Disusun oleh :
1. Dina Sholihah (17030244050)
2. Siska Nur Azizah (17030244056)
3. Dia Rohmatul H (17030244058)
4. Nurmaida Claudia Purba (17030244072)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.)
terhadap aktivitas zona hambat Fusarium oxysporum sp.?
2. Berapa formula optimal ekstrak kemangi (Ocimum americanum L.)
sebagai biopestisida?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.)
terhadap aktivitas zona hambat Fusarium oxysporum sp.
2. Mengetahui formula optimal ekstrak kemangi (Ocimum americanum
L.) sebagai biopestisida.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi salah satu sumber informasi kepada petani maupun
masyarakat dalam menangani masalah penyakit layu pada tumbuhan
budidaya seperti tomat (Lycopersicum esculentum Mill.).
2. Memberikan wawasan pengetahuan terkait biofungisida dari daun
kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap aktivitas jamur Fusarium
oxysporum sp. Sebagai alternative dalam bidang pertanian dan
perkebunan yakni pestisida alami.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemangi (Ocimum americanum L.)
Penggunaan tanaman obat merupakan cara yang aman untuk
menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroba serta ramah
lingkungan. Salah satunya menggunakan tanaman kemangi (Ocimum
sanctum Linn.). Bagian yang dapat digunakan adalah bagian daunnya.
Kandungan senyawa minyak atsiri di dalam daun kemangi yang
didugasebagai antifungi adalah methyl chavicol dan linalool yang bereaksi
dengan membran sel dan pengurangan yang signifikan pada jumlah
ergosterol (Kadian and Parle, 2012). Kandungan senyawa lain dalam daun
kemangi adalah alkaloids, flavonoids, tannins dan saponins (Shafqatullah
et al., 2013).
Genus Ocimum termasuk dalam famili Lamiaceae yang tersebar di
daerah tropis dan sub tropis (Asia, Afrika, dan Amerika). Tanaman ini
diduga berasal dari India, Afghanistan, Pakistan, India bagian Utara, dan
Iran. Namun, saat ini telah dibudidayakan hampir di seluruh dunia
(Moghaddam et al., 2011). Ocimum basilicum merupakan salah satu
spesies dari genus Ocimum yang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pangan dan obat-obatan. Masyarakat Indonesia secara umum mengenal O.
basilicum dengan nama kemangi dan dianggap bermanfaat secara ekonomi
karena telah diperjualbelikan sebagai komoditi ekonomi, baik dalam
bentuk segar, simplisia, maupun minyak essensial.
Ocimum basilicum merupakan tanaman annual, tumbuhan asli
(native) yang berasal dari India dan Asia lainnya, tingginya mencapai 20 -
60 cm, dengan bunga berwarna putih-ungu (Klimankova et al., 2008).
Ocimum basilicum atau yang dikenal juga sebagai kemangi
merupakan salah jenis dari genus Ocimum yang banyak digunakan
masyarakat sebagai penghasil minyak essensial. Secara empirik di
Indonesia, kemangi sangat mudah ditemukan di pekarangan maupun di
lanskap lainnya serta diperdagangkan secara luas di berbagai pasar
tradisional dan pasar modern. Dalam kehidupan sehari-hari O. basilicum
dimanfaatkan sebagai obat, sayur, dan bumbu masak. Oleh masyarakat
lokal Indonesia O. basilicum dimanfaatkan sebagai lalapan, bahan
tambahan pada berbagai masakan seperti pepes, gulai ikan, dan rica-rica
(sejenis tumis daging ayam maupun daging lainnya). Makanan yang diberi
bahan tambahan O. basilicum memiliki aroma khas sehingga
meningkatkan selera cita rasa dan mengakibatkan masakan lebih awet.
C. Biopestisida
Keunggulan dari biofungisida dibandingkan dengan jenis fungisida
kimia sintetis adalah selain mampu mengendalikan jamur patogen di
dalam tanah, ternyata juga dapat mendorong adanya fase revitalisasi
tanaman. Revitalisasi ini terjadi karena adanya mekanisme interaksi antara
tanaman dan agensia aktif Trichoderma spp dalam memacu
hormon/stimulator pertumbuhan tanaman (Anonim 2004b, Suwahyono &
Wahyudi 2004).
Biofungisida juga dapat diaplikasikan pada penanaman dalam pot
di rumah teduh. Cara ini menghambat penyakit akar dan melindungi akar
pada saat transplantasi tanaman. F. oxysporum dapat menyerang tanaman
tomat pada berbagai usia tanaman. Organisme ini umumnya menyerang
melalui akar yang masih muda kemudian tumbuh masuk ke pembuluh
angkut air (xilem) akar dan batang. Xilem menjadi tertutup dan collapse,
suplai air menuju daun terhambat, sehingga daun menjadi layu ketika
siang hari dan baru pulih pada malam hari. Selanjutnya jika tanaman tidak
mati, maka akan sakit dan produksi buah akan menurun. Pada varietas
tomat yang tidak memiliki gen yang resisten maka akan dapat
meningkatkan akibat serangan F. oxysporum (Miller et al. 2004) dengan
pemberian biofungisda.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental dikarenakan memerlukan
variabel-variabel dalam melaksanakan penelitian diantaranya variabel
manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel manipulasi :Konsentrasi pelarut, Konsentrasi Ekstrak
Kemangi
2. Variabel kontrol : Jenis jamur, konsentrasi media, volume media,
volume ekstrak, waktu penyimpanan, volume pelarut, volume
3. Variabel respon : Diameter pertumbuhan.
E. Langkah Kerja
a. Persiapan sampel
- Daun kemangi segar dipilah lalu dipisahkan daun kemangi dari
batang.
- Setelah dipilah dari batang, daun kemangi dipisahkan dan
dibersihkan dengan cara dicuci menggunaka air mengalir untuk
menghilangkan kotoran yang masih menempel pada daun kemangi.
- Kemudian, daun yang sudah dicuci dengan bersih dan ditiriskan
hingga benar benar tiris.
- Daun yang telah ditiriskan, kemudian dikering anginkan selama 2
hari tidak dibawah sinar matahari langsung, berguna untuk
menghilangkan kandungan air yang ada di dalam daun.
- Setelah daun selesai dikering anginkan selama 2 hari dan sudah
mulai berkurang kandungan air, daun kemangi kemudian dioven
selama 2 jam untuk menghilangkan kandungan air yang ada pada
daun kemangi, setelah itu daun siap digunakan untuk tahap
selanjutnya.
b. Sterilisasi alat
- Seluruh alat yang akan digunakan dicuci bersih dan dikeringkan.
Sterilisasi dilakukan pada autoklaf pada suhu 121°C selama 30
menit.
- Tabung reaksi, gelas ukur, dan Erlenmeyer ditutup mulutnya
dengan kapas.
- Cawan petri dibungkus dengan kertas. Seluruh media pembenihan
disterilkan. Pinset dan jarum ose disterilkan dengan cara
memijarkan pada api bunsen.
c. Pembuatan Medium PDA
- Sebanyak 11,7 gram serbuk Potato Dextrose Agar (PDA)
dilarutkan dengan 300 ml air dalam gelas beaker menggunakan hot
plate dan magnetic stirrer hingga diperoleh larutan yang jernih.
- Media ini kemudian distreilisasi dalam autoklaf pada suhu 121°C
tekanan 1 atm selama 15 menit.
d. Ekstraksi
- Setelah tahap persiapan, selanjutnya daun kemangi yang sudah
kering digiling hingga mendapatkan serbuk daun yang akan
digunakan pada proses maserasi.
- Setelah daun digiling hingga menjadi serbuk daun, maka dilakukan
tahap selanjutnya yaitu maserasi.
- Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk daun kemangi
selama 24 jam dengan pelarut menggunakan larutan etanol dengan
perbandingan 1:3, 1:2, 1:2.
- Setelah dilakukan maserasi, ekstrak yang direndam dengan
menggunakan pelarut selama 24 jam kemudian disaring dan
dipisahkan dari serbuk daun kemangi dan dilarutakan selama 3 kali
berturut turut dan masing masing hasil maserasi dipisahkan untuk
dilakukan tahap selanjutnya.
- Setelah maserasi dilakukan dan dipisahkan dari pelarut, maka
dilakukan evaporasi dengan menggunakan rotary evaporatoruntuk
mendapatkan ekstrak dari daun kemangi.
- Pelarut hasil maserasi kemudian dimasukkan ke dalam tabung
evaporator untuk dilakukan evaporasi untuk mendapat ekstrak
yang dilakukan selama 2 hari.
- Setelah sudah mengental, maka dapat dikatakan bahwa pelarut
sudah terpisah dan dihasilkan ekstrak.
- Ekstrak kemudian dikeluarkan dari tabung evaporator dan
dimasukkan ke dalam botol kaca kecil yang sesuai dengan
perkiraan volume ekstrak yang didapatkan,
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Dari hasil penelitian, didapatkan hasil bahwa pada Ekstrak daun kemangi
pada konsentrasi 10%, 30%, 50%, 70% dan 90% yang memiliki kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum yang dibuktikan
dengan adanya perbedaan pada setiap diameter jamur yang terdapat pada
masing masing cawan petri.
a. Tabel hasil diameter jamur
Konsentrasi Pengulangan Jumlah Rata- %
1 2 3
perlakuan rata Hambatan
Kontrol 5,35 5,1 5,35 15,80 5,27 0%
negatif
10% 4,3 4,05 4,2 12,55 4,18 20,69%
30% 3,65 4 3,6 11,25 3,75 28,84%
50% 3,5 3,4 3,5 10,40 3,47 34,15%
70% 3,15 2,75 3,3 9,20 3,07 41,74%
90% 0 1,6 1,55 3,15 1,05 80,07%
Kontrol 0 0 0 0 0,00 100%
positif
Berdasarkan hasil uji Anova yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pada
cawan petri menunjukkan bahwa adanya daya hambatan pertumbuhan dengan
ukuran diameter koloni jamur Fusarium oxysporum bernilai signifikan karena
nilai sig 0,00 <0,05. Dengan uji Duncan yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa pemberian ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.).
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa adanya pengaruh dari berbagai
konsentrasi ektrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) terhadap pertumbuhan
koloni jamur Fusarium oxysporum berdasarkan presentasi penghambatan
diameter koloni jamur pada setiap cawan petri.
Pada data diatas menunjukkan adanya pengaruh konsentrasi ekstrak, yaitu
semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka menunjukkan semakin tinggi pula
konsentrasi hambatannya. Dari data diatas menunjukkan bahwa rata - rata
hambatan yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol positif yakni sebesar
100% dan pada rata-rata hambatan terendah menunjukkan bahwa terdapat pada
perlakuan kontrol negative yakni sebesar 0%.
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan dari data hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa
perlakuan ekstrak daun kemangi yang mampu menghambat pertumbuhan pada
jamur Fusarium oxysporum. Konsentrasi tertinggi 90% dapat menghambat
pertumbuhan jamur yang ditunjukkan dengan rerata diameter koloni jamur
Fusarium oxysporum 1,2 cm. hasil data diameter koloni yang dihasilkan
menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka diameter koloni
yang terbentuk semakin kecil. Adanya penghambatan pertumbuhan koloni yang
terjadi menunjukkan bahwa ada pengaruh ekstrak daun kemangi terhadap
penghambatan pertumbuhan koloni jamur.
Kemangi merupakan salah satu tanaman obat tradisional yang
dimanfaatkan di Indonesia (Umar, 2011). Sebagai tanaman obat tradisional
senyawa kimia yang terkandung dalam kemangi berupa minyak atsiri berperan
sebagai antifungi. Kandungan minyak atsiri di dalam daun kemangi yang diduga
sebagai antifungi adalah methyl chavicol dan linalool (Sabrina dkk., 2014).
Kandungan senyawa lain dalam daun kemangi yang berperan sebagai antifungi
berupa flavonoid, saponin. Penggunaan tanaman obat merupakan cara yang aman
untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroba serta ramah
lingkungan. Salah satunya menggunakan tanaman kemangi (Ocimum sanctum
Linn.). Bagian dari kemangi yang dapat digunakan adalah bagian daunnya.
Kandungan senyawa minyak atsiri di dalam daun kemangi diduga dapat
dimanfaatkan sebagai antifungi adalah methyl chavicoldan linalool yang bereaksi
dengan membran sel dan pengurangan yang signifikan pada jumlah ergosterol
(Kadian and Parle, 2012). Selain itu, kandungan senyawa yang terdapat pada
kemangi adalah senyawa fenolik, yaitu, cirsimaritin, cirsilineol, apigenin,
isotymusin,tanin dan asam rosmarinat, dan jumlah yang cukup besar dari eugenol
(komponen utama minyak atsiri) (Singh, dkk. 2012).
Fusarium oxysporum adalah Jamur yang banyak menyerang tanaman
kentang, pisang, tomat, ubi jalar, strawberry dan bawang daun (Machmud, 2002
“dalam” Kadja, 2013). Akhir-akhir ini, penyakit ini juga telah menjadi penyakit
endemi di daerah sentra produksi bawang putih di Tawangmangu. Lebih dari 92%
lahan penanaman bawang putih di daerah tersebut telah terjangkit Fusarium
oxysporum sp. f.cepae (Hadiwiyono et al., 2009 “dalam” Choiruddin, 2010).
