BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ tubuh yang secara langsung terpapar sinar UV dari
matahari. Pada manusia, paparan radiasi sinar ultraviolet matahari (UVR) memiliki
manfaat positif terbukti secara signifikan membantu produksi vitamin D pada kulit
dengan pembentukan katarak di lensa; kanker kulit; dan penuaan kulit dini (Watson et
al., 2014).
Proses penuaan pada kulit dibedakan menjadi proses menua intrinsik yakni proses
menua alamiah yang terjadi sejalan dengan waktu dan proses menua ekstrinsik yakni
proses menua yang dipengaruhi factor eksternal yaitu pajanan sinar matahari
Pada penuaan ekstrinsik, gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak
seperti solar lentigo, melasma didaerah yang terpajan sinar matahari seperti wajah,
Terdapat perbedaan gambaran klinis penuaan kulit pada kulit putih dibandingkan
kulit Asia dan Afrika. Pada ras Asia, melasma lebih menonjol dibandingkan keriput,
yang umumnya baru akan muncul pada decade keenam, khususnya pada kelompok
yang banyak terpajan matahari. Kerusakan kulit akibat sinar UV ini berbeda pada
masing-masing ras, yang dipengaruhi oleh factor genetic dan jumlah pajanan sinar
UV. Perbedaan ini terutama ditentukan oleh system pertahanan terhadap UV. Pada ras
Asia dan Afrika melanin merupakan faktor utama. Sedangkan pada kulit putih
2011).
Kerusakan kulit akibat radiasi sinar UV pada dasarnya akibat degradasi protein
penuaan pada kulit. Radiasi sinar UV membentuk ROS , meningkatkan aktivasi MAP
3,dan-9 secara in vivo pada kulit manusia (Chiang et al., 2012). Oksigen tunggal
yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel
dan selanjutnya membentuk ROS yang baru. Terhadap melanosit, ROS dapat
ekspresi transforming growth factor B (TGF-B) pada epidermis dan dermis yang
merupakan promotor sintesis kolagen. Hal itu yang menjelaskan terjadinya keriput
et al., 2013). Tanaman cempaka putih ini merupakan tanaman khas Indonesia, banyak
ditemukan di daerah Jawa Tengah. Hampir seluruh bagian tanaman seperti kulit kayu,
daun, dan bunga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulitnya digunakan utnuk
mengobati demam, sifilis, gonorrhea, dan malaria(Chen et al., 2013). Daun Cempaka
Putih mampu mencegah kerusakan matriks ekstraseluler akibat sinar UVB dengan
menekan aktivitas kolagenase dan elastase, MMP-1, MMP-3 dan MMP-9, dan juga
sebagai suatu antioksidan, serta dapat meningkatkan kadar hyaluronic acid, dan
mengembalikan jumlah kolagen yang hilang akibat paparan sinar UVB (Chiang et al.,
Formilanonain dari Cempaka Putih dapat menurunan aktifitas tyrosinase pada sel
melanosit epidermal manusia tanpa menjadi sitotoksik untuk sel manusia. (-)-N-
Formilanonain sebagai whitening agent lebih baik dibandingkan dengan kojic acid
dan 1-phenyl-2-thiourea (PTU) (Wang et al., 2010). Minyak atsiri dari Cempaka
4
Dewasa ini, penelitian untuk mencegah penuaan dini sedang marak. Penelitian
dilakukan untuk menemukan anti aging agent dari produk kimia ataupun herbal,
dengan berbagai sediaan secara topical ataupun oral. Berdasarkan data di atas peneliti
Putih dapat melemahkan aktifitas collagenase, elastase, tyrosinase pada mencit yang
sinar ultraviolet-B
5
sinar ultraviolet-B
para dokter atau para medis sebagai salah satu terapi herbal dan masyarakat
Indonesia dapat memanfaatkan hasil alam negeri sendiri sebagai salah satu
BAB II
HIPOTESIS
kaitannya dengan berbagai proses degeneratif. Menjadi tua atau aging adalah suatu
memperbaiki kerusakan tersebut. Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ
tubuh meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung telur,
otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu kulit (Lpez-Otn et al.,
2013). Banyak teori diajukan dan berbagai penelitian dilakukan untuk mencegah
penuaan. Terjadinya radikal bebas akibat proses oksidatif merupakan teori yang
Kulit memiliki umur yang cukup lama, tapi seperti semua sistem lain, akhirnya
sel-sel tersebut akan mati akibat penuaan. Kulit juga merupakan indikator yang dapat
dilihat dari usia (Farage et al., 2013). Proses menua pada kulit dibedakan atas:
1) Proses menua intrinsik yakni proses menua alamiah yang terjadi sejalan
nentukan jumlah multiplikasi pada setiap sel sampai sel berhenti membelah
gambaran akan lebih jelas terlihat pada area yang banyak terpajan matahari.
Kedua tipe proses menua ini berkontribusi pada terjadinya penuaan pada kulit
usia harapan hidup dapat lebih panjang dengan kualitas hidup yang baik.
menipis dan tingkat turnover menjadi lebih lambat (Farage et al., 2013). Penuaan
kulit adalah proses biologi kompleks yang merupakan konsekuensi dari faktor
turnover membutuhkan waktu 28 hari, tetapi pada usia tua membutuhkan waktu 40-
dan perbaikan kulit. Korneosit berkumpul di permukaan kulit sehingga kulit tampak
kasar dan bersisik. Pada histologi kulit tua akan tampak penipisan dermo epidermal
8
junction sehingga meningkatkan kerapuhan kulit dan penurunan transfer nutrisi pada
2001).
(freckles), lentigines. Kulit tua juga mudah terbakar sinar matahari sebab kulit
menipis dan sedikit melanosit. Penuaan kulit juga mempengaruhi sel-sel Langerhans,
al., 2013).
9
Gambar 2. Perbedaan penampang kulit muda dan tua (Farage et al., 2013)
organ tubuh, sebagai akibatnya munculnya berbagai tanda dan gejala penuaan yang
terbagi atas perubahan fisik seperti massa otot berkurang, lemak meningkat, kulit
berkerut, penurunan daya ingat, fungsi seksual terganggu dan tanda psikis seperti
menurunnya gairah hidup, sulit tidur, mudah cemas, mudah tersinggung. Proses
penuaan tidak terjadi serta merta begitu saja tetapi berlangsung secara bertahap (Park
penuaan. Ada sembilan teori yang umumnya dianggap berkontribusi pada proses
Gambar 3. Teori teori penuaan: ketidakstabilan gen, telomere attrition, epigenetic alterations, hilangnya
proteostasis, de-regulated nutrient sensing , disfungsi mitokondria, cellular senescence, stem cell exhaustion, dan
Sebagian besar sel mamalia terletak di jaringan, tempat sel-sel tersebut dilingkupi
oleh suatu matriks ekstrasel yang kmpleks dan kerapkali disebut jaringan
penyambung. Matriks ini memiliki berbagai fungsi yang penting. Matriks ekstrasel
dan fibrilin; 2. Protein khusus tertentu seperti fibrilin, fibronektin dan laminin yang
memilik fungsi spesifik dalam matriks ekstrasel dan 3. Proteoglikan yang terdiri atas
11
mukopokisakarida) yang terikat pada protein inti spesifik (Murray and Davis, 2003).
2.1.2.1 Kolagen
Kolagen merupakan komponen utama dari jaringan ikat dan matriks ekstraseluler
dan struktur yang berbentuk serat(Katili, 2009). Peran fisiologis serat kolagen di kulit
jaringan pengikat. Jaringan pengikat berkolagen terdiri dari serat, struktur ini
selanjutnya tersusun atas fibril kolagen, yang nampak seperti garis melintang. Fibril
ini terorganisasi dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada fungsi biologi
jaringan pengikat itu. Pada urat, fibril kolagen disusun dalam untaian paralel yang
kekuatan tenting yang amat tinggi tanpa kemampuan meregang. Fibril kolagen dapat
menyangga sedikitnya 10.000 kali beratnya sendiri dan dapat dikatakan mempunyai
kekuatan lenting lebih besar dari penampang silang kawat tembaga dengan berat yang
sama. Pada kulit fibril kolagen membentuk suatu jaringan tidak teratur, terjalin dan
amat liat. Kulit hampir seluruhnya merupakan kolagen murni (Freedberg et al.,
2003;Katili, 2009). Susunan fibril kolagen pada berbagai jaringan pengikat, jika
yang khas, yang berulang pada selang 60 sampai 70 nm, tergantung pada sumber
12
kolagen. Selang terebut agak beragam, karena kolagen merupakan golongan protein
yang amat serupa, dengan beberapa variasi pada strukturnya, tergantung pada fungsi
anatomis dan spesies sumber. Kolagen yang paling umum dikenal mempunyai unit
Gambar 4. Serat kolagen pada dermis manusia dilihat dengan mikroskop elektron
residu glycyl menempati setiap posisi ketiga dan posisi X dan Y ditempati oleh
prolin dan 4-hidroksiprolin. Ketiga rantai saling berkaitan melalui ikatan rantai
hydrogen. Ada 28 jenis kolagen pada vertebrata yang diberi nomor IXXVIII.
Kolagen di hasilkan oleh sel fibrolast. Kolagen tipe 1 adalah jenis yang paling
banyak di jaringan ikat kulit. Selain itu kulit juga mengandung kolagen (III,V, VI),
endoplasma sehingga terbentuk triple helices. Setiap asam amino ketiga pada rantai
disebut sebagai glisin; dua asam amino kecil lainnya terbanyak di dalam kolagen
2.1.2.2 Elastin
Elastin adalah bagian penting dari berbagai jaringan manusia yang menetukan
meregangkan dan kembali dan memainkan peran penting dalam mendukung dan
Di kulit, elastin paling banyak terletak di dermis. jaringan elastis ini disusun dari
menurun, serat elastis yang matang, serat eulanin immature yang tipis dan serat
oxytalan(Weiss, 2011). Massa padat serat elastis dalam dermis reticular mendominasi
wilayah ini dan sangat penting untuk elastisitas keseluruhan kulit. Umumnya, yang
paling matang, serat elastin lebih tebal ditemukan jauh di dalam dermis, di mana
fungsi mereka sebagai jaringan elastin yang saling berhubungan. Protein tropoelastin
adalah komponen bangunan fundamental dari semua elastin. Hanya ada satu gen
14
tropoelastin (ELN) pada manusia, berbeda dengan banyak protein jaringan ikat
lainnya seperti kolagen yang dapat menjadi anggota besar, keluarga gen kompleks.
Ekspresi gen ELN tunggal ini terutama terjadi sebelum kelahiran dan dalam beberapa
tahun pertama kehidupan ketika sel-sel dari jaringan elastis menghasilkan elastin
diperlukan tubuh untuk berkembang. Dari usia muda, ekspresi ELN ditolak secara
substansial, hal tersebut membuat elastin berkurang, sehingga pada saat kita setengah
baya hanya sedikit jumlah elastin yang diproduksi dan mengandalkan sebagian besar
elastin yang disimpan di dalam rahim dan saat beberapa tahun pertama kehidupan.
Implikasi dari hal tersebut termasuk fakta bahwa jaringan ikat yang elastis bergantung
pada elastin yang persisten. Untuk tujuan ini, Elastin telah terbukti memiliki usia
sekitar 74 tahun dan merupakan protein abadi terpanjang dalam tubuh. Namun serat
elastin dapat mengalami kerusakan di kulit orang dewasa berikut, yang disebabkan
cedera serius seperti luka bakar; kerusakan akibat sinar matahari; atau, hanya sebagai
akibat dari penuaan, rendahnya tingkat produksi elastin bisa berarti kerusakan tidak
elastisitasnya(Weiss, 2011).
Transkrip primer dari gen tunggal ELN disambung untuk memberikan bentuk
yang berbeda dari protein tropoelastin yang baik kekurangan atau mengandung
berbagai ekson, yang pada gilirannya menimbulkan bentuk tropoelastin yang dapat
sedikit berbeda dalam urutan protein mereka. Implikasi dari berbagai splicing ini
tidak jelas meskipun beberapa ekson selalu hadir, sementara yang lain kadang-kadang
15
disambung keluar. Misalnya, ekson 26A adalah unik untuk manusia dan tampaknya
disambung dalam jaringan kulit elastis sehat tetapi kadang-kadang hadir di bawah
kondisi kerusakan elastin, seperti berikut paparan UV (mis kerusakan kulit akibat
sinar matahari) atau akibat suhu ekstrim. Dengan demikian, mungkin bahwa beberapa
2011).
elastin. Proses pembentukan serat elastin juga menyertakan sejumlah molekul lain.
Mikrofibril, dengan komponen utamanya fibrilin-1, adalah struktur yang hadir dalam
5 dan mungkin fibulin-4 dan ditambahkan pada pra- elastin. Fibulin-2 dapat bekerja
sama dengan fibulin-5 untuk membantu dalam pembentukan serat elastis. Emilin-1
juga dapat mengatur pembentukan serat oxytalan tapi tidak langsung muncul untuk
tropoelastin dilakukan oleh lysyl oksidase yaitu keluarga dari lima enzim (LOX dan
LOXL, LOXL 2-4) yang cenderung berkontribusi lebih pada proses silang. LOX pada
tikus menunjukkan penurunan persilangan elastin. Selain itu, LOX dan LOXL
dan dermal manusia yang setara serta tingkat ekspresi mereka telah terbukti menurun
sel, pertama sebagai partikel kecil kemudian sebagai lebih besar, sekitar 1 mikron
tropoelastin. Pada tahap selanjutnya , tropoelastin yang dioksidasi oleh enzim lysyl
oksidase pada bagian dari lysines yang kemudian berpartisipasi dalam reaksi
kondensasi aldol dan basis Schiff untuk membentuk persilangan. Bentuk elastin
fibulin dimana serat elastin dirakit. Hasil akhir elastin adalah struktur yang sangat
Mengingat pentingnya elastin pada kulit dan kerusaknnya dalam proses penuaan,
yang terlibat dalam pembentukan serat elastin. Namun, seperti perkembangan serat
elastin, mereka akhirnya terdiri dari lebih dari 90% elastin dan integrasi tropoelastin
cukup menjadi serat elastin jelas target utama. Pendekatan pengobatan yang efektif
juga dibatasi karena tantangan fisik yang jelas mentransfer bahan dan / atau
perawatan di epidermis dan ke dalam dermis, sehingga preferensi untuk molekul yang
kecil dan perawatan fisik. Tretinoin atau semua-trans retinoic acid adalah molekul
kecil yang telah digunakan selama bertahun-tahun dalam formulasi topikal untuk
1997). Kedelai dan beras ekstrak juga dapat meningkatkan pembentukan elastin dan
tropoelastin dan deposisi serat elastis (Murphy et al., 2010) meskipun ini dapat
mendorong tropoelastin yang berisi urutan dikodekan oleh ekson 26A, sebuah
wilayah yang terkait dengan struktur elastin abnormal. Ketika ekspersi retrovirus
tropoelastin dalam sel penyakit. Baru-baru ini, ekstrak dill juga telah terbukti
tantangan utama yang semua pendekatan di atas perlu diatasi adalah tingkat yang
sangat rendah ekspresi tropoelastin di kulit orang dewasa, yang berarti bahwa
elastin kulit.
2.1.3 Melanin
Melanin adalah produk dari melanosit dan berfungsi untuk membedakan warna
kulit. Melanin disintesis dalam dua bentuk, yakni berwarna gelap-coklat kehitaman
(ditemukan pada rambut dan retina manusia) yang dinamakan eumelanin dan
melanin dan tirosin yang dikenal dengan jalur Raper Manson 32. Tirosinase
yang tetap terikat pada sisi aktif tirosinase. Proses ini mengubah DOPA menjadi
mereduksi tembaga pada sisi aktifnya. Dengan bantuan oksigen, tirosinase bisa
menggunakan tirosin dan DOPA sebagai substratnya. Yang menarik dari tirosinase
adalah DOPA dapat memicu maturasi tirosinase dangan menginduksi transport dari
RE ke Golgi. Tirosin menjadi DOPA dan DOPA menjadi DOPAquinon dikatalis oleh
enzim tirosinase. DOPA dapat dengan spontan teroksidasi menjadi melanin. Oleh
karena itu, kecepatan sintesis melanin dari tirosin dikendalikan oleh tahapan tirosin
menjadi DOPA DOPA dibutuhkan secara terus menerus untuk aktifitas dari tirosinase
19
sehingga terus menerus dapat berubah menjadi DOPAquinon. Salah satu mekanisme
sulfihidril pada tirosinase yang membentuk gugus disulfide yang diperlukan untuk
monomer yang rasionya menentukan warna akhir dari kulit. Karakteristik melanin
kerusakan. Akan tetapi, intermediet dari sintesis melanindan melanin sendiri bias
memediasi kematian sel apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi. Melanin dapat
bersifat fotoreaktif dan merusak DNA sengan memproduksi oksigen reaktif terhadap
diekstrak dari kulit kerang menginduksi kerusakan DNA yang lebihtinggi pada kulit
terang tidak disebabkan oleh proteksi natural melainkan pheomelanin yang berlebihan
bertanggung jawab dalam degradasi jaringan ikat dermis. Sampai saat ini diketahui
ada 28 tipe MMP pada manusia. Masing-masing MMP mempunyai struktur dan
spesifitas yang berbeda seperti kolagenase, gelatinases, stromelysin, dan MMP tipe
2.1.4.1 KOLAGENASE
Kolagenase memecah kolagen interstitial I, II, dan III di situs tertentu tiga perempat
dari N-terminus. Kolagenase juga membelah molekul ECM dan molekul non-ECM
lainnya. MMP-14 (MT1-MMP) dapat memecah kolagen fibril, namun masih banyak
triple-helix yang resistan terhadap sebagian besar protease. Kolagenase kulit manusia
pada awalnya diisolasi dalam bentuk aktif dari medium kultur explant kulit dan
selanjutnya sebagai proenzim dari kultur fibroblas selapis. Banyak tipe sel lainnya,
sebagai enzim yang identik. Kolagenase interstisial, seperti halnya MMP lainnya,
mengandung zink intrinsik di tempat aktif dan membutuhkan kalsium untuk aktivitas
akibat fragmentasi serat kolagen dan disorganisasi susunan serat kolagen pada
dermis. Di antara 28 MMP yang terdapat pada kulit manusia normal, hanya tiga
secara signifikan diinduksi oleh paparan sinar UV yaitu MMP-1 (kolagenase), MMP-
24
mRNA MMP-3 diinduksi 1000 kali lipat dalam waktu 24 jam setelah dipapar sinar
UV, sedangkan MMP-9 hanya enam kali lipat. Matriks metaloproteinase-1 pada
awalnya membelah prokolagen tipe I dan III pada kulit, pada satu lokasi di dalam
triple helix. Setelah kolagen dibelah oleh MMP-1, maka selanjutnya kolagen tersebut
semakin dirusak oleh peningkatan kadar MMP-3 dan MMP-9(Quan et al., 2013).
2.1.4.2 ELASTASE
dan terutama diproduksi oleh sel-sel epitel di kulit, paru-paru dan neutrofil yang
memainkan peran utama dalam regulasi vaskular cedera dan peradangan, seperti
cedera iskemia-reperfusi. Elastases yang tersedia terikat pada membran dan terletak
ekstraseluler yang dikeluarkan oleh neutrofil dan sebagian besar terikat pada neutrofil
Dalam kondisi normal, enzim ini berada di bawah control dari inhibitor endogen
oksigen dan protease yang dilepaskan oleh leukosit direkrut ke daerah peradangan
up yang berat dan luka pada jaringan. Organ target elastases yang lain adalah matriks
protein di kulit, yang menyampaikan integritas struktural dan fungsional untuk itu.
produk akhir glikasi maju dalam kulit menarik infiltrat inflamasi yang mengarah ke
pembentukan kerutan dan penyembuhan luka yang terganggu. Oleh karena inhibitor
elastase juga bisa berfungsi sebagai target terapi anti penuaan(Mecham et al., 1997).
metalloproteinase yang telah diusulkan untuk mewakili faktor degradatif utama untuk
jaringan, serat elastis terdiri dari oxytalan, elaunin dan serat elastis yang matang.
Distribusi dan morfologi mereka berperan dalam perubahan besar selama proses
penuaan dan berbagai patologi. Hilangnya serat oxytalan dan fragementation dari
elaunin dan elastis serat yang menunjukan penuaan kulit manusia(Homsy et al.,
1988).
2.1.5 TIROSINASE
26
Melanin dibentuk dari tirosin dengan bantuan tirosinase, enzim ini termasuk
oksidase aerobic yang membutuhkan molekul oksigen dan tembaga agar fungsi
biosintesa melanin yang berperan dalam mengkatalisa tiga reaksi yang berbeda dalam
yaitu:
ganda yang bertanggung jawab dalam proses melanisasai pada manusia, hewan dan
berbeda, yaitu:
utama terhadap radiasi sinar UV matahari, terutama UVA dan UVB, produksi
pigmentasi abnormal seperti melasma, freckles, senile lentigenes dan beberapa bentuk
Pohon cempaka adalah tanaman pekarangan yang sangat populer bukan saja di
Indonesia, namun hampir di seluruh negara-negara Asia Timur, dan dihargai untuk
bunganya yang memiliki aroma yang kuat. Di negara-negara lainpun pohon ini
dipanggil dengan nama yang hampir-hampir mirip, menandakan sejak dahulu bunga
dari pohon ini dimanfaatkan dan dihargai oleh keseluruhan komunitas masyarakat di
negara-negara Asia. Pohon ini dikenal dengan nama champaka, sampaka (Filipina),
negara Laos, pada zaman dahulu dikenal dengan nama negeri champa(Chen et al.,
tempat di Asia hingga Cina Barat Daya, Indocina, Semenanjung Malaya, Sumatra,
Jawa dan Kepulauan Sunda Kecil, tidak ditemukan di Sulawesi dan Papua.
primer atau tepi hutan, hingga ketinggian 2100 m. Di Jawa ditanam sebagai tanaman
penghijauan atau pohon peneduh di tepi jalan. Jenis ini juga ditanam sebagai tanaman
Cempaka termasuk dalam suku Magnoliaceae, suku yang terdiri dari tumbuhan
berupa pohon atau semak yang mengandung terpenoid aromatik, dengan alkaloid
yang biasanya tipe benzil-isoquinolin atau aporfin. Alkaoid aporfin adalah alkaloida
yang mengandung inti aporfin dalam struktur kimianya(Campisi and Robert, 2014).
Cempaka sering mengakumulasi silika terutama pada dinding sel dari epidermis
daun, kristal-kristal kecuali ca-oksalat sering terdapat pada parenkim, terdapat sel-sel
minyak atsiri terutama pada parenkim daun (Darmadi, 2009). Daun berseling atau
spiral, tunggal, kadang bercuping, tepi rata, dengan bintik transparan; daun penumpu
menyelubungi kuncup daun. Perbungaan dengan bunga tunggal yang terminal, sering
memanjang. Daun tenda (tepal) 6 hingga banyak, jelas, kadang 3 yang terluar
termodifikasi seperti daun kelopak (sepal), menyirap. Benang sari banyak, tangkai
29
sari tebal, pendek, tidak terdiferensiasi menjadi kepala sari yang jelas; serbuk sari
memanjang, menumpang, dengan plasentasi lateral. Bakal biji biasanya dua tiap bakal
buah, kadang-kadang banyak. Tidak ada kelenjar madu. Buah ganda atau bumbung,
kadang berdaging. Biji dengan selaput biji berdaging berwarna merah atau jingga,
Bunga cempaka putih (Michelia alba D.C) selama ini dikenal sebagai bahan
cempaka putih merupakan habitus pohon, berkayu tinggi dengan ketiggian mencapai
30 meter, berdaun tunggal berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian pangkal
dan ujung runcing. Bunga berdiri sendiri dengan mahkota berwarna putih dan berbau
Kayu cempaka berkualitas cukup baik dan sering digunakan sebagai furniture
diperdagangkan karena orang lebih menghargai bunganya yang harum. Kayu yang
Klasifikasi Tanaman
Ordo : Magnoliales
Famili : Magnoliaceae
31
Genus : Michelia
Kandungan kimia dari daun cempaka putih (Michelia alba) adalah (-)-N-
et al., 2010).
biologis metabolit aktif dari tanaman Magnoliaceae, sebuah ekstrak MeOH daun M.
alba memberikan satu klorofil baru, michephyll A (36), dan 28 senyawa yang
diketahui, termasuk tujuh aporphines: [(-)- anonaine ( 1), (-)-norushinsunine (2), (-)-
sitosterol (29 ), stigmasterol (30)]; tiga senyawa alifatik: asam palmitat [(31), asam
stearat (32), asam linoleat (33)], dua klorofil: [pheophytin-a (34) dan aristophyll-C
enam aporphines: [(-)- anonaine (1), (-)-norushinsunine (2), (-)-ushinsunine (3), (-)-
(28)]; dua steroid: [b-sitosterol (29) dan stigmasterol (30 )] diisolasi dari daun dan
batang alba M. struktur dari ketiga senyawa tersebut telah diidentifikasi dengan
interpretasi data spektral.. Di antara mereka, 36 adalah furanone novel dan 1 adalah
unsur utama. Semua senyawa, kecuali 3, 11, 14 dan 15, ditemukan untuk pertama
kalinya dari tanaman ini (-.)-Anonaine (1) menunjukkan sitotoksisitas terhadap sel
Kandungan kimia dari cempaka putih adalah alkaloida dan zat samak. Kulit
kayu dan akarnya juga mengandung damar. Asam damar juga terdapat pada bijinya,
selain kandungan olein. Minyak atsiri banyak terkandung dalam bunga, biji, buah,
dan daun tanaman. Bunga cempaka putih adalah salah satu jenis bunga yang
33
menghasilkan miyak atsiri. Kebutuhan masyarakat akan minyak atsiri sebagai bahan
parfum dan antiseptik semakin meningkat. Minyak atsiri banyak terkandung dalam
cempaka putih (Michelia alba) sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli dan
adalah bunga cempaka putih basah dan kering. Hasil penelitian menunjukkan: (1)
Rendemen minyak atsiri bunga cempaka putih basah dengan metode destilasi uap-air
sebesar 0,041 %, sedangkan dari bunga cempaka putih kering 0,084 %, (2) Minyak
atsiri bunga cempaka putih basah memiliki ciri berwarna kuning jernih, berat jenis
1,25 g/mL, indeks bias 1,49374, sedangkan dari bunga cempaka putih kering
memiliki ciri berwarna coklat jernih, berat jenis 1,44 g/mL, indeks bias 1,51722, (3)
atsiri bunga cempaka putih basah dan kering bersifat antibakteri terhadap E.coli pada
konsentrasi 120 ppm dengan persen hambat masing-masing 47,606% dan 42,287 %,
(5) Minyak atsiri bunga cempaka putih basah dan kering bersifat antibakteri terhadap
S. aureus pada konsentrasi 500 ppm dengan persen hambat masing-masing 10,267 %
Pada kulit kayu cempaka putih mengandung alkaloid 0,15%, sedangkan daun
dan bunganya mengandung minyak atsiri. Selain kandungan tersebut, bunga, batang,
liriodenina(Bawa, 2011).
dan diuretik. Karena kandungan yang dipunyainya, kantil dipercaya dapat menjadi
obat alternatif bagi berbagai penyakit seperti bronkhitis, batuk, demam, keputihan,
radang, prostata, infeksi saluran kemih, dan sulit kencing. Selain bermanfaat sebagai
tradisional. Cempaka putih dapat digunakan sebagai obat untuk mengembalikan nafsu
makan. Obat dari cempaka putih ini sangat mudah untuk diramu sendiri. Cempaka
putih memiliki sifat yang khas, yaitu manis, pedas dan menghangatkan. Dengan sifat-
sifat yang dimiliki oleh cempaka tersebut, maka dapat berkhasiat untuk ekspektoran
1. Bunga
Bunga dari kantil (cempaka putih) dapat dimanfaatkan untuk mengobati bronkhitis,
batuk, demam, keputihan, radang, dan gangguan prostata. Minyak atsiri yang
dihasilkan dari bunga cempaka putih sebagai bahan parfum dan antiseptik.
2. Daun
36
Bagian daun cempaka putih dapat dimanfaatkan untuk mengobati bronkhitis dan
infeksi saluran kemih. Minyak atsiri yang dihasilkan dari bunga cempaka putih
3. Kayu
Kayu cempaka berkualitas cukup baik dan sering digunakan sebagai furniture karena
Ekstrak Cempaka Putih (Kantil) yang merupakan salah satu tanaman khas
akibat sinar UVB dengan menekan aktivitas kolagenase dan elastase, MMP-1, MMP-
3 dan MMP-9, dan juga sebagai suatu antioksidan, serta dapat meningkatkan kadar
hyaluronic acid, dan mengembalikan jumlah kolagen yang hilang akibat paparan sinar
menurunan aktifitas tyrosinase pada sel melanosit epidermal manusia tanpa menjadi
sitotoksik untuk sel manusia. (-)-N-Formilanonain sebagai whitening agent lebih baik
Minyak atsiri dari Cempaka Putih telah diteliti berfungsi sebagai antibacterial pada
2.1.7 Photoaging
Photoaging adalah kelainan dan kerusakan kulit yang diakibatkan paparan kronis
sinar UV pada kulit yang memang sudah mengalami penuaan intrinsik. Banyak
fungsi kulit yang menurun seiring dengan bertambahnya usia kronologis, akan tetapi
pada photoaging terjadi lebih cepat. Jadi photoaging dianggap sebagai kondisi
makroskopis, mikroskopis dan fungsional kulit akibat pajanan kronik dan berulang
terutama disebabkan radiasi ultraviolet matahari atau sumber sinar buatan (Wlaschek
gelombangnya, sinar UV dibedakan atas UVA (320- 400 nm), UVB (290-320 nm)
dan UVC (200-290 nm). Sinar UV yang dapat mencapai bumi dan kulit ha- nyalah 5-
10% UVB dan 90-95% UVA karena sebagi- an besar UVB dan UVC akan ditahan
oleh lapisan ozon. Selain faktor lapisan ozon, jumlah sinar UV juga dipengaruhi oleh
Sinar UVB terutama memicu produksi anion superoksida (+O2-) melalui aktivasi
Selain melalui aktivasi NADPH oksidase, 1O2 juga dibentuk melalui reaksi
fotokimiawi saat UVA diabsorpsi oleh riboflavin dan porfirin. Kromofor adalah
38
berbagai substansi pada kulit yang mampu menyerap UV. Sinar UVB yang diserap
oleh DNA, akan menyebabkan kerusakan langsung, sedangkan kro- mofor penyerap
yang merupakan ROS utama di permukaan kulit ini, dapat menyerang membran sel
Proses oksidasi pada lipid dan protein yang ditimbulkannya akan menyebabkan
stres oksidatif seluler dan kerusakan DNA, serta menyebabkan berbagai kelainan
pada kulit. Diperkirakan setiap hari terjadi kerusakan DNA pada setiap sel manusia
aki- bat 10.000 reaksi oksidasi. Reaksi ini akan berdampak terhadap berbagai proses
degenerasi melanosit akibat stres oksidatif. Di sisi lain, kerusakan DNA yang
dan dermis yang merupakan promotor sintesis kolagen. Hal itu yang menjelaskan
lebih dalam. Ketebalan epidermis yang terlindung dari matahari dapat berkurang
bahwa jumlahnya masih relatif konstan. Terjadi penipisan atau pendataran taut
telah mengalami photoaging memanjang dan kolaps. Pada kulit yang mengalami
penuaan intrinsik akan memperlihatkan berkurangnya kolagen tipe I dan III, namun
hal yang sama akan terjadi lebih cepat pada daerah yang terpapar sinar matahari.
Jumlah serat elastin menurun seiring bertambahnya usia, namun pada kulit yang
terpapar matahari, jumlah serat elastin meningkat secara proporsional. Elastin yang
terakumulasi pada kulit abnormal akan menempati daerah yang seharusnya ditempati
serat serat kolagen. Suatu teori yang diajukan menyatakan bahwa peningkatan elastin
yang abnormal merupakan akibat dari proses bifasik yang berawal dari hiperplasia
40
jaringan elastik normal. Elastin menjadi abnormal dalam penampilannya karena efek
Gambar 10. Kerusakan akibat sinar UV dan stress fisik pada kulit
Kerangka berpikir penelitian ini disusun berdasarkan latar belakang dan kajian
merupakan proses yang dapat dicegah atau diobati. Seperti organ tubuh yang lain,
kulit manusia merupakan organ kompleks dan dinamis yang menunjukkan tanda-
MA
c MAE
c
MAE
Bagan 1. Kerangka Teori (Quan, 2016)
Krim
ekstrak FAKTOR
FAKTOR
daun EKSTERNAL
INTERNAL cempaka Gaya hidup
putih tidak sehat
Genetik
(Michelia Diet tidak
Radikal sehat
Bebas alba)
Polusi
Hormon lingkungan
Penurunan Stress
sistem
kekebalan Bahan Kimia
tubuh Rokok
Penuaan kulit tikus balb/c Radiasi
Ultraviolet
yang dipapar sinar UV-B :
Bahan
- ekspresi kolagenase (MMP-1) Kimiawi
- ekspresi elastase (MMP-12)
- ekspresi tyrosinase
Keterangan gambar:
2.3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis penelitian yang dapat diajukan adalah
BAB III
penelitian post-test only control group design (Sastroasmoro and Ismael, 2011).
Rancangan ini digunakan pada penelitian secara in vivo. Rancangan penelitian dapat
Keterangan :
P = Populasi
S = Sampel
R = Random
P0 = tanpa perlakuan (subjek hanya dipapar sinar UV-B, tanpa diolesi krim,
P1 = perlakuan 1 ( subjek diolesi bahan dasar krim dan dipapar sinar UV- B,
P2 = perlakuan 2 ( subjek diolesi krim ekstrak teh hijau dan dipapar sinar UV- B,
Padjadjaran.
45
2) Strain balb/c
5) Tampak aktif.
(n 1) (t 1) 15
t = jumlah perlakuan
n = jumlah replikasi
46
Penelitian ini menggunakan 3 kelompok maka sesuai dengan rumus Federer (2008) :
(n 1) (t 1) 15
(n 1 ) (3 1) 15
2 (n 1) 15
2n 2 15
2n 15 + 2
n9
Berdasarkan rumus diatas maka jumlah mencit tiap kelompok 10 ekor. Kelompok
penelitian terdiri 1 Kelompok Kontrol (10ekor) dan 2 Kelompok Perlakuan (20 ekor).
Kelompok Kontrol diberikan paparan ultraviolet dan tidak diberikan perlakuan, dan
Kelompok Perlakuan diberikan paparan ultraviolet, bahan dasar krim dan krim
inklusi.
47
b) Dari jumlah sampel yang telah memenuhi syarat diambil secara random untuk
Dari sampel yang telah dipilih kemudian dibagi menjadi 2 kelompok secara
random yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan, dari Kelompok Perlakuan
krim dan dipapar sinar ultraviolet, Kelompok Perlakuan 2 mencit diberikan paparan
sinar UV-B.
2) Variabel Bebas : Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi secara
langsung penelitian ini berlangsung yaitu : bahan dasar krim dan krim ekstrak
hasil perlakuan variabel bebas yaitu kadar kolagenase, kadar elastase, dan
kadar tirosinase
4) Variabel Terkendali:
a. Strains mencit balb/c
b. Umur, berat badan mencit
c. Kuatnya cahaya, suhu, kelembaban, nutrisi, kandang
48
variabel
variabel
variabel bebas
tergantung
prakondisi bahan dasar
kolagenase,
paparan sinar krim, krim
elastase, dan
UV-B ekstrak daun
tirosinase
cempaka putih
Variable terkendali
1) Daun cempaka putih yang digunakan daun yang usia kematangan daunnya
yaitu cerra alba, sodium lauril sulfat, vaselin alba, propilen glikol, dan
aquadest.
4) Krim ekstrak daun cempaka putih 70% adalah krim yang mengandung ekstrak
daun cempaka putih yang dilarutkan dan dibuat sediaan topikal dalam bentuk
krim dengan komposisi 70% ekstrak cempaka putih dan 30% bahan dasar
krim.
5) Sinar ultraviolet B adalah jumlah intensitas sinar UVB yang diberikan berasal
dari mesin sinar UVB. Pajanan sinar UVB diberikan sebanyak 3 kali
mJ/Cm2.
6) Ekspresi kolagenase (MMP-1) adalah terlacaknya sel fibroblast dermis yang
kemudian diolesi krim ekstrak daun cempaka putih 70% sehari 2 kali, selama
1 bulan.
10) Kualitas-kuantitas kandang adalah kandang pemeliharaan dengan atap dari
kandang untuk tiap kelompok perlakuan yang berbeda tiap tikus, yaitu tiap
makanan ayam 30%, jagung giling 40% dan dedak 30%, sebanyak 12-25 gr/
ekor/ hari, diberikan secara ad libitum. Minuman yang diberikan secara tidak
pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari. Aliran udara dalam ruangan
harus lemah dan mantap (ruang berventilasi baik dengan penyinaran normal)
4.5.1.Bahan penelitian
4.5.2.Alat penelitian
2. Timbangan analitik
3. Papan fiksasi
4. Jarum 26
5. Spuit 1 cc
6. Sarung tangan
7. Labu erlemeyer
8. Alat cukur
14. Optilab
52
KELOMPOK KELOMPOK
PERLAKUAN 1 DIOLESI PERLAKUAN 2 DIOLESI
KELOMPOK KONTROL
BAHAN DASAR KRIM KRIM EKSTRAK DAUN
TANPA KRIM
CEMPAKA PUTIH 70%
ANALISIS DATA
Data yang telah terkumpul telah diproses dengan SPSS 20.0 for windows, dan
1. Analisis deskriptif
2. Uji Normalitas data
53
3. Uji Homogenitas
4. Transformasi Data
5. Analisis Komparatif
6. Analisis Pos Hoc.