timur yang banyak membudidayakan tanaman
jagung, mempunyai suhu antara 25°C – 27°C. Daerah ini sangat cocok untuk
pertanaman jagung sehingga menjadi daerah jagung penting di Indonesia.
Keadaan suhu di Indonesia tidak menjadi masalah karena suhunya sudah cukup
optimal bagi pertumbuhan jagung. Namun, masa panen yang jatuh pada musim
kemarau akan lebih baik daripada pada musim penghujan. Hal ini terutama
berpengaruh pada lamanya masak biji dan mudahnya proses pengeringan biji
dengan menggunakan sinar matahari
Secara fisiologis tanaman jagung termasuk tanaman C4. Pertumbuhannya
memerlukan cahaya yang penuh. Golongan tanaman C4 ini juga lebih efisien
dalam memanfaatkan CO2 yang diperlukan dalam proses fotosintesis. Hal ini
dapat berlangsung karena tanaman jagung memiliki sel seludang daun atau bundle
seath cells yang mengelilingi pembuluh daun (Riwandi, dkk., 2014).
2.3. Pengapuran
Tanah ultisol merupakan tanah yang miskin akan unsur hara baik mikro
maupun makro, reaksi tanah (pH) yang masam dan keracunan Al, Fe, Mn,
adsorpsi P yang tinggi, serta KTK tanah rendah. Upaya yang bisa dilakukan
adalah dilakukannya pengapuran atau penambahan kapur kedalam tanah.
Pengapuran sendiri merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan
hara P dalam tanah.Ion Ca yang berasal dari kapur yang diberikan di daerah
perakaran tanaman dapat mendesak Fe dari senyawa ferofosfat hingga terbentuk
kalsium fosfat (Ca3PO4) yang lebih mudah tersedia bagi tanaman. Di samping
itu, hara Ca juga merupakan salah satu hara tanaman yang esensiel bagi tanaman
6 Universitas Sriwijaya
ubikayu disamping hara N,P,K,S. Oleh karena itu, ketersediaan hara Ca di dalam
tanah yang cukup juga sangat diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman yang optimal (Ispandi.2009). Untuk pengapuran dalam luasan lahan 1 ha
bisa diperlukan sampai 3 ton kapur per musim tanam.
Kapur karbonat atau kapur pertanian mempunyai 2 jenis yaitu Kalsit/kalsium
karbonat (CaCO3) dan Dolomit (CaMg(CO3)2). Kapur dolomit merupakan kapur
yang biasa digunakan karena lebih murah dan banyak terdanpat di toko-toko
pertanian. Pemberian dolomit dapat menaikkan pH yang cukup baik bagi
perkembangan tanaman jagung. Perlakuan kapur yang diberikan berpengaruh
terhadap perubahan sifat kimia tanah yang terlihat dari perubahan pH tanah,
kandungan Al-dd dan ke-jenuhan Al. Kapur merupakan salah satu sumber
amelioran yang efektif memperbaiki kualitas tanah, yaitu (1) memperbaiki sifat
fisika tanah (meningkatkan granulasi untuk aerasi tanah), (2) memperbaiki sifat
kimia tanah (menurunkan ion H, Fe, Al dan Mn serta meningkatkan ketersediaan
un-sur Ca, Mg, P, dan (3) memperbaiki sifat biologi tanah (meningkatkan
aktivitas mikrobia) (Meriffio et al., 2010). Kapur merupakan sumber hara untuk
meningkatkan pH tanah, menurunkan kandungan Al dalam tanah dan
mempengaruhi pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (Koesrini.2015).
2.4. Pupuk dan Pemupukan
Pupuk yang diaplikasikan pada tanaman adalah pupuk organik dan pupuk
anorganik.Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah,
menaikkan bahan serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan mikroba
tanah dan sebagai sumber makanan bagi tanaman.Pemberian pupuk anorganik
dapat merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan bantuan penting
dalam pembentukan hijau daun (Dewanto et al., 2013).Pupuk organik terdiri atas
pupuk organik alami dan pupuk organik buatan.Pupuk organik buatan adalah
pupuk organik yang diproduksi di pabrik dengan menggunakan peralatan yang
modern. Pupuk organik buatan memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1. Meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.
2. Meningkatkan produktivitas tanaman.
3. Merangsang pertumbuhan akar, batang, dan daun.
4. Menggemburkan dan menyuburkan tanah.
7 Universitas Sriwijaya
Menurut Nath (2013), pemupukan merupakan cara yang sangat penting untuk
meningkatkan produktivitas tanaman dan mutu tanah. Penggunaan pupuk organik
dan pupuk anorganik merupakan cara yang tepat tidak hanya untuk menghasilkan
pro-duktivitas tanaman melainkan dapat memper-tahankan stabilitas produksi
tanaman teh pada sistem usahatani yang intensif. Pada umumnya, pupuk organik
buatan di-gunakan dengan cara menyebarkannya di sekeliling tanaman, sehingga
terjadi peningkatan kandungan unsur hara secara efektif dan efisien bagi tanaman
yang diberi pupuk organik tersebut. Berbagai hasil penelitian mengindikasikan
bahwa sebagian besar lahan pertanian intensif menurun produktivitasnya dan telah
mengalami degradasi lahan, terutama terkait dengan sangat rendahnya kandungan
karbon organik dalam tanah, yaitu 2%. Untuk memperoleh produktivitas optimal
dibutuhkan karbon organik sekitar 2,5%. Pupuk organik selain bermanfaat untuk
peningkatan produksi tanaman, juga mengurangi pencemaran lingkungan, dan
meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan.Penggunaan pupuk organik
dalam jangka panjang dapat meningkatkan produktivitas lahan dan dapat
mencegah degradasi lahan.Pupuk anorganik terdapat dalam bentuk tunggal dan
majemuk. Pupuk anorganik majemuk yang umum terdapat dipasaran adalah NPK
dengan berbagai komposisi, antara lain NPK 15:15:15.
Seperti tanaman lain, jagung juga memerlukan unsur hara untuk
kelangsungan hidupnya. Unsur hara tersebut terdiri dari N, P, K, Ca, Mg, S, Fe,
B, Cu, Zn, Mo, Mn, Cl, Si, Na, dan Co. Unsur hara tersebut berasal dari
pelapukan batuan dalam tanah. Namun, kemampuan tanah dalam
menyediakan unsur hara bagi tanaman sangat terbatas karena mikro-
organisme yang berperan dalam proses pelapukan tersebut jumlahnya
berbeda antara jenis dan lapisan tanah satu dengan lainnya. Oleh karena itu,
pemupukan merupakan salah satu cara untuk menyediakan unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen jagung
baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini disebabkan pemupukan
dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara, kesehatan tanaman dan menekan
perkembangan penyakit. Pupuk yang biasa digunakan untuk tanaman jagung
ialah pupuk organik (contoh-nya pupuk kandang) maupun pupuk anorganik
(contohnya pupuk urea dan pupuk NPK). (Nasir, et al. 2011).
8 Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN
9 Universitas Sriwijaya
3.4.2. Persiapan Media Tanam
Tanah yang sudah ditimbangsebanyak 5 kg untuk kemudian diisi kedalam
Polybag. Setelah terisi tanah lalu disiram sampai lembab. Polybag yang sudah
terisi taah kemudian disusun dengan jarak antar Polybag adalah 30 cm x 30 cm.
3.4.3. Pemberian Kapur
Pemberian kapur adalah setelah tanah dimasukkan ke dalam Polybag. Dosis
kapur untuk tanah didalam Polybag adalah sebanyak 4,6 gram per Polybag.kapur
yang sudah dimasukan diaduk rata dengan tanah agar tercampur sempurna dan
cepat bereaksi didalam tanah.
10 Universitas Sriwijaya
dilakukan dengan cara mencabut tanaman jagung dari polybag dan usahakan akar
jangan sampai ada yang lepas atau patah. Setelah tanaman jagung dipanen
kemudian dibersihkan dari kotoran atau tanah yang menempel. Batang dan akar
dipisahkan terlebih dahulu dengan cara memotongnya menggunakan pisau/cutter
dan dimasukkan kedalam amplop untuk kemudian ditimbang berat basahnya.
11 Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengaruh perlakuan pupuk N, P, K, pupuk kandang ayam dan
kombinasinya terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman jagung dianalisi
smenggunakan metode Analysis of Variance (ANOVA) dan menunjukkan
pengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman jagung pada pengamatan minggu
ke-1 sampai pengamatan minggu ke-3, dan menunjukkan pengaruh nyata pada
pengamatan di minggu ke-4.
4.1.1. Pengamatan Minggu Pertama
Tabel 1. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu Pertama
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 38,06 25,29 23,80 15,41 18,92 121,48 24,30
Perlakuan
2 N 37,24 24,99 25,47 4,51 16,58 108,79 21,76
3 P 29,81 27,00 23,81 18,54 8,69 107,86 21,57
4 K 33,90 21,27 25,30 20,53 3,19 104,19 20,84
5 NP 23,30 20,47 24,63 18,33 13,10 99,83 19,97
6 NK 20,10 6,86 24,50 20,69 9,99 82,13 16,43
7 PK 28,47 27,71 23,21 24,59 14,69 118,68 23,74
8 NPK 21,11 22,60 24,43 21,79 10,43 100,36 20,07
9 Pukan 21,20 32,41 25,90 18,03 7,49 105,03 21,01
Pukan+NP
10 16,10 22,86 26,09 19,69 8,73 93,46 18,69
K
1041,7
Jumlah Total
9
Rerata Total
20,84
12 Universitas Sriwijaya
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 235,93 26,21 0,38tn 2,12 2,88
Galat 40 2747,66 68,69
Umum 49 2983,59
tn = Tidak Berbeda Nyata
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 0,81 0,09 0,12tn 2,12 2,88
Galat 40 29,40 0,73
Umum 49 30,21
tn = Tidak Berbeda Nyata
13 Universitas Sriwijaya
4.1.2. Pengamatan Minggu Kedua
Tabel 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu Kedua
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 44,36 34,80 40,67 18,14 33,25 171,22 34,24
Perlakuan
2 N 40,29 35,11 37,24 11,13 28,39 152,16 30,43
3 P 37,40 42,10 37,50 34,63 21,86 173,49 34,70
4 K 39,47 35,47 36,74 35,01 16,50 163,20 32,64
5 NP 32,81 26,60 36,51 29,24 26,62 151,79 30,36
6 NK 27,99 11,34 35,46 34,67 27,43 136,89 27,38
7 PK 33,80 47,46 35,21 37,53 31,82 185,82 37,16
8 NPK 27,89 32,81 35,99 41,81 20,57 159,07 31,81
9 Pukan 27,73 60,24 38,71 33,77 31,00 191,45 38,29
Pukan+NP
10 23,34 47,86 40,74 36,69 28,86 177,49 35,50
K
Jumlah Total 1662,57
Rerata Total 33,25
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 510,39 56,71 0,66tn 2,12 2,88
Galat 40 3418,47 85,46
Umum 49 55282,97
tn = Tidak Berbeda Nyata
14 Universitas Sriwijaya
Tabel 4. Pengamatan Jumlah Daun Minggu Kedua
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 4,71 3,86 3,71 2,86 4,07 19,21 3,84
Perlakuan
2 N 4,57 4,14 3,71 2,43 4,36 19,22 3,84
3 P 4,86 5,00 3,86 3,71 3,71 21,14 4,23
4 K 4,57 4,14 3,86 3,00 3,86 19,43 3,89
5 NP 4,57 4,57 3,71 2,71 4,01 19,58 3,92
6 NK 4,43 4,57 3,71 3,00 3,71 19,43 3,89
7 PK 4,43 5,43 3,71 3,57 4,00 21,14 4,23
8 NPK 4,29 4,00 3,71 3,71 4,00 19,71 3,94
9 Pukan 3,71 5,00 3,86 3,43 4,00 20,00 4,00
10 Pukan+NPK 3,43 4,86 4,29 3,43 4,00 20,00 4,00
Jumlah Total 198,87
Rerata Total 3,98
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 0,93 0,10 0,24tn 2,12 2,88
Galat 40 17,00 0,43
Umum 49 17,93
tn = Tidak Berbeda Nyata
15 Universitas Sriwijaya
4.1.3. Pengamatan Minggu Ketiga
Tabel 5. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu Ketiga
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 46,86 37,36 50,10 20,51 37,99 192,82 38,56
Perlakuan
2 N 42,73 29,76 38,61 19,33 37,37 167,80 33,56
3 P 48,63 51,61 42,99 37,71 39,39 220,32 44,06
4 K 42,97 42,96 42,83 39,21 27,14 195,11 39,02
5 NP 43,71 30,89 34,54 37,03 41,95 188,12 37,62
6 NK 31,67 16,19 37,44 37,96 33,73 156,99 31,40
7 PK 36,73 58,01 54,93 35,67 42,65 227,99 45,60
8 NPK 37,97 37,73 50,61 48,31 40,63 215,26 43,05
9 Pukan 46,11 86,93 47,90 42,96 39,13 263,03 52,61
10 Pukan+NPK 39,01 81,50 61,60 43,70 40,00 265,81 53,16
Jumlah Total 2093,25
Rerata Total 41,87
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 2393,51 265,95 2,11tn 2,12 2,88
Galat 40 5052,18 126,30
Umum 49 7445,69
tn = Tidak Berbeda Nyata
16 Universitas Sriwijaya
Tabel 6. Pengamatan Jumlah Daun Minggu Ketiga
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 7,29 4,57 4,29 4,14 5,14 25,43 5,09
Perlakuan
2 N 7,00 3,57 3,43 5,00 5,43 24,43 4,89
3 P 7,43 6,00 3,57 6,00 13,71 36,71 7,34
4 K 6,57 4,00 4,43 4,00 4,57 23,57 4,71
5 NP 7,14 3,86 4,57 4,00 4,79 24,36 4,87
6 NK 6,14 3,86 5,57 4,14 5,14 24,86 4,97
7 PK 6,14 6,14 5,57 4,14 4,65 26,65 5,33
8 NPK 6,57 4,57 2,43 7,00 6,14 26,71 5,34
9 Pukan 6,86 6,29 2,43 5,00 6,14 26,71 5,34
10 Pukan+NPK 6,14 6,57 2,43 4,00 5,71 24,86 4,97
Jumlah Total 264,30
Rerata Total 5,29
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 25,68 2,85 0,87tn 2,12 2,88
Galat 40 130,57 3,26
Umum 49 156,24
tn = Tidak Berbeda Nyata
17 Universitas Sriwijaya
4.1.4. Pengamatan Pada Minggu Keempat
Tabel 7. Pengamatan Tinggi Tanaman Minggu Keempat
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
Tanpa
1 47,77 40,26 56,47 27,06 50,16 221,72 44,34
Perlakuan
2 N 43,70 32,21 44,11 24,87 43,87 188,77 37,75
3 P 49,61 57,70 49,86 40,04 45,21 242,43 48,49
4 K 44,04 40,99 57,90 40,39 45,36 228,67 45,73
5 NP 44,61 35,86 38,53 43,29 45,97 208,26 41,65
6 NK 32,74 20,43 45,60 44,69 43,90 187,36 37,47
7 PK 37,66 62,34 66,06 38,73 48,09 252,88 50,58
8 NPK 38,99 39,64 61,74 51,89 40,53 232,79 46,56
9 Pukan 46,94 102,39 63,83 56,91 49,70 319,77 63,95
Pukan+NP
10 39,96 103,17 84,49 54,56 45,47 327,64 65,53
K
Jumlah Total 2410,28
Rerata Total 48,21
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 4224,80 469,42 2,41* 2,12 2,88
Galat 40 7800,03 195,00
Umum 49 12024,83
*= Berbeda nyata
18 Universitas Sriwijaya
Tabel 8. Pengaruh Pemberian Unsur Pupuk Terhadap Tinggi Tanaman pada
Minggu Keempat
Perlakuan Rerata Tinggi Tanaman
Tanpa Pemupukan 44,34 ab
N 37,75 a
P 48,49 ab
K 45,73 ab
NP 41,65 ab
NK 37,47 a
PK 50,58 ab
NPK 46,56 ab
Pukan Ayam 63,95 b
Pukan Ayam + NPK 65,53 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Tukey/Beda Nyata Jujur pada Taraf 5%.
19 Universitas Sriwijaya
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 16,15 1,79 0,87tn 2,12 2,88
Galat 40 82,37 2,06
Umum 49 98,51
tn = Tidak Berbeda Nyata
4.1.5. Pengamatan Berat Basah dan Kering Tanaman
Tabel 10. Berat Basah Batang Jagung
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
1 Kontrol 3,85 1,24 3,16 0,2 1,64 10,09 2,02
2 N 3,78 0,74 1,48 0,09 1,23 7,32 1,46
3 P 12,73 3,83 7,9 1,11 1,47 27,04 5,41
4 K 1,44 2,75 3,07 0,55 1,10 8,91 1,78
5 NP 5,29 2,1 4,83 0,39 1,54 14,15 2,83
6 NK 1,15 1,13 1,65 0,49 0,41 4,83 0,97
7 PK 3,3 16,5 9,58 2,25 1,94 33,57 6,71
8 NPK 3,61 5,86 4,12 4,35 2,14 20,08 4,02
9 Pukan 13,77 61,4 25,93 8,49 6,61 116,20 23,24
Pukan +
10 11,28 111,65 28,1 5,11 28,13 184,27 36,85
NPK
J Total 426,43
R Total 8,53
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 6398,24 710,92 2,91** 2,12 2,88
Galat 40 9758,75 243,97
Umum 49 16156,98
**= Berbeda Sangat Nyata
20 Universitas Sriwijaya
Tabel 11. Pengaruh Pemberian Unsur Pupuk terhadap Berat Basah Batang
Tanaman Jagung
Perlakuan Rerata
Tanpa Pemupukan 2,02 a
N 1,46 a
P 5,41 ab
K 1,78 a
NP 2,83 a
NK 0,97 a
PK 6,71 ab
NPK 4,02 ab
Pukan Ayam 23,24 ab
Pukan Ayam + NPK 36,85 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Tukey/Beda Nyata Jujur pada Taraf 5%.
21 Universitas Sriwijaya
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 1739,01 193,22 2,61* 2,12 2,88
Galat 40 2966,80 74,17
Umum 49 4705,81
*= Berbeda Nyata
Tabel 13. Pengaruh Pemberian Unsur Pupuk terhadap Berat Kering Batang
Tanaman Jagung
Perlakuan Rerata
Tanpa Pemupukan 0,75 a
N 0,42 a
P 2,03 a
K 0,63 a
NP 0,87 a
NK 0,44 a
PK 2,28 a
NPK 2,02 a
Pukan Ayam 15,36 ab
Pukan Ayam + NPK 16,28 b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Tukey/Beda Nyata Jujur pada Taraf 5%.
22 Universitas Sriwijaya
7 PK 0,49 2,82 3,4 0,34 8,10 15,15 3,03
8 NPK 0,57 0,92 1,04 1,12 7,41 11,06 2,21
9 Pukan 2,11 23,09 6,34 3,86 3,44 38,84 7,77
Pukan +
10 1,27 13,8 8,48 2,19 6,03 31,77 6,35
NPK
J Total 118,93
R Total 2,38
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 309,91 34,43 2,82* 2,12 2,88
Galat 40 488,75 12,22
Umum 49 798,66
*= Berbeda Nyata
Tabel 15. Pengaruh Pemberian Unsur Pupuk terhadap Berat Basah Akar Tanaman
Jagung
Perlakuan Rerata
Tanpa Pemupukan 0,84 ab
N 0,38 a
P 1,29 ab
K 0,56 a
NP 0,55 a
NK 0,80 ab
PK 3,03 ab
NPK 2,21 ab
Pukan Ayam 7,77 b
Pukan Ayam + NPK 6,35 ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Tukey/Beda Nyata Jujur pada Taraf 5%.
23 Universitas Sriwijaya
Tabel 16. Berat Kering Akar Tanaman Jagung
Ulangan
No Perlakuan Jumlah Rerata
1 2 3 4 5
1 Kontrol 0,12 0,07 0,23 0,08 0,24 0,74 0,15
2 N 0,09 0,05 0,13 0,03 0,11 0,41 0,08
3 P 0,3 0,28 0,23 0,19 0,19 1,19 0,24
4 K 0,07 0,14 0,14 0,2 0,13 0,68 0,14
5 NP 0,23 0,07 0,12 0,03 0,14 0,59 0,12
6 NK 0,15 0,04 0,11 0,2 0,16 0,66 0,13
7 PK 0,15 0,69 0,72 0,13 0,36 2,05 0,41
8 NPK 0,17 0,24 0,38 0,27 0,44 1,50 0,30
9 Pukan 0,52 4,83 1,64 0,88 0,44 8,31 1,66
Pukan +
10 0,4 2,33 3,23 0,09 1,34 7,39 1,48
NPK
J Total 23,51
R Total 0,47
Analysis of Variance
Sumber F Tabel
DB JK KT F Hitung
Keragaman 5% 1%
Perlakuan 9 15,63 1,74 3,34** 2,12 2,88
Galat 40 20,82 0,52
Umum 49 36,45
**= Berbeda Sangat Nyata
Tabel 17. Pengaruh Pemberian Unsur Pupuk terhadap Berat Kering Akar
Tanaman Jagung
Perlakuan Rerata
Tanpa Pemupukan 0,15 a
N 0,08 a
P 0,24 ab
K 0,14 a
24 Universitas Sriwijaya
NP 0,12 a
NK 0,13 a
PK 0,41 ab
NPK 0,30 ab
Pukan Ayam 1,66 b
Pukan Ayam + NPK 1,48 ab
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata
menurut Uji Tukey/Beda Nyata Jujur pada Taraf 5%.
