Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN Latar Belakang JAGUNG Dewasa ini jagung tidak hanya digunakan untuk bahan pangan tetapi juga

untuk pakan. Dalam beberapa tahun terakhir proposi penggunaan jagung oleh industri pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan nasional. Dalam 20 tahun ke depan, penggunaan jagung untuk pakan diperkirakan terus meningkat dan bahkan setelah tahun 2020 lebih dari 60% dari total kebutuhan nasional. Ditinjau dari sumberdaya lahan dan ketersediaan teknologi, Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk berswasembada jagung dan bahkan berpeluang pula menjadi pemasok di pasar dunia mengingat makin meningkatnya permintaan dan makin menipisnya volume jagung di pasar internasional. Upaya peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian. Berdasarkan penyebaran luas sawah dan tipe irigasinya, diperkirakan terdapat 457.163 ha yang potensial untuk peningkatan indeks pertanaman. Di luar Jawa terdapat 20,5 juta ha lahan kering yang dapat dikembangkan untuk usahatani jagung. Selain melalu perluasan areal tanam dan peningkatan produktivitas, upaya pengembangan jagung juga memerlukan peningkatan efisiensi produksi, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses pasar, pengembangan unit usaha bersama, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infrastruktur, serta pengaturan tataniaga dan insentif usaha. Dalam kaitan ini diperlukan berbagai dukungan, termasuk dukungan kebijakan pemerintah. Dari aspek teknis, teknologi yang diperlukan untuk mendukung pengembangan jagung antara lain adalah varietas hibrida dan komposit yang lebih unggul (termasuk penggunaan bioteknologi), di antaranya memiliki sifat toleran kemasaman tanah dan kekeringan, teknologi produksi benih sumber dan sistem perbenihannya, teknologi budidaya yang efisien dengan pendekatan pengelolaan tanaman

Penyakit karat jagung Penyakit karat pada jagung di Indonesia baru menarik perhatian pada tahun 1950-an. Adanya penyakit ini untuk pertama kali ditulis dalam karangan Roelofsen (1956). Menurut Boedjin (1960), penyakit karat jagung sudah terdapat pada bahan yang dikumpulkan oleh van der Goot di Bogor pada tahun 1923 dan oleh Schwarz dari Lembang, Bandung, pada tahun 1925. Jamurnya diidentifikasi sebagai Puccinia sorhgi Schweinitz. Adanaya jamur karat yang keduanpada jagung, P. polysora Undrew., baru dikemukakan oleh Sudjono pada tahun 1985. Jamur ini untuk pertama kali dilaporkan di Amerika pada tahun 1891. Pada tahun 1940 jamur ditemukan di Karibia. Jamur ini dapat melintasi Samudera Atlantik dan pada tahun 1949 Atlantik dan pada tahun 1949 telah terdapat di Sierra Leone, Afrika Barat. Di Afrika penyakit meluas ke timur dan selatan, sehingga pada tahun 1952 dan 1953 P. polysora sudah terdapat di banyak

Negara Afriaka bagian Timur sudah terdapat di banyak Negara Afriaka bagian Timur dan Afrika Sealatan. Jamur ini terdapat di Thailand dan Filipins pada tahun 1955. Jamur ini masuk Indonesia pada tahun 1950-an. P. sorghi dan P.polisora terdapat di seluruh Indonesia, termasuk Irian Jaya. Kedua jamur karat ini terdapat di Malaysa, Thailand, Filipina, dan Papua Nugini. Bahkan dapat dikatakan bahwa keduanya terdapat di semua Negara penanaman jagung di seluruh dunia, meskipun P. polysora lebih banyak terdapat dateran rendah tropika sehingga sering disebut tropical-rust dan P. sorghi lebih banyak terdapat di pegunungan tropika dan di daerah beriklim sedang. Gejala Puccinia polysora membentuk irediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadang-kadang epidermis tetap mempunyai urediosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan mass spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuaka urediosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamuur membeuntuk banyak urediosorus pada daun dan kadang-kadang pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebakan mengeringnya bagian-bagian daun. Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk. Penyebab penyakit Puccinia polysora Undrew membentuk uredium (urediosorus) pada permukaan atas dan bawah daun, dan pada upih daun, tersebar rapat. Uredium bulat atau lonjong, dengan garis tengah 0,2-1 mm, berwarna jingga, epidermis daun yang menutupnya bertahan lama. Urediospora bulat telur sampai bukat telur memanjang, sering kali agak bersudut, 28-38 x 22-30 mikrometer; berdinding agak tebal, derwarna enmas, dengan duri-duri halus yang jarang, tebal 1-2 mikrometer; pori 4-5, ekuatorial. Telium berwarna gelap, tetap tertutup oleh epidermis , bulat, dengan garis tengah 0,20,5 mm. teliospora kurang lebih jorong atau berbentuk gada, biasanya tidak teratur atau agak bersudut-sudut, ujungnya tumpul atau terpancung, agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-26 mikrometer. Mesospora (teliospora bersel satu) banyak, dinding coklat kekuningan, halus, 1-1,5 mikroketer di ujungnya; tangkai kuning pucat, panjangnya sampai 30 mikrometer. Piknidiun dan aesiumjamur ini belum diketahui. P.sorghi Schw dulu disebut P.maydis Ber., P.zeae Ber., dab ini identik dengan Aecidium oxalidis Thuem. Jamur mempunyai banyak uredium (urediosorus) pada kedua sisi daun dan upih daun, rapat atau jarang, tersebar tidak mementu, bulat dengan garis tengah lebih kurang 1mm, atau memenjang lebih kurang 10 mm panjang, berwarna coklatepidermis daun yang menutupnya segera pecah. Urediospora bulat atau jorong, 24-29 x 22-29 mikrometer, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus, tebal 1,5-2 mikrometre, pori 3-4, ekuatoral. Jamur membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan uredium; biasanya pada waktu tanam menjelanng masak. Teliospora jorong, berbentuk tanbung atau gada, tumpul atau agak meruncing, biasanya agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-23 mikrometer, dengan dinding berwarna coklat,, dipangkalnya agak pucat, halus,

tebal, dinding samping 1-1,5 mikrometer, tebal dinding ujung 3-6 mikrometer; tangkai panjang, sampai 80 mikrometer, kuning pucat. P.sorghi diketahui membentuk piknidium dan aesium pada lebih kurang 30 jenis Oxalis, termasuk O.corniculata. piknium pada kedua sisi daun, mengelompok sampailebih kurang 6 pada suatu tenpat yang garis tengahnya sampai 0,5 mm di pusat bercak. Aesiium hanya pada sisi bawah daun, mengelilingi piknium, pada zone yang lebarnya sampai 2 mm, berebentuk mangkuk, garis tengahnya 0,15-0,2 mm. aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24 mikrometer, berdinding hialin, berjerawat, tebal 1-2 mikrometer. Sampai sekarang belum diketahui dengan jelas hubungn antara P.sorghi dengan P.purpurea, penyekit karat pada sorgum, karena keduanya dapat membantuk aesiospora pada Oxalis corniculata. Daur penyakit P.polysora mempertahankan diri dari musim ke musim pada tanaman jagung hidup yang selalu terdapat, dan dipencarkan olah urediospora. Spora ini dapat diterbangkan jauh oleh angin dengan tetap hidup, karena kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal. Jamur ini mempunnyai dua marga yang mempunyai hubungn dekat dengan jagung, yaitu Euchlaena dan Tripsacum antara lain E.mexicana dan T.laxum. kedua macam tanaman ini pelatif jarang terdapat, sehingga kurang memegang peran dalam pemencaran P.polysora. rumput Guatemala sering di tanam di kebunkebun the sebagai sumber bahan organic. Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung . tidak terdapat bahwa jamur ini mempertahankan diri dalam biji yang dihasilkan pada tanaman sakit. P.sorghi terutama juga mempertahankan diri pada tanaman jagung yang masih hidup, dandipencarkan pada urediospora yang dapat terangkut jarak jauholeh angin dengan tetap hidup. Selain pada jagung, jamur ini telah dijertahui membentuk uredium dan telium pada Euchlaenamexicana. P.sorghi membentuk piknidium dan aesium pada Oxalis. Namun sampai sekarang peran Oxalis yang abnyak terdapat sebagai gulma di pegunungan dan sering terserang oleh P.sorghi dalam pemencaran penyakit karat pada jagung belum diketahui dengan pasti. Sampai sekarang di Indonesia belum pernah dilakukan percobaan infeksi pada tanaman jagung dengan memekai aesiospora jamur karat Oxalis. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit P.polysora terutama merugikan di daerah basah di tropika. Urediospora palinh banyak dipoencarkanmenjelang tengah hari. Suhu optimum untuk pekecambahan urediospora adalah 27280C. pada suhu ini uredium terbentuk 9 hari setelah infeksi. Jamur mengadakan infeksi melalui mulut kulit. Penyekit dipengruhi oleh jenis tanaman jagung. Telah diketahui bahwa kwtahanan terhadap P.polysora ditentukan oleh gen-gen dominan atau dominan yang tidak penuh. P.sorghi terutama terdapat pada suhu yang agak rendah, di daerah pegunungan tropika atau di daerah beriklim sedang. Penyakit ini dibantu oleh suhu 16-230C. urediospora terdapat di udara paling

banyak di waktu siang, pada tengah hari dan setelah tengah hari. Infeksi terjadi melalui mulut kulit, pada umumnya dengan pembentukan apresorium. Ketahanan tanaman jagung terhadap P.sorghi ternyata sangat kompleks, ada yang ditentukan oleh gen dominan, gen dominan yang tidak penuh, tetapi ada juga yang ditentukan oleh gen resesif. Menurut pengujian Sudjono di Bogor diketahui bahwa XCI 47, XCJ 33, TCKUJ 1414,TC arren CI-23-3, Pool 168, dan Arjuna tahan terhadap P.polysora. seterusnya Sudjono menyatakan bahwa jenis Kalingga, Arjuna, Wiyasa, dan Pioner-2 tahan terhdap karat, sedangkan hibrida C1 terbukti rentan. Pengelolaan Pada waktu ini jemis-jenis jagung yang ditanam di Indonesia mempunyai ketahanan cukup terhadap penyakit karat, sehingga kedua macam penyakit tersebut dirasa kurang merudikan. Hanya beberapa jenis jagung manis yang akhir-akhir ini dikembangkan di Indonesia kelihatan menderita karena penykit ini. Sampai disini belum ada usaha yang khusus untuk mengelola penyakit karat jagung. Jika diperlukanpenyakit dapat dikelola denagn penanaman jenis tahan. Diantar varietas unggul yang dianjurkan yang tahan terhadap penyakit kaeat adalah Metro, Kania Putih, Harapan, Harapan Baru, Nakula, Rama, Semar 1dan Semar 2, diantara jagung hibrida C3dan CPI 2 adalah tahan, sedang Pioneer 3, Pioneer 4 dan Pioneer 5 dinyatakan toleran. Di Afrika terdapat banyak jenis tehan dengan ketahanan yang berasal dari jenis-jenis jagung dari Amerika Latin. Jika diperlukan penyakit karat dapat dikendalikan dengan fungisida, namun oada umumnya tindakan ini dianggap tidak menguntungkan. Diantar fungisida yang telah terbukticukup efektif adalah zineb, oksiklorida tembaga, fermat dan dithane.

Bercak Daun Jagung Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Helminthosporium sp. merupakan salah satu penyakit utama pada jagung setelah bulai. Patogen ini menular melalui udara sehingga mudah menyebar. Kehilangan hasil akibat bercak daun mencapai 59%, terutama bila penyakit menginfeksi tanaman sebelum bunga betina keluar (Poy 1970). Perkembangan penyakit ditentukan oleh kondisi lingkungan. Suhu optimal untuk perkembangan penyakit adalah 20 30oC (Schenck dan Steller 1974). Keadaa suhu tersebut umum dijumpai pada areal pertanaman jagung di Indonesia sehingga Helminthosporium sp. hampir selalu ditemukan pada setiap musim tanam. Patogen dalam bentuk miselium dorma juga mampu bertahan hingga satu tahun pada sisa tanaman jagung (Shurtleff 1980; Sumartini dan Srihardiningsih 1995) sehingga penyakit bersifat laten serta mampu menyebabkan serangan secara sporadis yang serius terutama pada varietas rentan. Di Indonesia sebaran spesies Helminthosporium sp. dan varietas jagung unggul yang tahan belum banyak dilaporkan, sehingga kajian terhadap biologi, dominasi spesies, virulensi, pengaruh cekaman abiotik, inang alternative yang spesifik untuk iklim tropis, dan varietas tahan perlu dilakukan sebagai basis data dalam upaya pengelolaannya. Makalah ini membahas hasil-

hasil penelitian tentang epidemiologi dan upaya pengendalian penyakit bercak daun pada tanaman jagung.

Anda mungkin juga menyukai