Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk mengendalikan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penggunaan pestisida yang berlebihan
dapat menimbulkan dampak ekologis yang sangat serius terhadap alam dan manusia.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwabudidaya padi dengan penggunaan
insektisida secara intensif akan menurunkan fungsi parasitoid telur Anagrus
nilaparvatae sebagai agen pengendali hayati dalam mengendalikan wereng batang
padi cokelat (Nilaparvata lugens) . Penggunaan insektisida yang tidak sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan pada tanaman bawang merah telah meningkatkan tingkat
resistensi hama larva Spodoptera sp sebagai hama utama, dan ledakan Liriomyza
sp(hama sekunder), dan disisi lain telah memusnahkan berbagai hewan dan serangga
predator seperti laba-laba (Aranaeus inustus, Argiope sp, Lycosa pseudoannulata dan
Oxyopes javanicus)
Penggunaan pestisida yang berlebihan membawa dampak yang serius
terhadap lingkungan, termasuk manusia. Keterlambatan perkembangan anak di usia
dini, misalnya dipengaruhi oleh lingkungan yang terkena pestisida pada waktu ibu
mengandung, dapat menyebabkan terjadinya gangguan janin. Hasil penelitian
Setiyobudi et al. (2013) menjelaskan bahwa paparan Chlorpyrifos, salah satu bahan
aktif pestisida, menyebabkan janin yang dikandung ibu mempunyai resiko 2,5 kali
mengalami gangguan tumbuh kembang dan salah satu penyebab terjadinya BBLR
(berat badan bayi lahir rendah). Pestisida juga berpengaruh negatif terhadap kualitas
tanah, dimana hilangnya kemampuan lahan untuk memproduksi nutrisi, penurunan
kualitas air, adanya residu pada hasil panen dan bahan olahannya, serta keracunan
pada manusia bahkan dapat menyebabkan kematian pada organisme hidup .
https://www.academia.edu/10659949/penggunaan_pestisida_sintetikPestisida
adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat
Universitas Sriwijaya
1

menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan
menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan
berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan.
Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama
adalah keracunan, Khususnya para petani yang sering / intensif menggunakan
pestisida. Pestisida dalam bentuk teknis (technical grade) sebelum digunakan perlu
diformulasikan dahulu. Formulasi pestisida merupakan pengolahan (processing) yang
ditujukan untuk meningkatkan sifat-sifat yang berhubungan dengan keamanan,
penyimpanan, penanganan (handling), penggunaan, dan keefektifan pestisida. Pestisida
yang dijual telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal
mengikuti petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Formulasi pestisida yang
dipasarkan terdiri atas bahan pokok yang disebut bahan aktif (active ingredient) yang
merupakan bahan utama pembunuh organisme pengganggu dan bahan ramuan (inert
ingredient). (Anonim,2011) Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida
sering digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman
tetapi pada saat ini pestisida banyak ditemukan residu khususnya di tanaman dan
tanah sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan terutama pestisida kimia.Inilah
yang menjadi alasan dasar kami dalam membahasa tentang pestisida sintetik agar
kami mengetahui cara pembuatan sederhana dalam membashi hama dan penyakit
yang mengganggk tanaman para petani khususnya negara indonesia yang kaya akan
kekayaan alam yang sangat berlimpah , sehungga jika kekayaan alam perlu di
lestarikan makanya kami sebagai generasi muda harus mengetahui cara dalam
pembuatan pestisida yang sangat sederhana.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat membuat pestisida dan
juga bisa membuat pestisida sentetik dengan buatan sendiri.

Universitas Sriwijaya
2

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida Sintetik
Pestisida berarti pembunuh hama (pest: hama dan cide: membunuh) dan
secara umum pengertian pestisida ini sangatlah luas yang mencakup produk-produk
yang digunakan dibidang pengelolaan tanaman (pertanian, perkebunan, kehutanan),
peternakan, kesehatan hewan, perikanan, penyimpanan hasil pertanian, pengawetan
hasil hutan, kesehatan masyarakat (termaksud, pengendalian vektor penyakit
manusia), bangunan (pengendalian rayap), pestisida rumah tangga, fumigasi serta
pestisida industri (Nikada, 2012). Secara khusus, pestisida yang digunakan di bidang
pengelolaan tanaman disebut produk perlindungan tanaman (crop protection
products) atau pestisida pertanian. Oleh karena itu sebagai produk perlindungan
tanaman, pestisida pertanian meliputi semua zat kimia, campuran zat kimia, atau
bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme, dan hasil fermentasi) yang
digunakan untuk mengendalikan atau membunuh organisme pengganggu tanaman
(OPT). Contohnya, insektisida, akarisida, fungisida dll, dan mengatur pertumbuhan
tanaman

(merangsang

tanaman).Contohnya,

atau

zat

menghambat

pengatur

pertumbuhan

tumbuhdefoliant

dan

(senyawa

mengeringkan
kimia

untuk

merontokan daun), dan dessicant (senyawa kimia untuk mengeringkan daun)


(Djojosumarto, 2008).
2.2 Jamur Curvularia sp
Culvularia sp merupakan jamur yang dapat menyebabkan penyakit bercak daun pada
tanaman mentimun. Curvularia adalah genus jamur terutama asli daerah tropis
dansubtropis, meskipun beberapa spesieshidup di zona beriklim sedang. Jamur ini
berperan sebagai patogen tanaman,karena mereka dapat menyebabkankerusakan parah pada
berbagai tanaman. ParaCurvulariagenus berisi 35spesies yang sebagian besar subtropis
dan parasit tanaman tropis. Namun, tiga spesies di mana-manatelah pulih dari infeksi
Universitas Sriwijaya
3

manusia,terutama dari kasus keratitis mikotik;C. lunata, C. pallescens Dan


C. geniculata.Manifestasi klinis phaeohyphomycosis termasuk sinusitis, endokarditis,
peritonitis daninfeksi diseminata. RG-1 organisme ( Muhamad, 2011)
Pestisida Sintetik (Kimia) dan Biologi (Biopestisida)
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang
digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah
sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang
disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya
seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang
dianggap merugikan.
1. Pestisida Sintetik (Kimia)
Merupakan pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan
kimia, sangat efektif dalam mengendalikan OPT namun meninggalkan residu yang
sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) dan lingkungan sekitar (ekosistem).
Kekurangan

:a) Hama

menjadi

kebal

(resisten),b) Peledakan

hama

baru

(resurjensi),c) Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen,d) Terbunuhnya


musuh alami,e) Pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan
kimia,,f) Tidak ramah lingkungan,g) Harganya mahal, h) Matinya musuh alami hama
tanaman, i) Matinya organisme yang berguna.
Kelebihan : a) Mudah di dapatkan di berbagai tempat,b) Zatnya lebih cepat bereaksi
pada tanaman yang di beri pestisida, c) Kemasan lebih praktis, d) Bersifat tahan lama
untuk disimpan, e) Daya racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi serangga,
2. Pestisida Bilogi (Biopestisida)
Secara umum pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam,
sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak,
karena residunya mudah hilang. Pertanian masa depan yang ideal seharusnya
memadukan teknologi tradisional dan teknologi modern yang diaktualisasikan
Universitas Sriwijaya
4

sebagai pertanian berwawasan lingkungan. Salah satu alternatif pengembangan


pertanian berwawasan lingkungan adalah dengan menggunakan tanaman-tanaman
penghasil pestisida alami, misalnya tanaman nimba. Pestisida asal nimba mempunyai
tingkat efektifitas yang tinggi dan berdampak spesifik terhadap organisme
pengganggu. Bahan aktif nimba juga tidak berbahaya bagi manusia dan hewan. Selain
itu, residunya mudah terurai menjadi senyawa yang tidak beracun, sehingga aman
atau ramah bagi lingkungan.
Kekurangan
a)

Cepat terurai dan daya kerjanya relatif lambat sehingga aplikasinya harus lebih

sering,
b)

Produksinya belum dapat dilakukan dalam jumlah besar karena keterbatasan

bahan baku,
c)

Kurang praktis,

d)

Tidak tahan disimpan,

e)

Daya racunnya rendah (tidak langsung mematikan bagi serangga),

f)

Cara kerjanya (efek mortalitasnya) lambat,

g)

Harus disemprotkan secara berulang-ulang.

