Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari

matahari. Pada manusia, paparan radiasi sinar ultraviolet matahari (UVR) memiliki

manfaat positif terbukti secara signifikan membantu produksi vitamin D pada kulit

dan berpotensi memberikan efek kardio-protektif melalui sintesis nitric oxide

(Watson et al., 2014). Sebaliknya, paparan berlebihan terhadap UVR dikaitkan

dengan pembentukan katarak di lensa; kanker kulit; dan penuaan kulit dini (Watson et

al., 2014).

Proses penuaan pada kulit dibedakan menjadi proses menua intrinsik yakni proses

menua alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu dan proses menua ekstrinsik yakni

proses menua yang dipengaruhi factor eksternal yaitu pajanan sinar matahari

berlebihan (photoaging), polusi, kebiasaan merokok, dan nutrisi tidak berimbang.

Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak

terpajan matahari(Ardhie, 2011; Nouveau et al., 2016). Gambaran klinis penuaan

ekstrinsik akibat sinar matahari diantaranya keriput, depigmentasi/hiperpigmentasi


2

seperti solar lentigo, melasma didaerah yang terpajan sinar matahari seperti wajah,

leher, lengan ataupun kaki(Ardhie, 2011).

Terdapat perbedaan gambaran klinis penuaan kulit pada kulit putih dibandingkan

kulit Asia dan Afrika. Pada ras Asia, melasma lebih menonjol dibandingkan keriput,

yang umumnya baru akan muncul pada decade keenam, khususnya pada kelompok

yang banyak terpajan matahari. Kerusakan kulit akibat sinar UV ini berbeda pada

masing-masing ras, yang dipengaruhi oleh factor genetic dan jumlah pajanan sinar

UV. Perbedaan ini terutama ditentukan oleh system pertahanan terhadap UV. Pada ras

Asia dan Afrika melanin merupakan faktor utama. Sedangkan pada kulit putih

melanin kurang berperan dibandingkan peran penebalan stratum korneum(Ardhie,

2011).

Kerusakan kulit akibat radiasi sinar UV pada dasarnya akibat degradasi protein

matriks ekstraseluler, termasuk kolagen tipe 1, elastin, proteoglikan dan fibronektin.

Kerusakan tersebut diinduksi oleh sinar UV sehingga akan mempercepan timbulnya

penuaan pada kulit. Radiasi sinar UV membentuk ROS , meningkatkan aktivasi MAP

kinase, dan menginduksi munculnya matiks metallo proteinase, seperti MMP-1,-

3,dan-9 secara in vivo pada kulit manusia (Chiang et al., 2012). Oksigen tunggal

yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel

dan selanjutnya membentuk ROS yang baru. Terhadap melanosit, ROS dapat

menyebabkan efek paradoksikal karena dapat menimbulkan de- pigmentasi maupun

hiperpigmentasi, Di sisi lain, kerusakan DNA yang menstimulasi produksi pigmen


3

pada sel melanosit melalui peningkatan kadar tirosinase akan memicu

pigmentasi(Nouveau et al., 2016). Selain itu radiasi UV juga memicu penurunan

ekspresi transforming growth factor B (TGF-B) pada epidermis dan dermis yang

merupakan promotor sintesis kolagen. Hal itu yang menjelaskan terjadinya keriput

pada kulit yang mengalami photoaging(Ritti and Fisher, 2002).

Tanaman cempaka putih (Michelia alba) tergolong dalam famili Magnoliaceae(Li

et al., 2013). Tanaman cempaka putih ini merupakan tanaman khas Indonesia, banyak

ditemukan di daerah Jawa Tengah. Hampir seluruh bagian tanaman seperti kulit kayu,

daun, dan bunga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulitnya digunakan utnuk

mengobati demam, sifilis, gonorrhea, dan malaria(Chen et al., 2013). Daun Cempaka

Putih mampu mencegah kerusakan matriks ekstraseluler akibat sinar UVB dengan

menekan aktivitas kolagenase dan elastase, MMP-1, MMP-3 dan MMP-9, dan juga

sebagai suatu antioksidan, serta dapat meningkatkan kadar hyaluronic acid, dan

mengembalikan jumlah kolagen yang hilang akibat paparan sinar UVB (Chiang et al.,

2012). Kandungan (-)-anonaine dapat dimanfaatkan sebagai vasorelaksan, antibakteri,

antifungal, antioksidan, anticancer dan antidepresan(Li et al., 2013). (-)-N-

Formilanonain dari Cempaka Putih dapat menurunan aktifitas tyrosinase pada sel

melanosit epidermal manusia tanpa menjadi sitotoksik untuk sel manusia. (-)-N-

Formilanonain sebagai whitening agent lebih baik dibandingkan dengan kojic acid

dan 1-phenyl-2-thiourea (PTU) (Wang et al., 2010). Minyak atsiri dari Cempaka
4

Putih telah diteliti berfungsi sebagai antibacterial pada Propionibacterium acnes

(Luangnarumitchai, Lamlertthon and Tiyaboonchai, 2007).

Dewasa ini, penelitian untuk mencegah penuaan dini sedang marak. Penelitian

dilakukan untuk menemukan anti aging agent dari produk kimia ataupun herbal,

dengan berbagai sediaan secara topical ataupun oral. Berdasarkan data di atas peneliti

ingin melakukan penelitian untuk membuktikan pemberian krim ekstrak Cempaka

Putih dapat melemahkan aktifitas collagenase, elastase, tyrosinase pada mencit yang

dipapar sinar UV-B.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apakah pemberian krim ekstrak daun Cempaka Putih dapat menurunkan

aktifitas kolagenase pada dermis mencit yang dipapar sinar UVB?


2) Apakah pemberian krim ekstrak daun Cempaka Putih dapat menrunkan

aktifitas elastase dermis mencit yang dipapar sinar UVB?


3) Apakah pemberian krim ekstrak daun Cempaka Putih dapat menurunan

aktifitas tyrosinase dermis mencit yang dipapar sinar UVB?

1.3 Tujuan Penelitian


1) Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak Cempaka

Putih dapat melemahkan aktifitas collagenase pada mencit BALB-C akibat

paparan sinar ultraviolet-B


2) Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak Cempaka

dapat melemahkan aktifitas elastase pada mencit BALB-C akibat paparan

sinar ultraviolet-B
5

3) Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pemberian krim ekstrak Cempaka

dapat melemahkan aktifitas tyrosinase pada mencit BALB-C akibat paparan

sinar ultraviolet-B

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Ilmiah
Memberikan informasi mengenai pemberian krim ekstrak Cempaka Putih

dapat melemahkan aktifitas collagenase, elastase dan tyrosinase.


1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dapat membuka harapan untuk penelitian secara klinis krim

ekstrak Cempaka Putih dapat melemahkan aktifitas collagenase, elastase dan

tyrosinase selanjutnya pada manusia. Diharapkan dapat dipergunakan oleh

para dokter atau para medis sebagai salah satu terapi herbal dan masyarakat

Indonesia dapat memanfaatkan hasil alam negeri sendiri sebagai salah satu

cara dalam menghambat penuaan.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Penuaan
2.1.1.1 Pengertian Penuaan
6

Penuaan merupakan proses alamiah dalam kehidupan manusia. Menua erat

kaitannya dengan berbagai proses degeneratif. Menjadi tua atau aging adalah suatu

proses menghilangnya kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk

memperbaiki atau mengganti diri dan mempertahankan struktur, serta fungsi

normalnya. Akibatnya tubuh tidak dapat bertahan terhadap kerusakan atau

memperbaiki kerusakan tersebut. Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ

tubuh meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur,

otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Lpez-Otn et al.,

2013). Banyak teori diajukan dan berbagai penelitian dilakukan untuk mencegah

penuaan. Terjadinya radikal bebas akibat proses oksidatif merupakan teori yang

paling sering dianut. Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun

memperbaiki dampak penuaan (Ardhie, 2011;Pandel et al., 2013).

2.1.1.2 Patogenesis Penuaan

Kulit memiliki umur yang cukup lama, tapi seperti semua sistem lain, akhirnya

sel-sel tersebut akan mati akibat penuaan. Kulit juga merupakan indikator yang dapat

dilihat dari usia (Farage et al., 2013). Proses menua pada kulit dibedakan atas:

1) Proses menua intrinsik yakni proses menua alamiah yang terjadi sejalan

dengan waktu. Proses biologic/genetic clock yang berperan dalam me-


7

nentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah

diri dan kemudian mati, diyakini merupakan penyebab penuaan intrinsik.


2) Proses menua ekstrinsik yakni proses menua yang dipengaruhi faktor

eksternal yaitu pajanan sinar matahari berlebihan (photoaging), polusi,

kebiasaan merokok, dan nutrisi tidak berimbang. Pada penuaan ekstrinsik,

gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari.

Kedua tipe proses menua ini berkontribusi pada terjadinya penuaan pada kulit

(Ganceviciene et al., 2012).

Kesemua faktor tersebut dapat dicegah, diperlambat bahkan dihambat sehingga

usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik.

Proses penuaan mempengaruhi kulit dengan beberapa cara diantaranya epidermis

menipis dan tingkat turnover menjadi lebih lambat (Farage et al., 2013). Penuaan

kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi dari faktor

intrinsik (penuaan terprogram genetik) dan faktor ekstrinsik (lingkungan). Penuaan

intrinsik atau penuaan kronologis mengakibatkan perubahan disemua lapisan kulit.

Epidermis mengalami perlambatan regenerasi. Pada kulit usia muda, epidermal

turnover membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-

60 hari. Perlambatan ini mengakibatkan penipisan epidermis sehingga kulit tampak

translucent. Perlambatan regenerasi epidermis juga mengganggu fungsi pertahananan

dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak

kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal
8

junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan penurunan transfer nutrisi pada

epidermis dan dermis. Populasi melanosit di epidermis semakin berkurang dan

melanosit yang ada akan makin mengalami penurunan aktivitas(Wlaschek et al.,

2001).

Gambar 1. skema histologi kulit muda, intrinsik aging, photoaging

Kulit tua mngalami perubahan diskromik seperti bintik- bintik pigmentasi

(freckles), lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar matahari sebab kulit

menipis dan sedikit melanosit. Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-sel Langerhans,

Penurunan jumlah sel-sel Langerhans sampai 50 mg sehingga terjadi penurunan

imunitas kulit dan peningkatan resiko kanker kulit(Lpez-Otn et al., 2013;Farage et

al., 2013).
9

Gambar 2. Perbedaan penampang kulit muda dan tua (Farage et al., 2013)

Proses penuaan dimulai dengan menurunnya bahkan terhentinya fungsi berbagai

organ tubuh, sebagai akibatnya munculnya berbagai tanda dan gejala penuaan yang

terbagi atas perubahan fisik seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit

berkerut, penurunan daya ingat, fungsi seksual terganggu dan tanda psikis seperti

menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung. Proses

penuaan tidak terjadi serta merta begitu saja tetapi berlangsung secara bertahap (Park

and Yeo, 2013).

Banyak teori telah dikemukakan dalam upaya menjelaskan terjadinya proses

penuaan. Ada sembilan teori yang umumnya dianggap berkontribusi pada proses

penuaan dan bersama-sama menentukan fenotip penuaan.


10

Gambar 3. Teori teori penuaan: ketidakstabilan gen, telomere attrition, epigenetic alterations, hilangnya

proteostasis, de-regulated nutrient sensing , disfungsi mitokondria, cellular senescence, stem cell exhaustion, dan

altered intercellular communication (Lpez-Otn et al., 2013)

2.1.2 Matriks Ekstraseluler

Sebagian besar sel mamalia terletak di jaringan, tempat sel-sel tersebut dilingkupi

oleh suatu matriks ekstrasel yang kmpleks dan kerapkali disebut jaringan

penyambung. Matriks ini memiliki berbagai fungsi yang penting. Matriks ekstrasel

mengandung tiga kelompok utama biomolekul: 1. Protein struktural, kolagen, elastin

dan fibrilin; 2. Protein khusus tertentu seperti fibrilin, fibronektin dan laminin yang

memilik fungsi spesifik dalam matriks ekstrasel dan 3. Proteoglikan yang terdiri atas
11

rantai panjang disakarida berulang (glikosaminoglikan (GAG) yang dahulu disebut

mukopokisakarida) yang terikat pada protein inti spesifik (Murray and Davis, 2003).

2.1.2.1 Kolagen

Kolagen merupakan komponen utama dari jaringan ikat dan matriks ekstraseluler

di tubuh manusia. Kolagen merupakan material yang mempunyai kekuatan rentang

dan struktur yang berbentuk serat(Katili, 2009). Peran fisiologis serat kolagen di kulit

adalah untuk memberikan sifat tegangan yang memungkinkan kulit sebagai

pelindungi terhadap trauma eksternal. Dengan demikian kolagen termasuk sebagai

jaringan pengikat. Jaringan pengikat berkolagen terdiri dari serat, struktur ini

selanjutnya tersusun atas fibril kolagen, yang nampak seperti garis melintang. Fibril

ini terorganisasi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada fungsi biologi

jaringan pengikat itu. Pada urat, fibril kolagen disusun dalam untaian paralel yang

sating berhubungan silang dan berfungsi untuk menghasilkan struktur dengan

kekuatan tenting yang amat tinggi tanpa kemampuan meregang. Fibril kolagen dapat

menyangga sedikitnya 10.000 kali beratnya sendiri dan dapat dikatakan mempunyai

kekuatan lenting lebih besar dari penampang silang kawat tembaga dengan berat yang

sama. Pada kulit fibril kolagen membentuk suatu jaringan tidak teratur, terjalin dan

amat liat. Kulit hampir seluruhnya merupakan kolagen murni (Freedberg et al.,

2003;Katili, 2009). Susunan fibril kolagen pada berbagai jaringan pengikat, jika

diamati di bawah mikroskop elektron selalu mem- perlihatkan gari-garis melintang

yang khas, yang berulang pada selang 60 sampai 70 nm, tergantung pada sumber
12

kolagen. Selang terebut agak beragam, karena kolagen merupakan golongan protein

yang amat serupa, dengan beberapa variasi pada strukturnya, tergantung pada fungsi

anatomis dan spesies sumber. Kolagen yang paling umum dikenal mempunyai unit

berulang pada 64 nm (Katili, 2009).

Gambar 4. Serat kolagen pada dermis manusia dilihat dengan mikroskop elektron

Kolagen terdiri dari 3 rantai polipeptida dengan konformasi poliprolin yang

panjang. Setiap rantai polipeptida memiliki pengulangan Gly-X-Y triplet dimana

residu glycyl menempati setiap posisi ketiga dan posisi X dan Y ditempati oleh

prolin dan 4-hidroksiprolin. Ketiga rantai saling berkaitan melalui ikatan rantai

hydrogen. Ada 28 jenis kolagen pada vertebrata yang diberi nomor IXXVIII.

Kolagen di hasilkan oleh sel fibrolast. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang paling

banyak di jaringan ikat kulit. Selain itu kulit juga mengandung kolagen (III,V, VI),

elastin, proteoglikan dan fibronektin(Freedberg et al., 2003).


13

Awal polipeptida dibentuk di dalam ribosom dari retikulum endoplasma kasar

yang disebut rantai prokolagen , dimana terjalin dalam sistena retikulum

endoplasma sehingga terbentuk triple helices. Setiap asam amino ketiga pada rantai

disebut sebagai glisin; dua asam amino kecil lainnya terbanyak di dalam kolagen

dihidroksilasi setelah proses translasi menjadi bentuk hidroksiprolin dan hidroksilisin

(Freedberg et al., 2003).

2.1.2.2 Elastin

Elastin adalah bagian penting dari berbagai jaringan manusia yang menetukan

elastisitas. Jaringan tersebut adalah jaringan-jaringan ikat termasuk kulit, paru-paru

dan arteri. Elastin memberikan jaringan-jaringan elastisitas dengan kemampuan untuk

meregangkan dan kembali dan memainkan peran penting dalam mendukung dan

menjaga sel-sel sehat(Weiss, 2011; Bailey, 1978; Freedberg et al., 2003).

Di kulit, elastin paling banyak terletak di dermis. jaringan elastis ini disusun dari

serat-serat yang berjalan bersambungan meliputi serat dengan kandungan elastinnya

menurun, serat elastis yang matang, serat eulanin immature yang tipis dan serat

oxytalan(Weiss, 2011). Massa padat serat elastis dalam dermis reticular mendominasi

wilayah ini dan sangat penting untuk elastisitas keseluruhan kulit. Umumnya, yang

paling matang, serat elastin lebih tebal ditemukan jauh di dalam dermis, di mana

fungsi mereka sebagai jaringan elastin yang saling berhubungan. Protein tropoelastin

adalah komponen bangunan fundamental dari semua elastin. Hanya ada satu gen
14

tropoelastin (ELN) pada manusia, berbeda dengan banyak protein jaringan ikat

lainnya seperti kolagen yang dapat menjadi anggota besar, keluarga gen kompleks.

Ekspresi gen ELN tunggal ini terutama terjadi sebelum kelahiran dan dalam beberapa

tahun pertama kehidupan ketika sel-sel dari jaringan elastis menghasilkan elastin

diperlukan tubuh untuk berkembang. Dari usia muda, ekspresi ELN ditolak secara

substansial, hal tersebut membuat elastin berkurang, sehingga pada saat kita setengah

baya hanya sedikit jumlah elastin yang diproduksi dan mengandalkan sebagian besar

elastin yang disimpan di dalam rahim dan saat beberapa tahun pertama kehidupan.

Implikasi dari hal tersebut termasuk fakta bahwa jaringan ikat yang elastis bergantung

pada elastin yang persisten. Untuk tujuan ini, Elastin telah terbukti memiliki usia

sekitar 74 tahun dan merupakan protein abadi terpanjang dalam tubuh. Namun serat

elastin dapat mengalami kerusakan di kulit orang dewasa berikut, yang disebabkan

cedera serius seperti luka bakar; kerusakan akibat sinar matahari; atau, hanya sebagai

akibat dari penuaan, rendahnya tingkat produksi elastin bisa berarti kerusakan tidak

dapat diperbaiki secara efisien dan kulit secara bertahap kehilangan

elastisitasnya(Weiss, 2011).

Transkrip primer dari gen tunggal ELN disambung untuk memberikan bentuk

yang berbeda dari protein tropoelastin yang baik kekurangan atau mengandung

berbagai ekson, yang pada gilirannya menimbulkan bentuk tropoelastin yang dapat

sedikit berbeda dalam urutan protein mereka. Implikasi dari berbagai splicing ini

tidak jelas meskipun beberapa ekson selalu hadir, sementara yang lain kadang-kadang
15

disambung keluar. Misalnya, ekson 26A adalah unik untuk manusia dan tampaknya

disambung dalam jaringan kulit elastis sehat tetapi kadang-kadang hadir di bawah

kondisi kerusakan elastin, seperti berikut paparan UV (mis kerusakan kulit akibat

sinar matahari) atau akibat suhu ekstrim. Dengan demikian, mungkin bahwa beberapa

bentuk protein tropoelastin berhubungan dengan jaringan elastis yang sehat,

sementara bentuk lainnya yang berhubungan dengan cedera atau penyakit(Weiss,

2011).

Sebagai langkah kunci dalam sintesis elastin, banyak molekul tropoelastin

berasosiasi dan kemudian bersilangan, atau terhubung, untuk membentuk larut

elastin. Proses pembentukan serat elastin juga menyertakan sejumlah molekul lain.

Mikrofibril, dengan komponen utamanya fibrilin-1, adalah struktur yang hadir dalam

matriks ekstraselular sebagai awal pembentukan serat elastin. Bulatan - bulatan

tropoelastin yang bersilangan diperkenalkan dengan mikrofibril oleh molekul fibulin-

5 dan mungkin fibulin-4 dan ditambahkan pada pra- elastin. Fibulin-2 dapat bekerja

sama dengan fibulin-5 untuk membantu dalam pembentukan serat elastis. Emilin-1

juga dapat mengatur pembentukan serat oxytalan tapi tidak langsung muncul untuk

mengatur ekspresi elastin atau pengendapan (Nakatomi et al., 2011). Penyilangan

tropoelastin dilakukan oleh lysyl oksidase yaitu keluarga dari lima enzim (LOX dan

LOXL, LOXL 2-4) yang cenderung berkontribusi lebih pada proses silang. LOX pada

tikus menunjukkan penurunan persilangan elastin. Selain itu, LOX dan LOXL

keduanya telah terdeteksi oleh imunohistokimia di dermis dan epidermis preputium


16

dan dermal manusia yang setara serta tingkat ekspresi mereka telah terbukti menurun

seiring dengan bertambahnya usia(Bailey, 1978).

Gambar 5 Skema representasi dari pembentukan serat elastin.

Tropoelastin yang dibentuk kemudian disekresikan sebagai bentuk dewasa dari

protein ke dalam matriks ekstraselular. Tropoelastin ini terakumulasi pada permukaan

sel, pertama sebagai partikel kecil kemudian sebagai lebih besar, sekitar 1 mikron

spherules yang efektif secara besar-besaran berhubungan secara koaservasi dari

tropoelastin. Pada tahap selanjutnya , tropoelastin yang dioksidasi oleh enzim lysyl

oksidase pada bagian dari lysines yang kemudian berpartisipasi dalam reaksi

kondensasi aldol dan basis Schiff untuk membentuk persilangan. Bentuk elastin

diperkenalkan ke mikrofibril di ekstraseluler matriks oleh anggota keluarga protein

fibulin dimana serat elastin dirakit. Hasil akhir elastin adalah struktur yang sangat

stabil dan terus-menerus yang memiliki kemampuan mengesankan untuk memberikan

recoil ke jaringan manusia(Weiss, 2011).


17

Mengingat pentingnya elastin pada kulit dan kerusaknnya dalam proses penuaan,

tidak mengherankan bahwa berbagai upaya telah dilakukan untuk mempertahankan

atau menambah tingkat elastin. Perawatan bertujuan untuk memperbaiki atau

meregenerasi elastin pada jaringan dan harus mempertimbangkan semua molekul

yang terlibat dalam pembentukan serat elastin. Namun, seperti perkembangan serat

elastin, mereka akhirnya terdiri dari lebih dari 90% elastin dan integrasi tropoelastin

cukup menjadi serat elastin jelas target utama. Pendekatan pengobatan yang efektif

juga dibatasi karena tantangan fisik yang jelas mentransfer bahan dan / atau

perawatan di epidermis dan ke dalam dermis, sehingga preferensi untuk molekul yang

kecil dan perawatan fisik. Tretinoin atau semua-trans retinoic acid adalah molekul

kecil yang telah digunakan selama bertahun-tahun dalam formulasi topikal untuk

meningkatkan produksi elastin di kulit melalui peningkatan tropoelastin dan ekspresi

fibrilin serta sekresinya. Molekul seperti aldosteron dan reseptor antagonis

mineralokortikoid dapat berdampak pada deposisi serat elastin di kulit(Mecham et al.,

1997). Kedelai dan beras ekstrak juga dapat meningkatkan pembentukan elastin dan

dapat dikombinasi seng dan tembaga. Hipertermia dapat meningkatkan ekspresi

tropoelastin dan deposisi serat elastis (Murphy et al., 2010) meskipun ini dapat

mendorong tropoelastin yang berisi urutan dikodekan oleh ekson 26A, sebuah

wilayah yang terkait dengan struktur elastin abnormal. Ketika ekspersi retrovirus

yang berlebihan, matriks ekstraselular komponen V3 akan meningkatkan ekspresi

tropoelastin dalam sel penyakit. Baru-baru ini, ekstrak dill juga telah terbukti

memiliki potensi untuk mempromosikan pembentukan elastin dengan


18

mempromosikan sintesis LOXL dan sekresi ke dalam dermis(Weiss, 2011). Namun,

tantangan utama yang semua pendekatan di atas perlu diatasi adalah tingkat yang

sangat rendah ekspresi tropoelastin di kulit orang dewasa, yang berarti bahwa

perawatan tersebut cenderung hanya memiliki manfaat tambahan pada kerapatan

elastin kulit.

2.1.3 Melanin

Melanin adalah produk dari melanosit dan berfungsi untuk membedakan warna

kulit. Melanin disintesis dalam dua bentuk, yakni berwarna gelap-coklat kehitaman

(ditemukan pada rambut dan retina manusia) yang dinamakan eumelanin dan

pheomelanin yang berwarna kuning cerah. Tirosinase akan mengkatalis pembentukan

melanin dan tirosin yang dikenal dengan jalur Raper Manson 32. Tirosinase

mengubah tirosin menjadi DOPAquinon, dengan produk intermediet berupa DOPA

yang tetap terikat pada sisi aktif tirosinase. Proses ini mengubah DOPA menjadi

DOPAquinon. Step ini memungkinkan transisi ke ikatan dengan oksigen dengan

mereduksi tembaga pada sisi aktifnya. Dengan bantuan oksigen, tirosinase bisa

menggunakan tirosin dan DOPA sebagai substratnya. Yang menarik dari tirosinase

adalah DOPA dapat memicu maturasi tirosinase dangan menginduksi transport dari

RE ke Golgi. Tirosin menjadi DOPA dan DOPA menjadi DOPAquinon dikatalis oleh

enzim tirosinase. DOPA dapat dengan spontan teroksidasi menjadi melanin. Oleh

karena itu, kecepatan sintesis melanin dari tirosin dikendalikan oleh tahapan tirosin

menjadi DOPA DOPA dibutuhkan secara terus menerus untuk aktifitas dari tirosinase
19

sehingga terus menerus dapat berubah menjadi DOPAquinon. Salah satu mekanisme

adalah endocyclization spontan dari DOPAquinon menjadi cyclodopa. Jalur

alternative adalah DOPAquinon direduksi menjadi DOPA dengan mengoksidasigugus

sulfihidril pada tirosinase yang membentuk gugus disulfide yang diperlukan untuk

menstabilkan protein. Melanin adalah campuran pheomelanin dan eumelanin

monomer yang rasionya menentukan warna akhir dari kulit. Karakteristik melanin

adalah kemampuannya mengabsorbsi sinar UV dan memproteksi DNA dari

kerusakan. Akan tetapi, intermediet dari sintesis melanindan melanin sendiri bias

berbahaya. Quinon yang diproduksi tirosinase adalah bersifat sitotoksik dan

memediasi kematian sel apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi. Melanin dapat

bersifat fotoreaktif dan merusak DNA sengan memproduksi oksigen reaktif terhadap

kelebihan UVA. Peningkatan jumloah pheomelanin dan intermediet melanin

diekstrak dari kulit kerang menginduksi kerusakan DNA yang lebihtinggi pada kulit

terang tidak disebabkan oleh proteksi natural melainkan pheomelanin yang berlebihan

dan bersifat mutagenesis(Nouveau et al., 2016; Natarajan et al., 2014).


20

Gambar 6 sintesis melanin

Gambar 7. patogenesis terbentuknya melanin akibat sinar UV


21

2.1.4 Matriks Metalloproteinase

Matriks metaloproteinase (MMP) adalah suatu zinc-dependent endopeptidase yang

bertanggung jawab dalam degradasi jaringan ikat dermis. Sampai saat ini diketahui

ada 28 tipe MMP pada manusia. Masing-masing MMP mempunyai struktur dan

spesifitas yang berbeda seperti kolagenase, gelatinases, stromelysin, dan MMP tipe

membran disesuaikan dengan strukturnya, propeptide terminal amino; domain

katalitik; dan domain hemopeksin-like pada karboksi-terminal atau terikat pada

membran permukaan(Massova et al., 1998).

Tabel 1 Metalloproteinases (Massova et al., 1998)

subfamily MMP location substrates other names


gelatinases MMP- secreted gelatinase; elastin; fibronectin; gelatinase A
2 collagen I,IV,V,VII,X,XI; 72kDa gletinase
laminin;-amyloid protein
precursor
MMP- secreted gelatins;elastin;entactin;collagen gelatinase B
9 s IV,V,XIV; vitronectin 92 kDa
gelatinase
collagenases MMP- secreted collagens I,II,III,VII,X; gelatins, interstitial
1 entactin;aggrecan; link protein collagenase
fibroblast
collagenase
MMP- secreted collagens I,II,III; aggrecan; link neutrophil
8 protein collagenase
MMP- secreted collagen I,II,III collagenase 3
13 transin 1
MMP- secreted aggrecan, collagen IV, matrilysin
7 fibronectin, laminin, entactin, PUMP 1
vitronectin, casein, IGFBP-1
MMP- secreted aggrecan; collagen II,IV,V, stromelysin 2
10 fibronectin, gelatins, activate transin 2
procollagenase
22

MMP- secreted weakly fibronectin, laminin, stromelysin 3


11 collagen IV, aggrecan, gelatins,
IGFBP-1, 1-protease inhibitor
MMP- secreted elastin, fibronectin macrophage
12 metalloelastase
others MMP- - gelatin RASI-1,
19 occasianally as
stromelysin-4
MMP- secreted amelogenin enamelysin
20
MMP- - collagen IV, gelatin, fibronectin matrilysin-2
26 endometase
MMP- ND MMP-22,C-
27 MMP
MMP- secreted casein epilysin
28
MMP- membrane large tenascin-c, fibronectin, MT2-MMP
15 associated laminin, entactin, aggrecan,
perlecan
MMP- membrane collagen III, gelatin, casein, MT-3 MMP
16 associated fibronectin
MMP- membrane activates MMP2 bycleavage MT-4 MMP
17 associated
MMP- membrane ND CA-MMP
23A associated
MMP- membrane ND -
23B associated
MMP- membrane activates MMP2 by cleavage MT5-MMP
24 associated
MMP- membrane inactivates alpha-1 proteinase MT6-MMP
25 associated inhibitor
Sub family MMP Location Substrates Other names
Gelatinases MMP- Secreted Gelatinase A
2 Gelatins; elastin; fibronectin;
collagens I,IV,V,VII,X,XI;
laminin; -amyloid protein 72kDa
precusor gelatinase
23

2.1.4.1 KOLAGENASE

Kolagenase terdiri MMP-1, MMP-8, MMP-13 and MMP-18 (Xenopus).

Kolagenase memecah kolagen interstitial I, II, dan III di situs tertentu tiga perempat

dari N-terminus. Kolagenase juga membelah molekul ECM dan molekul non-ECM

lainnya. MMP-14 (MT1-MMP) dapat memecah kolagen fibril, namun masih banyak

kontroversi(Welgus, Jeffrey and Eisen, 1981).

Kolagenase interstisial (MMP-1) adalah enzim pertama yang ditemukan dari

famili MMP dan didefinisikan menurut kemampuannya dalam menguraikan kolagen

triple-helix yang resistan terhadap sebagian besar protease. Kolagenase kulit manusia

pada awalnya diisolasi dalam bentuk aktif dari medium kultur explant kulit dan

selanjutnya sebagai proenzim dari kultur fibroblas selapis. Banyak tipe sel lainnya,

termasuk keratinosit, sel sinovial, dan monosit-makrofag, yang mengekspresikan

sebagai enzim yang identik. Kolagenase interstisial, seperti halnya MMP lainnya,

mengandung zink intrinsik di tempat aktif dan membutuhkan kalsium untuk aktivitas

dan termostabilisasinya. Kolagenase ini memicu kejadian proteolitik yang

menyebabkan degradasi kolagen dan pergantian matriks ekstraseluler secara

keseluruhan. MMP-1 akan meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, sebagai

akibat fragmentasi serat kolagen dan disorganisasi susunan serat kolagen pada

dermis. Di antara 28 MMP yang terdapat pada kulit manusia normal, hanya tiga

secara signifikan diinduksi oleh paparan sinar UV yaitu MMP-1 (kolagenase), MMP-
24

3 (stromelysin1), dan MMP-9 (92-kDa gelatinase). Matriks metaloproteinase-1 dan

mRNA MMP-3 diinduksi 1000 kali lipat dalam waktu 24 jam setelah dipapar sinar

UV, sedangkan MMP-9 hanya enam kali lipat. Matriks metaloproteinase-1 pada

awalnya membelah prokolagen tipe I dan III pada kulit, pada satu lokasi di dalam

triple helix. Setelah kolagen dibelah oleh MMP-1, maka selanjutnya kolagen tersebut

semakin dirusak oleh peningkatan kadar MMP-3 dan MMP-9(Quan et al., 2013).

2.1.4.2 ELASTASE

Elastases adalah Enzim yang mendegradasi matriks untuk homeostasis jaringan

dan terutama diproduksi oleh sel-sel epitel di kulit, paru-paru dan neutrofil yang

berfungsi untuk mendegradasi elastin.. Elastase yang berasal dari neutrophil

memainkan peran utama dalam regulasi vaskular cedera dan peradangan, seperti

cedera iskemia-reperfusi. Elastases yang tersedia terikat pada membran dan terletak

intraseluler. Elastases intraseluler memecah protein asing, sedangkan elastases

ekstraseluler yang dikeluarkan oleh neutrofil dan sebagian besar terikat pada neutrofil

membran plasma, membantu neutrofil migrasi ke daerah inflamasi dengan

menurunkan berbagai protein daerah tersebut, seperti protein matriks ekstraselular.

Dalam kondisi normal, enzim ini berada di bawah control dari inhibitor endogen

seperti elafins 1- antitrypsin (1-AT), sekretori leukosit proteinase inhibitor, dan 2-

macroglobulin(Gopi, George and Sriraam, 2014). Namun, sejumlah besar radikal

oksigen dan protease yang dilepaskan oleh leukosit direkrut ke daerah peradangan

dapat menonaktifkan inhibitor endogen ini sehingga menyebabkan peradangan flare-


25

up yang berat dan luka pada jaringan. Organ target elastases yang lain adalah matriks

protein di kulit, yang menyampaikan integritas struktural dan fungsional untuk itu.

Selama proses kronologis penuaan peristiwa metabolisme seperti pembentukan

produk akhir glikasi maju dalam kulit menarik infiltrat inflamasi yang mengarah ke

pembentukan kerutan dan penyembuhan luka yang terganggu. Oleh karena inhibitor

elastase juga bisa berfungsi sebagai target terapi anti penuaan(Mecham et al., 1997).

Fibroblast dari berbagai sumber telah terbukti mengeluarkan

metalloproteinase yang telah diusulkan untuk mewakili faktor degradatif utama untuk

makromolekul matriks ekstraselular. di antara mereka adalah kolagenase, gelatinase,

dan proteoglycanase. Aktivitas mereka dikendalikan oleh inhibitor umum

metalloproteinase ditunjuk sebagai TIMP. Selain laminin, fibronektin, proteoglikan

dan kolagen IV larut, proteoglycanse juga ditemukan mampu menurunkan elastin.

dalam pandangan kurangnya specicity sebagai agen matris merendahkan

ekstraseluler, itu baru-baru ditunjuk sebagai stromelysin(Quan et al., 2013). Dalam

jaringan, serat elastis terdiri dari oxytalan, elaunin dan serat elastis yang matang.

Distribusi dan morfologi mereka berperan dalam perubahan besar selama proses

penuaan dan berbagai patologi. Hilangnya serat oxytalan dan fragementation dari

elaunin dan elastis serat yang menunjukan penuaan kulit manusia(Homsy et al.,

1988).

2.1.5 TIROSINASE
26

Melanin dibentuk dari tirosin dengan bantuan tirosinase, enzim ini termasuk

oksidase aerobic yang membutuhkan molekul oksigen dan tembaga agar fungsi

oksidasinya dapat berlangsung. Tirosinase merupakan enzim penetu kecepatan

biosintesa melanin yang berperan dalam mengkatalisa tiga reaksi yang berbeda dalam

pembentukan melanin (melanogenesis)(Nouveau et al., 2016; Wang et al., 2010),

yaitu:

1. hidroksilasi tirosin menjadi dihidroksi fenil alanine (DOPA)


2. oksidasi DOPA menjadi dopaquinon
3. oksidasi 5,6-dihidroksiindol (DHI) menjadi indolquinon

Dopaquinon diubah menjadi eumelanin dan pheomelanin melalui proses polimerisasi.

Gambar 8. alur sintesis melanis


27

Tirosinase atau polifenoloksidase adalah kompleks protein tembaga berfungsi

ganda yang bertanggung jawab dalam proses melanisasai pada manusia, hewan dan

pencoklatan tumbuhan. Tirosinase mengkatalisa reaksi dengan 2 mekanisme yang

berbeda, yaitu:

1. aktivitas kresolase atau hidroksilasi monofenol menjadi o-difenol


2. aktivitas katekolase atau oksidasi 0-difenol menjadi 0-quinon

Meskipun pigmen melanin dalam kulit manusia merupakan mekanisme pertahanan

utama terhadap radiasi sinar UV matahari, terutama UVA dan UVB, produksi

pigmentasi abnormal seperti melasma, freckles, senile lentigenes dan beberapa bentuk

hiperpigmentasi melanin dapat menimbulkan problematika estetika yang

serius(Natarajan et al., 2014).

2.1.6 Tanaman Cempaka Putih (Michelia alba)

2.1.6.1 Taksonomi dan Deskripsi Tanaman

Pohon cempaka adalah tanaman pekarangan yang sangat populer bukan saja di

Indonesia, namun hampir di seluruh negara-negara Asia Timur, dan dihargai untuk

bunganya yang memiliki aroma yang kuat. Di negara-negara lainpun pohon ini

dipanggil dengan nama yang hampir-hampir mirip, menandakan sejak dahulu bunga

dari pohon ini dimanfaatkan dan dihargai oleh keseluruhan komunitas masyarakat di

negara-negara Asia. Pohon ini dikenal dengan nama champaka, sampaka (Filipina),

champa (Laos), champa, champa-khao (Thailand) atau champak (Inggris). Bahkan


28

negara Laos, pada zaman dahulu dikenal dengan nama negeri champa(Chen et al.,

2008). Cempaka kemungkinan berasal dari India, kemudian menyebar ke berbagai

tempat di Asia hingga Cina Barat Daya, Indocina, Semenanjung Malaya, Sumatra,

Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil, tidak ditemukan di Sulawesi dan Papua.

Kemungkinan awalnya tumbuhan ini merupakan tumbuhan pekarangan, namun

ternaturalisasi menjadi tumbuhan hutan yang sangat mudah dijumpai di hutan-hutan

primer atau tepi hutan, hingga ketinggian 2100 m. Di Jawa ditanam sebagai tanaman

penghijauan atau pohon peneduh di tepi jalan. Jenis ini juga ditanam sebagai tanaman

hias di belahan dunia lain(Chen et al., 2013).

Cempaka termasuk dalam suku Magnoliaceae, suku yang terdiri dari tumbuhan

berupa pohon atau semak yang mengandung terpenoid aromatik, dengan alkaloid

yang biasanya tipe benzil-isoquinolin atau aporfin. Alkaoid aporfin adalah alkaloida

yang mengandung inti aporfin dalam struktur kimianya(Campisi and Robert, 2014).

Cempaka sering mengakumulasi silika terutama pada dinding sel dari epidermis

daun, kristal-kristal kecuali ca-oksalat sering terdapat pada parenkim, terdapat sel-sel

minyak atsiri terutama pada parenkim daun (Darmadi, 2009). Daun berseling atau

spiral, tunggal, kadang bercuping, tepi rata, dengan bintik transparan; daun penumpu

menyelubungi kuncup daun. Perbungaan dengan bunga tunggal yang terminal, sering

kelihatan aksiler. Bunga biseksual, aktinomorf, dengan reseptakulum yang

memanjang. Daun tenda (tepal) 6 hingga banyak, jelas, kadang 3 yang terluar

termodifikasi seperti daun kelopak (sepal), menyirap. Benang sari banyak, tangkai
29

sari tebal, pendek, tidak terdiferensiasi menjadi kepala sari yang jelas; serbuk sari

monosulkat (monosulcate). Bakal buah banyak, jelas, pada reseptakulum yang

memanjang, menumpang, dengan plasentasi lateral. Bakal biji biasanya dua tiap bakal

buah, kadang-kadang banyak. Tidak ada kelenjar madu. Buah ganda atau bumbung,

kadang berdaging. Biji dengan selaput biji berdaging berwarna merah atau jingga,

embrio kecil, dan endosperma homogen(Rozak, 2012).

Bunga cempaka putih (Michelia alba D.C) selama ini dikenal sebagai bahan

campuran pembuatan minyak wangi parfum dan wangi-wangian lainnya. Tanaman

cempaka putih merupakan habitus pohon, berkayu tinggi dengan ketiggian mencapai

30 meter, berdaun tunggal berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian pangkal

dan ujung runcing. Bunga berdiri sendiri dengan mahkota berwarna putih dan berbau

harum(Punjee et al., 2009).

Kayu cempaka berkualitas cukup baik dan sering digunakan sebagai furniture

karena memiliki struktur yang indah, namun di Indonesia kayunya jarang

diperdagangkan karena orang lebih menghargai bunganya yang harum. Kayu yang

dipergunakan biasanya berasal dari pohon yang sudah tidak berbunga.


30

Gambar 9. cempaka putih

Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnoliidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Magnoliaceae
31

Genus : Michelia

Spesies : Michelia alba DC.

2.1.6.2. Kandungan Kimia dan Transformasinya

Kandungan kimia dari daun cempaka putih (Michelia alba) adalah (-)-N-

Formylanonaine (1),(-)-oliveroline (2),(+)-nornuciferine (3), lysicamine (4),(+)-

cyperone (5),(+)-epi-yangambin (6), ficaprenol-10 (7), pheophytin a (8), aristophyll C

(9) and michephyll A (10). Diantara 10 senyawa tersebut, michephyll merupakan

senyawa yang baru. Aktivitas antioksidasinya adalah 10(Wang et al., 2010)(Xiao-po

et al., 2010).

Dalam kelanjutan dari program menuju studi tentang chemotaxonomy dan

biologis metabolit aktif dari tanaman Magnoliaceae, sebuah ekstrak MeOH daun M.

alba memberikan satu klorofil baru, michephyll A (36), dan 28 senyawa yang

diketahui, termasuk tujuh aporphines: [(-)- anonaine ( 1), (-)-norushinsunine (2), (-)-

ushinsunine (3), (-)-N-formylanonaine (4), (-)-N-acetylanonaine (5), (-)-oliveroline (6

), (+)-nornuciferine (7)]; tiga oxoaporphines: [lysicamine (10), liriodenine (11),

oxoxylopine (12)]; empat seskuiterpen: [michelenolide (13), costunolide (14), 11,13 -

dehydrolanuginolide (15), (+)-cyperone (16)]; dua lignan: syringaresinol [(+)- (17),

(+)-epi-yangambin (18)]; satu amida: [N-trans-feruloyltyramine ( 19)]; tiga

benzenoids: [p-hydroxybenzaldehyde (20), asam p-hydroxybenzoic (21),


32

methylparabene (22)]; satu triterpenoid: [ficaprenol-10 (28)]; dua steroid: [b-

sitosterol (29 ), stigmasterol (30)]; tiga senyawa alifatik: asam palmitat [(31), asam

stearat (32), asam linoleat (33)], dua klorofil: [pheophytin-a (34) dan aristophyll-C

(35)] (Chen et al., 2013).

Ekstrak MeOH batang M. alba memberikan 19 senyawa diketahui, termasuk

enam aporphines: [(-)- anonaine (1), (-)-norushinsunine (2), (-)-ushinsunine (3), (-)-

N-formylanonaine (4), (-)-roemerine (8), (-)-asimilobine (9)]; dua oxoaporphines:

[liriodenine (11), oxoxylopine (12)]; satu lignan: [( +)-syringaresinol (17)]; satu

amida: [N-trans-feruloyltyramine (19)]; enam benzenoids: [p-hydroxybenzaldehyde

(20), p-anisaldehyde (23), veratraldehyde (24), 3,4, 5-trimethoxybenzoic asam (25),

3,4-dimethoxybenzoic asam (26), eugenol (27)]; satu triterpenoid: [ficaprenol-10

(28)]; dua steroid: [b-sitosterol (29) dan stigmasterol (30 )] diisolasi dari daun dan

batang alba M. struktur dari ketiga senyawa tersebut telah diidentifikasi dengan

interpretasi data spektral.. Di antara mereka, 36 adalah furanone novel dan 1 adalah

unsur utama. Semua senyawa, kecuali 3, 11, 14 dan 15, ditemukan untuk pertama

kalinya dari tanaman ini (-.)-Anonaine (1) menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel

HeLa(Wang et al., 2010;Xiao-po et al., 2010).

Kandungan kimia dari cempaka putih adalah alkaloida dan zat samak. Kulit

kayu dan akarnya juga mengandung damar. Asam damar juga terdapat pada bijinya,

selain kandungan olein. Minyak atsiri banyak terkandung dalam bunga, biji, buah,

dan daun tanaman. Bunga cempaka putih adalah salah satu jenis bunga yang
33

menghasilkan miyak atsiri. Kebutuhan masyarakat akan minyak atsiri sebagai bahan

parfum dan antiseptik semakin meningkat. Minyak atsiri banyak terkandung dalam

bunga, biji, buah, dan daun tanaman(Punjee et al., 2009).

Sebuah penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengisolasi,

mengkarakterisasi, mengidentifikasi, dan menguji aktivitas minyak atsiri bunga

cempaka putih (Michelia alba) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus. Tahap penelitian yang dilakukan antara lain persiapan

sampel, isolasi minyak atsiri dengan metode destilasi uap-air, karakterisasi,

identifikasi komponen penyusunnya dengan menggunakan GC-MS, serta menguji

aktivitas antibakterinya terhadap bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratoris, dengan sampel yang digunakan

adalah bunga cempaka putih basah dan kering. Hasil penelitian menunjukkan: (1)

Rendemen minyak atsiri bunga cempaka putih basah dengan metode destilasi uap-air

sebesar 0,041 %, sedangkan dari bunga cempaka putih kering 0,084 %, (2) Minyak

atsiri bunga cempaka putih basah memiliki ciri berwarna kuning jernih, berat jenis

1,25 g/mL, indeks bias 1,49374, sedangkan dari bunga cempaka putih kering

memiliki ciri berwarna coklat jernih, berat jenis 1,44 g/mL, indeks bias 1,51722, (3)

Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam minyak atsiri bunga cempaka putih

basah ada 30 senyawa dengan 10 senyawa terbanyak antara lain 3,7-dimetil-1,6-

Oktadien-3-ol; miristcin; 1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil)-sikloheksana; etil-2-

metilbutirat; 1,2-dimetoksi-4-(2-propenil)- Benzena; Bicyclo[7.2.0]undec-4-ene,


34

4,11,11-trimethyl-8-methylene; 5-(2-ropenil)-1,3-Benzodioksol; 1,2,4a,5,6,8a-

heksahidro-4,7-dimetil-1-(1-metiletil)-Naphthalene; 3,7-dimetil-1,3,7oktatriena dan

3,7-dimetil-1,3,6-Oktatriena, sedangkan dari bunga kering ada 61 senyawa dengan

10 senyawa terbanyak antara lain ; trans-isocroweacin; 5-(2-propenil)-1,3-

Benzodioksol; 1-etenil-1-metil-2,4-bis(1-metiletenil)-sikloheksana; 1-metil-4-(5-

metil-1-metilen-4-heksenil sikloheksena; beta-selinene; 1,2,3,5,6,8a-heksahidro-4,7-

dimetil-1-(1-metiletil)-naftalena; kariophillen oksida; alfa-kopaene atau 1,3-dimetil-

8-(1-metiletil) Trisiklo[4.4.0.0(2,7)]dec-3-ene; Linalol; dan nonadekana, (4) Minyak

atsiri bunga cempaka putih basah dan kering bersifat antibakteri terhadap E.coli pada

konsentrasi 120 ppm dengan persen hambat masing-masing 47,606% dan 42,287 %,

(5) Minyak atsiri bunga cempaka putih basah dan kering bersifat antibakteri terhadap

S. aureus pada konsentrasi 500 ppm dengan persen hambat masing-masing 10,267 %

dan 23,889 %(Luangnarumitchai, Lamlertthon and Tiyaboonchai, 2007).

Pada kulit kayu cempaka putih mengandung alkaloid 0,15%, sedangkan daun

dan bunganya mengandung minyak atsiri. Selain kandungan tersebut, bunga, batang,

daun cempaka putih (Michelia alba) mengandung alkaloid mikelarbina dan

liriodenina(Bawa, 2011).

2.1.6.3. Manfaat Cempaka Putih

Secara medis, bunga, batang, daun kantil (Michelia alba) mengandung

alkaloid mikelarbina dan liriodenina yang mempunyai khasiat sebagai ekspektoran


35

dan diuretik. Karena kandungan yang dipunyainya, kantil dipercaya dapat menjadi

obat alternatif bagi berbagai penyakit seperti bronkhitis, batuk, demam, keputihan,

radang, prostata, infeksi saluran kemih, dan sulit kencing. Selain bermanfaat sebagai

ekspektoran dan diuretik, cempaka putih juga dapat bermanfaat sebagai

antipiretik(Chen et al., 2013).

Cempaka putih merupakan tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat

tradisional. Cempaka putih dapat digunakan sebagai obat untuk mengembalikan nafsu

makan. Obat dari cempaka putih ini sangat mudah untuk diramu sendiri. Cempaka

putih memiliki sifat yang khas, yaitu manis, pedas dan menghangatkan. Dengan sifat-

sifat yang dimiliki oleh cempaka tersebut, maka dapat berkhasiat untuk ekspektoran

(obat batuk) dan diuretik.

Pemanfaatan dari bagian-bagian tanaman cempaka putih, diantaranya:

1. Bunga

Bunga dari kantil (cempaka putih) dapat dimanfaatkan untuk mengobati bronkhitis,

batuk, demam, keputihan, radang, dan gangguan prostata. Minyak atsiri yang

dihasilkan dari bunga cempaka putih sebagai bahan parfum dan antiseptik.

2. Daun
36

Bagian daun cempaka putih dapat dimanfaatkan untuk mengobati bronkhitis dan

infeksi saluran kemih. Minyak atsiri yang dihasilkan dari bunga cempaka putih

sebagai bahan parfum dan antiseptik.

3. Kayu

Kayu cempaka berkualitas cukup baik dan sering digunakan sebagai furniture karena

memiliki struktur yang indah.

Ekstrak Cempaka Putih (Kantil) yang merupakan salah satu tanaman khas

Indonesia ini, telah dilaporkan mampu mencegah kerusakan matriks ekstraseluler

akibat sinar UVB dengan menekan aktivitas kolagenase dan elastase, MMP-1, MMP-

3 dan MMP-9, dan juga sebagai suatu antioksidan, serta dapat meningkatkan kadar

hyaluronic acid, dan mengembalikan jumlah kolagen yang hilang akibat paparan sinar

UVB(Chiang et al., 2012). (-)-N-Formilanonain dari Cempaka Putih dapat

menurunan aktifitas tyrosinase pada sel melanosit epidermal manusia tanpa menjadi

sitotoksik untuk sel manusia. (-)-N-Formilanonain sebagai whitening agent lebih baik

dibandingkan dengan kojic acid dan 1-phenyl-2-thiourea (PTU)(Wang et al., 2010).

Minyak atsiri dari Cempaka Putih telah diteliti berfungsi sebagai antibacterial pada

Propionibacterium acnes(Luangnarumitchai, Lamlertthon and Tiyaboonchai, 2007).


37

2.1.7 Photoaging

Photoaging adalah kelainan dan kerusakan kulit yang diakibatkan paparan kronis

sinar UV pada kulit yang memang sudah mengalami penuaan intrinsik. Banyak

fungsi kulit yang menurun seiring dengan bertambahnya usia kronologis, akan tetapi

pada photoaging terjadi lebih cepat. Jadi photoaging dianggap sebagai kondisi

makroskopis, mikroskopis dan fungsional kulit akibat pajanan kronik dan berulang

terutama disebabkan radiasi ultraviolet matahari atau sumber sinar buatan (Wlaschek

et al., 2001;Ritti and Fisher, 2002).

Secara in vitro diketahui bahwa bergantung dari panjang gelombangnya, radiasi

UV merupakan inisiator pembentukan ROS pada kulit. Berdasarkan panjang

gelombangnya, sinar UV dibedakan atas UVA (320- 400 nm), UVB (290-320 nm)

dan UVC (200-290 nm). Sinar UV yang dapat mencapai bumi dan kulit ha- nyalah 5-

10% UVB dan 90-95% UVA karena sebagi- an besar UVB dan UVC akan ditahan

oleh lapisan ozon. Selain faktor lapisan ozon, jumlah sinar UV juga dipengaruhi oleh

faktor musim, ketinggian, garis lintang dan waktu pajanan(Ardhie, 2011).

Sinar UVB terutama memicu produksi anion superoksida (+O2-) melalui aktivasi

nicotinamide adenin dinucleotide phosphate (NADPH) oksidase dan rantai reaksi

pernafasan di mitokondria. Sedangkan UVA terutama memicu terbentuknya 1O2.

Selain melalui aktivasi NADPH oksidase, 1O2 juga dibentuk melalui reaksi

fotokimiawi saat UVA diabsorpsi oleh riboflavin dan porfirin. Kromofor adalah
38

berbagai substansi pada kulit yang mampu menyerap UV. Sinar UVB yang diserap

oleh DNA, akan menyebabkan kerusakan langsung, sedangkan kro- mofor penyerap

UVA akan menimbulkan kerusakan melalui pembentukan ROS. Oksigen tunggal

yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel

dan selanjutnya membentuk ROS yang baru (Ardhie, 2011).

Proses oksidasi pada lipid dan protein yang ditimbulkannya akan menyebabkan

stres oksidatif seluler dan kerusakan DNA, serta menyebabkan berbagai kelainan

pada kulit. Diperkirakan setiap hari terjadi kerusakan DNA pada setiap sel manusia

aki- bat 10.000 reaksi oksidasi. Reaksi ini akan berdampak terhadap berbagai proses

kerusakan kulit antara lain photoaging, imunomodulasi, melanogenesis, dan

fotokarsinogenesis. Terhadap melanosit, ROS dapat menyebabkan efek paradoksikal

karena dapat menimbulkan depigmentasi maupun hiperpigmentasi, meskipun

mekanismenya masih belum diketahui pasti. Vitiligo merupakan contoh terjadinya

degenerasi melanosit akibat stres oksidatif. Di sisi lain, kerusakan DNA yang

menstimulasi produksi pigmen pada sel melanosit melalui peningkatan kadar

tirosinase akan memicu pigmentasi. Terhadap kolagen, ROS akan mengaktifkan

matrix metalloproteinase (MMP), suatu enzim yang berperan dalam degradasi

matriks ekstraselular dan penurunan sintesis kolagen.Selain itu radiasi UV juga

memicu penurunan ekspresi transforming growth factor B (TGF-B) pada epidermis

dan dermis yang merupakan promotor sintesis kolagen. Hal itu yang menjelaskan

terjadinya keriput pada kulit yang mengalami photoaging(Ardhie, 2011).


39

Secara histopatologis, kulit yang telah mengalami photoaging memperlihatkan

hilangnya polaritas epidermal atau kekacauan proses maturasi sel keratinosit.

Keratinosit menunjukkan gambaran atipik, terutama pada lapisan epidermis yang

lebih dalam. Ketebalan epidermis yang terlindung dari matahari dapat berkurang

seiring dengan bertambahnya usia, walaupun beberapa laporan memperlihatkan

bahwa jumlahnya masih relatif konstan. Terjadi penipisan atau pendataran taut

dermoepidermal yang dapat menyebabkan penampakan menyerupai atrofi seperti

yang terlihat pada poikiloderma(Wlaschek et al., 2001). Secara menyeluruh, jumlah

sel-sel pada dermis yang mengalami photoaging akan meningkat. Fibroblas

mengalami hyperplasia dengan banyak ditemukan infiltrat radang. Inflamasi kronis

yang terjadi pada kulit yang mengalami photoaging disebut heliodermatitis.

Mikrovaskuler juga mengalami perubahan dan dinding pembuluh darah menebal

akibat penumpukan basement membrane-like material. Fibroblast pada kulit yang

telah mengalami photoaging memanjang dan kolaps. Pada kulit yang mengalami

penuaan intrinsik akan memperlihatkan berkurangnya kolagen tipe I dan III, namun

hal yang sama akan terjadi lebih cepat pada daerah yang terpapar sinar matahari.

Jumlah serat elastin menurun seiring bertambahnya usia, namun pada kulit yang

terpapar matahari, jumlah serat elastin meningkat secara proporsional. Elastin yang

terakumulasi pada kulit abnormal akan menempati daerah yang seharusnya ditempati

serat serat kolagen. Suatu teori yang diajukan menyatakan bahwa peningkatan elastin

yang abnormal merupakan akibat dari proses bifasik yang berawal dari hiperplasia
40

jaringan elastik normal. Elastin menjadi abnormal dalam penampilannya karena efek

peradangan kronis (Nakajima et al., 2012;Natarajan et al., 2014).

Gambar 10. Kerusakan akibat sinar UV dan stress fisik pada kulit

2.2 Kerangka Pemikiran

Kerangka berpikir penelitian ini disusun berdasarkan latar belakang dan kajian

pustaka, perkembangan ilmu pengetahuan diketahui bahwa penuaan akibat sinar UV

merupakan proses yang dapat dicegah atau diobati. Seperti organ tubuh yang lain,

kulit manusia merupakan organ kompleks dan dinamis yang menunjukkan tanda-

tanda penuaan secara nyata.


41

MA

c MAE

c
MAE
Bagan 1. Kerangka Teori (Quan, 2016)

Krim
ekstrak FAKTOR
FAKTOR
daun EKSTERNAL
INTERNAL cempaka Gaya hidup
putih tidak sehat
Genetik
(Michelia Diet tidak
Radikal sehat
Bebas alba)
Polusi
Hormon lingkungan
Penurunan Stress
sistem
kekebalan Bahan Kimia
tubuh Rokok
Penuaan kulit tikus balb/c Radiasi
Ultraviolet
yang dipapar sinar UV-B :
Bahan
- ekspresi kolagenase (MMP-1) Kimiawi
- ekspresi elastase (MMP-12)
- ekspresi tyrosinase

Bagan 2. kerangka konsep

Keterangan gambar:

: Yang diteliti : Yang tidak diteliti


42

2.3. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah

1) Pemberian krim ekstrak daun cempaka putih melemahkan ekspresi

kolagenase (MMP-1) pada Mencit Balb/c yang dipapar sinar ultraviolet B.


2) Pemberian krim ekstrak daun cempaka putih melemahkan ekspresi elastase

(MMP-12) pada Mencit Balb/c yang dipapar sinar ultraviolet B.


3) Pemberian krim ekstrak daun cempaka putih melemahkan ekspresi tirosinase

pada Mencit Balb/c yang dipapar sinar ultraviolet B.


43

BAB III

METODOLOGI DAN BAHAN/OBJEK

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental, dengan menggunakan rancangan

penelitian post-test only control group design (Sastroasmoro and Ismael, 2011).

Rancangan ini digunakan pada penelitian secara in vivo. Rancangan penelitian dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Bagan Rancangan Penelitian


44

Keterangan :

P = Populasi

S = Sampel

R = Random

P0 = tanpa perlakuan (subjek hanya dipapar sinar UV-B, tanpa diolesi krim,

selanjutnya disebut kelompok kontrol).

P1 = perlakuan 1 ( subjek diolesi bahan dasar krim dan dipapar sinar UV- B,

selanjutnya disebut kelompok 1)

P2 = perlakuan 2 ( subjek diolesi krim ekstrak teh hijau dan dipapar sinar UV- B,

selanjutnya disebut kelompok 2).

O = Observasi jumlah kolagen dan kadar MMP-1 pada kelompok kontrol

O1 = Observasi jumlah kolagen dan kadar MMP-1 pada kelompok perlakuan 1.

O2 = Observasi jumlah kolagen dan kadar MMP-1 pada kelompok perlakuan 2.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran.
45

3.3 Sampel Penelitian

3.3.1 Kriteria inklusi :

1) Mencit jantan sehat

2) Strain balb/c

3) Umur 6-8 minggu

4) Berat badan 20-25 gram

5) Tampak aktif.

3.3.2 Kriteria drop out

Mencit mati saat penelitian berlangsung

3.3.3 Besar sampel penelitian

Penentuan besar sampel minimal subjek penelitian dengan menggunakan rumus

Federer (suprapto, 2000) :

(n 1) (t 1) 15

t = jumlah perlakuan

n = jumlah replikasi
46

Penelitian ini menggunakan 3 kelompok maka sesuai dengan rumus Federer (2008) :

(n 1) (t 1) 15

(n 1 ) (3 1) 15

2 (n 1) 15

2n 2 15

2n 15 + 2

n9

Tiap kelompok ditambah 10% sebagai cadangan ( 10% x 8= 0,9 1 ).

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah mencit tiap kelompok 10 ekor. Kelompok

penelitian terdiri 1 Kelompok Kontrol (10ekor) dan 2 Kelompok Perlakuan (20 ekor).

Kelompok Kontrol diberikan paparan ultraviolet dan tidak diberikan perlakuan, dan

Kelompok Perlakuan diberikan paparan ultraviolet, bahan dasar krim dan krim

ekstrak daun cempaka putih.

3.3.4 Tehnik penentuan sampel

Tehnik penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Dari populasi mencit balb C diadakan pemilihan sampel berdasarkan kriteria

inklusi.
47

b) Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk

mendapatkan jumlah sampel

Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara

random yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan, dari Kelompok Perlakuan

dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok Perlakuan 1 mencit diberikan bahan dasar

krim dan dipapar sinar ultraviolet, Kelompok Perlakuan 2 mencit diberikan paparan

sinar ultraviolet kemudian diberikan krim ekstrak daun cempaka putih.

3.4. Variabel Penelitian

3.4.1 Klasifikasi variabel penelitian

Variabel penelitian dibedakan menjadi :

1) Variabel Prakondisi : Variabel prakondisi adalah variabel yang merupakan

prasyarat bekerjanya variable bebas dan variabel tergantung, yaitu : paparan

sinar UV-B.
2) Variabel Bebas : Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi secara

langsung penelitian ini berlangsung yaitu : bahan dasar krim dan krim ekstrak

daun cempaka putih.


3) Variabel Tergantung: Variabel tergantung adalah variabel yang merupakan

hasil perlakuan variabel bebas yaitu kadar kolagenase, kadar elastase, dan

kadar tirosinase
4) Variabel Terkendali:
a. Strains mencit balb/c
b. Umur, berat badan mencit
c. Kuatnya cahaya, suhu, kelembaban, nutrisi, kandang
48

4.4.2 Hubungan antar variabel

variabel
variabel
variabel bebas
tergantung
prakondisi bahan dasar
kolagenase,
paparan sinar krim, krim
elastase, dan
UV-B ekstrak daun
tirosinase
cempaka putih
Variable terkendali

Strain mencit Umur, berat


badan mencit Kuatnya cahaya,
suhu, kelembaban, nutrisi,
kandang

Gambar 4.2 Bagan Hubungan Antar Variabel

4.4.3 Definisi Operasional Variabel

1) Daun cempaka putih yang digunakan daun yang usia kematangan daunnya

sedang (berwarna kehijauan) yang diambil dari kebun raya Bogor.


2) Ekstrak daun cempaka putih terbuat dari ekstraksi daun cempaka putih.
3) Bahan dasar krim adalah bahan untuk pembuatan krim yang tidak

mengandung bahan aktif seperti ekstrak daun cempaka putih. Komposisinya


49

yaitu cerra alba, sodium lauril sulfat, vaselin alba, propilen glikol, dan

aquadest.
4) Krim ekstrak daun cempaka putih 70% adalah krim yang mengandung ekstrak

daun cempaka putih yang dilarutkan dan dibuat sediaan topikal dalam bentuk

krim dengan komposisi 70% ekstrak cempaka putih dan 30% bahan dasar

krim.
5) Sinar ultraviolet B adalah jumlah intensitas sinar UVB yang diberikan berasal

dari mesin sinar UVB. Pajanan sinar UVB diberikan sebanyak 3 kali

seminggu selama 4 minggu dengan dosis total penyinaran sebesar 840

mJ/Cm2.
6) Ekspresi kolagenase (MMP-1) adalah terlacaknya sel fibroblast dermis yang

mengekspresikan MMP-1 yang diperiksa secara imunohistokimia.

Pengukurannya adalah menghitung jumlah sel dengan mikroskop Olympus

Bx51 dan pembesaran objektif 40 kali, yaitu sel fibroblast yang

mengekspresikan MMP-1 dibagi dengan jumlah semua sel fibroblast dalam

lima lapangan pandang dan dikalikan 100%, hasilnya dinyatakan dalam

satuan persen (%).


7) Ekspresi elastase (MMP-12) adalah terlacaknya sel fibroblast dermis yang

mengekspresikan MMP-12 yang diperiksa secara imunohistokimia.

Pengukurannya adalah menghitung jumlah sel dengan mikroskop Olympus

Bx51 dan pembesaran objektif 40 kali, yaitu sel fibroblast yang

mengekspresikan MMP-12 dibagi dengan jumlah semua sel fibroblast dalam

lima lapangan pandang dan dikalikan 100%, hasilnya dinyatakan dalam

satuan persen (%).


50

8) Ekspresi tirosinase adalah mengukur warna kulit dan jumlah melanin.


9) Mencit Balb/c yang digunakan adalah mencit balb/c jantan berumur 6-8

minggu dengan berat 20-25 gram. Rambut di area punggung dicukur,

kemudian diolesi krim ekstrak daun cempaka putih 70% sehari 2 kali, selama

1 bulan.
10) Kualitas-kuantitas kandang adalah kandang pemeliharaan dengan atap dari

kawat, dilengkapi dengan tempat makanan-minuman dan disediakan satu

kandang untuk tiap kelompok perlakuan yang berbeda tiap tikus, yaitu tiap

kandang berisi 10 tikus. Kualitas-kuantitas makanan berupa konsentrat

makanan ayam 30%, jagung giling 40% dan dedak 30%, sebanyak 12-25 gr/

ekor/ hari, diberikan secara ad libitum. Minuman yang diberikan secara tidak

terbatas (ad libitum). Suhu ruangan dipertahankan 20-25C. Kelembaban dan

pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Aliran udara dalam ruangan

harus lemah dan mantap (ruang berventilasi baik dengan penyinaran normal)

4.5. Bahan dan Alat Penelitian

4.5.1.Bahan penelitian

1. Krim ekstrak daun cempaka putih 70%

2. Lampu broadband Ultraviolet buatan tipe KN-4003 B


51

3. Pengukur dosis radiasi (Dosimetri)

4.5.2.Alat penelitian

1. Kandang tikus dengan kelengkapan tempat makanan dan minum

2. Timbangan analitik

3. Papan fiksasi

4. Jarum 26

5. Spuit 1 cc

6. Sarung tangan

7. Labu erlemeyer

8. Alat cukur

9. Scalpel beserta dengan pisaunya

10.Bahan habis pakai lainnya

11. Kaca obyek dan kaca penutup

12. Pewarnaan Picro Sirius red

13. Mikroskop cahaya

14. Optilab
52

15. Kamera LC Optilab

16. Alat tulis

4.5.3 Alur penelitian

30 EKOR MENCIT JANTAN

DIADAPTASI SELAMA 7 HARI

KELOMPOK KELOMPOK
PERLAKUAN 1 DIOLESI PERLAKUAN 2 DIOLESI
KELOMPOK KONTROL
BAHAN DASAR KRIM KRIM EKSTRAK DAUN
TANPA KRIM
CEMPAKA PUTIH 70%

DIPAPAR SINAR UV-B


DILAKUKAN
SELAMA 4 MINGGU
BIOPSI

PEMERIKSAAN EKSPRESI MMP-1,


MM-12 WARNA KULIT DAN
JUMLAH MELANIN

ANALISIS DATA

4.8. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul telah diproses dengan SPSS 20.0 for windows, dan

dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif
2. Uji Normalitas data
53

3. Uji Homogenitas
4. Transformasi Data
5. Analisis Komparatif
6. Analisis Pos Hoc.

Anda mungkin juga menyukai