4.2. Pembahasan
Pada analisis pertumbuhan vegetatif tanaman jagung ini diketahui ada
perbedaan pertumbuhan pada setiap perlakuan. Dari data tabel diatas rerata tinggi
tanaman jagung yang paling besar ada pada perlakuan Pupuk kandang ayam (P8)
dan kombinasi Pukan ayam dan N,P,K pada perlakuan P9. Pada tabel Analisis
pada minggu pertama perlakuan tidak berbeda nyata namun pada minggu ke-2
sampai ke-4 terdapat hasil berbeda nyata. Tanaman jagung mengalami
pertumbuhan yang cukup signifikan dikarenakan pupuk kandang ayam dan
kombinasi pukan ayam dan NPK dapat memberikan hara yang lebih baik
dibandingkan perlakuan yang lainnya.
Pada dasarnya pukan ayam memang memiliki kandungan unsur hara yang
lebih baik dibandingkan pupuk kandang lainnya (Roidah, 2013). Keuntungan
pemakaian pupuk kandang antara lain : dapat memperbaiki kesuburan fisika tanah
melalui perubahan struktur dan permeablitas tanah. Dapat memperbaiki kesuburan
kimia tanah karena mengandung unsur, N, P, K, Ca, Mg dan Cl. Dapat
meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan
kesuburan biologis. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa tanaman jagung yang
diberi perlakuan pupuk kandang ayam akan mampu tumbuh lebih baik karena
tersedianya hara yang lengkap.
25 Universitas Sriwijaya
seperti pupuk kandang ayam yang diketahui memiliki kadar hara N, P, dan K yang
juga tinggi tentu saja lebih mampu mendukung pertumbuhan tanaman jagung.
Kemudian pada analisis jumlah daun tanaman jagung, perlakuan dengan
pupuk yang mengandung unsur dasar Fosfor yaitu TSP (Perlakuan P8) memiliki
rerata jumlah daun tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan kegunaan dari
unsur P itu sendiri ialah penting dalam sel dan jaringan tanaman seperti
fotosintesis. Namun, berdasarkan dari perhitungan dengan metode ANOVA,
perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman
jagung.
Tidak berpengaruhnya perlakuan pupuk yang diberikan pada tanaman
dikarenakan pupuk tersebut lambat tersedia bagi tanaman dimana hal tersebut
dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti ketersediaan air didalam tanah.
Air yang kurang akan menyebabkan pupuk yang diberikan sulit larut dalam tanah
sehingga sulit diserap oleh akar tanaman. Lainnya juga karena kebutuhan tanaman
akan air juga tidak terpenuhi sehingga menghambat pertumbuhan dan
pembentukan daun.Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan praktikum dimana
penyiraman hanya dilakukan satu kali dalam sehari, yang seharusnya dilakukan 2
kali dalam sehari sehingga dapat diketahui bahwa air yang diberikan pada
tanaman jagung belum mampu memenuhi kebutuhan tanaman untuk tumbuh.
Hal ini diduga disebabkan pupuk organik selain memperbaiki sifat kimia
tanah, juga mem-perbaiki sifat fisik tanah, sehingga tanah menjadi gembur.
Raharjo dan Pribadi, 2010 menyatakan bahwa pupuk organik meningkatkan
ketersediaan unsur hara N, P, dan K, serta memperbaiki struktur tanah. Unsur hara
N, P, dan K merupakan unsur hara yang paling banyak diserap tanaman, sehingga
apabila terjadi kekurangan unsur tersebut akan menyebabkan menurunnya
aktivitas pertumbuhan dan produksi tanaman.Sementara itu, berdasarkan data
rerata berat basah dan berat kering batang maupun akar tanaman jagung
menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berbeda nyata terhadap kedua
peubah tersebut. Perlakuan pupuk kandang ayam (P8) dan kombinasi antara
pupuk kandang ayam dengan pupuk N, P dan K (P9) menunjukkan rerata berat
basah dan berat kering tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal
26 Universitas Sriwijaya
tersebut erat kaitannya dengan ketersediaan hara seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Lalu kenampakan visual pada tanaman jagung yaitu kurang baik saat
perawatan pengamatan di rumah kaca.Pada perlakuan kontrol atau perlakuan
tanpa pemberian pupuk sama sekali, dimana daun layu, mengering dan pada
akhirnya mati. Sedangkan kenampakan visual terbaik terdapat pada tanaman
jagung yang diberi perlakuan kombinasi antara pupuk N, P, K dan pukan ayam,
dimana daun yang dihasilkan lebih lebar, lebih hijau dan lebih banyak daripada
tanaman jagung yang diberi perlakuan lainnya. Tanaman jagung juga terlihat lebih
segar, tidak rebah dan akarnya banyak serta kuat. Hal ini karena pupuk organik
kandang ayam mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro, asam-asam organik, hormon dan enzym yang tidak
terdapat dalam pupuk buatan (Darmian, 2011). Mikro organisme yang ada dalam
pupuk kandang ayam yang digunakan dalam praktikum ini mempunyai pengaruh
yang sangat baikterhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologi
tanah. Pada keadaan tanah seperti ini, perakaran tanaman memperoleh udara yang
optimal, sehingga mampu menyerap unsur hara dalam hal ini Nitrogen, Posfor
dan Kalium yang cukup untuk pertumbuhan.
27 Universitas Sriwijaya
28 Universitas Sriwijaya
Gambar : Kenampakan visual tanaman jagung
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
29 Universitas Sriwijaya
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari laporan praktikum ini adalah
1) Perlakuan pupuk kandang ayam dan kombinasi antara pupuk kandang
ayam dengan pupuk N,P,K menunjukan rerata pertumbuhan yang sangat
baik. Hal ini dikarenakan kelebihan dari pupuk kandang ayam yang dapat
menyediakan hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung untuk fase
vegetatifnya.
2) Pada kenampakan visual tanaman jagung layu dan kurus karena tanaman
kekurangan air disamping defisiensi yang terjadi dari kekurangan hara dari
perlakuan sehingga tanaman tak mampu tumbuh dan menyerap hara secara
maksimal.
5.2. Saran
Adapun saran yaitu dalam praktikum selanjutnya yang dilakukan di rumah
kaca sebaiknya penyiraman dilakukan teratur agar kebutuhan air tanaman
tercukupi serta pengamatan dan pengukuran dilakukan sesuai jadwal.
30 Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
31 Universitas Sriwijaya
Purwono dan R. Hartono. 2008. Bertanam Jagung Unggul. PS. Jakarta.
Raharjo, M. dan E.R. Pribadi. 2010.Pengaruh pupuk urea, SP-36, dan KCl
terhadap pertumbuhan dan produksi temulawak (Curcuma xanthorhiza,
Roxb.). Jurnal Penelitian Tanaman Industri (Industrial Crops Research
Journal). 3(2):98-105.
Riwandi, Merakati Handajaningsih, Hasanudin. 2014. Teknik Budidaya Jagung
dengan Sistem Organik di Lahan Marjinal. Bengkulu. Unib Press.
Universitas Bengkulu.
Roesmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta.
Roidah, I.S., 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo. Vol.1 No.1 Tahun 2013:
30-42
Rukmana, R. 2010. Jagung Budidaya, pascapanen, Penganekaragaman Pangan.
Semarang. CV Aneka Ilmu.
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Edisi IV. ITB,
Bandung.
Sirappa, M. P. dan N. Razak. 2010. Peningkatan Produktivitas Jagung melalui
Pemberian Pupuk N, P, K dan Pupuk Kandang pada Lahan Kering di
Maluku. Prosiding Pekan Serealia Nasional. Maluku. Hlm 277-286.
Subba Rao, N.S. 2002. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing
Co., New Delhi.
Subagyo, H., N. Suharta., dan A. B. Siswanto. 2004. Tanah-Tanah Pertanian di
Indonesia. Hal:21-66 dalam Buku Sumber Daya Lahan Indonesia dan
Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan
Agroklimat. Bogor.
Subandi. 2007. Teknologi Produksi dan Strategi Pengembangan Kedelai Pada
Lahan Kering Masam. Iptek Tanaman Pangan. Vol.2(1).
Subekti, N. A., Syafruddin., Roy Efendi dan Sri Sunarti., 2013. Morfologi
Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman
serealia, Maros.
Tim Karya Tani Mandiri, 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia,
Bandung.
32 Universitas Sriwijaya