Kelebihan
a)

Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal: dengan bau yang menyengat,

b)

Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot,

c)

Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa,

d)

Menghambat reproduksi serangga betina,

e)

Racun syaraf bagi hama,

f)

Mengacaukan sistem hormone di dalam tubuh serangga,

g)

Atraktan, pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap

serangga,
h)

Mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri,


Universitas Sriwijaya
5

BAB 3
METODOLOGI

3.1. Pelaksanaan praktikum


Praktikum Uji hambat pestisida nabati terhadap jamur curvularia sp dilakukan
di laboratorium fitopatologi jurusan hama dan penyakit tanaman, fakultas pertanian
universitas sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapaun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, yaitu: 1. Ekstrak
PDA, 2, cawan petri, 3. Tabung reaksi, 4. Gelas Ukur, 5. Pinset, 6. Pengaduk, 7. Air,
8. Ekstrrak Nimba, 9. Pestisida Sintetik, 10. Isolasi, 11, Bunsen, 12, Alkoho, 13.
Autoclave
3.3. Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah :
1. Masukkan 100 ml air aquades dengan 40 ml ekstrak PDA. Lalu aduk sampai
cairannya homogen
2. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk di masukkan ke dalam autoclave. Siapkan
6 tabung reaksi untuk pengenceran. Pada Tabung keempat isilah 95 ml ekstrak pda
dan 5 ml pestisida sintetik. Tabung kelima 90 ml ekstrak pdan dan 10 ml pestisida
sintetik. Tabung keenam 85 ml ekstrak pda dan 15 ml pestisida sintetis
3. Setelah di autoclave, dinginkan terlebih dahulu di dalam laminar air flow. Sterilkan
terlebih dahulu tangan dengan alcohol sebelum membuat PDA. Lalu hidupkan api
Bunsen dan siapkan cawan petri, tabung reaksi dan biakkan jamur. Putar-putar
terlebih dahulu cawan petri pada Bunsen.
4. Tuangkan media pada cawan petri, setelah itu masukan juga biakkan jamur
curvularia sp pada media. Putar-putar di bawah api Bunsen lalu isolasi.
5. tunggu masa inkubasi selama 2x 24 jam lalu amati.
Universitas Sriwijaya
6

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Tabel 4.1 Pestisida sintetik
Faktor
A

Pestisi
da
Sinteti
k

Fakto
rB
5%

10 %

15 %

Kontr
ol

Ulang
an
1

1
3 mm

2
10 mm

4
20
mm
19
mm
29
mm
17
mm
8 mm

5
22 mm

12 mm

Hari ke
3
16
mm
20
mm
27
mm
17
mm
8 mm

2 mm

8 mm

10 mm

12 mm

10 mm

10 mm

15 mm

9 mm

9 mm

7 mm

8 mm

8 mm

15 mm

15 mm

19 mm

32 mm

15
mm
64
mm

14 mm

18
mm
65
mm

18 mm
31 mm
15 mm
9 mm

71 mm

4.2. Pembahasan
Tanaman yang digunakan pada praktikum pengaplikasian pestisida Sintetik
(Kimia) dan Pestisida Biologi (Biopestisida) ini adalah daun milik fakultas pertanian
universitas sriwijaya yang terletak di belakang ruang kelas mahasiswa , Indralaya.
Dalam praktikum kali ini ada dua jenis pestisida yang digunakan yaitu, pestisida
sintetik dan pestisida biologis. Pestisida sintetik atau juga sering disebut dengan
pestisida kimiawi merupakan pestisida yang terbuat dari bahan kimia yang
mengandung bahan aktif sesuai dengan sasaran apa yang akan di kendalikan dengan
cara meniru rumus senyawa dari bahan alami. Pestisida jenis ini sangat berbahaya
Universitas Sriwijaya
7

digunakan dalam teknik budidaya tanaman meskipun sangat efektif dalam


mengendalikan OPT, oleh karena pestisida sintetik (kimia) dapat meninggalkan
residu bagi si konsumen dan juga dapat merusak lingkungan sekitar (ekosistem)
dengan kata lain tidak ramah lingkungan. Selain dapat membasmi OPT sasaran
pestisida ini juga dapat ikut mematikan serangga lain yang sifatnya tidak merugikan
tanaman bahkan juga dapat ikut membunuh musuh alami OPT yang ada di lahan.
Dalam

pengaplikasian

pestisida

ini

ada

baiknya

sebelum

melakukan

penyemprotan pestisida terlebih dahulu kita melakukan perhitungan populasi OPT


yang terdapat di lahan guna melihat keefektifan dari pestisida yang kita gunakan
dalam mengendalikan OPT. Selanjutnya masukkan larutan pestisida sintetik dengan
dosis yang telah di tentukan ke dalam knapsack lalu campurkan dengan air bersih.
Kemudian kita dapat melakukan penyemprotan kepada tanaman yang terserang OPT,
setelah melakukan penyemprotan tunggu beberapa saat hingga pestisida bereaksi
(kurang lebih 30 menit) kemudian lihat hasilnya dengan menghitung kembali jumlah
OPT yang masih bertahan hidup.
Berdasarkan data yang didapat bahwa hasil dari setiap perlakuanitu selalu berbeda
pada setiap hasil yang didapat yaitu pada faktor b yang 5 %,10 %,15 % selalu di
dapat hasil yang berbeda pada setiap harinya.
Cara kerja pestisida ini sangat cepat bereaksi terhadap OPT sasaran hanya
menunggu waktu dalam hitungan 30 menit saja kita telah dapat melihat OPT yang
tadinya menyerang tanaman telah banyak bermatian di sekeliling tanaman terkecuali
telur serangga yang melekat di bagian daun tanaman mentimun, tetapi sangat di
yakini bahwa telur serangga tersebut juga akan ikut mati.
Pestisida Biologi (Biopestisida) adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya
berasal dari tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam,
sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak,
karena residunya mudah hilang. Pertanian masa depan yang ideal seharusnya
memadukan teknologi tradisional dan teknologi modern yang diaktualisasikan
sebagai pertanian berwawasan lingkungan. Salah satu alternatif pengembangan

Universitas Sriwijaya
8

pertanian berwawasan lingkungan adalah dengan menggunakan tanaman-tanaman


penghasil pestisida alami, misalnya tanaman nimba.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1.Perlakuan fungisida alami dan sintetis efektif menghambat pertumbuhan jamur
Fusarium oxysporum f.splycopersici pada media PDA.
2.Perlakuan fungisida alami dan sintetis secara nyata dapat mengurangi persentase
penyakit layu Fusarium pada tanaman tomat.
3. Cara kerja pestisida sintetik (kimia) lebih efektif dibaningkan cara kerja pestisida
biologi (biopestisida),
4. Pestisida biologi (biopestisida) lebih aman dan baik digunakan dibandingkan
pestisida sintetik (kimia) karena bersifat ramah lingkungan dan tidak ikut membunuh
musuh alami dari OPT yang ada di lahan.
5. Penggunaan pestisida sintetik (kimia) dapat menyebabkan hama menjadi kebal
(resisten), peledakan hama baru (resurjensi), karena terbunuhnya musuh alami, dan
menyisakan penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen.
5.2. Saran
Saran dari praktikum ini adalah agar para mahasiswa hati-hati dalam
penggunaan pestisida sintetik karena ini dapat berbahaya bagi lingkungan.

Universitas Sriwijaya
9

DAFTAR PUSTAKA

Nikada.2012.Racun pada Pestisida.http://fkthl-tbpbireuen.blogspot.com/2012/04/kitakok-selalu-makan-racun.html. Departemen Pertanian Kabupaten Bireuen.


Diakses:27 Februari 2016
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Agromedia, Jakarta.
Muhamad, ali alfi. 2011. Koleksi Jamur Curvularia sp dari daun tanamana jahe
https://www.scribd.com/doc/136704945/Koleksi-Jamur-Curvularia-Sp-DariDaun-Tanaman-Jahe Diakses 27 Februari 2016-02-28

LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
10

Universitas Sriwijaya
11

Anda mungkin juga menyukai