Selain itu, berdasarkan laporan Direktorat Perlindungan Hortikultura,
Kementerian Pertanian tahun 2011 menyebutkan bahwa salah satu cendawan
patogen dominan yang menyerang tanaman bawang merah di Indonesia ialah
Fusarium oxysporum Schlecht. yang menjadi penyebab penyakit busuk pangkal
umbi dengan luas tambah serangan (LTS) sebesar 618 ha (Fadhilah, dkk., 2014).
Serangan jamur ini mengakibatkan penurunan produksi komoditas pertanian dan
mengakibatkan kerugian bagi petani. Pengendalian yang biasa dilakukan oleh
petani untuk mengendalikan layu fusarium yaitu membongkar dan membakar
tanaman yang sakit dan penggunaan pestisida sintesis (fungisida) (Nugraheni,
2010). Pengendalian patogen di dalam tanah secara kimia terbukti tidak efektif.
Penggunaan fungisida yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping,
terutama pada gangguan kesehatan manusia, pencemaran lingkungan, dan
berkembangnya jamur patogen yang resisten terhadap fungisida (Sari, dkk.,
2012). Selain itu bahan kimia sintetik akan membunuh organisme bukan sasaran
yang berguna (Sari,dkk.,2012). Pengendalian dengan agen hayati dapat
menghindari efek samping yang tidak diinginkan dari penggunaan fungisida
sintetik (Sari, dkk., 2012).
Berdasarkan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan dilaporkan bahwa
senyawa aktif daun kemangi yang memiliki aktivitas sebagai antifungi adalah
senyawa fenol (Kharde, dkk., 2010). Sebagai antifungi, senyawa fenol dapat
merusak membran sel sehingga terjadi perubahan permeabilitas sel yang dapat
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel jamur (Dewi,
2009). Senyawa fenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein sel dan
mengerutkan dinding sel sehingga dapat menyebabkan terjadinya lisis dinding sel
jamur (Kumalasari, 2011). Selain itu senyawa fenol dapat berdifusi pada membran
sel jamur dan mengganggu jalur metabolik seperti sintesis ergosterol, glukan,
kitin, protein, dan glukosamin di jamur (Omidpanah, dkk., 2015). Senyawa fenol
akan berikatan dengan ergosterol yang merupakan penyusun membran sel jamur
sehingga menyebabkan terbentuknya suatu pori pada membran sel. Terbentuknya
pori pada membrane sel tersebut menyebabkan komponen sel jamur seperti asam
amino, asam karboksilat, fosfat anorganik dan ester fosfat keluar dari sel hingga
menyebabkan kematian sel jamur (Suryana, 2004 “dalam” Wahyuni, dkk., 2014).
Beberapa faktor pertumbuhan tersebut adalah konsentrasi zat, jumlah
mikroorganisme, adanya bahan organik, suhu, derajat keasaman (pH) dan spesies
mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 2009). Menurut Hermawati (2014),
menyatakan bahwa pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan antara lain suhu, waktu kontak, sifat-sifat kimia dan fisik media
pertumbuhan seperti pH, kadar air, nutrisi, serta jumlah komponen didalamnya.
Terbentuknya zona bening diakibatkan oleh adanya senyawa aktif yang dihasilkan
oleh ekstrak daun kemangi yang berperan sebagai antifungi. Menurut Siswandono
(2000) Antifungi adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh fungi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.) memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum yang ditunjukkan
dengan adanya penurunan diameter koloni yang tumbuh. Konsentrasi yang
menimbulkan presentase hambatan tertinggi pada pertumbuhan koloni
ialah ekstrak 90% dengan nilai presentase hambatan sebesar 80,07%.
B. SARAN
Saran untuk penelitian ini semoga selanjutnya lebih bersungguh sungguh
dalam melakukan penelitian, dan setiap penelitian sebaiknya lebih
menjaga kebersihan kembali agar suatu penelitian dapat berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
FOTO KEGIATAN KETERANGAN
Pemisahan daun kemangi dengan tangkai.
Membersihkan daun yang telah dipetik
Tahapan maserasi
Tahap perendaman ekstrak dengan etanol
Tahapan maserasi
Penyaringan hasil maserasi
Evaporasi
Tahapan evaporasi untuk menghilangkan
etanol dan mendapatkan ektrak etanol
daun kemangi