Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Penyebab Penyakit Klasifikasi jamur Pucinia polysora U. Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycota : Urediniomycetes : Uredinales : Pucciniaceae : Puccinia : Puccinia polysora U.

(Bachi, 2008). Karat jagung disebabkan oleh tiga spesies dari dua negara yaitu Puccinia sorghi Scw, P.polysora Underw dan Physopella zeae (Mains) Cunmins dan Ramachar (Syn. Angiospora zeae Mains). P. polysora dan P. zeae mempunyai uredospora berwarna kekuningan sampai keemasan, berbentuk elip, berukuran 20-29 x 29-40 m. Tebal dinding spora 1-1,5 m dengan 4-5 lubang ekuator. Teliospora berwarna coklat, halus, elip, kedua ujungnya membulat, ukuran 18-27 x 29-41 m, mudah lepas, dua sel, timbul pada tangkai pendek ukuran 10-30 m. Aeciosporanya belum diketahui (Wakman dkk, 1998). Puccinia polysora membentuk urediospora bulat atau jorong dengan garis tengah 0,2-1 mm. Dilapangan kadang-kadang epidermis menutupi urediosorus

Universitas Sumatera Utara

sampai matang. Tetapi adakalanya epidermis pecah dan dalam jumlah besar menjadi tampak. Jamur banyak membentuk urediosorus pada daun dan kadangkadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas menjadi kasar (Semangun, 1993).

Pathogen of Puccinia polysora

Gambar 1. Jamur Puccinia polysora Sumber : Gadner and Hodges (1989)

Teliospora

Gambar 2. Teliospores of Puccinia polysora Sumber : Bachi (2008) Gejala penyakit Gejala pada tanaman jagung yang terinfeksi penyakit karat adalah adanya bisul (pustules=sori), terutama pada daun. Bisul dengan warna coklat kemerahan tersebar pada permukaan daun dan berubah warna menjadi hitam kecoklatan setelah teliospora berkembang. Pada saat terjadi penularan berat, daun menjadi kering (Wakman dkk, 1998). Bercak-bercak kecil (uredinia) berbentuk bulat sampai oval terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah, uredinia menghasilkan

Universitas Sumatera Utara

urediospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin (htt://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt, 2009).

Fungus of Puccinia polysora

Gambar 3. Patogen : Fungus (Puccinia polysora)

Gambar 4. Gejala serangan Puccinia polysora di Lapangan Sumber : Foto langsung Perkembangan penyakit terjadi sangat cepat pada umur tanaman dewasa. Akibat penyakit ini, tanaman tidak dapat melakukan fotosintesis dengan sempurna sehingga pertumbuhannya terhambat, bahkan tanaman dapat mati (Utoro, 2007). Daur Hidup Penyakit Puccinia polysora dapat mempertahankan diri dari musim ke musim pada tanaman jagung hidup yang selalu terdapat dan dipancarkan oleh urediospora. Spora ini dapat diterbangkan jauh oleh angin dengan tetap hidup, karena kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal. Jamur ini tidak bisa hidup sebagai saprofit, sehingga tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman

Universitas Sumatera Utara

jagung. Tidak terdapat pula bukti-bukti bahwa jamur ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit (Semangun, 1993). Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Puccinia polysora merugikan terutama di daerah basah tropik. Urediospora paling banyak dipancarkan menjelang tengah hari. Suhu optimum untuk perkecambahan urediospora adalah 27-280 C. Pada suhu ini uredium terbentuk setelah 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut kulit. P. polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan tidak penuh (Semangun, 1993). Pengendalian Menanam varietas tahan Lamuru, Sukmaraga, Palakka, Bima 1 dan Semar 10 dan melakukan eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma. Aplikasi fungisida pada saat mulai tampak bisul karat pada daun serta penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil

(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/leaflet/opt, 2009). Pestisida Nabati Pestisida nabati merupakan senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan untuk digunakan memberantas organisme pengganggu tanaman berupa hama dan penyakit maupun tumbuhan pengganggu (gulma). Pestisida nabati merupakan hasil ekstraksi bagian tertentu dari tumbuhan baik dari daun, buah, biji atau akar. Biasanya bagian tumbuhan tersebut mengandung senyawa atau metabolit sekunder dan memiliki sifat racun terhadap hama dan penyakit tertentu. Pestisida

Universitas Sumatera Utara

nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Wakiah dan Hanudin, 2007). Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Gerrits dan Latum, 1988). Tabel 1. Daftar jenis tumbuhan dan bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan fungisida nabati NO 1 Suku Jenis Tumbuhan Bagian yang Kegunaan Digunakan Rimpang Fungisida Rimpang Daun Daun Fungisida Fungisida Fungisida

Zingiberaceae Zingiber officinale (Jahe) 2 Zingiberaceae Curcuma domestica (Kunyit) 3 Myrtaceae Syzygium aromaticum (Cengkeh) 4 Piperaceae Piper betle (Sirih) Sumber : Lestari (2008). Jahe (Zingiber officinale)

Gambar 5. Jahe (Zingiber officinale Rosc.) http://www.tistr.or.th/pharma/jpg (2009)

Universitas Sumatera Utara

Kandungan dari setiap rimpang jahe berbeda. Kandungan yang terbanyak di bawah bagian jaringan epidermis. Semakin tengah kandungan minyak semakin sedikit, selain itu umur tanaman juga mempengaruhi kandungan minyaknya. Komponen yang terkandung dalam rimpang jahe ini sangat banyak kegunaannya. Terutama sebagai rempah, industri farmasi dan obat tradisional dan lain- lain. Kandungannya terdiri dari oleoserin yang didalamnya terdapat beberapa komponen yaitu zingerol, zingirone, shogoal, resin, dan minyak asiri (Paimin dan Murhananto, 2000).

Gambar 6. Senyawa aktif Jahe Lestari (2010) Gingerol merupakan senyawa yang labil terhadap panas baik selama penyimpanan maupun pada waktu pemrosesan, sehingga gingerol sulit untuk dimurnikan. Rumus molekul gingerol C17H26O4. Gingerol dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan dehidrasi dari shogaols, yang merupakan senyawa campuran dari 3 homolog atau dengan kondensasi Retro-Aldol menjadi zingerone, 4-(3-metoksi-4 hidrophenil)-2butanone). Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti, roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga dapat digunakan pada industri obat, minyak wangi, industri jamu tradisional, diolah menjadi asinan jahe, dibuat acar, lalap, bandrek, sekoteng dan sirup. Dewasa ini para petani cabe

Universitas Sumatera Utara

menggunakan

jahe

sebagai

pestisida

alami

(http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.id=2, 2009). Kunyit (Curcuma domestica)

Gambar 7. Kunyit (Curcuma domestica Val.) http://www.tistr.or.th/pharma/jpg (2009) Kunyit mengandung senyawa yang berkhasiat obat, yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, demektosikurkumin. Selain itu juga mengandung minyak asiri yang memiliki bau yang khas yang berasal dari zat keton sesquiterpen, -turmeron, zingiberen, dan sisanya terdiri dari - felandren, - sabinen, borneol dan sineol (Nugroho, 1998). Cengkeh (Syzygium aromaticum)

Gambar 8. Cengkeh (Syzygium aromaticum (Linn) Merr.) TOGA[tanaman obat keluarga], kaskus, forum. http://tanamanherbal.wordpress.com (2009)

Universitas Sumatera Utara

Cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dengan tinggi 10 20 m, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucukpucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan di panen jika sudah mencapai panjang 1,5 2 cm (http://id.wikipedia.org/wiki/cengkeh, 2009). Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematoda puru akar, M. incognita
(http://www.smallcrab.com/, 2010).

Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan pangkalnya menyudut, rata- rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 12,5 cm. Bunga cengkeh selain mengandung minyak atsiri, juga mengandung senyawa kimia yang disebut euenol, asam oleanolat, asam galotanat, fenilin, karyofilin, resin dan gom (Admin, 2009). Sirih (Piper betle)

Gambar 9. Sirih (Piper betle Linn.) http://id.wikipedia.org/wiki/sirih, (2009).

Universitas Sumatera Utara

Sirih adalah nama sejenis tumbuhan yang merambat yang bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat malignan (http://id.wikipedia.org/wiki/sirih, 2009). Sirih dapat digunakan sebagai bahan pestisida alternatif karena dapat digunakan / bersifat sebagai fungisida dan bakterisida. Senyawa yang dikandung oleh tanaman ini antara lain profenil fenol (fenil propana), enzim diastase tanin, gula, amilum/pati, enzim katalase, vitamin A,B, dan C, serta kavarol. Cara kerja zat aktif dari tanaman ini adalah dengan menghambat perkembangan bakteri dan jamur. Sirih memiliki daya pembunuh bakteri 5 kali dari phenol biasa (Plantus, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai