Anda di halaman 1dari 4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.

Istilah hama dan penyakit sering dianggap sama, karena keduanya sama-sama
dapat merugikan bagi tanaman dan manusia. Tetapi sebenarnya keduanya berbeda.
Hama merupakan binatang yang merusak tanaman dan umumnya merugikan
manusia dari segi ekonomi. Kerugian tersebut dihubungkan dengan nilai ekonomi,
karena apabila tidak terjadi penurunan nilai ekonomi, maka kehadiran hama
tersebut pada tanaman tidak perlu dikendalikan atau diberantas. Sementara,
penyakit tanaman dapat berupa bakteri, jamur, ganggang dan virus (Astuti. 2016).
Kutu kebul (Bemisiatabaci) adalah serangga hama yang dapat menyebabkan
kerusakan langsung pada tanaman dan sebagai media penular (vektor) penyakit
tanaman. Hama ini umumnya menyerang berbagai macam tanaman sayuran.
Kerusakan yang disebabkan oleh penyakit virus yang ditularkan kutu kebul sering
lebih merugikan dibandingkan dengan kerusakan yang disebabkan oleh hama
kutukebul sendiri. Persentase infeksi virus Gemini berkorelasi positif dengan
populasi serangga vektor, terutama serangga yang viruliferous.
Serangga dewasa kutu kebul berwarna putih dengan sayap jernih, ditutupi
lapisan lilin yang bertepung. Ukuran tubuhnya berkisar antara 1-1,5 mm. Serangga
dewasa meletakkan telur di permukaan bawah daun muda, telur berwarna kuning
terang dan bertangkai seperti kerucut. Stadia telur berlangsung selama 6 hari.
Serangga muda (nimfa) yang baru keluar dari telur berwarna putih pucat, tubuhnya
berbentuk bulat telur dan pipih. Hanya instar satu yang kakinya berfungsi, sedang
instar dua dan tiga melekat pada daun selama masa pertumbuhannya. Panjang
tubuh nimfa 0,7mm. Stadia pupa terbentuk pada permukaan daun bagian bawah.
Spesies lain yang lebih besar disebut Aleurodicus dispersus atau kutu putih.
Serangga ini tersebar secara luas di daerah tropis dan subtropis (Mounddan Hasley
1978), lebih dari 350 spesies tanaman yang dapat diserang kutu kebul. Kerusakan
tanaman dapat secara langsung dengan cara menghisap cairan daun atau tidak
langsung melalui penularan cendawan jelaga yang timbul akibat banyaknya
produksi embun madu. Kutu kebul dapat menularkan virus patogen tanaman yang
memperparah serangan kutu kebul (Marwoto.2011).
Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara yang terbukti mampu
meningkatkan produksi hasil tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan
makanan penduduk yang semakin meningkat terutama di negara berkembang.
Namun, pestisida merupakan bahan kimia beracun yang apabila digunakan
berlebihan akan berbahaya. Residu bahan kimia yang ditinggalkan dapat menjadi
sumber pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup.
Hasil pertanian yang beredar di Indonesia, baik yang berasal dari dalam negeri
maupun luar negeri tidak boleh mengandung residu pestisida melebihi batas yang
ditetapkan. Namun, regulasi ini belum mengatur multi-residu pestisida yang
umumnya digunakan selama brcocok tanam. Sementara dalam Peraturan Menteri
Pertanian No. 27 Tahun 2009 tentang pengawasan keamanan pangan terhadap
pemasukan dan pengeluaran pangan segar asal tumbuhan hanya mengatur multi-
residu pestisida pada buah dan sereal. Batas maksimum residu (Maximum Residue
Limits) dari ratusan jenis pestisida pada tanaman pangan telah diberlakukan di
negara Uni Eropa dan Jepang. Beberapa jenis produk pertanian Indonesia pernah
ditolak oleh Jepang karena kontaminasi residu pestisida sehingga perlu perbaikan
proses produksi pertanian dan pengembangan sistem pengukuran multi residu
pestisida secara kromatografi (Siamtuti,at all.2017)
pestisida nabati mempunyai beberapa kelebihan. Pertama, lebih ramah
terhadap alam, karena sifat bahannya yg meliputi tanaman srei, lengkuas,
tembakau, dan daun mimbo mudah terurai menjadi bentuk lain sehingga dampak
racunnya tidak menetap dalam waktu yang lama di alam bebas. Kedua , residu
pestisida nabati tidak bertahan lama pada tanaman, sehingga tanaman yang
disemprot lebih aman. Ketiga, dilihat dari sisi ekonomi, penggunaan pestisida
nabati memberikan nilai tambah pada produk yang dihasilkan. Selain itu,
pembuatan pestisida nabati bisa dilakukan sendiri oleh petani sehingga menghemat
pengeluaran bi-aya produksi. Keempat, penggunaan pestisida nabati yang
diintegrasikan dengan konsep pengendalian hama terpadu tidak akan me-
nyebabkan resistensi pada hama.
Pestisida nabati merupakan produk alam dari tumbuhan seperti daun, bunga,
buah, biji, kulit, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau
senyawa bioaktif. Beberapa tanaman telah diketahui mengandung bahan-bahan
kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga. Beberapa
tumbuhan menghasilkan racun, ada juga yang mengandung senyawa-senyawa
kompleks yang dapat mengganggu siklus pertumbuhan serangga, sistem
pencernaan, atau mengubah perilaku serangga. Pestisida alami adalah suatu
pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam seperti tumbuhan. Pestisida alami
merupakan pemecahan jangka pendek untuk mengatasi masalah hama dengan
cepat Pestisida nabati bersifat ramah lingkungan karena bahan ini mudah
terdegradasi di alam, sehingga aman bagi manusia maupun lingkungan. Selain itu
pestisida nabati juga tidak akan mengakibatkan resurjensi maupun dampak
samping lainnya (Wulandari, at all.2019).
Salah satu upaya dalam mempertahankan atau mengurangi masalah kehilangan
produksi pertanian adalah pengendalian hama dan penyakit, karena hama dan
penyakit tanaman dapat mengurangi jumlah produksi. Hama dapat berkembang
biak dengan cepat, bila lingkungannya memberikan kesempatan bagi mereka
(Tumonglo,at all.2017).
Pengendalian hama di Indonesia dilakukan dengan menggunakan moluskisida
sintetis (pesti- sida) yang tinggi, sehingga dapat mencemari ling- kungan serta
mengganggu organisme non target seperti musuh alami dan manusia.
Pengendalian dengan menggunakan molus- kisida sintetis berakibat keong mas
dapat terbunuh,tetapi cangkang akan tertinggal di dalam. Hal ini akan
menimbulkan masalah baru bagi petani yang melukai telapak kaki, sehingga perlu
kegiatan untuk petani mengumpulkan cangkang diareal yang telah diberi pestisida.
Pemanfaatan pestisida untuk menekan pertumbuhan keong mas di sawah pada
saat ini tidak banyak dilakukan oleh petani, karena mempe- ngaruhi pertumbuhan
tanaman padi. Sebagai upaya dalam mengatasi perkem- bangan hama secara luas
perlu dilakukan teknologipengendalian yang tepat, efektif dan ramah lingku- ngan.
Salah satu cara pengendalian hama diantaranya melalui penerapan moluskisida
nabati seperti daun sirih hutan, daun tembakau dan pinang yang sudah di lakukan
oleh orang lain (Singarimbun.2017). Pestisida alami yang terbuat dari larutan
kapur sirih belum diteliti oleh orang lain akan tetapi ada banyak artikel yang
mengatakn bahwa kapur sirih baik digunakan sebagai pestisida alami dan juga baik
untuk membunuh hama kutu kebul / kutu putih pada tanaman.

Secara universal pestisida alami atau nabati dimaksud adalah sesuatu pestisida
yang bahan dasarnya merupakan tanaman. Pestisida nabati merupakan
senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan yang di gunakan untuk memberantas
organisme pengganggu tumbuhan berupa hama dan penyakit tumbuhan maupun
tumbuhan pengganggu.
Manfaat serta keunggulan pestisida alami :
1. Gampang terurai( biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan area
ramah area).
2. Relatif nyaman untuk manusia sebab residunya gampang lenyap.
3. Bisa menewaskan hama/ penyakit.
4. Bisa sebagai pengumpul ataupun perangkap hama tumbuh-tumbuhan.
5. Bahan yang digunakan nilainya murah dan tidak susah ditemukan dari sumber
daya yang terdapat di dekat kita serta kita dapat membuatnya sendiri.
6. Menanggulangi kesusahan ketersediaan serta mahalnya harga obat- obatan
pertanian spesialnya pestisida sintetis/ kimiawi.
7. Pemakaian dalam dosis besar sekalipun, tumbuhan sangat tidak sering ditemui
tumbuhan mati.
8. Tidak memunculkan imunitas pada serangga.

Kapur sirih merupakan kalsium hidroksida berwarna putih dan tidak berbau.
Kapur sirih mengandung senyawa kalsium hidroksida dan mengandung sifat basa
kuat. Akaline pada kapur ini juga disebut sangat tinggi hingga (Ph 11-12,5).

Penggunaan pestisida merupakan salah satu cara yang terbukti mampu


meningkatkan produksi hasil tanaman pangan untuk memenuhi kebutuhan
makanan penduduk yang semakin meningkat terutama di negara berkembang.
Namun, pestisida merupakan bahan kimia beracun yang apabila digunakan
berlebihan akan berbahaya. Residu bahan kimia yang ditinggalkan dapat menjadi
pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup (Komisi Pestisida, 1997).

Mengingat banyaknya dampak omputer yang ditimbulkan akibat penggunana


pestisida sintetik, maka perlu dicari komponen pengendalian hama terpadu (PHT)
yang dinilai aman, efektif, dan murah untuk menyusun pengelolaan Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) pada tanaman pertanian. Dalam masalah ini perlu
dilakukan upaya pengendalian yang lebih bijaksana seperti pemakaian pestisida
ompute (Setyawaty, 2002).

Kandungan kapur sirih yang membuat Ph menjadi netral yang sangat cocok
untuk pestisida. Reaksi kimia yang terdapat pada kapur sirih akan menghasilkan
efek panas jika terkena pada hama. Hal inilah yang melatar belakangi untuk
membuat ide pemanfaatan kapur sirih sebagai pestisida alami.

Reaksi kimia yang terjadi pada kapur sirih akan menghasilkan karbondioksida
dan kalium oksida yang bersifat sebagai racun akan menghasilkan efek panas jika
terkena pada hama. Hama merupakan pengganggu yang merusak tanaman
sehingga hasil panen tidak maksimal bahkan gagal. Kapur dapat dimanfaatkan
untuk membasmi hama baik berupa kapur bangunan maupun kapur sirih yang
biasa digunakan pada makanan selain itu kapur sirih dapat meningkatkan Ph tanah
Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik diperlukan berbagai unsur hara seperti
kalsium dan fosfor. Tanah yang terlalu asam tidak memiliki unsur hara yang cukup
sehingga harus ditingkatkan Ph-nya dengan cara dilakukan pengapuran.
Cara Pembuatan Pestisida Organik Berbahan Dasar Kapur Sirih :
1. Siapkan satu botol semprotan dan 100 gr kapur sirih.
2. Kemudian tuangkan 100 gr kapur sirih kedalam botol dan masukkam 1 liter air.
Lalu kocok botol hingga kapur sirih tercampur rata.
3.Jika sudah tercampur rata, cairan kapur sirih dapat langsung digunakan untuk
membasmi hama yang menempel pada tanaman, seperti hama tungau pada
tanaman cabai, mangga dan lain-lain.
Kelebihan Pestisida Alami :
1. Ramah lingkungan.
2. omputeru ampas dari pestisida alami mudah terurai dan tidak bertahan lama
3. Lebih aman untuk tanaman.
4. Bahan dibutuhkan untuk membuat pestisida alami murah dan mudah ditemukan
5.Menjadi solusi omput pestisida atau obat-obatan tanaman lainnya, memiliki
harga yang mahal dan ketersediaannya sedikit.
6. Tidak membuat hama tanaman menjadi kebal
7. Dan lain sebagainya.

Kekurangan Pestisida Alami :


1. Tidak bertahan lama.
2. Hasil penyemprotan pestisida alami pada tanaman cenderung lama, tidak
secepat penyemprotan pestisida kimia.
3. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penyemprotan pestisida alami perlu
dilakukan berkali-kali.
4. Relatif tidak tahan dengan paparan sinar matahari langsung dan hujan
5. Dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai