Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Negeri dengan populasi tinggi sebesar Indonesia, dengan penduduk sekitar


250 juta mutlak membutuhkan perhatian besar terhadap aspek industri pertanian.
Kebutuhan pangan penduduk yang begitu banyak, dengan keinginan maju yang amat
kuat dari segenap rakyat,sangat membutuhkan pola pengelolaan industri pertanian yang
mapan sebagai pendukung utama ketahanan pangan. Mengandalkan impor pangan
adalah sebuahkemunduran ekonomi dan kelemahan yang melenakan. Untuk itu optimalisasi
industri pertanian harus dilakukan secara lebih terarah dan berkelanjutan.
Beberapa hal yang mampu mendukung suksesnya industri pertanian adalah tersedianya
alat pertanian yang memadai, pupuk, dan pestisida. Di antara berbagai macam
pencemaranlingkungan, penggunaan pestisida yang umumnya terbuat dari bahan-bahan kimia
pencemar menjadi masalah dalam industri ini. Penggunaan pestisida untuk
mendukung kemajuanindustri pertanian adalah aspek yang penting dikaji
sehubungan dengan beberapa dampak lingkungan yang ditimbulkannya.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pestisida kimiawi atau disebut
pestisida sintetis,selain sisi positif berupa terhindarnya tanaman dari gangguan hama atau
penyakit, pestisida juga menjadi ancaman yang sangat serius bagi lingkungan. Bahaya serius ini
dapatmengancam populasi hewan dan juga memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan
manusia.
Bahan-bahan kimia pestisida menjadi bahaya besar dalam bentuk yang
terakumulasi di dalamtanah dan perairan. Akumulasi ini ibarat bom waktu terhadap
penurunan kualitas lingkungan perarairan dan tanah.Selain dampak lingkungan
berupa pencemaran air tanah, dampak lain berupa matinya musuhalami dari hama
maupun patogen dan akan menimbulkan resurgensi, yaitu serangan hamayang jauh lebih berat
dari sebelumnya. Kemudian munculnya serangan hama sekunder akibat predator hama
sekunder telah ikut terbunuh dengan adanya pestisida yang digunakan.Penggunaan
dengan dosis di luar batas juga mampu menimbulkan resistensi patogen terhadap pestisida
tertentu sehingga diperlukan dosis yang lebih tinggi lagi bahkan formulasi
pestisidakimiawi yang lebih kompleks lagi. Semakin kompleks struktur kimia
pestisda maka semakinsulit bagi alam untuk menjinakkannya.

1
Permasalahan aspek dan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh pestisida
kimiawidipandang sebagai suatu hal yang perlu diuraikan dalam karya tulis ini. Berdasarkan
studidari beberapa literatur atau bahan bacaan, penulis akan merumuskan beberapa
solusi yangtepat untuk menanggulangi dampak lingkungan akibat penggunaan
pestisida, setidaknyamampu memberikan altenatif untuk dipikirkan dan dilakukan
oleh pelaku industri pertaniansaat ini. Kesadaran terhadap tingginya potensi bahaya
yang ditimbulkannya diharapkan dapatmembantu penanggulangan tindakan-tindakan
berlebihan dalam penggunaan zat kimia beracun ini.

1.2 Maksud dan Tujuan


Dengan mempelajari toksikologi pestisida ini diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui jenis-jenis pestisida, dampak pestisida baik terhadap lingkungan maupun
kesehatan, pencegahan keracunan pestisida dan pemeriksaaan laboratoriumnya.

1.3 Identifikasi Masalah


1. Definisi Pestisida
2. Penggolongan Pestisida
3. Toksisitas Pestisida
4. Penanganan Keracuanan Akibat Pestisida
5. Cara Peracikan Pestisida
6. Cara Pengelolaan Pestisida

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pestisida


Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari
kata cide berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama. Secaraumum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang
digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama)
yang secara langsung maupun tidak langsungmerugikan kepentingan manusia.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam
Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah
semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:
1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-
bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
2. Memberantas rerumputan
3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak
5. Memberantas atau mencegah hama-hama air
6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
bangunanrumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian
7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan
tanaman, tanahdan air.
Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat, pestisida juga
didefinisikansebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang
tubuh, bahan lain, sertamikroorganisme atau virus yang digunakan untuk
perlindungan tanaman. Sementara itu, TheUnited States Environmental Control Act
dalam Runia mendefinisikan pestisida sebagai berikut:
1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untukmengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,
binatang pengerat,nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang
dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat
pada hewan dan manusia

3
2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat
adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular
(serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat
kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat
penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya
(fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk
diedarkan, disimpan dan digunakan secara terbatas.

2.2 Penggolongan Pestisida


Pestisida di klasifikasikan berdasarkan organisme target, satdium serangga,
cara masuk, derajat toksisitas cara kerja dan berdasarkan komposisi kimianya,
berikut ini penggolongan pestisida :
1. Golongan Pestisida berdasarkan organisme target
Contoh golongan pestisida :
a. Herbisida : bunuh gulma
b. Insektisida : bunuh/kendali serangga
c. Fungisida : bunuh jamur/cendawan
d. Algasida : bunuh alga
e. Avisida : bunuh/kontrol pop burung
f. Akarisida : bunuh tungau/kutu/pinjal/caplak
g. Bakterisida : bunuh bakteri
h. Larvasida : bunuh larva
i. Molusksisida : bunuh siput
j. Nematisida : bunuh cacing
k. Ovisida : bunuh telur
l. Pedukulisida : bunuh kutu/tuma
m. Piscisida : bunuh ikan
n. Rodentisida : bunuh binatang pengerat
o. Predisida : bunuh pemangsa/predator
p. Termisida : bunuh rayap
q. Mitesida : bunuh tengu/caplak (mites)
r. Defoliant : bunuh parasit tanaman
2. Golongan Pestisida berdasarkan Stadium Serangga
Contoh golongan pestisida :
a. Ovisida  telur
b. Larvasida  larva
c. Adultsida  dewasa

4
3. Golongan Pestisida berdasarkan cara masuknya
Contoh golongan pestisida :
a. Pestisida lambung  pencernaan
b. Pestisida kontak  kontak kulit/tubuh
c. Pestisida sistemik  translokasi bagian tanaman
d. Fumigant (Respiratory Poison)  pernafasan
4. Golongan Pestisida Berdasarkan derajat toksisitas
Contoh golongan pestisida :
a. Highly toxic
1) LD50 = 1-50 mg/kg brt bdn
2) Pemakaian di luar rumah, pertanian
3) Parathion: 6,8, TEPP (Tertra Ethyl Pyro Phosphate), Thimet
Phosdrine, Endrin
b. Moderately toxic
1) LD50 = 50 – 1000 mg/kg BB
2) Diazinon: 455, Dieldrin, DDVP (Dimethyl Dichlor Vynil Phosphate),
Aldrine, Heptachlor, Nicotine Sulfate, Diazinon, Chlordane, Lindane
c. Slightly toxic
1) LD50 = 1000 – 6000 mg/kg BB
2) malathion: 4445, chlorobenzilate, diphterex, lead arsenate, parisgreen,
dichlori diphenil trichloretan, ronnel, malathion, dilan

5. Golongan Pestisida Berdasarkan cara kerjanya


Contoh golongan pestisida :
a. Repellent : penolak serangga
b. Attractant : penarik serangga
c. Dessicant : penyerap cairan tubuh
d. Plant growth regulator: pengatur pertumbuhan tanaman
6. Golongan Pestisida Berdasarkan komposisi kimia
Contoh golongan pestisida :
a. Pestisida Anorganik
Sifat dari pestisida ini Sangat beracun (umumnya racun perut), Residu
persisten, Menimbulkan resistensi (akibat pemakaian yang terus-
menerus),
Pestisida anorganik kurang efektif Apabila dibandingkan dengan racun
organic sintetis Contoh pestisida anorganik adalah SO2 sebagai fumigant,
sangat beracun bagi manusia, contoh lainnya adalah Cooper Sulfat
digunakan sebagai fungisida
b. Pestisida Organik
Pestisida organik adalah pestisida yang bahan utamanya berasal
dari makhluk hidup. Jika yang digunakan untuk membuat pestisida
terbuat dari tanaman bisa disebut pestisida nabati. Bahan aktif pestisida
yang berasal dari tanaman berupa kelompok metabolit sekunder yang
mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid,

5
fenolik dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut
dapat mempengaruhi serangga, seperti penolak (repellent), penarik
(attractant), penghambat makan (anti feedant), penghambat
perkembangan serangga (insect growth regulator), menurunkan
kepiridian, mencegah peletakan telur (oviposition deterrent) dan
berpengaruh langsung sebagai racun. Penggunaan pestisida kimia yang
tidak bijaksana menyebabkan resistensi terhadap hama, membunuh
musuh alami dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu, harga
pestisida kimia sangat mahal sehingga pestisida organik mulai dilirik
petani.
Pestisida Organik Memiliki Keunggulan antara lain :
o Mudah dibuat dan murah
o Lebih aman terhadap lingkungan
o Tidak menimbulkan residu yang bertahan lama pada
tanaman
o Tidak mudah menimbulkan resistensi hama
o Menghasilkan produk pertanian yang sehat
Disamping Keunggulan yang dimiliki, Pestisida Organik juga mempunyai
kelemahan, yaitu:
o Reaksinya agak lambat
o Tidak tahan sinar matahari
o Kurang praktis dan tidak tahan disimpan lama
o Perlu penyemprotan yang berulang-ulang

1) Organik Alami (Botanical)


Pestisida organic alami memiliki efek knock down yang cukup
efektif membunuh hama, namun Efeknya lemah (kurang kuat)
terhadap binatang berdarah panas. Berikut ini Contoh dari pestisida
organic alami :
a) Pyrethrum :Bunga tanaman Chrisantheum cinerari aefolium
terdapat di pegunungan Dieng, bunga ini
banyak digunakan dalam rumah, restoran,
pesawat udara dan ruang pengolah susu dengan
aman
b) Alletrine
c) Rotenone/derris : racun ikan
d) Ryania : akar batang tanaman ryania racun perut &
racun kontak
e) Sabaddilla : biji tanaman sabaddilla (fam: lily) amerika
selatan
f) Nicotine : berasal dari tembakau, menyebabkan paralyse dr
susunan saraf

2) Organik Sintetis
a) Chlorinated Hydrocarbon Insecticide (CHI)
Sifat-sifat CHI :
 Berspektrum luas

6
 Larut dalam lemak, tidak larut dlm air
 Susunan kimia stabil (lambat terurai) s/d beberapa bulan
 Residu persisten
 Menimbulkan akumulasi di rantai makanan
 Kurang selektif terhadap serangga yang berguna
 Menimbulkan resistensi pd serangga
 Menyerang sistem saraf
 DiHasilkan atau diproduksi oleh pabrik
 Derajat keracunan sama untuk semua macam racun
 CHI dapat diserap melalui inhalasi, oral, kulit
 Bahaya keracunan terbesar akibat absorpsi melalui kulit
sehingg menimbULKAN Akumulasi dl tubuh
 Dikenal dengan Organiklorin
b) Organophosporus Insecticide (OPI)
Sifat-sifat OPI :
• Racun anti cholinesterase
• Degradasi lebh cepat dari pada CHI
• Derajat keracunan berbeda-beda
• Gejala keracunan cepat terlihat (<6jam)
• Dpt diserap melalui oral, inhalasi maupun kulit sehat
c) Carbamat
Carbamat Merupakan Insecticide yang paling banyak digunakan
selain OPI, Efektif dan terdegradasi cepat .
Contoh:
– Pyrolan, isolan, propoxur, sevin, demethilan,
phenothiazine
– Karbaryl Baygon, Merusol, Zectran (plg efektif untk
larva, nympha, serangga dewasa)
– Phenotiazine
d) Thyocyanate
Thyocyanate Merupakan racun kontak dengan efek knock
down tehadap serangga , Tyocyanate Sering dikombinasikan dg
minyak bumi, malathion ,Biasa disemprotkan dari pesawat udara
dengan aerosol, fogging & mist. Tyocyanate menghasilkan bau
yang tidak sedap, tidak cocok untuk penyemprotan di rumah.
Contoh tyocyanate adalah Loro, Thanite, lethane
e) Minyak Bumi
Minyak bumi menghasilakan efek knock down, Sangat efektif
untuk membunuh tungau di stadium telur , Menghambat
pertukaran gas yang berlangsung dalam tubuh serangga . Aplikasi
minyak bumi dalam bentuk emulsi (untuk mencegah kerusakan
tanaman), minyak bumi digunakan sebagai bahan pelarut untuk
CHI dan OPI. Keuntungan penggunaan minyak bumi sebagai

7
pestisida adalah daya racun rendah terhadap manusia dan
Serangga tidak resisten
Contoh: kerosine, solar, bensin, paraffin, tir, oli.

2.3 Toksisitas Pestisida

Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai


kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas
merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada
jumlah unsur kimia yang terabsopsi.

Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama, yang di


maksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan
pengganggu, penyakit tanaman yang di sebabkan oleh fungi, bacteria dan virus,
kemudian nematode (bentuk seperti cacing dengan ukuran mikrokopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang di anggap merugikan. Beberapa jenis hama yang paling
sering ditemukan adalah serangga dan beberapa di antaranya sebagai vector penyakit.
Penyakit-penyakit yang penularannya melalui vektor antara lain malaria,
onkosersiasis, tifus, danpes. Insektisida membantu mengendalikan penularan
penyakit-penyakit ini.

 JALAN MASUK PESTISIDA

Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal), pernafasan


(inhalasi) ataumulut (oral). Pestisida akan segera diabsorpsi jikakontak melalui kulit
atau mata. Absorpsi ini akan terus berlangsung selama pestisida masih ada pada
kulit. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiapbagian tubuh.Perpindahan residu
pestisida dansuatu bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah.Jika hal ini terjadi maka
akan menambah potensikeracunan. Residu dapat pindah dari tangan kedahi yang
berkeringat atau daerah genital.Padadaerah ini kecepatan absorpsi sangat
tinggisehingga dapat lebih berbahaya dari pada tertelan.Paparan melalui oral dapat
berakibat serius, lukaberat atau bahkan kematian jika tertelan.Pestisida dapat tertelan
karena kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.

 KERACUNAN DAN TOKSISITAS PESTISIDA

Keracunan pestisida terjadi bila ada bahan pestisida yang mengenai dan/atau
masuk ke dalamtubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keracunan pestisida antara lain:

a) Dosis, dimana dosis pestisida berpengaruh langsungterhadap bahaya


keracunan pestisida, karenaitu dalam melakukan pencampuran pestisida
untuk penyemprotan petani hendaknya memperhatikan takaran atau dosis
yang tertera pada label. Dosis atau takaran yang melebihi aturan akan
membahayakan penyemprot itu sendiri.

8
b) Toksisitas senyawa pestisida, kesanggupan pestisida untuk membunuh
sasarannya.

Pestisida yang mempunyai daya bunuh tinggi dalam penggunaan dengan


kadar yangrendah menimbulkan gangguan lebih sedikit biladibandingkan dengan
pestisida dengan dayabunuh rendah tetapi dengan kadar tinggi.Toksisitas pestisida
dapat diketahui dari LD 50oral yaitu dosis yang diberikan dalam makananhewan-
hewan percobaan yang menyebabkan 50%dari hewan-hewan tersebut
mati.Toksisitaspestisida secara inhalasi juga dapat diketahui dariLC 50 yaitu
konsentrasi pestisida di udara yangmengakibatkan 50% hewan percobaan
mati.Makin rendah nilai LD 50/LC 50 maka makin toksis pestisida tersebut.

a. Jangka waktu atau lamanya terpapar pestisida.Paparan yang berlangsung


terus-meneruslebih berbahaya daripada paparan yangterputus-purus pada
waktu yang sama. Jadipemaparan yang telah lewat perlu diperhatikanbila
terjadi risiko pemaparan baru. Karenaitu penyemprot yang terpapar berulang
kalidan berlangsung lama dapat menimbulkankeracunan kronik.
b. Jalan masuk pestisida dalam tubuh. Keracunan akut atau kronik akibat kontak
denganpestisida dapat melalui mulut, penyerapanmelalui kulit dan saluran
pernafasan. Padapetani pengguna pestisida keracunan yangterjadi lebih
banyak terpapar melalui kulitdibandingkan dengan paparan melalui
saluranpencernaan dan pernafasan.

2.4 PETUNJUK PERTOLONGAN PERTAMA

Mencegah pasti lebih baik daripada mengobati, akan tetapi masih sering juga
pengguna pestisida mengalami keracunan sehingga perlu diketahui petunjuk-
petunjuk pertolongan pertama pada keracuna pestisida tersebut. Dalam hal ini
penanganan kasus keracunan memerlukan ketenangan, kerapihan, dan ketelitian
dalam melakukan bantuan pertolongan pertama agar jangan sampai ikut keracunan.
Perlu penilaian yang seksama atas situasi yang sebenarnya pada saat pemberian
pertolongan pertama. Jadi hal-hal yang perlu diketahui dan dilakukan adalah :

 Jika gejala keracunan mulai terasa dan timbul walaupun masih dalam gejala
yang dianggap ringan maka diharapkan berhenti bekerja menggunakan
pestisida dan periksakan diri ke dokter untuk mendapat pertolongan lebih
lanjut. Pemeriksaan ke dokter harus dilakukan sebelum terjadinya keadaan
yang berkembang menjadi gawat. Supaya bantuan dokter dapat dilakukan
dengan cepat maka beritahu nama pestisida yang menyebabkan keracunan,
frekuensi penggunaan, lamanya kontak dan bawalah label pestisida yang
digunakan. Pada label pestisida tercantum informasi bahan aktif produk yang
digunakan dan informasi tentang bantuan medis yang dapat diberikan
sehingga pertolongan dapat diberikan lebih cepat oleh dokter.

9
 Jika kulit, rambut, dan pakaian terkena pestisida maka segera cuci dengan
sabun dan gunakan air yang banyak.
 Jika pestisida mengenai mata maka segeralah cuci dengan air bersih yang
banyak selama minimal 15 menit secara terus menerus kemudian mata
ditutup dengan kapas bersih dan lengketkan dengan kain pembalut. Selama
pencucian mata, jangan sampai air pencuci masuk ke mulut sipenderita dan
terkontaminasi dengan mata yang sebelahnya serta jangan menggosok-gosok
mata.
 Jika debu, bubuk, uap, gas atau butir-butir semprotan terhisap melalui
pernafasan maka bawalah penderita ke tempat terbuka berudara segar,
pakaian dilonggarkan dan baringkan dengan dagu agak terangkat ke atas agar
dapat bernafas dengan bebas dan lancar. Jaga sipenderita dalam keadaan
tenang dan tidak kedinginan(jika perlu diselimuti tetapi tidak sampai terlalu
kepanasan) sebelum bantuan medis datang.
 Jika pestisida tertelan dan sipenderita masih dalam keadaan sadar, maka
diusahakan muntah dengan cara mencolek bagian belakang tenggorokan
dengan jari tangan atau dengan memberi minum larutan garam dapur
sebanyak satu sendok makan dalam segelas air hangat, atau memberi 3
sendok penuh arang aktif dalam setengah gelas air untuk diminumkan kepada
sipenderita. Diusahakan muntah sampai mengeluarkan cairan yang jernih.
Pada saat penderita mulai muntah, diusahakan mukanya menghadap ke
bawah, kepalanya agak direndahkan agar muntahnya tidak masuk ke paru-
paru dan dijaga agar muntahnya tidak menghalangi pernafasannya. Namum
perlakuan pemuntahan kepada sipenderita keracunan tidak boleh dilakukan
apabila :
1. Penderita dalam keadaan kejang atau tidak sadar.
2. Penderita telah menelan bahan yang mengandung minyak bumi.
3. Penderita telah menelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif
(secara kimia merusak jaringan hidup) dengan gejala rasa terbakar
atau nyeri sekali pada mulut dan kerongkongan.
 Jika bahan korosif tertelan dan penderita dalam keadaan sadar, maka diberi
minum susu atau putih telur dalam air, tetapi jika susu dan putih telur tidak
ada maka diberikan hanya air minum saja. Susu atau minyak tidak boleh
diberikan kepada sipenderita keracunan pestisida golongan organokhlor.
 Jika kejang maka diusahakan supaya kejangannya tidak mengakibatkan
cedera. Pakaian dilonggarkan terutama di sekitar leher, gigi palsu dilepas jika
ada, taruh bantal di bawah kepala, dan berikan ganjal diantara gigi mencegah
penderita menggigit bibir dan lidahnya sendiri. Diusahakan penderita diam
dan tenang dan yakinkan dia telah mendapat pertolongan yang benar.
Penjelasan yang meyakinkan dan dipercaya penderita akan membantu dan
meningkatkan keberhasilan pertolongan.
 Jika sipenderita tidak sadar maka diusahakan saluran pernafasannya tidak
tersumbat. Bersihkan hidungnya dari lendir atau muntahan, bersihkan mulut

10
dari air liur, lendir, sisa makanan dan gigi palsu dilepas jika ada. Jangan
memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar.
 Periksa penderita apakah mengalami gangguan pernafasan. Jika pernafasan
terhenti maka pastikan bahwa aliran udara sudah terbuka dengan menarik
dagunya ke depan. Kemudian berikan bantuan pernafasan dengan urutan
sebagai berikut :
1. Penderita dibaringkan dan dagunya ditarik ke depan.
2. Mulutnya dibersihkan dari sisa muntahan atau pestisida dengan
menggunakan kain bersih yang digulungkan pada jari tangan.
3. Hidungnya ditekan dan bernafaslah seperti biasa ke dalam mulutnya
kemudian tutup mulutnya dan tiup ke dalam hidungnya, lakukan
secara bergantian. Dadanya diperiksa apakah sudah mulai bergerak
dan teruskan bantuan pernafasan hingga sipenderita bernafas secara
normal. Setelah memberi bantuan pernafasan, sipemberi bantuan
pernafasan mencuci mulutnya dengan air bersih untuk menghindari
sisa racun dari sipenderita keracunan.
 Jika sipenderita keracunan berkeringat banyak dan badannya sangat panas
maka badannya didinginkan dengan menggunakan kompres dan jika
kedinginan maka badan sipenderita diselimuti.
 Jangan memaksa untuk menghentikan batuk-batuk atau kejang-kejang
sipenderita. Selipkan ganjalan diantara giginya untuk menghindari menggigit
lidahnya sendiri dan pastikan ganjalan tidak sampai mengganggu pernafasan
sipenderita. Sipenderita dijaga agar tidak melukai diri sendiri dan sipenderita
tidak memasukkan jarinya kemulutnya.
 Jangan dibiarkan sipenderita merokok, minum alkohol atau susu pada saat
memberikan pertolongan pertama karena dapat mempercepat penyerapan
beberapa pestisida oleh usus.
 Jangan merangsang penderita yang pingsan agar muntah dan jangan
masukkan benda apapun melalui mulut sipenderita yang pingsan.Setelah
diberikan pertolongan pertama maka sipenderita harus diperiksa secara medis
untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut oleh ahli medis atau dokter,
walaupun penderita terlihat sembuh atau merasa sembuh.Bila kecelakaan
keracunan telah berlalu, evaluasilah secara teliti penyebabnya dan tentukan
langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mencegah terulangnya kejadian
yang sama.
 Pencegahan Pestisida
Cara pencegahan keracunan pestisida adalah dengan :
1. Pada saat melakukan penyemprotan menggunakan alat pelindung diri dan
menyemprot searah mata angin
2. Mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan dengan air mengalir dan bahan pencuci
yang bisa melunturkan pestisida
3. Tidak menggunakan pestisida yang telah dilarang

11
4. Tempat penyimpanan jauh dari jangkauan anak-anak, diberi peringatan dan
memiliki ventilasi yang baik
5. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki.
6. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat yang
aman dan terkunci.
7. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur.
8. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan
mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada
bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan /lengan
dan wajah.
9. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau
detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari.

2.5 Macam Pestisida Nabati Dan Cara Pembuatannya

1. Pestisida Nabati Umbi Gadung


Umbi gadung mempunyai kandungan senyawa kimia diosgenin, steroid,
saponin, alkaloid dan fenol. Kandungan senyawa dalam umbi gadung ini
mampu mengendalikan ulat dan hama jenis penghisap (Hemiptera) contoh:
kepik, walang sangit, dan wereng.Cara membuat pestisida umbi gadung
sangat mudah dan murah bisa anda buat dengan peralatan dapur di rumah
anda, proses yaitu:
a. 500 gram umbi gadung ditumbuk atau diblender
b. Blender dengan menggunakan kain sifon yang halus
c. Tambahkan 10 liter air kemudian diaduk sampai homogen
d. Saring larutan
e. Semprotkan ke pertanaman
2. Pestisida Nabati Mimba
Mimba merupakan tanaman yang tumbuh dipinggir jalan atau dipematang
sawah. Tumbuhan ini kadang tidak sengaja ditanam. Daunnya dijadikan
makanan ternak kambing dan domba. Mimba mempunyai kandungan
senyawa kimia: azadirachtin Salanin, nimbenin, meliantriol. Bagian mimba
yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah biji dan daun.
Kandungan senyawa inilah yang memungkinkan mimba dapat digunakan
untuk mengendalikan hama ulat, hama pengisap, jamur dan bakteri. Hama
pengisap ini bisa dari beberapa jenis diantaranya dari jenis hemiptera seperti :
kepik, walang sangit dan wereng, jenis Lepidoptera yaitu kupu –kupu dengan
tipe penghisap berupa belalai, yaitu: penggerek batang, penggerek buah, ulat,

12
dll atau dari jenis Tisanoptera yaitu sebangsa kutu dengan tipe penghisap
berujung tajam.Cara pembuatan pestisida nabati dari biji mimba:
a. 200-300 gram biji mimba sebanyak 200 – 300 gr ditumbuk halus
b. hasil tumbukan biji mimba di direndam dalam 10 liter air dan
didiamkan cukup 1 malam.
c. Larutan diaduk sampai sudah campur semua lalu saring dengan kain
halus.
d. Larutan kemudian disemprotkan ke tanaman yang terserang hama dan
penyakit.
Cara pembuatan pestisida nabati dari daun mimba:
a. 1 kilogram daun mimba kering ditumbuk sampai halus
b. Kemudian direndam selama semalam dalam 10 liter air
c. Larutan diaduk pelan-pelan sampai rata lalu di saring dengan kain
halus.
d. kemudian disemprotkan ke tanaman yang terserang hama dan
penyakit tanaman.
3. Pestisida Nabati Srikaya dan Nona Seberang
Tanaman srikaya yang manis rasanya tersebut bisa digunakan sebagai
pestisida nabati loh. Yang dimanfaatkan dari srikaya adalah bijinya. Biji
srikaya mempunyai kandungan senyawa kimia annonain dan resin. Pestisida
nabati srikaya ini dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan hama jenis
pengisap dan ulat. Untuk membuat pestisida nabati dari srikaya dapat
dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
a. 15-25 gram biji srikaya ditumbuk sampai halus, dapat juga diblender
dengan blender tepung.
b. Tepung atau serbuk biji srikaya direndam dengan 1 liter air dan 1 gram
detergen
c. Aduk semua campuran sampai homogen
d. Larutan kemudian disaring dengan menggunakan kain halus
e. Hasilnya disemprotkan pada tanaman

Pestisida Nabati Daun Pepaya


Kandungan : Papain
Kegunaan : mengendalikan ulat dan hama pengisap.
Cara pembuatan :

a. Rajang kira-kira 1 kg daun pepaya yang segar.


b. Daun pepaya yang telah dirajang kemudian direndam dalam 10 liter air dan
2 sdm minyak tanah dan 50 gram detergen/ sabun colek selama semalam.
c. Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus.
d. Larutan yang telah di saring kemudian disemprotkan ke pertanaman.

13
5. Pestisida Nabati Biji Jarak
Biji jarak yang biasanya diolah menjadi minyak jarak ini dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Dalam bentuk larutan dapat digunakan untuk
mengendalikan hama ulat dan hama pengisap. Dalam bentuk serbuk atau
tepung pestisida biji jarak dapat digunakan untuk mengendalikan
nematode.Untuk membuat pestisida biji jarak dapat dilakukan cara berikut ini:
a. 0,75 gram biji jarak ditumbuk sampai halus
b. Dimasukkan dalam 2 liter air kemudian dipanaskan selama 10 menit
c. Larutan disaring dengan kain halus, bisa menggunakan kain sifon.
d. Ditambah dengan 10 liter air , kemudian diaduk
e. Larutan disemprotkan ke tanaman.
6. Pestisida Nabati Daun Sirsak
Tanaman sirsak ini juga merupakan tanaman buah yang sangat digemari.
Buahnya terasa manis dan masam. Buah sirsak ini paling nikmat bila dibuat
jus sirsak. Tetapi dalam hal ini daun sirsak dapat digunakan sebagai pestisida
nabati. Daun sirsak mengandung senyawa kimia golongan annanoin dan resin.
Senyawa kimia ini dapat mengendalikan hama trips. Cara pembuatannya
bagaimana ya ? begini caranya :
a. 50-100 lembar daun sirsak ditumbuk sampai halus.
b. Hasil tumbukan daun direndam dalam 5 liter air dan 15 gr detergen
(sabun colek atau lainnya).
c. Diamkan rendaman selama 12 jam (semalam)
d. Saring dengan kain halus
e. Tiap 1 liter larutan diencerkan dengan 10-15 liter air atau 1 tangki sprayer
diberi 1 liter larutan.
f. Disemprotkan pada tanaman
7. Pestisida Nabati Daun Sirsak dan Jeringau
Pestisida kali ini merupakan kombinasi antara daun sirsak dan jeringau
(deringu). Keduanya apabila digabungkan memiliki kandungan senyawa
kimia yang banyak, diantaranya : arosone, kalomenol, kolomen, kalameone,
metil eugenol, eugenol. Kombinasi 2 jenis pestisida nabati ini dapat
digunakan untuk mengendalikan hama wereng coklat pada padi. Berikut ini
cara pembuatan pestisida nabati daun sirsak dan jeringau:
a. 1 genggam daun sirsak dan 1m genggam rimpang jeringau dan 20
siung bawang putih ditumbuk halus.
b. Hasil tumbukan bahan tersebut direndam dengan 20 liter air dan 20
gram detergen.
c. Semua larutan direndam selama 2 hari
d. Saring semuanya dengan kain halus
e. Untuk aplikasi penyemprotan 1 tangki sprayer diberi 1 liter larutan
f. Semprotkan ke tanaman yang diserang hama wereng.

14
8. Pestisida Nabati Daun Sirsak dan Tembakau
Pestisida nabati berikut ini juga kombinasi antara 2 bahan yaitu daun sirsak
dan tembakau. Ya tembakau yang biasa di buat untuk rokok ini juga bisa
digunakan untuk mengendalikan hama loh. Hama yang dapat dikendalikan
dengan pestisida ini adalah belalang dan ulat.Cara pengendaliannya dapat
dilaksanakan cara berikut ini:
a. 50 lembar daun sirsak dan segenggam daun tembakau ditumbuk
sampai halus.
b. Bahan dimasukkan dalam 20 liter air dan 20 gr detergent (bisa sabun
colek).
c. Aduk rata dan diamkan selama semalam
d. Saring dengan kain halus.
e. larutan pekat ini dapat digunakan 4 kali penyemprotan (4 kali
knapsack sprayer).
f. Larutan disemprotkan ke tanaman.
9. Pestisida Nabati Mindi
Ternyata daun mindi juga dapat digunakan sebagai pertisida nabati. Pestisida
daun mindi ini dapat digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman.
Dalam bentuk rendaman daun mindi dapat digunakan untuk mengusir
belalang, sedangkan biji mindi segar dapat digunakan untuk mengendalikan
hama ulat plutella xylostella. Cara membuat pestisida nabati mindi sama
seperti cara pembuatan pestisida yang lain. Caranya yaitu:
a. 150 gram daun mindi pucuk segar direndam dalam 1 liter air selama
24 jam.
b. Hasil rendaman disaring dengan kain halus
c. 1 liter larutan diencerkan menjadi 20 liter.
d. Kemudian disemprotkan ke tanaman

2.6 Cara Pengelolaan Pestisida

Pestisida adalah bahan, produk atau campuran, termasuk bahan aktif


dan bahan-bahan lain yang digunakan untuk mengontrol, mencegah,
memusnahkan atau menjauhkan organisme pengganggu
tanaman yang merugikan manusia. Pestisida digolongkan berdasarkan
sasaran yang dikendalikan, yaitu insektisida (serangga), fungisida
(jamur), bakterisida (bakteri), nematisida (nematode/cacing), akarisida
(tungau, caplak, laba-laba), rodentisida (tikus), moluskisida (siput
telanjang), herbisida (gulma).

Dewasa ini pestisida sangat dirasakan manfaatnya oleh para petani,


terutama untuk melindungi tanaman dari kerusakan akibat jasad

15
pengganggu, dan dengan demikian melindungi produksi tanaman.
Malah sebagian besar petani, terutama yang mengusahakan tanaman
pangan dan sayuran, menganggap pestisida sebagai “dewa
penyelamat” bagi usahatani mereka karena menghindarkan kerugian
akibat serangan jasad pengganggu. Keyakinan petani tersebut
mengakibatkan kecenderungan meningkatnya penggunaan pestisida
dari waktu ke waktu.

Penggunaan pestisida yang tidak bijaksana dan terus-menerus saat ini


disadari telah menimbulkan efek yang merugikan terhadap kesehatan
manusia, mencemari lingkungan dan meningkatkan populasi
organisme pengganggu tanaman. Aplikasi pestisida tanpa perlindungan
yang memadai bagi penggunanya, yaitu dengan menggunakan baju
lengan panjang, celana panjang, masker dan lain-lain,secara lambat
laun akan mempengaruhi kesehatan orang yang sering
mengaplikasikan pestisida tersebut. Mereka dapat mengalami pusing-
pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-
muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka,
kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan
kematian. Racun pestisida dapat memasuki tubuh manusia melalui
mulut, kulit, mata maupun pernafasan. Selain bahaya langsung bagi
petani yang sering mengaplikasikan pestisida, terdapat bahaya tidak
langsung berupa residu pestisida di atas ambang batas yang
diperbolehkan bagi kita yang memakan produk pertanian yang
disemprot pestisida secara berlebihan. Pestisida bersifat karsinogenik
(membentuk jaringan kanker dalam tubuh) dan sebuah publikasi ilmiah
menjelaskan, seorang ibu yang secara rutin mengkonsumsi sayuran
yang disemprot pestisida, terdapat kelainan genetik yang berpotensi
menyebabkan bayi tersebut cacat tubuh sekaligus cacat mental.

Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena pestisida menyebar


melalui angin, melalui aliran air dan terbawa melalui tubuh organisme
yang dikenainya. Residu pestisida sintetis sulit terurai, bahkan pada
beberapa jenis pestisida, residunya dapat bertahan hingga puluhan
tahun. Pencemaran tersebut dapat mengakibatkan kematian dan bahkan
kepunahan spesies tertentu yang bukan organisme sasaran.
Akibat penggunaan pestisida yang mempengaruhi perkembangan populasi hama
adalah sebagai berikut :

1. Resistensi (ketahanan) hama, sehingga pestisida yang sebelumnya


efektif untuk mengendalikan hama pada dosis atau konsentrasi
yang dianjurkan menjadi tidak efektif lagi, akibat pestisida yang
sama digunakan secara kontinyu atau dosis yang tidak tepat.

16
2. Resurgensi, penggunaan pestisida berspektrum lebar dapat juga
meningkatkan populasi serangga sasaran akibat matinya musuh
alami, resistensi atau meningkatnya keperidian serangga sehingga
terjadi ledakan populasi hama tersebut.
3. Perubahan status hama, menurunnya populasi hama utama yang
dikendalikan oleh pestisida dapat meningkatkan daya kompetisi
hama sekunder sehingga lambat laun terjadi pergeseran status
hama, dari hama sekunder menjadi hama utama.
4. Matinya serangga musuh alami akibat aplikasi pestisida yang
berlebihan.
Dampak pestisida yang merugikan tersebut dapat diminimalisir dengan
menggunakan pestisida secara bijaksana dan tepat dengan menerapkan
manajemen pestisida. Manajemen pestisida berfokus pada
memaksimalkan bahan kimia sambil meminimalkan dampak yang
merugikan. Manajemen pestisida merupakan suatu komponen
dari Good Agricultural Practices (GAP) pada produksi sayuran dan
buah-buahan. Implementasi GAP dalam manajemen pestisida adalah
sebagai berikut : 1) gunakan pestisida yang teregister, 2) baca dan ikuti
instruksi label dan 3) praktekkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).

Penting untuk selalu membaca dan memahami label pestisida untuk


memungkinkan penggunaan produk secara tepat. Informasi yang
terdapat pada label adalah : informasi produk (bahan aktif dan kategori
toksisitas produk), petunjuk penggunaan (tanaman, target OPT, dosis,
interval penggunaan pestisida terakhir sebelum panen, kompatibilitas,
penyimpanan dan pembuangan serta nomer kontak pada keadaan
darurat), penggunaan dan penanganan yang tepat (sebelum
pencampuran, selama pencampuran, selama aplikasi dan setelah
penyemprotan) serta penyimpanan dan pembuangan wadah bekas
pestisida.
Klasifikasi Pestisida
Pestisida berdasarkan tipe formulasi, dapat diklasifikasikan sebagai berikut

a. Pestisida yang disemprotkan, biasanya dicampurkan dengan air


dan disemprotkan pada tanaman, bisa dalam bentuk :
konsentrat yang bisa diemulsikan, konsentrat yang dapat
dilarutkan, konsentrat terlarut, tepung yang dapat dilarutkan,
formulasi mikro dan lain-lain.
b. Butiran dan pelet adalah formulasi padat yang biasanya
diaplikasikan ke dalam tanah.
c. Fumigan digunakan dalam bentuk gas.

Klasifikasi pestisida berdasarkan cara kerja yaitu : racun perut yang


diabsorbsi pada saluran pencernaan, penetrasi racun kontak langsung ke organisme
pengganggu tanaman dan racun sistemik yang ditranslokasikan melalui sistem

17
vaskuler ke bagian-bagian tanaman yang berbeda.

Daya racun merupakan sifat-sifat fisiologis atau biologis yang


menentukan kapasitas bahan kimia untuk meracuni atau melukai.
Bahaya merujuk pada daya racun yang melekat pada suatu senyawa
yang beracun. Kode warna pada kemasan pestisida menunjukkan daya
racun pestisida tersebut. Pada bagian dasar label pestisida terdapat pita
label pestisida (model lama berupa dot/lingkaran). Pita label diberi
warna berdasarkan tingkat daya racun atau klasifikasi bahaya dari
pestisida tersebut. Pita coklat atau merah menunjukkan kategori I yaitu
pestisida yang sangat beracun (hampir seluruhnya sudah dilarang
beredar), pita kuning menunjukkan kategori II yaitu pestisida dengan
racun yang moderat, pita biru menunjukkan pestisida kategori III yang
agak beracun, sedangkan pita hijau menunjukkan kategori IV yaitu
pestisida yang relatif tidak beracun (daya racunnya rendah).

Penggunaan dan Penanganan Pestisida yang Tepat

Sebelum pencampuran pestisida, peralatan penyemprotan harus dicek,


pastikan sprayer dan nozzle dalam kondisi yang baik, tidak tersumbat
atau bocor. Gunakan pakaian pelindung yang lengkap yaitu : baju kerja
(baju lengan panjang dan celana panjang), masker/respirator,
kacamata, sepatu boot, sarung tangan dan topi (pelindung kepala).Pada
saat pencampuran pestisida pada wadah pencampur, gunakan gelas
atau tabung pengukur dalam mengukur formulasi konsentrasi pestisida
dan gunakan air bersih untuk mencampur pestisida. Jangan pernah
menggunakan tangan kosong untuk mencampur pestisida, gunakan
sarung tangan yang tepat pada saat proses pencampuran.
Selama aplikasi pestisida, jangan menyemprot melawan arah angin,
ganti kaus dan tutup kepala jika basah karena semprotan pestisida serta
jangan gosok wajah atau bagian tubuh lain dengan tangan yang

18
terkontaminasi. Setelah penyemprotan pestisida, jangan merokok dan
makan jika tangan tidak dicuci bersih dengan sabun dan air. Bersihkan
peralatan penyemprotan dengan cara membilas larutan pestisida yang
masih ada dengan deterjen dan air bersih.Ganti pakaian segera setelah
penyemprotan dan jangan gunakan lagi pada hari berikutnya bila
belum dicuci dengan air dan deterjen, mencuci baju kerja tersebut
harus terpisah dengan baju lainnya. Menyimpan pestisida harus dalam
ruang terkunci, jangan tempatkan pestisida dekat dengan wadah
makanan, harus jauh dari api atau barang yang mudah terbakar. Jangan
daur ulang botol yang telah digunakan sebagai wadah untuk minyak,
cuka, kecap & untuk bahan makan lainnya.Wadah bekas pestisida
harus dibuang ke lubang khusus pembuangan pestisida yang jauh dari
jangkauan manusia & hewan serta jauh dari sumber air, serta jangan
pernah membakar wadah bekas pestisida. Lubang pembuangan wadah
pestisida sebaiknya diberi lapisan abu dan serbuk gergaji di bagian
bawah maupun di bagian atas wadah bekas pestisida, setelah itu baru
ditutup dengan tanah.

Mengatasi Masalah Resistensi Hama


Masalah resistensi hama terhadap pestisida dapat dihindarkan dengan langkah-
langkah berikut ini :

1. Mempraktekan PHT dengan mengaplikasikan metode


pengendalian lain, misalnya metode kultur teknis, diantaranya :
pemupukan yang tepat, sanitasi, tanaman sela dan pemangkasan
(untuk tanaman seperti buah-buahan).
2. Pilih pestisida yang spesifik dan tidak membunuh organisme yang
menguntungkan atau musuh alami
3. Gunakan pestisida sesuai dengan dosis dan interval aplikasi yang
dianjurkan.
4. Gunakan peralatan yang tepat dan dipelihara dengan baik untuk
mengaplikasikan pestisida.
5. Gunakan ambang batas ekonomi untuk mulai melakukan
pengendalian dengan pestisida.
6. Lakukan pengendalian hama, jika memungkinkan, pada fase hidup
hama yang lemah sehingga lebih mudah dikendalikan.
7. Gunakan produk secara bergantian dengan produk yang berbeda
cara kerjanya.
8. Jangan mengaplikasikan produk yang sama bila terlihat tidak
efektif lagi, namun ubah ke pestisida yang cara kerjanya berbeda.
9. Campur pestisida yang berbeda kelas atau cara kerjanya dan
gunakan pada dosis yang direkomendasikan.
Pencegahan Pestisida
Cara pencegahan keracunan pestisida adalah dengan :
10. Pada saat melakukan penyemprotan menggunakan alat pelindung diri dan
menyemprot searah mata angin

19
11. Mencuci sayur-sayuran dan buah-buahan dengan air mengalir dan bahan pencuci
yang bisa melunturkan pestisida
12. Tidak menggunakan pestisida yang telah dilarang
13. Tempat penyimpanan jauh dari jangkauan anak-anak, diberi peringatan dan
memiliki ventilasi yang baik
14. Periksa bila ada kerusakan pada sprayer dan perbaiki.
15. Kembalikan pestisida yang tidak digunakan dan sprayer ke tempat yang
aman dan terkunci.
16. Hancurkan bekas wadah pestisida yang kosong dan dikubur.
17. Tanggalkan seluruh pakaian yang digunakan untuk menyemprot, dan
mandilah sampai bersih dengan memberikan perhatian khusus pada
bagian-bagian yang mungkin terkena pestisida, seperti tangan /lengan
dan wajah.
18. Pakaian yang digunakan untuk aplikasi dicuci dengan sabun atau
detergen, terpisah dengan pakaian sehari-hari.

20
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Penerapan teknologi di dalam memajukan industri pertanian mutlak


dibutuhkan untuk mencapai cita-cita ketahanan pangan. Salah satu di antara
pemanfaatan teknologi adalah penggunaan pestisida yang diformulasi dari bahan-
bahan kimia yang sangat ampuh dalammemberantas makhluk hidup pengganggu
tanaman.
Dengan teknologi ini, kehilangan hasil panen dapat diminimalisasi bahkan
dapat ditiadakan. Akan tetapi aspek pemanfaatan pestisida juga memiliki dampak
negatif terhadap lingkungan yang tak kalah dahsyatnyadengan manfaat positif yang
diperoleh.
Pencemaran berkaitan dengan penurunan populasi hewan dan atau mungkin
menimbulkanakibat buruk bagi manusia di sekitar.Untuk menanggulangi dampak
lingkungan di atas, beberapa hal yang perlu dilakukan sebagaitindakan perbaikan dan
pencegahan agar penurunan kualitas lingkungan tidak terjadi adalahdengan
memberikan sosialisasi peraturan terkait penggunaan pestisida secara aman dan
tepatsasaran, mengadakan pengarahan kepada pengguna, melakukan pengendalian hayati
dengan biokontrol dan bioremediasi, serta memperhatikan faktor kondisi lingkungan
pada saatmenggunakan pestisida.
Selain itu pengenalan terhadap golongan pestisida, tingkat toksisitas pestisida, serta cara
pencegahan keracunan juga harus dilakukan, tentunya agar dapat meminimalisir tingkat
keracunan akibat pestisida. Selain itu bagi mahasiswa analis kita harus lebih mampu dalam
pemeriksaan laboratoriumnya.

21
Daftar Pustaka

id.wikipedia.org/wiki/Pestisida
id.scribd.com/doc/79656765/Toksikologi-Pestisida
kesmas-unsoed.com/2011/05/makalah-pengertian-dan-penggolongan-pestisida.html

Anonim.2012. Akibat Pupuk dan Pestisida Kimia.http://carabudidaya.com.

Anonim.2013.Mengenal Beragam Pestisida dan Bahan


Aktifnya. http://pupukpestisida.com.

Roy. 2013. Bahaya Pestisida Kimia Bagi Manusia dan


Lingkungan.http://www.caramenanam.com.

Calumpang, S.M. 2013. Pesticide Management. National Crop Protection


Center. University of the Philippines Los Banos.
Trisyono.Y. A. 2006.Refleksi dan Tuntutan Perlunya Manajemen Pestisida. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai