Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peran agama dalam keperawatan adalah topik yang jarang untuk dibahas, padahal kita
tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti dengan didalam
keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak benar-benar
dapat disamakan dengan agama). Tapi kali ini kami dari kelompok sembilan hanya ingin
membagi ide atau pemikiran kami, bukan tentang pemenuhan kebutuhan spiritual, tetapi yang
berhubungan dengan pendidikan agama bagi keperawatan.
Dalam kehidupan profesional, tiap cabang ilmu keperawatan tentu sudah mempunyai
patokan tentang apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Selain itu juga ada mata kuliah
etika keperawatan yang tentu saja diharapkan dapat menumbuhkan sikap profesional sesuai
dengan tuntutan dunia keperawatan, yang tentu saja diharapkan dengan ini sudah cukup
untuk membentuk mahasiswa yang siap pakai dan terampil dan bahkan bisa dikatakan
tindakannya sesuai dengan tuntutan etika dalam keperawatan yang pengertiannya tidak jauh
beda dengan akhlak.
Karena kalau kita berbicara tentang akhlak yang mulia, mengapa pembentukannya
harus dilakukan dibangku kuliah. Bukankah dengan pendidikan etika keperawatan saja sudah
cukup,Karena itu mengapa agama tetap diajarkan dibangku kuliah.
Agama tetap penting untuk diajarkan, karena untuk menekankan aspek tertentu bagi
masyarakat kita. peran agama sangat besar, tinggal bagaimana pemanfaatannya yang perlu
dibenahi. Bila mata kuliah agama hanya mengajarkan agama secara umum saja yang tidak
mengena dengan kehidupan profesional, maka menurut kami dari kelompok sembilan tidak
ada gunanya dan jadinya hanya formalitas mengajarkan agama, karena tidak mau disebut
sebagai institusi yang tidak mengajarkan akhlak pada mahasiswa.

B. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan agar para mahasiswa bias memahami Aplikasi
Agama dalam pelayanan keperawatan dengan harapan agar kedepannya para pembaca bisa
memahami pengaplikasian Agama dalam proses keperawatan.
C. Rumusan Masalah
1.Definisi Agama
2.Pelayanan Keperawatan.
3.Aplikasi Agama dalam pelayanan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Agama
Setiap manusia yang hidup pasti akan mengetahui apa itu agama. Secara sederhana
agama merupakan pegangan hidup agar tidak menyimpang. Tapi bagi orang-orang yang
beraliran komunis mungkin agama hanya merupakan candu yang tidak membawa dalam
kemajuan atau kehidupan yang sempurna. Aliran ini memang lebih mengutamakan material
daripada segi religiusnitas. Memang agama memiliki aturan-aturan yang sudah ditetapkan
oleh penyebar agama dengan dasar wahyu dari Tuhan. Tuntutan hidup yang harus dilakukan
harus sejalan dengan hukum-hukum wahyu Tuhan. Akibatnya masyarakat agama hanya
mengikuti dan menunggu akan takdir Tuhan.
Pengertian agama dalam konsep Sosiologi adalah: kepercayaan terhadap hal-hal yang
spiritual; perangkat kepercayaan dan praktik-praktik spiritual yang dianggap sebagai tujuan
tersendiri; dan ideologi mengenai hal-hal yang bersifat supranatural. Dalam konsepsi ini,
agama memiliki peranan yang paling penting dalam kehidupan manusia. Dalam kehidupan
sosial, keberadaan lembaga agamasangat mempengaruhi perilaku manusia. Dengan agama
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dalam Ensiklopedi Indonesia dijelaskan pula tentang agama sebagai berikut. Agama
(umum), manusia mengakui dalam agama adanya Yang Suci; Manusia itu insyaf bahwa ada
suatu kekuasaan yang memungkinkan dan melebihi segala yang ada. Kekuasaan inilah yang
dianggap sebagai asal atau Khalik segala yang ada. Maka Tuhan dianggap oleh manusia
sebagai tenaga gaib di seluruh dunia dan dalam unsur-unsurnya atau sebagai khalik rohani
Demikian pula definisi tentang religion, berkaitan dengan kepercayaan dan aktivitas
manusia yang biasanya dikenal seperti: kebaktian, pemisahan antara yang sakral dengan yang
profan, kepercayaan terhadap jiwa, kepercayaan terhadap dewa-dewa atau Tuhan,
penerimaan atas wahyu yang supranatural dan pencarian keselamatan.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
agama, religion (religi) din, maupun agama masing-masing mempunyai riwayat dan
sejarahnya sendiri.
Namun dalam arti terminologis dan teknis, ketiga istilah tersebut mempunyai makna
yang sama, religion (bahasa Inggris), religie (bahasa Belanda), din (bahasa Arab), dan agama
(bahasa Indonesia).
Mengenai arti kepercayaan , disamping berdimensi berpikir, maka manusia berdimensi
percaya. Percaya adalah sifat dan sikap membenarkan sesuatu, atau menganggap sesuatu
sebagai kebenaran.
Menurut Prof. Pudjawijatna ada kemungkinan seseorang mempunyai keyakinan akan
kebenaran bukan karena penyelidikan sendiri, melainkan atas pemberitahuan pihak lain. Bila
seorang ahli astronomi mengatakan bahwa pada tanggal tertentu akan terjadi gempa bumi,
kita yakin bahwa pemberitahuan itu benar, dan setelah diberitahu tentang hal itu, maka kita
tahu akan adanya kebenaran. Pengetahuan yang demikian disebut kebenaran.
Pengertian agama atau definisi agama dalam jagad pemikiran Barat, telah mengundang
perdebatan dan polemik tak berkesudahan. Baik dibidang filsafat agama, teologi, sosiologi,
antropologi, maupun ilmu perbandingan agama. Sehinggga sangat sulit bahkan nyaris
mustahil untuk mendapatkan definisi agama yang bisa disepakati dan diterima semua pihak.
Wilfred Cantwell Smith misalnya menyatakan: terminologi (agama) luarbiasa sulitnya
didefinisikan. paling tidak dalam beberapa dasawarsa terakhir ini terdapat beragam definisi
yang membingungkan dan tak dapat diterima secara luas.....Oleh karenanya, istilah ini harus
dibuang dan ditinggalkan untuk selamanya." (Wilfred cantwell smith: The meaning and end
of Religion (London, spk[1962] 1978)
Pandangan Smith, jelas berlebihan, karena istilah ini masih terus digunakan sampai
hari ini. Lalu bagaimanakah pengertian agama yang sebenarnya?
Menurut Dr. Anis malik Thoha, untuk mendefinisikan agama, para ahli menggunakan
setidaknya tiga pendekatan. yakni pendekatan fungsi, institusi dan substansi. Para pakar
sosiologi dan antropologi cenderung mendefinisikan agama dari sudut fungsi sosialnya.
Sebagaimana yang dilakukan Durkheim, Robert N. Bellah, Thomas Luckemann, dan
Clifortz Geertz. Para ahli sejarah sosial (social history) cenderung mendefinisikan agama
sebagai sebuah institusi historis. Yakni suatu pandangan hidup yang institutionalized, dengan
melihat latar belakang kelahiran agama yang kemudian semakin karakteristik mengikuti alur
kesejarahan. Sedang kebanyakan pakar teologi, fenomenologi dan sejarah agama cenderung
melihat dari aspek substansinya yang sangat asasi, yakni sesuatu yang sakral, mengenai
hubungan Tuhan dengan makhluknya.
Bila dikaji lebih dalam, tiga pendekatan di atas adalah saling melengkapi untuk
mendapatkan definisi atau pengertian agama yang utuh sebagaimana definisi agama menurut
Islam yang diambil dari Hadist "Jibril".
Dimana Jibril As. mendatangi Muhammad saw yang sedang bersama para sahabatnya.
Jibril bertanya tentang iman, Islam dan ihsan. Dan Muhammad Saw. menjawab semua
pertanyaan itu dengan benar berupa apa yang dikenal sebagai rukun iman, rukun islam, dan
ihsan. Setelah Jibril berlalu, Muhammad Saw berkata
”Itu adalah Jibril yang mengajarkan manusia tentang din (agama) mereka.”. ( HR
Bukhari dan Muslim )
Dari hadis itu, dapat diambil kesimpulan bahwa agama (din) adalah sistem pengabdian
pada Tuhan yang meliputi iman (substansi), seperangkat hukum Tuhan/syariat (institusi) dan
ihsan/akhlak (fungsi). Sebuah pengertian agama yang solid dan komprehensif.

2.2 Pelayanan Keperawatan


1. Definisi Pelayanan Keperawatan
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai dengan
efektif, efisien dan tepat sasaran.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
Keberhasilan sistem pelayanan keehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk
dalam pelayanan kesehatan. Sistem terbentuk dari subsistem yang saling berhubungan
dan saling mempengaruhi. Sistem terdiri dari: input, proses, output, dampak, umpan
balik dan lingkungan.
a. Input
Merupakan sistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah
sistem. Input pelayanan kesehatan meliputi: potensi masyarakat, tenaga dan sarana
kesehatan, dan sebagainya.
b. Proses
Merupakan kegiatan merubah sebuah masukan menjadi sebuah hasil yang diharapkan
dari sistem tersebut. Proses dalam pelayanan kesehatan meliputi berbagai kegiatan
dalam pelayanan kesehatan.
c. Output
Merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah proses. Output pelayanan kesehatan dapat
berupa pelayanan yang berkualitas dan terjangkau sehingga masyarakat sembuh dan
sehat.
d. Dampak
Merupakan akibat dari output atau hasil suatu sistem, terjadi dalam waktu yang relatif
lama. Dampak sistem pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan
dan kematian menurun.
e. Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadi masukan. Terjadi dari sebuah sistem
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam pelayanan
kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatan.
f. Lingkungan
Adalah semua keadaan diluar sistem tetapi dapat mempengaruhi pelayanan kesehatan.

2.3 Aplikasi Agama dalam pelayanan keperawatan.


Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum
akan segera berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari
oleh mother instinct – naluri keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat
mendasar atas konsep dan proses, menuju keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi
karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan secara
umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi keperawatan sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang
menuntun untuk berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasional–etis, serta kematangan
untuk bersikap tanggap terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan keperawatan. Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab
mengapa seseorang membutuhkan keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan
lingkup pengetahuan serta lingkup garapan praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan
struktur substantif setiap konsep menyiapkan substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat
menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit permasalahan pada situasi kehidupan manusia
dimana perawat atau keperawatan diperlukan keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan
sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya dalam lingkup karyanya senantiasa
berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang dihadapinya, bertindak secara
rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien sebagai pengguna
jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari kebenaran
tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Pengaplikasian Agama dalam pelayanan keperawatan sangatlah penting dimana
dalam memberiakan pelayanan keperawatan yang dapat memberikan hasil yang maksimal.
Dengan mengetahui latar belakang sejarah agama Islam , Kristen-Katolik, Hindu-Budha , dan
Khonghucu. Dan disini kita akan mempelajari lebih dalam tentang keperawatan agama
Khonghucu .
2.3.1 AJARAN KONG HU CU
Menurut sepanjang sejarah, orang-orang Cina sudah hidup bermasyarakat dengan
budaya yang tinggi sejak tahun 2007 SM. Beberapa sumber kuno mengemukakan bahwa
mereka telah mempunyai Sje-tsing yaitubuku tentang pujian-pujian dan Shu Ching yaitu
buku tentang sejarah, yang memberi kesan bahwa mereka sudah percaya pada satu Tuhan
(monoteisme) yang disebutnya Shang ti atau Penguasa tertinggi yang berada di Tien (surga)
(Agussalim Sitompul dalam AAD, 1988: 217). Kemudian orang-orang Cina itu di tanah
airnya dipengaruhi ajaran Budha, Tao dan Kong Hu Cu, yang kemudian dibawa pula mereka
yang pergi merantau.

2.3.2 SEJARAH
Kong Hu Cu atau Konfusius adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai
orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaanorang Cina
yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi
pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku
yang baik (M.H. Hart 1982:53). Dalam ia mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka
mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-
soal yang bersifat metafisika. Ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan
moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yangbaik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran
lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering
digolongkan dan dianggap sebagai pembawa agama.

2.3.3 PENDIRI DAN PEMBAWA AJARAN KONG HU CU


Uraian tentang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya digambarkan dalam laporan-
laporan dari para muridnya yang terhimpun dalam Lun Yu yaitu suatu analisis Kehidupan
Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia
berbakti kepada Thian. Setelah Kong Hu Cu wafat, maka ajarannya dilanjutkan oleh para
muridnya, dengan caranya masing-masing. Diantaranya para muridnya yang terkenal ialah
Meng Tsu (372-288 SM) dan Syuun yang berbeda terhadap ajaran-ajaran gurunya, maka
ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu, menjadi berbeda-beda. Sehingga
timbul tidak kurang dari delapan aliran paham tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu
ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan
lainnya. Betapapun juga kebanyakan orang Cina jika tidak menganut agama lain ia tetap
menghormati ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu.
2.3.4 KITAB-KITAB AJARAN KONG HU CU
Untuk dapat memahami ajaran Kong Hu Cu dapat dipelajari beberapa kitab, yang
mengandung wejangan Kong Hu Cu, kitab-kitab yang diyakini ditulis Kong Hu Cu sendiri,
dan beberapa buku yang ditulis oleh para pengikutnya. Kitab-kitab tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Lun Yu Kitab Lun Yu adalah suatu ‘analekta Kong Hu Chu’ yang merupakan kumpulan
perkataan Kong Hu Cu, yang disusun para pengikutnya setelah Kong Hu Cu wafat. Kitab ini
ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi Shi’i, dan versi Lu. Yang kebanyakan
dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda.
2. Enam Kitab Klasik Keenam kitab ini diyakini ditulis Kong Hu Cu sendiri, yaitu :
a) Shu Ching Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno Negeri
Cina, dimulai dari abad 24 SM sampai abad 8 SM. Dari buku ini dapat diketahui bagaimana
timbul tenggelamnya Negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut ajaran keagamaan dan
kesusilaan.
b) Shih Ching Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi dari masa lima abad
pertama dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui
tentang budaya dan sastra puisi yang mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300
lebih sajak-sajak pilihan.
c) Yi Ching Kitab ini mengemukakan tentang sistem filsafat yang fantastis, yang
menjelaskan arti dasar tentangYin (wanita) danYang (pria).
d) Li Chi Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara tradisional untuk
menanamkan disiplin rakyat, dan mengarahkan kehalusan budi, keagungan dan tingkah laku
sopan santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li adalah pernyataan
perasaan dalam upacara kuno, bahwa Li tanpa perasaan adalah semu, dan jangan dilakukan
praktek yang merendahkan derajat.
e) Yeo Kitab ini merupakan kitab music, yang dimasa Kong Hu Cu dikaitkan dengan
puisi, setiap sajak ada musiknya dan lagu-lagu lama dibuatkannya komposisi baru.
f) Chu’un Ch’ii Kitab ini menguraikan tentang musim semi dan musim rontok dengan
peristiwa di negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM) sampai
tahun ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan tentang jalannya
pemerintahan yang baik dan dihukumnya para menteri yang bersalah.
3. Tiga Kitab Kebajikan Ketiga kitab ini merupakan tambahan ajaran kebajikan untuk
memahami ajaran Kong Hu Cu, yaitu :
a) Ta Hsuch Kitab ini dikaitkan dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong Hu Cu
yang mengemukakan adanya tiga pertalian pokok dalam perkembangan diri yaitu,
manifestasi kebijakan yang terkenal, mencintai rakyat, dan berhenti pada kebaikan tertinggi.
b) Chung Yung Kitab ini merupakan doktrin tentang kehendak yang ditulis oleh cucu
lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu Su dan memberi petunjuk tentang ajaran Chung (maksud)
dan Yung (normality).
c) Hsioo Ching Kitab ini kitab klasik yang menunjukan alimnya anak yang
menguraikan percakapan antara Tsung Tzu dan Kong Hu Cu tentang betapa pentingnya anak
yang alim sehingga menjadi dasar dan sumber dari kebajikan dan budaya bagi kehidupan
selanjutnya.
4. Tiga Kitab Murid Kong Hu Cu Kitab ini merupakan bahan yang tidak bisa disampingkan
untuk memahami Kong Hu Cu, yaitu :
a) Kitab Meng Tsu Berisi himpunan ceramah dan percakapan antara Meng Tsu
dengan para Tuan Tanah, para Menteri, Teman-teman dan para muridnya.
b) Kitab Hsun Tsu Kitab ini aslinya memuat 322 pasal, tetapi kemudian diringkas
menjadi 32 pasal.
c) Kitab Tung Dhung Shu Kitab ini memuat beberapa bahan ceramahnya dan
percakapannya tentang sifat dasar manusia, filsafat sejarah, dan ilmu pengetahuan. Dengan
besar pengaruh Kong Hu Cu dan paramuridnya maka pada permulaan tahun Masehi ajaran-
ajaran mereka dijadikan etika dan kultus Negara. Maka disusun pada kitab-kitab klasik Cina
antara lainnya ialah sebagaimana dibawah ini.
5. Kitab-kitab Klasik Cina
a) Yit-sying Kitab ini merupakan kitab ‘nujum’ (ramalan) yang menguraikan tentang
‘heksagram’ yaitu pigura dari enam tanda yang seluruhnya berjumlah 64. Unsur
dasarnya ialah garis lurus dan garis patah. Tanda-tanda tersebut secara berurut
melambangkan Yang yaitu unsur dunia yang bersifat terang, kering, panas, lelaki,
aktif dan Yin yaitu unsur-unsur dunia yang gelap, basah, dingin, wanita dan pasif.
Inilah kedua tenaga yang mendorong jalan Tao (susunan dunia).
b) Sjoe-tsing Kitab ini merupakan buku sejarah atau piagam yang berisi cerita turun
temurun Raja Tsjou.
c) Sje-tsing Kitab nyanyian dan puji-pujian.
d) Tsj’oen-tsj’ioe Kitab tentang musim dan kronik negeri Lu tempat asal Kong Hu Cu.
e) Li-tsji Kitab tentang Li yang memuat tentang kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.

2.3.5 POKOK AJARAN KONG HU CU


Sebagaimana yang telah disebutkan, bahwa Kong Hu Cu selalu menghindari
pembicaraan mengenai metafisika, ketuhanan, jiwa, dan berbagai hal yang ajaib. Namun ia
tidak meragukan tentang adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dianut masyarakatnya. Bahkan
ia lebih meneguhkan pemujaan terhadap leluhur, dengan kesetiaan terhadap sanak keluarga
dan penghormatan terhadap orang tua. Ia mengajarkan betapa penting artinya penghormatan
dan ketaatan istri terhadap suami, ataupun rakyat terhadap penguasanya. Menurut Kong Hu
Cu hidup ini ada dua nilai yaitu Yen dan Li. Yen artinya cinta atau keramahtamahan dalam
hubungan dengan seseorang, sedangkan Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah,
adat istiadat, tata karma dan sopan santun. Kong Hu Cu mengatakan bahwa ada tiga hal yang
menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-
orang penting, dan kagum terhadap kata-kata yang bijaksana. Orang yang tidak kagum
terhadap ketiga hal tersebut atau malahan berperilaku tidak sopan dan menghina kata-kata
bijaksana adalah orang-orang yang picik (Lun Yu 16:8). Ia berkeyakinan bahwa adanya
Negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan rakyat untuk (penguasa)
Negara. Maka penguasa pemerintahan harus member contoh suri tauladan yang moralis
terhadap rakyat dan bukan bertindak zalim. Kong Hu Cu berkata “apa yang kamu tidak suka
orang lain berbuat atas dirimu, jangan lakukan”. Kong Hu Cu mengatakan bahwa Pemerintah
hanya meletakkan dasar-dasar yang benar. Jika anda memimpin dengan contoh yang benar,
siapa yang berani menggugat anda (Lun Yu 12:17), jika penguasa berbuat benar, ia akan
berpengaruh terhadap rakyat tanpa perintah-perintah, jika penguasa sendiri berbuat tidak
benar, maka semua perintahnya menjadi tidak berguna (Lun Yu 13:6). Kong Hu Cu
mengatakan “Jika penguasa meralat tindakan sendiri, bagi pemerintah itu soal yang mudah,
jika ia tidak meralat tindakannya sendiri, bagaimana ia dapat meralat orang lain” (Lun Yu
13.13). maka untuk memajukan rakyat sesuai dengan aturan-aturan Tuhan, bimbinglah rakyat
dengan kebijaksanaan, periksalah atau aturlah mereka dengan sanksi hukuman, maka rakyat
akan berusaha bermukim di luar penjara, tanpa rasa hormat dan rasa malu. Bimbinglah rakyat
dengan kebijaksanaan, periksalah atau aturlah mereka dengan aturan-aturan kesopanan, maka
rakyat akan mempunyai rasa hormat menghormati (Lun Yu .2.3.). Pandangan Kong Hu Cu
tentang dunia, bahwa dunia itu dibangun atas dasar moral, jika masyarakat dan negara rusak
moralnya, maka begitu pula tatanan alam menjadi terganggu, terjadilah bahaya peperangan,
banjir, gempa, kemarau panjang, penyakit merajalela dan lainnya. Oleh karenanya manusia
mempunyai tempat terhormat yang tinggi yang harus diberkati dengan cahaya ketuhanan.
Kong Hu Cu mengatakan bahwa “Biukan system yang membuat manusia itu hebat,
melainkan orang-orang yang membuat system itu yang hebat” (Lun Yu 15:29). Ia percaya
bahwa asal manusia itu baik, dan akan kembali ke sifat yang baik, oleh karenanya tidak
diperlukan adanya juru selamat. Yang perlu bagi manusia adalah adanya guru yang berbudi.
Guru yang berbudi akan berusaha sungguh-sungguh mengajarkan ajarannya serta menjadi
contoh teladan yang baik bagi orang lain. Kong Hu Cu sendiri menyatakan bahwa dirinya
adalah seorang guru yang mendapat petunjuk dari Tuhan. Hal mana sebagaimana
dikemukakan dalam kitab Lun Yu tentang budi luhur antara lain sebagai berikut:
1. Laksanakan apa yang diajarkan, baru kemudian ajarkan apa yang
dilaksanakan (Lun Yu 2:13)
2. Orang yang unggul (cerdas) mengerti apa yang benar,
3. Orang yang unggul (berada) mencintai jiwanya, orang yang kekurangan
mencintai miliknya.
4. Orang atasan selalu ingat bagaimana ia dihukum karena salahnya, orang
rendahan selalu teringat pada hadiah yang diterimanya.
5. Orang atasan akan menyalahkan diri sendiri, orang rendahan akan
menyalahkan orang lain.
6. Orang atasan jika dihargai akan merasa senang tetapi tidak bangga, orang
bawahan itu bangga tetapi tidak dihargai.
7. Orang unggul bersifat liberal terhadap pendapat orang lain, tetapi tidak
menyetujui dengan kesempurnaan. Orang rendahan hanya menyetujui dengan
sempurna pendapat orang lain, tetapi tidak liberal terhadap mereka.
8. Orang-orang cerdas berpandangan universal, jujur dan adil, orang-orang
awam tidak jujur dengan pandangan yang tidak universal. Ajaran Kong Hu
CU dibidang kesusilaan menekankan pada rasa setia kawan secara timbale
balik, menanam rasa simpati dan kerja sama yang harus dimulai dari
lingkungan keluarga sampai pada masyarakat luas. Sebagaimana diajarkannya
dikalangan masyarakat Cina sudah menjadi tradisi, adanya lima macam
hubungan manusia, yaitu :
1. Hubungan antara penguasa dan masyarakat
2. Hubungan antara ayah dan anak lelaki
3. Hubungan antara kakak lelaki dan adik lelaki
4. Hubungan antara suami dan istri
5. Hubungan antara teman dan teman Menurut Kong Hu Cu,
kekacauan berasal dari ketidakseimbangan. Jadi masing-masing pihak
harus menduduki tempatnya masing-masing agar keseimbangan tidak
terganggu. Dalam kehidupan timbal balik, Kong Hu Cu mengajarkan
agar “ jangan berbuat pada orang lain jika anda tidak ingin orang lain
berbuat pada anda”.
2.3.6 AJARAN MENG TSU DAN HSUN TSU
Meng Tsu adalah murid Kong Hu Cu yang baik, pandai, dan bermoral kuat.
Menurutnya, orang memiliki sikap perilaku sejak lahir, yaitu Jen (kebesaran hati), Yi
(sifat berbudi), Li (kesopanan), dan Chich (kebijaksanaan). Jadi jika seseorang jahat,
maka sifat itu tidak bawaan sejak lahir. Dan perasaan malu, haru, sopan, dan hormat
merupakan sifat dasar manusia. Dia jug berkata bahwa rusaknya sifat dasar manusia itu
karena hubungan hidup yang kasar. Dalam hal pemerintahan, Meng Tsu mendukung
penuh ajaran gurunya, Kong Hu Cu, bahwa pemerintahan yang baik itu bukan tanpa
perikemanusiaan, tetapi pada teladan yang baik dari penguasa. Untuk mencapai
pemerintahan yang baik, rakyat perlu diikutsertakan karena rakyat bukan sekedar dasar
dari pemerintahan tapi jug peradilan terakhir bagi pemerintahan. Sedangkan HsunTse
adalah pengajar yang realistic. Ia tidak percaya terhadap Tien(surga) sebagai pribadi
Tuhan. Menurutnya Tien adalah hukum alam yang tidak berubah. Manusia bukanlah
Tien yang bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun kebahagiaan dan bencana
alam yang dihadapinya. Jadi apabila sandang, pangan, tenaga digunakan semertinya
maka surge tidak akan mendatangkan kemalangan. Jadi dia tidak percaya pada hal
takhayul, ia juga menganggap bahwa sifat dasar manusia itu adalah jahat, sedangkan
kebaikan seseorang itu didapat dari lingkungannya.

2.3.7 AJARAN KONG HU CU DI INDONESIA


Sejak tahun 136 Sm ketika ajaran Kong Hu Cu dijadikan pandangan hidup
atau agama negara, maka ia dibawa serta para perantau Cina memasuki kepulauan
Nusantara. Orang-orang Cina itu mendirikan kelenteng-kelenteng, dan rumah abu,
tempat mereka menghormati roh-roh leluhur. Pada permulaan abad ke-20 dikarenakan
kekecewaan orang Cina terhadap pemerintahan Belanda, maka didirikan perkumpulan
Cina berdasarkan ajaran Kong Hu Cu. Pada tahun 1918 di Sala berdiri suatu lembaga
agama Kong Hu Cu yang disebut “Khong Kauw Hwee” yang sempat terhenti ketika
perang dunia kedua dan masuknya jepang ke Indonesia. Pada tahun 1954 di Sala orang-
orang Cina membangun kembali Lembaga Pusat Agama Kong Hu Cu yang disebut
Khong Kauw Tjong Hwee yang memang pernah berdiri pada tahun 1923, namun
kemudian diubah namanya menjadi “Perserikatan Khong Chiao Hui Indonesia
(PKCHI)”. Pada tahun 1961 PKCHI mengadakan kongresnya yang ke-4 untuk meminta
agar agama Kong Hu Cu dikukuhkan kedudukannya dalam Kementrian Agama
Republik Indonesia. Dalam kongres itu juga nama PKCHI diubah menjadi Lembaga
Agama Sang Kongchu indonesia atau disingkat LASKI dan diubah lagi pada tahun
1963 menjadi “Gabungan Perkumpulan Agama Kong Hu Cu Indonesia” yang disingkat
GAPAKSI Kemudian pada tahun 1964 rohaniawan Kong Hu Cu mengadakan
musyawarah nasionalnya yang pertama di Ciamis untuk membahas tata agama dan
penyeragamannya di Indonesia. Pada kongres ke-5 tahun 1964 GAPAKSI mengubah
namanya dengan “Gabungan Perhimpunan Agama Kong Hu Cu se-Indonesia yang
disingkat MATAKIN, yang tersusun dari tingkat pusat, tingkat daerah propinsi, tingkat
daerah kabupaten atau kotamadya. kehidupan agama Kong Hu Cu di Indonesia
didukung oleh adanya rohaniawannya yang disebut Hoksu (pendeta), Bunsu (guru
agama), dan Kausing (penyebar agama) yang didominasi oleh orang Cina saja. Agama
Kong Hu Cu telah diakui sebagaia agama yang di Indonesia berdasarkan UU No.5
tahun 1969 dan terhitung sejak 5 April 1979 agama ini dikelola di bawah Direktorat
Jenderal Hindhu dan Budha Departemen Agama RI. Perlu diketahui pula adanya
beberapa hari raya orang cina di Indonesia, antara lain :
1. Tahun Baru Imlek Ini adalah tahun baru menurut tradisi cina berdasarkan system
penanggalan Bulan yang di negeri Cina disebut Pesta Musim Semi. Ini dirayakan untuk
memperingati hidupnya kembali alam semesta setelah keadaan mati selama musim
dingin yang gelap dan suram.
2. Hari Raya Cheng Beng (Bersih Terang) Pada hari itu orang Cina akan berziarah ke
makam leluhur mereka untuk membersihkan kuburannya dengan membawa dupa, lilin,
kertas sembahyang dan sesajian.
3. Pek Chun (Pesta Air) Hari raya lainnya yang berlaku untuk orang-orang Cina di
Indonesia.
4. Sembahyang Chioko Ini dilakukan untuk memuja roh-roh yang tidak disembahyangkan
oleh kaum kerabatnya.
5. Perayaan Tong Che Perayaan ini dilaksanakan pada bukan ke-7 imlek ketika bulan
purnama sebagai permulaan tahun baru.
A. Dalam ajaran agama Khonghucu ada penjelasan tentang kehidupan abadi yang sangat
menonjol, tetapi kurang diperhatikan dan kurang dibicarakan. Kebanyakan orang
hanya menganggap agama Khonghucu hanya mengajarkan keharmonisan dalam
masyarakat saja. Orang yang baru mempelajari agama Khonghucu biasanya
mencari jawaban atas keselamatan dan keabadian roh, apabila mereka tidak
menemukannnya mereka mundur. Para rohaniwan agama Khonghucu sendiri juga
kurang memperhatikan masalah ini, dianggapnya tidak penting dengan alasan bahwa
agama Khonghucu agama untuk orang hidup bukan untuk orang mati.
Agama Khonghucu memang untuk orang hidup, namun penjelasan tentang keabadian
roh adalah kebutuhan orang beragama. Ada orang mendefinisikan agama sebagai
keyakinan yang dibela mati-matian oleh pengikutnya. Sydney Hooks menyebut
agamanya adalah demokrasi, dan dia sedia mati untuk membela demokrasi itu.
Agama bukan keyakinan seperti itu. Agama adalah keyakinan yang menjelaskan
tentang keberadaan Tuhan Sang Pencipta dan rahasia kehidupan manusia agar
umatnya memperoleh ketenangan jiwa.
Agama Khonghucu bukan ideologi seperti demokrasi atau sejenisnya. Agama
Khonghucu menuntun umatnya untuk memahami rahasia kehidupan dan
melaksanakan kehidupan dengan benar. Agama Khonghucu mengajarkan bahwa

manusia hidup ini atas kehendak Tuhan disebut Tian Ming ( 天 命 ). Manusia hidup

bukan “ terlemparkan” tanpa sengaja, lalu manusia mencari tahu dari mana asalnya ?
Mengapa bisa terlempar ke dunia ini?. Pemikiran ini dikemukakan oleh filsuf
bernama Martin Heidegger. Dia menganggap manusia telah “ putus asa”. Dalam
keputus asaannya itu manusia “merekayasa” kebudayaan yang tidak jelas arahnya.
Menurutnya, “Kebudayaan” ciptaan manusia itu tidak memberi jalan keluar bagi
manusia untuk memahami dirinya sendiri, dan manusia telah masuk dalam
“ketersesatan masa”. Dengan kata lain, manusia sebenarnya tidak tahu arah hidup
yang benar. Mereka bersenang-senang, apabila kesenangan itu dianggap tidak benar
mereka mencari bentuk kesenangan yang lain. Dalam gambarannya kehidupan
manusia benar-benar mengerikan.
Agama Khonghucu mengajarkan bahwa manusia lahir ke dunia karena kehendak
Tuhan. Agama Khonghucu mengajarkan bahwa alam semesta ini mempunyai
keteraturan yang dikendalikan oleh hukum tertentu. Di bumi, tempat hidup manusia
dan makhluk hidup lain juga ada keteraturan yang dikendalikan oleh hukum tertentu.
Manusia dalam menjalani kehidupannya juga membuat hukum yang wajib ditaati oleh
sesama manusia.
Manusia adalah makhluk yang mempunyai roh yang menyatu dengan badannya. Roh
mempunyai komponen dalam raga manusia hidup. Komponen roh itu mengatur
bekerjanya organ tubuh agar manusia tetap hidup. Dalam ilmu pengobatan Tionghoa

diakui adanya Jing Lu ( 经 路 ), atau meridian yang melilit seluruh organ tubuh

manusia. Jing Lu itu diumapamakan sebagai saluran yang berisi Qi atau enegi vital
yang mengatur semua organ tubuh. Jing Lu ini tidak tampak meskipun dilihat dengan
mikroskop yang dapat memperbesar jutaan kali. Jing Lu bukan materi, tetapi bagian
dari roh. Pada Jing Lu itu terdapat banyak “ lubang” atau “ danau” yang dapat
dijangkau dari permukaan kulit. Apabila tubuh orang sakit “lubang” tertentu dapat
ditusuk dengan jarum atau benda lain agar organ yang sakit berfungsi kembali.
Jing Lu itu bagian dari roh, dan dapat dilihat dari hubungan antara perasaan dan
kesehatan. Orang yang menyimpan rasa takut dalam waktu lama akan menyebabkan
salah satu organ penting tidak berfungsi alias sakit. Perasaan atau emosi adalah bagian
dari roh, apabila roh tidak sehat menyebabkan komponen roh dalam tubuh itu tidak
bekerja dengan baik. Komponen pokok atau pusat-pusat dari Jing Lu itu disebut
“Bunga Emas” dalam bahasa Hindu disebut Cakra. Dalam ilmu pengobatan Tionghoa
ada namanya sendiri dengan jaringannya yang rumit.
Manusia mempunyai kesadaran, mempunyai kecerdasan, mempunyai emosi, dan
mempunyai kepribadian yang menjadi milik dari roh. Xun Zi menjelaskan bahwa
kepribadian manusia tidak ada hubungannya dengan bentuk tubuh. Orang yang
berkepribadian baik bias memiliki bentuk tubuh yang tidak menarik, sebaliknya ada
orang mempunyai tubuh yang indah tetapi kepribadiannya buruk. Dengan kata lain,
kepribadian bukan milik tubuh, tetapi milik roh. Ada anak yang masih kecil, tetapi
kecerdasaanya melebihi orang tua, anak ini rohnya telah mempunyai potensi lebih
baik dari anak kecil yang lain. Ada teori yang mengatakan bahwa anak cerdas karena
gizinya baik. Namun banyak anak orang kaya dengan gizi baik tetapi otaknya tidak
cerdas. Banyak pula anak cerdas berasal dari daerah yang gizinya seadanya. Mahatma
Gandhi tidak makan daging seumur hidupnya. Orang Inggris mengatakan bahwa
orang India bodoh karena tidak makan daging. Ternyata Gandhi juga tidak bodoh
meskipun tidak makan daging.
Bing Cu menulis (Bab VIIA), orang yang menyelami hati dapat mengenal watak
sejati. Watak sejati adalah bagian dari roh, dan roh itu sudah ada sebelum orang
dilahirkan.
Xun Zi menulis, kelahiran adalah pintu masuk ke dunia, dan kematian adalah pintu
keluar dari dunia. Roh masuk kedunia perlu memiliki tubuh sendiri, yaitu bayi yang
baru dilahirkan. Setelah tubuh itu rusak roh itu keluar dari dunia kembali ke asal roh
itu datang.
Dari mana asal roh itu datang ke mana roh itu pergi tidak dijelaskan dalam
Kitab Wu Jing dan kitab lain. Namun, dapat kita simpulkan bahwa dalam alam
arwah (roh setelah meninggalkan tubuh) juga ada keteraturan seperti juga di bumi dan
di alam semesta.
Tempat arwah berada tidak dapat diketahui manusia karena berada dalam dimensi
yang berbeda. Dalam alam semesta ini banyak dimensi yang belum diketahui
manusia. Saat ini manusia baru mengenal lima dimensi, yaitu dimensi ruang, waktu,
cahaya, ether, dan elektromagnetik.
Pada suatu hari seorang murid Nabi Khongcu bertanya tentang keadaan orang setelah
meninggal dunia. Nabi menjawab Wei Zhi Sheng Yan Zhi Si.- belum mengetahui
hidup mengapa ingin mengetahui kematian.
Mendengar jawaban tersebut sang murid terdiam dan tidak bertanya lagi. Kebanyakan
orang mendengar kisah ini lalu berkesimpulan bahwa Nabi Khongcu tidak
mengetahui jawabannya. Orang yang berkesimpulan sesederhana itu karena orang
tersebut tidak berpikir kritis kritis, seperti juga anak kecil yang tidak dapat
menganalisis kata-kata tersebut secara mendalam.
Bagi orang yang cerdas tentu mencari inti dari jawaban tersebut dengan menganalisis
pernyataan-pernyataan Nabi Khongcu yang lain, misalnya nabi bersabda:”Bila pagi
mengerti Dao sore matipun ikhlas”. Sabda lainnya:” Bila bersembahyang kepada
arwah yakinlah bahwa arwah itu datang kehadapanmu”
Sabda lain : “ Perlakukan arwah manusia yang sudah meninggal seperti juga
orang hidup”. Dalam kitab Li Ji (Lee Ki) dijelaskan tentang upacara yang harus
dilakukan untuk memperlakukan upacara sembahyang kepada arwah.
Nabi Khongcu mengatakan bahwa muridnya belum mengetahui hidup,artinya belum
memahami hidup dengan sepenuhnya. Pada umumnya orang mengartikan hidup
dengan bernafas, makan, dan minum serta melakukan aktivitas lainnya. Yang
dimaksud Nabi Khongcu hidup bukan hanya itu, orang harus memahami hidup
sepenuhnya, karena kematian tidak lain adalah kelanjutan dari hidup. Menurut Nabi
Khongcu kehidupan itu abadi, suatu perjalanan panjang yang tidak ada batasnya.
Kelahiran adalah pintu masuk ke dunia, sedangkan kematian adalah pintu keluar dari
dunia. Orang yang hanya memahami hidup seperti yang dialami sehari-hari tentu
tidak tepat, dan jauh dari kebenaran.

Manusia dalam hidup ini mempunyai naluri, mempunyai perasaan mempunyai


pikiran, mempunyai nafsu dan keinginan, semuanya itu sebagai tanda-tanda
kehidupan manusia. Apabila orang sudah mati apakah semua yang dimiliki manusia
hidupitu masih dibawa.
Nabi Khongcu tidak membahas masalah dibalik kematian, keberadaan surga
dan neraka, nirwana atau reinkarnasi. Nabi Khongcu mengajarkan bahwa realitas
adalah proses yang tidak pernah berhenti, dan tidak akan berhenti, seperti air sungai
yang selalu mengalir. Kehidupan juga proses yang tidak berhenti, orang tidak perlu
takut pada hasil proses, yang penting bagi manusia hidup adalah berbuat kebajikan
dengan harapan proses ini menuju hasil yang baik (wei de dong Tian, xian you yi de).

2.4 Perspektif Keperawatan


Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi
keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat
dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi
modern dan supermodern. Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan
kesehatan diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya
dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI,
l990: 504). Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara
pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.
Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan
penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang
dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan
individu yang membutuhkannya.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga
atau institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal,
sedangkan pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan
medis, dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang
yang membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja
profesional dan tidak materialistis.
Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena
muaranya juga sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.
Lumenta mengatakan, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang
sama, yakni memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi,
menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau semua penyimpangan terhadap
keadaan kesehatan, atau semua masalah dan penyimpangan terhadap keadaan medis
normatif.
Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan
dan partai politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk
meningkatkan pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus
bekerjasama dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa
melibatkan para profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan
tidak akan berhasil, bahkan akan kontraproduktif.

2.5 Mulianya Profesi Perawat


Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan
diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll,
menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut
hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki
kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi
beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.
Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia
mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang
mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang
membahas tentang penyakit dan pengobatan.
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah
agama kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa
institusi untuk melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat
dinikmati oleh setiap orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama
dan status sosialnya. Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin
kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi.
Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap
warganegaranya.Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran
sebagai cara, pasien adalah tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak
membedakan siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan
karena penyakitnya dan bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan
pribadinya. Karena itu dokter dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam
sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk
mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan
semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk menyelamatkannya dari
kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di
masa-masa awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan
dirinya di bidang keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah
sakit pertama di zaman Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-
orang sakit, baik karena penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa
dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864
diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale
sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai
“Nightingale” dalam Islam.

2.6 Kesiapan Mengabdi Masyarakat


Sekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina
mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut
disambut gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan
pedalaman masih sangat kurang.
Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi
yang sebenarnya. Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi
dengan kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko
negatif yang mungkin timbul. Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini
haruslah dijadikan pelajaran bagi segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis,
untuk lebih hati-hati dan cermat dalam melakukan pekerjaan. Agama menggariskan
beberapa sikap waspada yang perlu direnungi bagi para perawat. Sayyid Sabiq
mengatakan, dalam memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis menjalankan
tugas sesuai bidang keahliannya.Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika
mengabdikan dirinya kepada masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke
rumah sakit saja. Kita semua mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur
peringkat kualitas hidup manusia, human development index (HDI), di mana HDI
rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding bangsa-bangsa di dunia dan di Asia
Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah satu indikator kriteria yang
digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas kesehatannya rendah tersebut
berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru berobat atau
terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para
perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di
masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik
mencegah daripada mengobati.

2.7 Keperawatan dalam agama khonghucu


Secara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme
“pencapaian hidup abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti
Konfusianisme/Konghucu : moralisme, menjaga hubungan antar manusia serta
manusia dengan langit.
Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh
saudara Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri
yaitu menjaga hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit
(Buddha).
Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran
adalah satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1
gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut.
Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu n
BAB III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
Konfusianisme atau Kong Hu Cu mementingkan akhlak yang mulia dengan
menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik.
Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka
hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar
bagaimana manusia bertingkah laku.Pokok pandangan utama kong hu cu sangat
konserfatif. Dia menghimbau para penguasa dan rakyat berpegang teguh kepada moral
yang pasti, dengan keteladanan dan tanpa kekerasan. Ajaran ini juga menganjurkan
untuk saling menghargai dan menghormati serta bersikap santun terhadap sesame
manusia. Selain mempercayai mengenai pemujaan terhadap pemuja alam, pemuja
leluhur, dan pemuja langit ajaran kong hu cu menggaris bawahi dan menegaskan
tentang :
1. Setiap manusia harus memiliki yen, setiap manusia harus mempunyai budi
pekerti luhur,cinta dan kemanusiaan.Yen mengandung pengertian sebagai hubungan
antaramanusia.
2. Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga
orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji.
3. Li yang berarti peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan hidup manusia.
Dan ritual dalam sepanjang hidup manusia.
Umat konghucu melaksanakan peribadatan setiap hari dengan tujuan untuk
menjaga pola komunikasi dan hubungan dengan tuhan yang maha esa, selainitu juga
untuk mensyukuri nikmat tuhan yang telah diberikan dalam hidupnya.Selain itu ada
beberapa peralatan juga yang dipergunakan dalam melaksanakan peribadatan dan
mempunyai mana yang suci sehingga umat konghucu menskralkannya benda tersebut
diantaranya adalah, penggunaan Lilin dan lampu, penggunaan Hio atau Dupa,
penggunaa Yousu, hal lain yang berkenaan dengan peribadatan adalah prosesi
peribadatan itu sendiri, dalam agama konghucu pertama yang harus dilakukan adalah
dengan menyalakan Lilin terlebih dahulu, kemudian mengambil Hio untuk dibakar
diatas lilin dan kemudian diangkat sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan
kepada Tuhan, Nabi, para arwah suci, dengan sikap Pat Tik, setelah itu terakhir ditutup
dengan do’a sebagai penutup dari prosesi peribadatan.
Peran agama dalam keperawatan sangat berpengaruh, disini agama
dijadikan pedoman yang digunakan perawat dalam melakukan suatu tindakan
terhadap klien oleh karena itu pemahamaan tentamg peranan agama sangat
penting dan pendasar dalam memberikan asuhan keperawatan dimana nilai
spiritual pasien selalu menjadi pertimbangan dan dihormati. Dengan demikian
setiap perawat harus menunjukkan sikap etis professional yang baik dalam setiap
penampilan dan tindakannya, termasuk dalam mengambil keputusan ketika
merespon sebuah situasi yang sulit.

3.2 SARAN
Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam
keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai
dengan ajaran ajaran agama. Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan
siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami
Aplikasi Agama dalam pelayanan Keperawatan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga
makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para
pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik. Demikianlah
penjelasan tentang Peranan Agama Dalam Keperawatan, bila kiranya ada salah
dalam penulisan kata-kata kami mohon maaf, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bgi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kompasiana.com/bernad/agama-kong-hu-cu_551b61bc8133110a0a9de679
http://www.wihara.com/topic/46115-kematian-dalam-tradisi-tionghoa-seperti-apa/

http://ilmukomputerlampung.blogspot.co.id/2015/03/hubungan-ilmu-agama-dalam-ilmu-
kesehatan.html

http://wineralways.blogspot.com/2012/05/makalah-peran-agama-dalam-keperawatan.html

http://kamiluszaman.blogspot.co.id/2014/12/agama-kong-hu-cu.html

Anda mungkin juga menyukai