Anda di halaman 1dari 23

Laporan Akhir Penelitian

Efektifitas Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum americanum L.) Sebagai


Biofungisida Terhadap Penyakit Layu Fusarium oxysporum pada Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum)

Disusun oleh :
1. Dina Sholihah (17030244050)
2. Siska Nur Azizah (17030244056)
3. Dia Rohmatul H (17030244058)
4. Nurmaida Claudia Purba (17030244072)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemangi (Ocimum americanum L.) merupakan salah satu tanaman
yang banyak ditemukan di tepi jalan maupun di tepi kebun dan tumbuh di
dataran kurang lebih 300 m di atas permukaan laut. Secara laboratorium,
kemangi memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yakni minyak
atsiri, saponin, tannin, steroid, flavonoid, terpenoid, alkaloid, fenol,
karbohidrat, lignin dll., yang dapat menyembuhkan penyakit sekaligus
sebagai anti jamur. Kemangi merupakan salah satu warisan nenek moyang
yang telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional seperti mengobati perut
kembung atau masuk angin, deman, melancarkan ASI, sariawan dan
rematik dengan berbagai bentuk olahan yang berbeda-beda (Atikah, 2013).
Jamur Fusarium secara alami dapat menginfeksi tumbuhan
sehingga menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Gejala yang khas akibat
infeksi jamur Fusarium yang ditandai dengan daun menguning, terjadinya
layu sepihak atau keseluruhan, batang bawah berubah menjadi warna
cokelat, kehitaman ataupun kekuningan (Ngittu, dkk., 2014).
Budidaya tanaman tomat hingga saat ini masih banyak menemui
masalah, khususnya berupa gangguan organisme yang menyebabkan
menurunnya atau bahkan menghilangkan produksinya. Salah satu jenis
organisme pengganggu yang sangat merugikan untuk budidaya tomat di
Indonesia adalah cendawan Fusarium oxysporum (Schlecht). f.sp.
lycopersici (Sacc.) Snyd. et Hans. (biasa disebut dengan Fol), yang
menyebabkan penyakit layu fusarium (Semangun, 1996). Akibat serangan
cendawan patogen tersebut dapat merusak tanaman mencapai 100%
(Ambar, 2003). Tomat merupakan salah satu family solanaceae dan
merupakan salah satu sayuran yang paling banyak ditanam di dunia karena
dapat meghasilkan buah yang banyak dan sesuai dengan kebutuhan
(Kurnia, 2014).
Diketahui bahwasanya selama ini dalam pengendalian Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) yang digunakan adalah dengan
menggunakan pestisida bersifat kimia yang di mana cara ini dapat
memiliki efek negative yakni merusak lingkungan. Oleh karena itu, dirasa
sangat perlu perhatian serius pada alternatif pengendalian yang lebih aman
dan ramah lingkungan yakni mulai dari mengurangi penggunaan pestisida
sintesis dengan menggantinya dengan biopestisida.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.)
terhadap aktivitas zona hambat Fusarium oxysporum sp.?
2. Berapa formula optimal ekstrak kemangi (Ocimum americanum L.)
sebagai biopestisida?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.)
terhadap aktivitas zona hambat Fusarium oxysporum sp.
2. Mengetahui formula optimal ekstrak kemangi (Ocimum americanum
L.) sebagai biopestisida.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi salah satu sumber informasi kepada petani maupun
masyarakat dalam menangani masalah penyakit layu pada tumbuhan
budidaya seperti tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
2. Memberikan wawasan pengetahuan terkait biofungisida dari daun
kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap aktivitas jamur Fusarium
oxysporum sp. Sebagai alternative dalam bidang pertanian dan
perkebunan yakni pestisida alami.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemangi (Ocimum americanum L.)
Penggunaan tanaman obat merupakan cara yang aman untuk
menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroba serta ramah
lingkungan. Salah satunya menggunakan tanaman kemangi (Ocimum
sanctum Linn.). Bagian yang dapat digunakan adalah bagian daunnya.
Kandungan senyawa minyak atsiri di dalam daun kemangi yang
didugasebagai antifungi adalah methyl chavicol dan linalool yang bereaksi
dengan membran sel dan pengurangan yang signifikan pada jumlah
ergosterol (Kadian and Parle, 2012). Kandungan senyawa lain dalam daun
kemangi adalah alkaloids, flavonoids, tannins dan saponins (Shafqatullah
et al., 2013).
Genus Ocimum termasuk dalam famili Lamiaceae yang tersebar di
daerah tropis dan sub tropis (Asia, Afrika, dan Amerika). Tanaman ini
diduga berasal dari India, Afghanistan, Pakistan, India bagian Utara, dan
Iran. Namun, saat ini telah dibudidayakan hampir di seluruh dunia
(Moghaddam et al., 2011). Ocimum basilicum merupakan salah satu
spesies dari genus Ocimum yang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan obat-obatan. Masyarakat Indonesia secara umum mengenal O.
basilicum dengan nama kemangi dan dianggap bermanfaat secara ekonomi
karena telah diperjualbelikan sebagai komoditi ekonomi, baik dalam
bentuk segar, simplisia, maupun minyak essensial.
Ocimum basilicum merupakan tanaman annual, tumbuhan asli
(native) yang berasal dari India dan Asia lainnya, tingginya mencapai 20 -
60 cm, dengan bunga berwarna putih-ungu (Klimankova et al., 2008).
Ocimum basilicum atau yang dikenal juga sebagai kemangi
merupakan salah jenis dari genus Ocimum yang banyak digunakan
masyarakat sebagai penghasil minyak essensial. Secara empirik di
Indonesia, kemangi sangat mudah ditemukan di pekarangan maupun di
lanskap lainnya serta diperdagangkan secara luas di berbagai pasar
tradisional dan pasar modern. Dalam kehidupan sehari-hari O. basilicum
dimanfaatkan sebagai obat, sayur, dan bumbu masak. Oleh masyarakat
lokal Indonesia O. basilicum dimanfaatkan sebagai lalapan, bahan
tambahan pada berbagai masakan seperti pepes, gulai ikan, dan rica-rica
(sejenis tumis daging ayam maupun daging lainnya). Makanan yang diberi
bahan tambahan O. basilicum memiliki aroma khas sehingga
meningkatkan selera cita rasa dan mengakibatkan masakan lebih awet.

B. Penyebab penyakit pada tumbuhan budidaya


Cendawan Fusarium spp. Merupakan cendawan yang sangat
merugikan karena dapat menyerang tanaman cabai mulai dari masa
perkecambahan sampai dewasa. Meskipun dikenal sebagai patogen tular
tanah, infeksi cendawan ini tidak hanya di perakaran tetapi dapat
menginfeksi organ lain seperti batang, daun, bunga dan buah, misalnya
melalui luka.
Serangan jamur ini mengakibatkan penurunan produksi komoditas
pertanian dan mengakibatkan kerugian bagi petani. Pengendalian yang
biasa dilakukan oleh petani untuk mengendalikan layu fusarium yaitu
membongkar dan membakar tanaman yang sakit dan penggunaan pestisida
sintesis (fungisida) (Nugraheni, 2010). Pengendalian patogen di dalam
tanah secara kimia terbukti tidak efektif. Penggunaan fungisida yang
berlebihan dapat menyebabkan efek samping, terutama pada gangguan
kesehatan manusia, pencemaran lingkungan, dan berkembangnya jamur
patogen yang resisten terhadap fungisida (Prapagdee, et al., 2008 “dalam”
Sari, dkk., 2012). Selain itu bahan kimia sintetik akan membunuh
organisme bukan sasaran yang berguna (Untung, 1996 “dalam” Sari, dkk.,
2012). Pengendalian dengan agen hayati dapat menghindari efek samping
yang tidak diinginkan dari penggunaan fungisida sintetik (Sigee, 1993
“dalam” Sari, dkk., 2012).
Namun perkembangan tanaman tidak terlepas dari serangan hama
dan penyakit. Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor pembatas
dalam program peningkatan mutu dan produksi pangan (Herlina, 2009).
Budidaya komoditas pertanian tidak lepas dari serangan patogen, antara
lain jamur Fusarium oxysporum yang menyebabkan penyakit layu daun
(Herlina, 2009). Jamur Fusarium secara alami dapat menginfeksi
tumbuhan sehingga menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Gejala yang
khas akibat infeksi jamur Fusarium yang ditandai dengan daun
menguning, terjadinya layu sepihak atau keseluruhan, batang bawah
berubah menjadi warna cokelat, kehitaman ataupun kekuningan (Ngittu,
dkk., 2014).
Jamur ini banyak menyerang tanaman kentang, pisang, tomat, ubi
jalar, strawberry dan bawang daun (Machmud, 2002 “dalam” Kadja,
2013). Akhir-akhir ini, penyakit ini juga telah menjadi penyakit endemi di
daerah sentra produksi bawang putih di Tawangmangu. Lebih dari 92%
lahan penanaman bawang putih di daerah tersebut telah terjangkit
Fusarium oxysporum sp. f.cepae (Hadiwiyono et al., 2009 “dalam”
Choiruddin, 2010). Selain itu, berdasarkan laporan Direktorat
Perlindungan Hortikultura, Kementerian Pertanian tahun 2011
menyebutkan bahwa salah satu cendawan patogen dominan yang
menyerang tanaman bawang merah di Indonesia ialah Fusarium
oxysporum Schlecht. yang menjadi penyebab penyakit busuk pangkal
umbi dengan luas tambah serangan (LTS) sebesar 618 ha (Fadhilah, dkk.,
2014).
Lawrence (1988) menyatakan bahwa essensial oil yang terdapat di
dalam O. basilicum disintesis melalui melalui dua macam jalur biokimia
yaitu jalur asam shikimat seperti fenilpropanoid (metil chavicol, eugenol,
methyleugenol, dan metil cinnamate) dan jalur asam mevalonat seperti
terpen (linalool dan geraniol). Ocimum basilicum mengandung hingga
1,5% minyak esensial, yang komposisinya paling banyak adalah linalool
dan eugenol (Zarlaha et al., 2014).

C. Biopestisida
Keunggulan dari biofungisida dibandingkan dengan jenis fungisida
kimia sintetis adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen di
dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong adanya fase revitalisasi
tanaman. Revitalisasi ini terjadi karena adanya mekanisme interaksi antara
tanaman dan agensia aktif Trichoderma spp dalam memacu
hormon/stimulator pertumbuhan tanaman (Anonim 2004b, Suwahyono &
Wahyudi 2004).
Biofungisida juga dapat diaplikasikan pada penanaman dalam pot
di rumah teduh. Cara ini menghambat penyakit akar dan melindungi akar
pada saat transplantasi tanaman. F. oxysporum dapat menyerang tanaman
tomat pada berbagai usia tanaman. Organisme ini umumnya menyerang
melalui akar yang masih muda kemudian tumbuh masuk ke pembuluh
angkut air (xilem) akar dan batang. Xilem menjadi tertutup dan collapse,
suplai air menuju daun terhambat, sehingga daun menjadi layu ketika
siang hari dan baru pulih pada malam hari. Selanjutnya jika tanaman tidak
mati, maka akan sakit dan produksi buah akan menurun. Pada varietas
tomat yang tidak memiliki gen yang resisten maka akan dapat
meningkatkan akibat serangan F. oxysporum (Miller et al. 2004) dengan
pemberian biofungisda.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dikarenakan memerlukan
variabel-variabel dalam melaksanakan penelitian diantaranya variabel
manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di gedung C10 Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
dan Laboratorium Bioteknologi dan C09 Laboratorium Mikrobiologi
jurusan Biologi FMIPA UNESA pada :
1. Pada bulan September awal, Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya
untuk
2. Pada bulan September pertengahan, penelitian dilakukan di
Laboratorium Bioteknologi untuk persiapan simplisia dan pengovenan
simplisia
3. Pada bulan November awal, Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Bioteknologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya untuk
dilakukan ekstraksi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Universitas Negeri Surabaya untuk
perlakuan dan pengujian.

C. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi :Konsentrasi pelarut, Konsentrasi Ekstrak
Kemangi
2. Variabel kontrol : Jenis jamur, konsentrasi media, volume media,
volume ekstrak, waktu penyimpanan, volume pelarut, volume
3. Variabel respon : Diameter pertumbuhan.

D. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu yang terdiri dari:
a. Alat :
- Gunting
- Oven
- Ose
- Blander
- Saringan
- Erlenmeyer
- Gelas ukur
- Autoklaf
- Timbangan neraca
- Gelas arloji
- Beker glass
- Cawan petri
- Aluminium foil
- Corong penyaring
- Lubang hapus
- Bunsen
- Korek api
- Pinset
- Tabung reaksi
- Kapas
- Hot plate
- Tissue
- Plastik
- Alat tulis
b. Bahan :
- Ekstrak daun kemangi atau simplisia (Ocimum americanum L.)
secukupnya
- DMSO
- Media PDA
- Larutan Etanol
- Fungi Fusarium oxysporum
- Akuades
- Alkohol

E. Langkah Kerja
a. Persiapan sampel
- Daun kemangi segar dipilah lalu dipisahkan daun kemangi dari
batang.
- Setelah dipilah dari batang, daun kemangi dipisahkan dan
dibersihkan dengan cara dicuci menggunaka air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel pada daun kemangi.
- Kemudian, daun yang sudah dicuci dengan bersih dan ditiriskan
hingga benar benar tiris.
- Daun yang telah ditiriskan, kemudian dikering anginkan selama 2
hari tidak dibawah sinar matahari langsung, berguna untuk
menghilangkan kandungan air yang ada di dalam daun.
- Setelah daun selesai dikering anginkan selama 2 hari dan sudah
mulai berkurang kandungan air, daun kemangi kemudian dioven
selama 2 jam untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada
daun kemangi, setelah itu daun siap digunakan untuk tahap
selanjutnya.
b. Sterilisasi alat
- Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan.
Sterilisasi dilakukan pada autoklaf pada suhu 121°C selama 30
menit.
- Tabung reaksi, gelas ukur, dan Erlenmeyer ditutup mulutnya
dengan kapas.
- Cawan petri dibungkus dengan kertas. Seluruh media pembenihan
disterilkan. Pinset dan jarum ose disterilkan dengan cara
memijarkan pada api bunsen.
c. Pembuatan Medium PDA
- Sebanyak 11,7 gram serbuk Potato Dextrose Agar (PDA)
dilarutkan dengan 300 ml air dalam gelas beaker menggunakan hot
plate dan magnetic stirrer hingga diperoleh larutan yang jernih.
- Media ini kemudian distreilisasi dalam autoklaf pada suhu 121°C
tekanan 1 atm selama 15 menit.
d. Ekstraksi
- Setelah tahap persiapan, selanjutnya daun kemangi yang sudah
kering digiling hingga mendapatkan serbuk daun yang akan
digunakan pada proses maserasi.
- Setelah daun digiling hingga menjadi serbuk daun, maka dilakukan
tahap selanjutnya yaitu maserasi.
- Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk daun kemangi
selama 24 jam dengan pelarut menggunakan larutan etanol dengan
perbandingan 1:3, 1:2, 1:2.
- Setelah dilakukan maserasi, ekstrak yang direndam dengan
menggunakan pelarut selama 24 jam kemudian disaring dan
dipisahkan dari serbuk daun kemangi dan dilarutakan selama 3 kali
berturut turut dan masing masing hasil maserasi dipisahkan untuk
dilakukan tahap selanjutnya.
- Setelah maserasi dilakukan dan dipisahkan dari pelarut, maka
dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotary evaporatoruntuk
mendapatkan ekstrak dari daun kemangi.
- Pelarut hasil maserasi kemudian dimasukkan ke dalam tabung
evaporator untuk dilakukan evaporasi untuk mendapat ekstrak
yang dilakukan selama 2 hari.
- Setelah sudah mengental, maka dapat dikatakan bahwa pelarut
sudah terpisah dan dihasilkan ekstrak.
- Ekstrak kemudian dikeluarkan dari tabung evaporator dan
dimasukkan ke dalam botol kaca kecil yang sesuai dengan
perkiraan volume ekstrak yang didapatkan,

e. Peremajaan Isolat Fusarium oxysporum


- Isolat yang diperoleh diisolasi dan ditumbuhkan pada cawan petri
yang berisikan PDA sebanyak 4 cawan petri dengan tujuan untuk
perbanyakan isolat jarum dan mempermudah dalam penggunaan
isolat.
f. Pengujian Ekstrak terhadap isolat Fusarium oxysporum
- Masing masing ekstrak daun kemangi dicampur dengan PDA yang
masih cair sebanyak 10 ml sehingga terbentuk medium dengan
ekstrak kemangi dengan konsentrasi 10%, 30%, 50%, dan 90%.
Selanjutnya isolat Fusarium oxysporum dilakukan sumuran dengan
menggunakan alat lubang hapus dengan diameter 5 mm
ditumbuhkan isolat pada semua medium uji. Sedangkan pada uji
kontrol isolat Fusarium oxysporum di tumbuhkan pada medium
PDA tanpa penambahan ekstrak daun kemangi. Kemudian
dilakukan inkubasi dan diamati pertumbuhan Fusarium oxysporum
pada setiap kelompok perlakuan. Setiap perlakukan diulang
sebanyak 4 kali pengulangan.
g. Pengukuran Diameter Pertumbuhan
- Pengukuran diameter pertumbuhan dilakukan sebanyak 3 kali pada
sisi horizontal, vertikal, dan diagonal, lalu dijumlahkan dan dirata –
rata.
- Hasil diameter pertumbuhan diperoleh dengan cara mengurangi
diameter zona bening yang terbentuk pada sekitar ekstrak.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa pada Ekstrak daun kemangi
pada konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70% dan 90% yang memiliki kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum yang dibuktikan
dengan adanya perbedaan pada setiap diameter jamur yang terdapat pada
masing masing cawan petri.
a. Tabel hasil diameter jamur
Konsentrasi Pengulangan Jumlah Rata- %
1 2 3
perlakuan rata Hambatan
Kontrol 5,35 5,1 5,35 15,80 5,27 0%
negatif
10% 4,3 4,05 4,2 12,55 4,18 20,69%
30% 3,65 4 3,6 11,25 3,75 28,84%
50% 3,5 3,4 3,5 10,40 3,47 34,15%
70% 3,15 2,75 3,3 9,20 3,07 41,74%
90% 0 1,6 1,55 3,15 1,05 80,07%
Kontrol 0 0 0 0 0,00 100%
positif

Berdasarkan hasil uji Anova yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pada
cawan petri menunjukkan bahwa adanya daya hambatan pertumbuhan dengan
ukuran diameter koloni jamur Fusarium oxysporum bernilai signifikan karena
nilai sig 0,00 <0,05. Dengan uji Duncan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.).
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh dari berbagai
konsentrasi ektrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap pertumbuhan
koloni jamur Fusarium oxysporum berdasarkan presentasi penghambatan
diameter koloni jamur pada setiap cawan petri.
Pada data diatas menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi ekstrak, yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka menunjukkan semakin tinggi pula
konsentrasi hambatannya. Dari data diatas menunjukkan bahwa rata - rata
hambatan yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol positif yakni sebesar
100% dan pada rata-rata hambatan terendah menunjukkan bahwa terdapat pada
perlakuan kontrol negative yakni sebesar 0%.

B. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa
perlakuan ekstrak daun kemangi yang mampu menghambat pertumbuhan pada
jamur Fusarium oxysporum. Konsentrasi tertinggi 90% dapat menghambat
pertumbuhan jamur yang ditunjukkan dengan rerata diameter koloni jamur
Fusarium oxysporum 1,2 cm. hasil data diameter koloni yang dihasilkan
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka diameter koloni
yang terbentuk semakin kecil. Adanya penghambatan pertumbuhan koloni yang
terjadi menunjukkan bahwa ada pengaruh ekstrak daun kemangi terhadap
penghambatan pertumbuhan koloni jamur.
Kemangi merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang
dimanfaatkan di Indonesia (Umar, 2011). Sebagai tanaman obat tradisional
senyawa kimia yang terkandung dalam kemangi berupa minyak atsiri berperan
sebagai antifungi. Kandungan minyak atsiri di dalam daun kemangi yang diduga
sebagai antifungi adalah methyl chavicol dan linalool (Sabrina dkk., 2014).
Kandungan senyawa lain dalam daun kemangi yang berperan sebagai antifungi
berupa flavonoid, saponin. Penggunaan tanaman obat merupakan cara yang aman
untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroba serta ramah
lingkungan. Salah satunya menggunakan tanaman kemangi (Ocimum sanctum
Linn.). Bagian dari kemangi yang dapat digunakan adalah bagian daunnya.
Kandungan senyawa minyak atsiri di dalam daun kemangi diduga dapat
dimanfaatkan sebagai antifungi adalah methyl chavicoldan linalool yang bereaksi
dengan membran sel dan pengurangan yang signifikan pada jumlah ergosterol
(Kadian and Parle, 2012). Selain itu, kandungan senyawa yang terdapat pada
kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu, cirsimaritin, cirsilineol, apigenin,
isotymusin,tanin dan asam rosmarinat, dan jumlah yang cukup besar dari eugenol
(komponen utama minyak atsiri) (Singh, dkk. 2012).
Fusarium oxysporum adalah Jamur yang banyak menyerang tanaman
kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun (Machmud, 2002
“dalam” Kadja, 2013). Akhir-akhir ini, penyakit ini juga telah menjadi penyakit
endemi di daerah sentra produksi bawang putih di Tawangmangu. Lebih dari 92%
lahan penanaman bawang putih di daerah tersebut telah terjangkit Fusarium
oxysporum sp. f.cepae (Hadiwiyono et al., 2009 “dalam” Choiruddin, 2010).
Selain itu, berdasarkan laporan Direktorat Perlindungan Hortikultura,
Kementerian Pertanian tahun 2011 menyebutkan bahwa salah satu cendawan
patogen dominan yang menyerang tanaman bawang merah di Indonesia ialah
Fusarium oxysporum Schlecht. yang menjadi penyebab penyakit busuk pangkal
umbi dengan luas tambah serangan (LTS) sebesar 618 ha (Fadhilah, dkk., 2014).
Serangan jamur ini mengakibatkan penurunan produksi komoditas pertanian dan
mengakibatkan kerugian bagi petani. Pengendalian yang biasa dilakukan oleh
petani untuk mengendalikan layu fusarium yaitu membongkar dan membakar
tanaman yang sakit dan penggunaan pestisida sintesis (fungisida) (Nugraheni,
2010). Pengendalian patogen di dalam tanah secara kimia terbukti tidak efektif.
Penggunaan fungisida yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping,
terutama pada gangguan kesehatan manusia, pencemaran lingkungan, dan
berkembangnya jamur patogen yang resisten terhadap fungisida (Sari, dkk.,
2012). Selain itu bahan kimia sintetik akan membunuh organisme bukan sasaran
yang berguna (Sari,dkk.,2012). Pengendalian dengan agen hayati dapat
menghindari efek samping yang tidak diinginkan dari penggunaan fungisida
sintetik (Sari, dkk., 2012).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dilaporkan bahwa
senyawa aktif daun kemangi yang memiliki aktivitas sebagai antifungi adalah
senyawa fenol (Kharde, dkk., 2010). Sebagai antifungi, senyawa fenol dapat
merusak membran sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel jamur (Dewi,
2009). Senyawa fenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein sel dan
mengerutkan dinding sel sehingga dapat menyebabkan terjadinya lisis dinding sel
jamur (Kumalasari, 2011). Selain itu senyawa fenol dapat berdifusi pada membran
sel jamur dan mengganggu jalur metabolik seperti sintesis ergosterol, glukan,
kitin, protein, dan glukosamin di jamur (Omidpanah, dkk., 2015). Senyawa fenol
akan berikatan dengan ergosterol yang merupakan penyusun membran sel jamur
sehingga menyebabkan terbentuknya suatu pori pada membran sel. Terbentuknya
pori pada membrane sel tersebut menyebabkan komponen sel jamur seperti asam
amino, asam karboksilat, fosfat anorganik dan ester fosfat keluar dari sel hingga
menyebabkan kematian sel jamur (Suryana, 2004 “dalam” Wahyuni, dkk., 2014).
Beberapa faktor pertumbuhan tersebut adalah konsentrasi zat, jumlah
mikroorganisme, adanya bahan organik, suhu, derajat keasaman (pH) dan spesies
mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2009). Menurut Hermawati (2014),
menyatakan bahwa pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan antara lain suhu, waktu kontak, sifat-sifat kimia dan fisik media
pertumbuhan seperti pH, kadar air, nutrisi, serta jumlah komponen didalamnya.
Terbentuknya zona bening diakibatkan oleh adanya senyawa aktif yang dihasilkan
oleh ekstrak daun kemangi yang berperan sebagai antifungi. Menurut Siswandono
(2000) Antifungi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh fungi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum yang ditunjukkan
dengan adanya penurunan diameter koloni yang tumbuh. Konsentrasi yang
menimbulkan presentase hambatan tertinggi pada pertumbuhan koloni
ialah ekstrak 90% dengan nilai presentase hambatan sebesar 80,07%.
B. SARAN
Saran untuk penelitian ini semoga selanjutnya lebih bersungguh sungguh
dalam melakukan penelitian, dan setiap penelitian sebaiknya lebih
menjaga kebersihan kembali agar suatu penelitian dapat berjalan dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2004b. Trichoderma for Biocontrol of plant pathogens,


http://www.shaktibiotech.com/tricho.htm [22 Okt 2004].
Atikah, N. 2013. Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Herba Kemangi (Ocimum
americanum L.) terhadap Staphylococcus aureus dan Candida ablicans.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah. Skripsi.
Lawrence BM. 1988. In: Lawrence B.M., Mookheyee B.D., Willis B.J. (eds):
Developments in Food Sciences, Flavors and Fragrances: a World
Perspective. Elsevier, Amsterdam.
Ngittu, Y.,S., Mantiri, F. R., Tallei, T. E., dan Kandou, F. E. F. 2014. Identifikasi
Genus Jamur Fusarium yang Menginfeksi Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) di Danau Tondano. Pharmacon. Vol. 3. No. 3. Hal. 156. ISSN 2302-
2493.
Sabrina, T. I., Sudarno, dan Suprapto, H. 2014. Uji Aktivitas Antifungi Perasan
Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) Terhadap Aspergillus terreus secara
In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 6. No. 2. Hal. 176.
Sunarmi, N. 2010. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit dari Akar Tanaman
Kentang sebagai Antijamur (Fusarium sp. Phytoptora infestans) dan
Antibakteri (Ralstonia solanacaerum). Malang: Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim. Skripsi.
Suwahyono U & Wahyudi P. 2004. Penggunaan Biofungisida pada Usaha
Perkebunan.http://www.iptek.net.id/ind/terapan/terapan_ idx.php?
doc=artikel_12 [20 Okt 2004].
Zarlaha A, Kourkoumelis N, Stanojkovic TP, Kovala-Demertzi D. 2014. Cytotoxic
activity of essential oil and extracts of ocimumbasilicum against human
carcinoma cells. Molecular docking study of isoeugenol as a potent cox and
lox inhibitor. Digest Journal of Nanomaterials and Biostructures 9(3): 907-917.
Miller SA, Rowe RC & Riedel RM. 2004. Fusarium and Verticillium Wilts of
Tomato, Potato, Pepper, and Eggplant. The Ohio State University Extention,
Plant Pathology: http://ohioline.osu.edu/hygfact/ 3000/3122.html. [20 Okt
2004].
Dewi, R. C. 2009. Uji Aktivitas Antijamur Ekstrak Buah Pare Belut
(Trichosanthes anguina L.). Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Skripsi.
Hartono, Muthiadin, C. dan Bakri, Z. 2012. Daya Hambat Simbiotik Ekstrak
Inulin Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Bakteri Lactobacillus
acidophilus terhadap Pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Jurnal
Bionature. Jilid. 3. No. 1. Hal. 34.
Hasan, H. (2016). Pengaruh Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum basilicum L)
Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang
Diinfeksi Jamur Saprolegnia Sp. Jurnal Ruaya Vol. 4. NO .1. TH 2016 ISSN
2541 – 3155.
Herlina, L. 2009. Potensi Trichoderma harzianum sebagai Biofungisida pada
Tanaman Tomat. Biosaintifika. Vol.1. Hal. 62.
Ihsanto,M. 2018. Pengaruh Rebusan Daun Kemangi (Ocimum sanctum) Terhadap
Penurunan Kadar Kolestrol Total Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Hiperkolestrolemia. UMM : Malang.
Kadian, R. and M. Parle. 2012. Therapeutic potential and phytopharmacology of
tulsi. International Journal of Pharmacy & Life Sciences. 32(3): 422-426.
Kadja, D. H. 2013. Pengendalian Hayati Fusarium sp. dengan Menggunakan
Rhizobacteria. Nusa Tenggara Timur: Fakultas Pertanian UNDANA. Artikel.
Kharde, M. N., Wabale, A. S., Adhav, R. M., Jadhav, B. D., Wabale, A. M., dan
Pandey, M. 2010. Effect of Plant Extracts on the Fungal Pathogen Causing Leaf
Blight of Tomato in in
Kumalasari, E. dan Sulistyani, N. 2011. Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol
Batang Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen.) terhadap Candida
albicans serta Skrining Fitokimia. Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Vol. 1. No. 2.
Hal. 59-60.
Omidpanah, S., Sadeghi, H., Sarcheshmeh, M. M., dan Manayi, A. 2015.
Evaluation of Antifungal Activity of Aqueous Extract of Some Medicinal
Plants Againts Aspergillus flavus, Pistachio Aflatoxin Producing Fungus in
Vitro. Iran: Islamic Azad University. Original Article.
Sari, N. M., Kawuri, R., dan Khalimi, K. 2012. Streptomyces sp. Sebagai
Biofungisida Patogen Fusarium oxysporum (Schlecht.) f. sp. licopersici
(Sacc.) et Hans. Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Tomat (Solanum
lycopersicum L.). Agrotrop. Vol. 2. No. 2. Hal. 162. ISSN 2088-155X.
Wahyuni, S., Mukarlina, dan Yanti, A. H. 2014. Aktivitas Antifungi Ekstrak
Metanol Daun Buas-Buas (Premna serratifolia) terhadap Jamur Diplodia sp.
pada Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa). Jurnal Protobiont. Vol. 3.
No. 2. Hal. 274-279.

Lampiran
FOTO KEGIATAN KETERANGAN
Pemisahan daun kemangi dengan tangkai.
Membersihkan daun yang telah dipetik

Penimbangan daun untuk berat basah

Mengeringkan daun tanpa sinar matahari


secara langsung

Menimbang daun yang telah dikeringkan,


untuk mendapatkan berat kering
Penimbangan simplisia sebelum
dilakuakn maserasi

Tahapan maserasi
Tahap perendaman ekstrak dengan etanol

Tahapan maserasi
Penyaringan hasil maserasi

Proses maserasi dengan etanol

Evaporasi
Tahapan evaporasi untuk menghilangkan
etanol dan mendapatkan ektrak etanol
daun kemangi

Perlakuan ekstrak kemangi

PENGENCERAN EKSTRAK 10%, 30%,


50%, 70%, 90%
PEMBERIAN MEDIA PADA DAN
EKSTRAK PADA CAWAN PETRI

PERLAKUAN PADA JAMUR

HASIL KONTROL NEGATIF

HASIL PERLAKUAN KONTROL


POSITIF

HASIL PERLAKUAN DENGAN


KONSENTRASI 10%
HASIL PERLAKUAN DENGAN
KONSENTRASI 30%

HASIL PERLAKUAN DENGAN


KONSENTRASI 50%

HASIL PERLAKUAN DENGAN


KONSENTRASI 70%

HASIL PERLAKUAN DENGAN


KONSENTRASI 90%

Anda mungkin juga menyukai