Anda di halaman 1dari 38

Jaringan hewan (termasuk manusia)

Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk manusia
dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan
pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf.
Jaringan epitelium.
Jaringan yang disusun oleh lapisan sel yang melapisi permukaan organ seperti permukaan kulit.
Jaringan ini berfungsi untuk melindungi organ yang dilapisinya, sebagai organ sekresi dan
penyerapan.
Jaringan epitel terdiri dari 3 macam:
1. Eksotelium: epitel yang membungkus bagian luar tubuh
2. Endotelium: epitel yang melapisi organ dalam tubuh
3. Mesotelium: epitel yang membatasi rongga tubuh
Fungsi jaringan epitelium yakni:
a. Absorpsi, misalnya pada usus yang menyerap sari-sari makanan
b. Sekresi, contohnya testis yang mensekresikan sperma
c. Ekskresi, kulit yang mengeluarkan keringat
d. Transportasi, mengatur tekanan osmosis dalam tubuh
e. Proteksi, kulit melindungi jaringan tubuh di bawahnya
f. Penerima rangsang, kulit yang menanggapi rangsang dari luar
g. Pernapasan, kulit katak berfungsi sebagai alat pernapasan
h. Alat gerak, selaput kaki pada kulit katak membantu dalam pergerakan
i. Mengatur suhu tubuh, kulit mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat jika tubuh
kepanasan
Jaringan pengikat.
Sesuai namanya, jaringan pengikat berfungsi untuk mengikat jaringan dan alat tubuh. Contoh
jaringan ini adalah jaringan darah.
Jaringan otot.
Jaringan otot terbagi atas tiga kategori yang berbeda yaitu otot licin yang dapat ditemukan di
organ tubuh bagian dalam, otot lurik yang dapat ditemukan pada rangka tubuh, dan otot
jantung yang dapat ditemukan di jantung.
Jaringan saraf.
adalah jaringan yang berfungsi untuk mengatur aktivitas otot dan organ serta menerima dan
meneruskan rangsangan.
Jaringan penyokong
adalah jaringan yang terdiri dari jaringan tulang rawan dan jaringan tulang yang berfungsi untuk
memberi bentuk tubuh,melindungi tubuh,dan menguatkan bentuk tubuh
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Jaringan
Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan struktur yang sama untuk fungsi
tertentu. Ilmu yang mempelajari jaringan disebut histologi. Pada hewan dan tumbuhan bersel
banyak yang berkembang biak secara seksual, zigot yang merupakan hasil fertilisasi akan
membelah berulang kali, dan akan menghasilkan jaringan embrional atau jaringan meristem
pada tumbuhan. Dalam pembelahan itu sel-selnya akan mengalami perubahan bentuk maupun
fungsi. Proses inilah yang disebut spesialisasi. Dari jaringan embrional selanjutnya dapat
dibentuk jaringan-jaringan lain. Perubahan bentuk dan susunan jaringan embrional menjadi
jaringan jaringan lain disebut proses diferensiasi.
Jaringan pada hewan dan manusia
Jaringan hewan dan manusia umumnya sama, terdiri atas: jaringan epithel, jaringan otot,
jaringan saraf, jaringan penguat, dan jaringan lemak.
1. Jaringan Epithel
Jaringan epithel adalah jaringan yang melapisi permukaan tubuh atau organ tubuh, baik
permukaan dalam maupun permukaan luar. Epithel yang melapisi permukaan dalam dari saluran
disebut endotelium. Jaringan epithel ini pun bermacam-macam dilihat dari bentuk, susunan, dan
fungsinya.


a. Berdasarkan bentuk dan susunannya
Epithel berlapis tunggal, terdiri atas:
o Epithel pipih berlapis tunggal: misalnya, epithel peritornium dan epithel pembuluh
darah.
o Epithel kubusberlapis tunggal: terdapat pada kelenjar ludah dan kelenjar tiroid.
o Epithel silindris berlapis tunggal: misalnya terdapat pada ventrikulus (lambung) dan
intestinum (usus).
Epithel berlapis banyak, terdiri atas:
o Epithel pipih berlapis banyak: misalnya, yang melapisi rongga mulut dan rongga hidung
o Epithel silindris berlapis banyak: misalnya epithel yang terdapat pada kerongkongan
o Epithel kubus berlapis banyak: misalnya epithel yang membentuk kelenjar
Epithel silindris bersilia: misalnya, yang melapisi saluran pernapasan (trakhea) dan saluran
sperma
Epithel transisional: misalnya epithel yang melapisi bagian dalam kandung kemih.
b. Berdasarkan fungsinya
1. Sebagai pelindung/proteksi: epithel yang berperan sebagai penutup sekaligus sebagai pelindung
jaringan yang terdapat di sebelah bawahnya.
2. Sebagai kelenjar:
o Kelenjar eksokrin: menghasilkan getah yang dialirkan melalui saluran, misalnya: kelenjar
keringat dan kelenjar air liur.
o Kelenjar endokrin/kelenjar buntu: menghasilkan getah yang langsung dialirkan ke darah
secara difusi. Misalnya, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, dan lain-lain.
3. Penerima rangsangan (reseptor); misalnya, epithel yang terdapat di sekitar indera. Epithel yang
bertugas menerima rangsangan disebut epithel sensori/neuroepitelium.
4. Pintu gerbang lalu-lintas zat. Sebagai contoh:

o epithel pada alveolus untuk masuk/keluarnya CO
2
.
o epithel usus untuk pemasukan sari makanan.
o epithel nefron untuk lewatnya urine primer.
2. Jaringan Otot

Jaringan otot adalah kumpulan sel otot yang berfungsi melakukan gerak pada berbagai bagian
tubuh. Di dalamnya terdapat protein kontraktil yang membuat otot dapat berkontraaksi.
Bentuknya panjang-panjang dan mengandung serabut-serabut halus yang disebut miofibril.
Biasanya jaringan otot dibedakan menjadi tiga macam: otot polos, otot lurik, dan otot jantung.
Otot lurik dan otot jantung lebih banyak mengandung protein kontraktil dibandingkan dengan
otot polos.
a. Otot polos.

Tersusun atas sel-sel berbentuk kumparan halus, masing-masing dengan satu nukleus di tengah,
berbentuk oval dan mempunyai fibril-fibril homogen. Sel-sel tersebut tersusun atas lapisan-
lapisan yang diikat dengan jaringan ikat fibrosa. Biasanya terdapat pada alat-slat dalam tubuh
hewan vertebrata, misalnya pada dinding saluran pencernaan, pembuluh darah, dan sebagainya.
b. Otot lurik (otot rangka)

Disebut juga otot seran lintang. Jaringan otot lurik terdiri atas susunan serabut otot yang disebut
fibril. Fibril tersusun atas miofibril. Sel otot berkumpul membentuk kumpulan sel, yang
selanjutnya bersatu membentuk otot atau daging. Miofibril diselubungi oleh retikulum
sarkoplasma. Serabut otot tersusun atas aktin dan miosin. Jenis otot ini bekerja di bawah
pengaruh kesadaran, sehingga disebut otot volunter.
c. Otot jantung (miokardium)

Juga terdiri atas serabut otot seran lintang, tetapi antara sel-sel yang berdampingan, membran
selnya beranyaman membentuk percabangan. Hubungan percabangan semacam ini disebut
cakram interkalar. Otot jantung disebut juga otot lurik involunter.
3. Jaringan Saraf

Inilah foto mikroskopis sebuah neuron yang sebenarnya


Gambar sebuah sel saraf (neuron). Perhatikan bagian-bagiannya.
Jaringan saraf dibentuk oleh sel-sel saraf atau neuron. Satu neuron dibentuk oleh badan sel,
dendrit, dan akson. Dendrit berfungsi menerima rangsang dari neuron lain, dan akson berfungsi
meneruskan rangsang tersebut ke neuron berikutnya. Ujung neuron yang satu dengan ujung
neuron lainnya saling berhubungan. Hubungan antara ujung-ujung neuron ini disebut sinapsis.
Pada bagian-bagian tertentu dari akson, selaput mielin menggenting, disebut nodus Ranvier.
Ada tiga macam jenis neuron:
neuron sensorik, meneruskan rangsang dari reseptor (indera) ke otak
neuron motorik, meneruskan rangsang dari otak ke efektor (otot atau kelenjar), dan
neuron konektor, meneruskan rangsang antar neuron, umumnya berperan dalam gerak refleks
(neuron ini sering juga disebut neuron ajustor atau interneuron)
4. Jaringan penguat / penyokong
Yang termasuk jaringan penguat (penunjang) ialah jaringan ikat, jaringan tulang, jaringan tulang
rawan, serta jaringan darah dan getah bening yang merupakan jaringan ikat istimewa.
a. Jaringan ikat

Jaringan ikat longgar Jaringan ikat padat
Yaitu jaringan yang tersusun atas sel-sel yang tidak begitu rapat, dan di antaranya terdapat
matriks atau zat sela. Bila matriksnya longgar, maka jaringan itu disebut jaringan ikat longgar.
Bila matriksnya rapat dan sedikit mempunyai lubang yang sempit, maka disebut jaringan ikat
padat.
b. Jaringan tulang keras


Penampang melintang mikroskopis jaringan tulang keras

Skema penampang melintang tulang keras
Tersusun atas sel-sel tulang atau osteon. Matriksnya banyak mengandung zat perekat kolaagen
dan zat kapur (CaC03) yang menyebabkan tulang menjadi keras. Berdasarkan susunan
matriksnya, jaringan tulang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
jaringan tulang kompak/keras, apabila matriksnya rapat
jaringan tulang spons, apabila matriksnya berongga
c. Jaringan tulang rawan (kartilago)
Terdiri atas sel-sel yang banyak mengeluarkan matriks atau zat serta yang disebut kondrin.
Jaringan tulang rawan pada anak berasal dari jaringan ikat embrional (mesenkim). Sedangkan
tulang rawan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput tulang rawan (perikondrium) yang banyak
mengandung sel membentuk tulang rawan atau kondroblast. Jaringan tulang rawan dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
kartilago hialin, apabila matriksnya jernih dan transparan. Contohnya antara lain yang terdapat
pada ujung tulang rusuk yang melekat pada tulang dada dan pada tulang rawan trakea.

kartilago elastis, apabila matriksnya sedikit keruh kekuning-kuningan serta banyak mengandung
serabut kolagen yang berstruktur jala. Contohnya antara lain: pada dinding saluran pernafasan
dan pada daun telinga luar.

kartilago fibrosa, apabila matriksnya keruh dan gelap, serta serabut kolagennya membentuk
satu berkas dan tersusun sejajar. Contohnya antara lain terdapat pada perlekatan ligamen-
ligamen tertentu ke tulang.

d. Jaringan darah dan getah bening (limfe)

Inilah bentuk eritrosit, bentuknya bikonkaf


Sel darah putih sedang melawan bakteri berbentuk basil Darah putih menyerang bakteri bertentuk coccus

Inilah berbagai bentuk darah putih:
- limfosit
- monosit
- basofil
- eosinofil
- neutrofil
Jaringan darah dan getah bening dianggap sebagai jaringan penguat istimewa, karena terdiri
atas sel-sel darah yang terendam di dalam suatu cairan yang dianggap sebagai matriksnya.
5. Jaringan Lemak

Bentuk jaringan lemak (adiposa). Gambar di atas merupakan contoh lemak putih.
Terdiri atas sel-sel lemak yang berisi tetes-tetes lemak. Umumnya terdapat di bawah kulit yang
berfungsi sebagai bantalan lemak, juga merupakan cadangan makanan dan berfungsi sebagai
pelindung jaringan-jaringan di bawahnya.


JARINGAN OTOT
Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya menggerakkan organ-organ tubuh.
Kemampuan tersebut disebabkan karena jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot
dapat berlangsung karena molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat
memanjang dan memendek.
Gambar 1 :
Diagram susunan jaringan otot kerangka, dari
keseluruhan otot sampai tingkat molekuler.
Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam :
1. Jaringan Otot Polos
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang homogen sehingga bila
diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis.
Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah
pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang,
reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran
pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran
pernafasan.

Gbr. Struktur Otot Polos
2. Jaringan Otot Lurik
Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat
pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf
sadar.
Dinamakan otot lurik karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap
dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama
lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.

Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima
rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak
dan di bawah pengaruh saraf sadar.
Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan
melindungi kerangka dari benturan keras.

Gbr. Serabut otot lurik
(dari otot anak-anak).
3. Jaringan Otot Jantung/Miokardium
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah
dinding jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik,
meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks
serta reaksi terhadap rangsang lambat.
Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke
luar jantung.


Gbr. Serabut otot jantung
(dari jantung orang dewasa)
Sumber : http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-
Pendamping/Praweda/Biologi/0044%20Bio%202-1c.htm
7. JARINGAN SARAF
Jaringan saraf yang merupakan jenis ke-4 dari jaringan dasar terdapat hampir di seluruh jaringan
tubuh sebagai jaringan komunikasi. Dalam melaksanakan fungsinya, jaringan saraf mampu
menerima rangsang dari lingkungannya, mengubah rangsang tersebut menjadi impuls,
meneruskan impuls tersebut menuju pusat dan akhirnya pusat akan memberikan jawaban atas
rangsang tersebut. Rangkaian kegiatan tersebut dapat terselenggara oleh karena bentuk sel saraf
yang khas yaitu mempunyai tonjolan yang panjang dan bercabang-cabang.
Selain berkemampuan utama dalam merambatkan impuls, sejenis sel saraf berkemampuan
bersekresi seperti halnya sel kelenjar endokrin. Sel saraf demikian dimasukkan dalam kategori
neroen-dokrin yang sekaligus menjadi penghubung antara sistem saraf dan sistem endokrin.
Jaringan saraf sebagai suatu sistem komunikasi biasanya dibagi menjadi :
Systema nervorum centrale dan Systema nervorum periferum.

STRUKTUR HISTOLOGIS

Komponen jaringan saraf terdiri atas :

Sel saraf,
serabut saraf dan
jaringan pengisi.

Pada dasarnya jaringan saraf berasal dari jaringan ektoderm.

SEL SARAF

Sel saraf yang dinamakan pula sel neron berbeda dengan sel-sel dari jaringan dasar lainnya
karena adanya tonjolan-tonjolan yang panjang dari badan selnya.

Oleh karena itu sel saraf dibedakan menjadi:

badan sel,
dendrit dan
neurit.

BADAN SEL

yaitu bagian sel saraf yang mengandung inti, maka kadang-kadang bagian ini disebut pula
sebagai perikaryon. Bentuk dan ukuran dapat beraneka ragam, tergantung fungsi dan letaknya.
Inti sel biasanya terletak sentral, walaupun kadang-kadang dapat eksentrik. Biasanya berbentuk
bulat; dan berukuran besar. Di dalamnya terdapat butir-butir khromatin halus yang tersebar.
Nukleolus biasanya besar sehingga kadang-kadang dapat disangka sebagai intinya sendiri.
Penampilan inti yang demikian merupakan ciri khas dari sel saraf, oleh karena berkaitan erat
sekali dengan kegiatan sel saraf. Dalam nukleolus banyak mengandung molekul RNA yang
penting untuk kegiatan sel terutama dalam sintesis protein, sehingga mengikat warna basofil.
Sitoplasma sel saraf mengandung berbagai macam organela seperti halnya jenis sel lain. Ciri
khas dari sitoplasma sel neron yaitu adanya bangunan basofil yang berbentuk sebagai bercak-
bercak yang dinamakan: Substansi Nissl yang tidak lain adalah granular endoplasmic reticulum
yang banyak mengandung butir-butir ribosom sebesar 100300. Kehadiran bangunan tersebut
mendukung adanya kegiatan sintesis protein. Bentuk dan susunan substansi Nissl sangat
tergantung dari jenis sel saraf nya.
Mitokhondria yang dikenal sebagai sumber energi bagi sebuah sel juga terdapat dalam
sitoplasma sel saraf bahkan meluas ke dalam tonjolan-tonjolannya. Energi yang dibutuhkan oleh
jaringan saraf jelas apabila diukur konsumsi oksigen dan kandungan glukosa dalam sel saraf.
Kompleks Golgi merupakan organela yang untuk pertama kalinya diketemukan dalam sel saraf
oleh Camillo Golgi dalam tahun 1898, yang di kemudian hari juga diketemukan dalam sel-sel
bukan saraf. Kedudukan kompleks Golgi tergantung jenis sel sarafnya.
Organela lain dalam sel saraf yang meluas sampai tonjolan-tonjolannya yaitu yang dinamakan
nerofibril. Dengan berbagai teknik histologi dapat ditunjukkan adanya serabut-serabut halus
khususnya dalam axon. Apa yang dilihat sebagai nerofibril dengan mikroskop cahaya, ternyata
dengan M.E. terdiri atas berbagai bentuk misalnya sebagai mikrotubuli, nerofilamen dan aktin.
Fungsinya selain bertindak sebagai kerangka sel juga diduga sangat berguna dalam
pengangkutan bahan-bahan dalam tonjolan sel.
Di samping organela, di dalam sel saraf diketemukan pigmen yang fungsinya kurang jelas. Ada
dua jenis pigmen dalam sel saraf, yaitu: pigmen lipokhrom yang berwarna kuning dan pigmen
melanin yang berwarna coklat atau hitam.

DENDRIT

Merupakan tonjolan-tonjolan dari badan sel saraf yang bercabang-cabang sebagai pohon
sehingga memperluas permukaan sel saraf. Pada pangkalnya di badan sel terdapat perluasan
substansi Nissl dan mitokhondria, namun nerofibril dan mikrotubuli meluas sampai ujung
dendritnya.
Dengan pewarnaan khusus menggunakan inpregnasi perak dapat terlihat adanya tonjolan-
tonjolan pada permukaan percabangan dendrit yang disebut gemula dan spina. Bangunan
tersebut digunakan untuk tempat kontak dengan sel saraf lainnya melalui sinapsis.
Bentuk percabangan dendrit tergantung dari jenis sel sarafnya. Fungsinya merambatkan impuls
ke arah badan sel.

AXON

Berbeda dengan tonjolan yang dinamakan dendrit, maka axon merupakan tonjolan yang hanya
terdapat sebuah dan berfungsi merambatkan impuls yang meninggalkan badan sel. Bahkan salah
satu jenis sel saraf dalam retina yang disebut sel amakrin tidak memiliki axon sama sekali. Axon
berpangkal pada badan sel sebagai suatu bukit kecil yang dinamakan oxon hillock. Di dalam
daerah ini tidak terdapat substansi Nissl, karena di daerah ini banyak nerofibril yang akan
meninggalkan badan sel.
Panjang axon dari beberapa cm sampai beberapa puluh cm demikian pula diameternya juga
berbeda-beda. Makin besar diameternya makin cepat perambatan impulsnya.
Di beberapa tempat axon memberikan percabangan yang dinamakan kolateral, sedang ujung
axon akan bercabang-cabang sebagai pohon yang dinamakan telodendron.
Oleh karena axon perlu menghantarkan impuls yang tidak lain adalah perubahan potensial listrik,
maka agar efisien perlu dibungkus dengan bahan isolator yang dinamakan Selubung mielin.
Sebelah luarnya masih ada selubung lain yang dinamakan selubung nerolema. Mengenai hal ini
akan dibahas lebih jauh pada bagian serabut saraf dari Sistem Saraf Perifir.

JARINGAN PENGISI

Yang dimaksudkan dengan jaringan pengisi meliputi semua komponen jaringan saraf yang tidak
ikut berfungsi dalam merambatkan impuls saraf, tetapi bukan jaringan pengikat oleh karena
berasal dari jaringan ektoderm.
Jaringan pengisi ini dibedakan untuk Sistem Saraf Pusat dan Sistem Saraf Perifir.

Pada Sistem Saraf Pusat, sel-sel jaringan pengisi dinamakan neroglia,

Pada Sistem Saraf Perifer terdapat sel satelit atau sel kapsel dalam ganglion, dan sel Schwann

Fungsi jaringan neroglia bertindak sebagai ;
- penyokong, untuk nutrisi dan sebagai
- isolator terhadap gel saraf.

Hubungan antara sel glia dan sel saraf demikian eratnya sehingga merupakan unit fungsional.

Dalam Sistem Saraf Pusat dibedakan adanya beberapa jenis sel seperti :

sel ependim,
astrosit,
oligodendroglia dan
mikroglia.

Seperti juga sel-sel saraf, sel-sel neroglia tidak mudah diperlihatkan tonjolan-tojolannya.
Untuk mempelajari morfologi sel-sel glia tidak cukup dengan pewarnaan H.E. saja, melainkan
memerlukan pewarnaan khusus, misalnya dengan pewarnaan dengan perak atau emas. Bahkan
pengamatan dengan M.E. sangat membantu dalam mengungkapkan struktur halus dan fungsinya.
Dengan pewarnaan H.E. sel glia hanya dapat dipastikan dari bentuk dan ukuran intinya saja oleh
karena tidak dapat dilihat dengan baik tonjolan-tonjolannya.

Astrosit menunjukkan inti yang paling besar dan berbentuk ovoid atau bulat dengan warna yang
pucat oleh karena butir-butir khromatin yang halus dan tersebar. Sebagian besar khromatin
menempel pada selubung inti sehingga batas inti menjadi lebih jelas. Di dalam intinya kadang-
kadang dapat terlihat nukleolus.

Oligodendroglia atau oligodendrosit merupakan populasi yang paling banyak diketemukan
sebagai kumpulan inti yang berukuran lebih kecil daripada inti astrosit. Inti yang berbentuk bulat
dan ovoid ini berwarna lebih gelap karena khromatinnya lebih padat. Kadang-kadang dalam
intinya dapat diketemukan nukleolus pula.

Mikroglia merupakan pengecualian dalam asal-usulnya oleh karena berasal dari jaringan
mesenkhim. Sel ini dapat dibedakan dengan yang lain karena bentuk intinya yang memanjang
dengan butir-butir khromatin yang tersebar rata. Kadang-kadang masih dapat terlihat sitoplasma
di sekitar intinya.

Sel ependim telah umum disepakati dimasukkan ke dalam kelompok neroglia, walaupun badan
selnya tidak terdapat di antara sel-sel saraf. Oleh karena pada saat pembentukan Sistem Saraf
Pusat sel-sel ependim membatasi Tuba neuralis maka setelah lahir sel-sel ini masih diketemukan
membatasi rongga otak yang dinamakan ventriculus dan rongga pada Medulla spinalis yang
dinamakan Canalis centralis.

Sel-sel ependim yang berbentuk silindris pendek tersusun sebagai epitil paling sedikit
mempunyai 3 fungsi yaitu :

proliferatif, sebagai
penyokong karena tonjolan-tonjolannya terdapat di antara sel-sel saraf, dan berbentuk sebagai
epitil plexus choroideus.

Fungsi terakhir ini mempunyai kaitan dengan produksi cairan serebrospinal.
Sel mirip spongioblas diketemukan di antara sel-sel neroglia yang lain mempunyai inti yang
paling kecil, berbentuk bulat dan lebih padat susunan khromatinnya.
Untuk mempelajari percabangan tonjolan sitoplasma sel-sel neroglia digunakan fiksasi larutan
bikhromat yang kemudian dilakukan pewarnaan khusus. Atas jasanya mendapatkan cara pe-
warnaan khusus ini Camillo Golgi memperoleh Hadiah Nobel dalam tahun 1906. Dengan
mempelajari tonjolan-tonjolan tersebut orang lebih dapat memahami fungsi menopang, karena
ternyata betapa kompleksnya tonjolan-tonjolan tersebut membentuk anyaman.

Astrosit protoplasmatis terdapat banyak pada substantia grisea. Sel-sel ini mempunyai tonjolan-
tonjolan sitoplasmatis yang meluas dari seluruh permukaan sel. Kadang-kadang tonjolan tersebut
berakhir pada pembuluh darah kecil sebagai cabang-cabang yang lebih kecil membentuk
"perivascular feet". Di dalam sitoplasmanya dapat diperlihatkan butir-butir yang dinamakan
gliosom.

Astrfit fibrosa sebaliknya terdapat lebih banyak dalam substanstia alba. Perbedaannya dengan
astrosit protoplasmatis dapat dilihat dari tonjolan-tonjolannya yang lebih panjang dan lurus de-
ngan sedikit percabangan. Di dalam tonjolan-tonjolan tersebut terdapat gambaran filamen.

Oligodendroglia untuk pertama kalinya diketemukan oleh Del Rio Hortega. Sel tersebut selain
lebih kecil juga mempunyai tonjolan sangat sedikit (oligo = sedikit) yang tidak memperlihatkan
gambaran filamen di dalamnya. Sel ini banyak diketemukan dalam substantia grisea terutama di
dekat sel-sel neron sehingga dinamakan juga sebagai sel satelit perineal. Pada substantia alba
oligodendroglia biasanya terdapat di antara serabut-serabut saraf bermielin, karena sel-sel
tersebut membentuk selubung mielin seperti halnya Sel Schwann pada Sistem Saraf Perifir.
Apabila terdapat di antara pembuluh darah dinamakan sel satelit perivaskuler.

Mikroglia yang berasal dari sel-sel yang berasal dari mesoderm dinamakan pula mesoglia. Sel
inipun diketemukan untuk pertama kali oleh Del Rio Hortega dalam tahun 1920. Lebih banyak
diketemukan dalam substantia grisea sebagai sel-sel satelit perivaskuler. Oleh karena sel-sel
mikroglia ini baru diketemukan setelah otak mendapatkan pembuluh darah, maka diduga bahwa
sel-sel tersebut datang bersama-sama dengan pembuluh darah. Mula-mula tampak sebagai sel-sel
ameboid di bawah piamater (pembungkus otak) kemudian masuk ke dalam jaringan saraf. Pada
kerusakan jaringan otak sel-sel mikroglia dapat berubah menjadi fagosit.

Ependim yang digolongkan dalam sel neroglia mempunyai fungsi:

1) Pada waktu pembentukan Sistem Saraf Pusat sebagai sel-sel proliferatif yang menghasilkan
neroblas yang akan jadi sel saraf, dan spongioblas yang akan menjadi neroglia.
2) Sebagai sel penyokong.
3) Sebagai pembatas rongga Sistem Saraf Pusat.
4) Sebagai epitil Plexus choroideus.
Sumber : http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/7-jaringan-saraf.html

6. OTOT
Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan
kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma,
bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek.

Ada 3 macam otot yang digolongkan berdasarkan struktur dan fungsinya:
1. Otot polos
2. Otot seran lintang
3. Otot jantung

1. Otot Polos

Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunteer. Otot polos terutama
terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontraktil pada dinding saluran cerna sejak
pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran keluar kelenjar yang berhubungan
dengan sistem ini. Otot ini terdapat pada system pernapasan, system reproduksi, arteri, vena,
pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini
otot polos berfungsi mengatur dan mempertahankan garis tengah lumen dari visera berongga.
Sel-sel otot polos dapat tersusun tersebar atau membentuk berkas memanjang atau sebagai
lembaran. Sel otot polos berbentuk gelendong, meruncing di kedua ujungnya, dan mempunyai
bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya, sekitar 15-20
m pada pembuluh darah kecil sampai 0,2 mm dengan tebal 6m. Pada dinding rahim yang
sedang mengandung sel-sel otot membesar dan memanjang sampai 0,5 mm.
Sitoplasma untuk sel otot disebut sarkoplasma mengandung sepasang sentriol. Dalam sitoplasma
terdapat butir-butir glikogen yang penting sebagai sumber energi. Seperti selsel lainnya, sel otot
diselubungi oleh membran plasma yang dinamakan sarkolema. Untuk nutrisi jaringan otot
diperlukan pembuluh darah yang bercabang-cabang masuk di antara berkas-berkas otot.

Persarafan

Agar dapat berkontraksi maka jaringan otot membutuhkan rangsangan dari ujung-ujung saraf.
Oleh Bozler dibedakan 2 tipe:

1. Tipe multi unit
Apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari
sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan,
akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Misalnya terdapat pada iris, arteri besar, dan
duktus deferens.

2. Tipe viseral
Dalam seberkas otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan
ke otot-otot yang berdekatan melalui hubungan yang mirip gap junction.

Struktur Halus Sel Otot

Sarkoplasma di dekat inti mengandung sejumlah mitokondria halus, mikrotubuli, granular
endoplasmic reticulum dan kelompok-kelompok ribosom bebas. Kompleks golgi menempati
didekat salah satu ujung inti. Dalam sarkoplasma terdapat berkas-berkas filamen yang
membentuk miofibril.

Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:
1. Miofilamen halus
2. Miofilamen kasar

Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas
miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen halus dan
miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun tersebar di seluruh
sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan kaveola pada pengamatan
dengan M.E.

Asal, pertumbuhan, dan regenerasi

Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim. Dalam
hubungannya dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarnya seperti kelenjar-kelenjar liur,
kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal ada sel dengan banyak ciri khas otot polos yang
berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya
akibat rangsangan fisiologis (misalnya dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan
patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Pada keadaan dewasa dianggap bahwa sel
otot polos berasal dari jaringan pengikat yang belum mengalami diferensiasi lanjut.

2. Otot Seran Lintang

Otot seran lintang atau otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas sel yang sangat panjang
sampai 30 cm, silindris, dan berinti banyak dengan garis tengah 10-100m. Inti lonjong
umumnya terletak pada tepi sel di bawah membran sel. Lokasi yang khas ini membantu dalam
membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos yang keduanya memiliki inti di tengah.
Otot ini ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal esophagus, dan sebagian otot wajah.
Sebagian besar dari sel otot rangka yang berbentuk serabut membentuk berkas-berkas yang
digabungkan oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat tipis yang melapisi setiap serabut otot
melanjutkan diri sebagai pembungkus berkas yang terdiri atas beberapa serabut otot mengandung
pembuluh darah kecil. Selubung jaringan pengikat tersebut dinamakan endomisium. Berkas otot
tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat yang lebih
tebal dinamakan perimisium. Berkas-berkas tingkat kedua tersebut digabungkan lagi menjadi
berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat dinamakan epimisium.
Apabila otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, kadang-kadang tampak adanya
perbedaan warna pada serabut-serabutnya. Dengan pembesaran tampak bahwa serabut-serabut
otot yang berwarna merah berkelompok diantara serabut otot yang berwarna putih (pucat) yang
berukuran lebih besar.

Gautier membedakan 3 jenis serabut otot dengan pewarnaan khusus :

serabut otot merah,
serabut otot putih,
serabut otot peralihan

Serabut otot merah yang lebih kecil ternyata lebih banyak mengandung mitokhondria,
mioglobin, dan banyak pembuluh darah diantara serabut-serabutnya.
Pada tingkat pengamatan dengan M.E., serabut otot merah ternyata memiliki lempeng Z lebih
tebal, lebih kompleksnya struktur sarcoplasmic reticulum pada daerah lempeng Z, mitokondria
berukuran lebih besar dan terletak berderet-deret diantara miofibril kalau dibandingkan serabut
otot putih. Serabut otot peralihan memiliki sifat-sifat diantara serabut otot merah dan serabut otot
putih.

Macam-macam serat otot seran lintang:

1. Serat merah, serat ini berdiameter relatif kecil, dengan banyak sarkosom besar yang penuh
krista. Sarkosom-sarkosom itu terkumpul di bawah sarkolema dan berderet-deret memanjang
diantara miofibril.

2. Serat putih, merupakan bagian terbesar dari otot putih dan seratnya lebih besar. Sarkosom-
sarkosom yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis Z, dan garis Z disini hanya
setengah lebarnya garis Z pada serat merah.

3. Serat menengah, serupa serat merah, terdapat pada otot merah, tetapi sarkosomnya lebih kecil
dan garis Z-nya lebih tipis. Myoneural junction (taut mioneural) bersifat lebih kompleks pada
serat putih, dan penyebaran berbagai jenis serat didalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh
sistem saraf. Serat merah berkontraksi lebih lambat jika dibandingkan dengan serat putih dan
lebih tahan berkontraksi lama, walaupun sebenarnya ada 2 jenis serat merah, dan salah satunya
berkontraksi lumayan cepat. Serat menengah yang secara morfologi mirip serat merah, lebih
mirip serat putih dalam hal kecepatan kontraksinya.


Struktur mikroskopis
Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di
seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 m.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh
karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di
sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma
yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi
serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 m. Penyebaran miofibril
dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-
kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan
sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan,
sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi
dibawah sarkolema.

Struktur halus otot seran lintang
Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan dengan
sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri atas:
a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.
b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis
c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler
Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya mengandung
berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan fungsi serabut otot yang
mampu berkontraksi.
Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak memanjang
berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara miofibril. Kompleks Golgi
terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.
Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan panjang dari
filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.

Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda dalam
ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:
1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100 dan panjang 1,5m
2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50 dan panjang 2m

Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis melintang
yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh ketebalan serabut. Oleh
karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau cakram.

Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:

1. Lempeng A
Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan H.E
memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah lempeng yang lebih
sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi oleh lempeng yang gelap, yaitu
lempeng M.

2. Lempeng I
Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna gelap
ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat perbatasan dengan
lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut otot yang dihubungkan dengan
kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan.
Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang
dibatasi oleh lempeng Z.

Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 m berpangkal pada
lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari lempeng A sampai batas
lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh ujung-ujung miofilamen halus dari kedua
belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal yang berada sebagian diantara miofilamen halus,
perluasannya dalam satu sarkomer mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng
I di pihak lain
Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami pada
potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I. Pada potongan
tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara teratur oleh 6 batang
miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus sendiri dikelilingi oleh 3 batang
miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul
berbentuk batang pendek yang merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang
dinamakan cross bridge.
Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu sarcoplasmic
reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa. Sarcoplasmic reticulum
merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran yang mengelilingi miofibril.

Komponen lain dalam sarkoplasma
Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk butir-butir
kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.
Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam eritrosit
yang digunakan untuk mengikat oksigen.

Mekanisme kontraksi

Oleh Huxley dijelaskan bahwa pada waktu proses kontraksi miofilamen halus di kedua pihak
dalam sebuah sarkomer menyusup mendekati ujung-ujung miofilamen halus di pihak lain
diantara miofilamen tebal disekelilingnya. Oleh karena miofilamen halus bertumpu pada
lempeng Z, maka berakibat pada lempeng Z saling mendekat sehingga pada waktu berkontraksi,
sarkomer diseluruh serabut memendek. Jika seluruh sarkomer memendek, maka seluruh serabut
memendek pula. Dari hipotesis ini jelaslah bahwa kontraksi disebabkan kemampuan saling tarik
antara dua macam miofilamen yang diwujudkan sebagai saling menggesernya miofilamen
sedemikian rupa sehingga terdapat perlekatan yang maksimal dari masing-masing permukaan.
Proses yang berlangsung sebelum terjadinya kontraksi:
Tonjolan miofilamen tebal mengadakan kontak dengan molekul aktin
Arah miring dari tonjolan tersebut menyebabkan adanya gerakan miofilamen tebal dan
miofilamen halus dalam arah yang berlawanan
Gerakan miofilamen menyebabkan pergeseran antara filamen-filamen sehingga miofibril
memendek
Selama pergeseran, terjadi rangkaian peristiwa hubungan antara cross bridge dengan miofilamen
halus diselingi dengan pelepasannya, sampai ujung-ujung miofilamen halus saling mendekat.
Akibat rangkaian peristiwa diatas, miofilamen halus bergeser menyusup ke dalam lempeng A
sehingga tampak sebagai fenomena berikut: lempeng H dan lempeng I menyempit disertai saling
mendekatnya lempeng Z sehingga sarkomer memendek.

Regenerasi otot seran lintang

Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan
regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa,
dengan meninggalkan parut. Demikian pula halnya bila saraf atau pembuluh darahnya terganggu
alirannya, serat-serat otot akan berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Walaupun
demikian pada otot dewasa terdapat sel-sel satelit. Sel-sel kecil dengan inti tunggal ini terdapat
diantara sarkolema dan endomisium dan rupa-rupanya merupakan cadangan sel-sel mioblas
embrional.

Histogenesis otot seran lintang

Diawali pembentukan mioblas yang pada mulanya berinti satu yang terletak ditengah sel tanpa
miofibril. Mioblas ini akan mengadakan fusi satu sama lain sehingga terbentuk sinsitium yang
diikuti pembentukan miofibril. Dengan penambahan miofibril, inti akan terdesak ke tepi
sehingga terletak dibawah sarkolema.



3. Otot Jantung

Otot jantung bersifat lurik dan involunteer, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka
hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar
yang langsung berhubungan dengan jantung. Suatu serat otot jantung terlihat dibawah mikroskop
cahaya sebagai suatu satuan linier terdiri atas sejumlah sel otot jantung yang terikat end to end
(ujung-ujung) pada daerah-daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaris.
Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan
sarkoplasma yang mirip mithokondria. Miofibril-miofibril terpisah-pisah oleh deretan
mithokondria, yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata.
Otot jantung terdiri atas serabut-serabut otot yang bergaris-garis melintang seperti halnya otot
kerangka.
Namun demikian kedua jenis serabut otot tersebut terdapat perbedaan:

1. Serabut otot jantung tidak merupakan sinsitium, melainkan merupakan rangkaian sel-sel
tunggal yang berderet-deret ujung ketemu ujung dengan perantara suatu bangunan yang
dinamakan : discus intercalaris.

2. Sel otot jantung tidak berbentuk silindris biasa, melainkan bercabang-cabang sehingga
memberikan kesan adanya anyaman 3 dimensional.

3. Inti sel otot jantung tidak terletak dibawah sarkolema,melainkan ditengah sel.

4. Kontraksi otot jantung diluar pengaruh kehendak kita.

Celah-celah diantara anyaman serabut-serabut otot jantung diisi oleh jaringan pengikat sebagai
endomisium.

Struktur halus otot jantung

Dalam beberapa hal struktur halus otot jantung sama dengan otot kerangka, khususnya mengenai
hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal, sehingga lempeng-lempeng yang
tampak pada miofibril tidak berbeda pula.
Perbedaan yang tampak pada pengamatan dengan M.E yaitu: susunan sarcoplasmic reticulum
dan mithokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen membentuk miofibril
tidak disusun secara teratur sehingga batas-batas miofibril tidak tegas. Selain itu mitokondria
lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya serta sekat-sekat dalam mithokondria juga lebih
banyak. Kadang-kadang mithokondria menempati satu sarkomer (2,5 m). Butir-butir glikogen
banyak terdapat didaerah lempeng I.
Invaginasi tubuler dari sarkoma yang membentuk tubul T pada otot jantung berukuran lebih
besar daripada otot kerangka dan terdapat pada daerah setiap lempeng Z.
Discus intercalaris yang biasanya terdapat pada daerah lempeng Z yang semula belum diketahui
secara pasti identitasnya, ternyata merupakan batas sel yang berbentuk berigi-rigi antara sel-sel
otot jantung yang berdekatan. Apabila diamati dengan M.E, discus intercalaris dibedakan
menjadi 2 bagian utama yaitu:
Pars transvelaris, yang menempati bagian yang berjalan melintang terhadap serabut otot.
Pars lateralis yang menempati bagian yang sejajar dengan serabut otot.
Pars transvelaris yang tampak sebagai garis berkelok-kelok dibedakan dalam 2 daerah yang
berlainan strukturnya. Perbedaan struktur tersebut khususnya dalam aspek hubungan antara 2 sel
yang berdekatan.
Struktur pertama mirip struktur desmosom yaitu adanya gambaran pemadatan sarkoplasma
didaerah itu. Struktur ini meliputi daerah yang cukup luas, maka dinamakan fascia adhaerens.
Fungsi struktur ini diduga keras sebagai usaha mengikat sel otot jantung satu dengan yang lain.
Diantara struktur pertama tersebut, disana-sini terdapat struktur jenis kedua yang mirip struktur
gap junction dengan celah yang memisahkan 2 sarkolema sebesar 20. Pada daerah ini tidak ada
pemadatan sitoplasma.mengingat struktur yang demikian diduga keras hubungan ini berfungsi
untuk merambatkan impuls dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung di dekatnya. Struktur
pars lateralis dari discus intercalaris ternyata mirip dengan gap junction kecuali meliputi daerah
yang luas.

Regenerasi otot jantung

Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi
hampir tidak ada tanda-tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak
diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.

Histogenesis otot jantung

Dapat diikuti sejak embrio sebagai perkembangan dari splanchnopleura yang terdapat diluar
endotil primordium jantung. Sejak awalnya telah terbentuk struktur desmososm antar sel-sel otot.
Terbentuknya sel otot jantung definitif yaitu pada saat pembuluh darah bersama jaringan
pengikat menembus endotil jantung.
Sumber : http://histofkgsp.blogspot.com/2006/10/6-otot.html

1. EPITEL DAN KELENJAR
JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk
suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk
membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk
lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga
tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.

ISTILAH EPITEL

Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti
nipple atau punting.
Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel
(cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan
berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel yang
membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut
didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada
permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.

Epitel dalam arti luas dikelompokan menjadi :

1. Jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi
rongga di dalam tubuh yang dinamakan epitel permukaan, mereka dapat digolongkan sesuai
jumlah lapisan sel dan morfologi sel pada lapisan permukaan.

2. Jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat menjadi epitel kelenjar, jaringan
epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi khusus menghasilkan cairan sekresi yang
komposisinya berbeda dari darah atau cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses
makromolekul intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam vesikel-
vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.

ASAL EPITEL

Epitel dapat berkembang dari ketiga lapis embrional. Epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung,
dan anus berasal dari ektoderm. Pelapis sistem pernapasan, saluran cerna, dan kelenjar dari
saluran cerna (misalnya, pancreas dan hati) berasal dari endoderm. Epitel lainnya (misalnya,
endotel pelapis pembuluh darah) berasal dari mesoderm. Pada umumnya mesoderm ini akan
menjadi jaringan pengikat atau otot. Epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm
ada dua macam yaitu :

1. Endothelium
Endotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung
dan pembuluh limfe.
2. Mesothelium
Mesotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang menutupi
beberapa organ tertentu seperti yang melapisi peritoneum, pleura, dan pericardium.

Fungsi umum membran epitel :
1. Proteksi
Sebagai pelindung untuk melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi
Epitel yang membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berperan
dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan.
3. Lubrikasi
Sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel
yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang melapisi
vagina.
4. Sekretori
Dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.

NUTRISI JARINGAN EPITEL

Pada umumnya jaringan epitel tidak memiliki pembuluh darah sehingga nutrisi untuk sel-sel
didapatkan dengan cara tidak langsung. Nutrisi dan O2 yang berasal dari kapiler pada jaringan
pengikat di bawah epitel harus lebih dulu menembus membrana basalis, selanjutnya nutrisi akan
menyebar ke seluruh bagian epitel dengan cara difusi melalui substasi interseluler.

BENTUK SEL EPITEL

Sel-sel epitel dalam keadaan hidup dapat berubah bentuknya untuk mengikuti perubahan
permukaan yang ditutupinya. Kalau permukaannya mengkerut, bentuk sel-sel epitelnya menjadi
lebih tinggi dan sebaliknya kalau permukaannya meluas, bentuk sel-sel akan lebih rendah.

Pada umumnya dibedakan adanya 3 macam bentuk sel epitel yaitu :

1. Sel gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada potongan tegak lurus permukaan
epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih
menebal. Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.

2. Sel kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga tampak sebagai bujur
sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya tampak poligonal.

3. Sel silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitel,
bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang berbentuk oval agak ke basal.


Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi :

1. Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous epithelium).

Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan. Batas-
batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya
pada : permukaan dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis,
Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga serosa, endotel yang
membatasi permukaan sistem peredaran, duktus alveolaris dan alveoli paru-paru.


2. Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal epithelium).

Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah,
epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus, diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia,
epithelium germanitivum, pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus
ekskretorius beberapa kelenjar.


3. Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar epithelium).

Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk
oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir
tractus digestivus dari lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa
kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya mengalami
modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai pada permukaan uterus dan
bronchiolus.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena
diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat
epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga
dinamakan sebagai Sel Piala.

4. Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos epithelium).

Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang
terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah.
Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana
basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin
mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada
permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel
melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel.

Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

v Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris, oesophagus, cornea,
conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.

v Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi terdapat perubahan
pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas
selnya. Lapisan permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan
pada epidermis kulit.

Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :

a. Stratum basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah.
Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin.

b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan
menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya
disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan
eratnya hubungan antar sel.

c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya
sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan
ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis.

d. Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya
lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam
sitoplasmanya.

e. Stratum corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi
keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagian-bagian epidermis yang dilepaskan
sehingga merupakan lapisan tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.

5. Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified columnar epithelium).

Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk silindris dan
bagian basal selnya tidak mencapai membran basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris
berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat
ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae, urethra pars cavernosa dan
ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan
teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum molle, laring dan oesophagus
dari fetus.

6. Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ).

Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis
epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan
dinding anthrum folliculi ovarii.

7. Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex, epitel silindris berlapis
semu).

Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrane basalis. Tinggi sel-
sel penyusunnya tidak sama sehingga letak inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-
sel yang berukuran pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran
tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat
ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang
mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel
kelenjar.


8. Epitel transisional (Transisional epithelium ).

Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi.
Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami
perubahan volume seperti kandung kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales
sampai sebagian dari urethra.
Sel-sel paling basal dari epitel tersebut berbentuk kuboid atau silindris. Sel-sel yang terdapat
diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang kemudian dilanjutkan
dengan sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke
arah permukaan. Sel-sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang dapat
berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa
tangkai sehingga dinamakan Sel Payung. Bagian bawah dari sel payung bentuknya cekung sesuai
dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu. Permukaan sel payung dilengkapi dengan
crusta yang dapat berfungsi untuk melindungi terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.


STRUKTUR PENYOKONG DALAM SEL EPITEL

Dalam sitoplasma sel epitel, terdapat organela yang berfungsi sebagai rangka penyokong,
diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan cell web. Distribusi bahan-bahan fibriler tersebut
berbeda pada masing-masing jenis sel epitel, misalnya dalam sel-sel epitel untuk absorbsi seperti
pada epitel usus, sebagian besar dari struktur fibriler berkumpul di bawah permukaan bebas sel
tepat di bawah mikrovili, fibril yang membentuk anyaman tersebut dinamakan terminal web.
Di dalam sediaan epidermis kulit sering terlihat bangunan yang dinamakan tonofibril yang
merupakan kumpulan berkas-berkas filamen. Filamen-filamen yang membentuk terminal web
atau cell web melekat pada suatu daerah yang pada permukaan selnya terdapat struktur yang
dinamakan desmosom.

STRUKTUR KHUSUS PADA SISI SEL EPITEL

Pengkhususan struktur pada sisi sel merupakan modifikasi permukaan sehingga memenuhi
fungsi hubungan dalam berbagai bentuk. Bentuk khusus tersebut misalnya untuk kemantapan
dalam kedudukannya, untuk mengisi celah antar sel pada tempat tertentu, dan untuk
merambatkan listrik.
Bentuk khusus pada permukaan sel biasanya dinamakan berdasarkan pada ukuran dan bentuk
daerah yang mengalami pengkhususan tersebut. Macula merupakan daerah kecil berupa bercak,
sedangkan yang dimaksud dengan zonula adalah jika daerah tersebut melingkari sel sebagai
gelang dan bila daerahnya luas maka dinamakan fascia.
Jarak antara permukaan sel-sel yang berhadapan menjadi dasar dalam penamaan pada struktur
khusus sel epitel. Pada umumnya jarak membran plasma dari sel-sel epitel yang berdekatan
berkisar antara 150 - 200 . Istilah adhaeren digunakan untuk struktur khusus pada membran
sel yang berdekatan dengan jarak antara 200 -250 . Di dalam celah antar sel tersebut berisi
bahan yang diduga berguna untuk melekatkan satu sama lain. Istilah occludens digunakan untuk
sel-sel yang berhadapan dimana masing-masing membran plasmanya berhimpit langsung tanpa
dipisahkan oleh celah. Jenis hubungan ini biasanya dinamakan juga sebagai tight junction atau
pentalaminar junction. Gap junction merupakan bentuk hubungan antar sel yang dipisahkan oleh
celah yang sempit sebesar 20 .
Atas dua dasar tersebut maka jenis hubungan dapat dinamakan sebagai berikut :

1. Desmosome (macula adhaerens)

Desmosome atau macula adhaerens biasanya berbentuk bulat atau oval. Hubungan tersebut
memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel satu sama lain. Fungsi
desmosome adalah sebagai tempat perlekatan mekanik antar dua sel yang berdekatan. Bentuk ini
banyak dijumpai pada epitel berlapis yang banyak mengalami tekanan, seperti pada epidermis
dan cervix. Bila jumlah desmosome berkurang, maka sel-sel tersebut mudah terlepas seperti pada
kelainan kulit tertentu. Desmosome yang bukan merupakan hubungan antar dua sel seperti yang
terdapat pada bagian dasar sel epitel yang berdekatan dengan jaringan pengikat di bawahnya,
maka bentuknya tidak menunjukkan gambaran yang simetris, melainkan hanya separuhnya saja
yang disebut dengan hemidesmosome.


2. Terminal bar (junctional complex)

Terminal bar merupakan serangkaian bentuk pengkhususan dari membran sel berbentuk sebagai
: zonula occludens, zonula adhaerens, dan serangkaian desmosome. Tight junction pada terminal
bar mempunyai struktur khas, yaitu menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada
permukaannya. Daerah zonula adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-
sifat sebagai macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi zonula
occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel
bersangkutan, sedangkan fungsi zonula adhaerens adalah untuk pelekatan mekanik antar sel yang
berdekatan pada epitel atau jaringan lain seperti pada otot jantung.

3. Gap junction

Gap junction merupakan hubungan interseluler yang mempunyai kategori hubungan komunikasi
antar sel. Gap junction tersusun oleh molekul-molekul protein yang menonjol dari membrane sel
membentuk suatu struktur yang membatasi saluran yang dinamakan connexon. Connexon ini
diduga menghubungkan antara dua sel yang berdampingan melalui isi yang mengalir di
dalamnya. Connexon ini berukuran separuh dari panjang saluran yang dibentuk. Kedua
connexon tersebut bertemu sedemikian rupa sehingga antara dua membran sel yang berhadapan
dipisahkan oleh celah (gap) sebesar 2-4 nm. Saluran dalam gap junction dapat mengalirkan
molekul-molekul yang larut dalam air antara sel-sel yang berdekatan, sehingga gap junction
dapat dikatakan menghubungkan sel-sel secara metabolisme dan listrik.

STRUKTUR KHUSUS PADA PERMUKAAN BASAL SEL EPITEL

Membrana basalis merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di
bawah permukaan basal semua epitel dengan ketebalan yang berbeda-beda. Membrana basalis
yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami gesekan seperti epidermis
kulit. Membrane basalis berfungsi sebagai penyokong dan bertindak sebagai filter yang
semipermeabel dari bagian basal epitel.

Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane basalis dapat dibedakan dalam :

1. Lamina basalis
Ketebalannya antara 500 - 1000 yang merupakan anyaman padat filament halus.

2. Lamina reticularis
Terdapat dibawah lamina basalis yang merupakan anyaman serat-serat retikuler dalam substansi
dasar. Terkadang ditemukan serat elastis diantaranya, misalnya pada membrane basalis epitel
trachea.
Menurut beberapa peneliti, lamina basalis dibentuk oleh sel-sel epitel, sedangkan lamina
retikularis dibentuk oleh jaringan pengikat. Dari permukaan basal sel-sel epitel terdapat tonjolan-
tonjolan yang masuk ke dalam jaringan pengikat di bawahnya. Hal ini merupakan factor penguat
perlekatan epitel pada jaringan pengikat, terutama untuk epitel gepeng berlapis dan epitel
transisisonal. Bangunan lain yang terdapat pada bagian basal adalah hemidesmosom yang
berfungsi sebagai penguat perlekatan epitel pada jaringan pengikat.

STRUKTUR PADA PERMUKAAN BEBAS EPITEL

1. Mikrovili

Merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang terdapat pada permukaan bebas sel
epitel. Tonjolan-tonjolan tersebut dinamakan secara berbeda-beda, misalnya yang terdapat pada
tubulus contortus proximalis, plexus choroideus, dan placenta sebagai brush border karena
bentuknya seperti bulu sikat. Tonjolan yang terdapat pada epitel usus karena tampak bergaris-
garis dinamakan striated border. Pada permukaan sebuah sel mungkin ditemukan sebanyak 2000
mikrovili. Fungsi dari mikrovili adalah untuk memperluas permukaan agar dapat meningkatkan
daya absorbsi sel-sel epitel usus. Pada permukaan mikrovili usus terdapat suatu enzim yang
dapat memecahkan bahan makanan agar dapat diabsorbsi.

2. Stereocilia

Stereocilia merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang. Jenis mikrovili ini
terdapat pada permukaan epitel duktus epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur
keadaan lingkungan untuk pematangan sperma.

3. Kinocilia

Kinocilia atau yang biasa disebut dengan cilia, merupakan tonjolan yang berbentuk sebagai bulu
halus dan bersifat motil (bergerak). Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena adanya
struktur halus yang berbeda dengan stereocilia. Sebuah cilium tertanam dalam suatu bangunan
yang dinamakan corpusculum basale. Ukuran panjang kinocilia berkisar antara 5-10 m dengan
diameter 0,2 m. cilia dapat ditemukan pada epitel tractus respiratorius, oviduct, dan uterus.

4. Crusta

Bangunan ini merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel epitel misalnya
pada epitel transisional dengan maksud melindungi sel terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.

5. Cuticula

Struktur ini merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang kemudian diletakkan
sebagai kerak di luar sel epitel. Struktur khusus ini dapat ditemukan sebagai capsula lentis.
POLARITAS SEL-SEL EPITEL
Polaritas sel epitel adalah keadaan yang berbeda antara bagian puncak dan dasar epitel. Salah
satu contohnya adalah sel silindris pada epitel usus yang berfungsi untuk absorbsi makanan. Di
bagian puncak sel terdapat tetes-tetes lemak, kompleks golgi dan lebih banyak mengandung
mitokondria dengan mikrovili pada permukaaan bebasnya, sedangkan pada tubulus contortus
ginjal, mitokonria lebih banyak dibagian dasar sel.


KELENJAR

Kelenjar adalah suatu sel atau beberapa sel tubuh yang menghasilkan substansi khusus untuk
bagian lain dari tubuh.

KLASIFIKASI KELENJAR

I. KELENJAR EKSOKRIN

Kelenjar ini mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya dan selanjutnya
bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Secara morfologik kelenjar eksokrin dapat
digolongkan menurut dasar tertentu. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, maka dapat
digolongkan ke dalam :

a. Kelenjar uniseluler
Kelenjar jenis ini tidak memiliki saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan,
misalnya pada epitel usus sebagai sel piala.

b. Kelenjar multiseluler
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini dibedakan
menjadi :

Kelenjar intraepitelial,
yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar. Kelenjar
jenis ini dapat dijumpai pada epitel selaput lendir lambung dan rongga hidung.

Kelenjar ekstraepitelial,
jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat.

Jenis kelenjar ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Pars secretoria, yaitu bagian yang menghasilkan sekret
2. Ductus excretorius, yaitu saluran yang menampung sekret dari pars secretoria.


Dengan memperhatikan bentuk pars secretoria dan ductus excretorius dalam tubuh dikenal
berbagai jenis kelenjar yaitu :

1) Kelenjar tubuler sederhana (simple tubular gland)
a. Kelenjar tubuler lurus (kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (glandula subdorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (glandula uterina)

2) Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveoler gland)
Kelenjar ini selalu bercabang (glandula submandibularis, glandula duodenalis brunneri).

3) Kelenjar alveolar sederhana (simple alveolar gland)
Contoh kelenjar ini yaitu glandula sebacea yang terdapat pada kulit dan merupakan kelenjar
polyptyche yang mempunyai modifikasi pada kelopak mata sebagai glandula meibomi yang
termasuk sebagai kelenjar alveolar sederhana bercabang .

4) Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland)
Kelenjar ini mempunyai pars secretoria berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang
bercabang dan akhirnya bermuara dalam satu saluran utama contohnya testis.

Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel pars secretorianya dapat dibedakan menjadi kelenjar

monoptyche, yang terdiri atas satu lapis sel (misalnya kelenjar keringat) dan kelenjar polyptyche,
yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya glandula sebacea).

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi :

kelenjar sitogen, yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya (misalnya testis dan
ovarium) dan

kelenjar nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel.

Kelenjar nonsitogen ini dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :

1) Kelenjar mukosa
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya pyramidal dengan bagian
puncaknya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai pembentuk lendir.

2) Kelenjar serosa

Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih yang berbentuk sebagai albumin. Terkadang sekret
tersebut mengandung enzim seperti pada kelenjar pancreas dan parotis.
Sel kelenjar serosa berbentuk pyramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak ditengah.
Pada bagian basal sel terdapat glanular endoplaspic reticulum sehingga pada pengamatan dengan
menggunakan mikroskop cahaya tampak gambaran yang bergaris-garis.

3) Kelenjar campuran

Merupakan kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar mukosa dan serosa. Kadang-kadang sel
serosa terdesak oleh sel mukosa sehingga membentuk gambaran bulan sabit yang dinamakan
demiluna gianuzzi. Contoh dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan glandula
sublingualis.

Berdasarkan cara sekresinya, dikenal tiga macam kelenjar yaitu :

1) Kelenjar merokrin
Pada saat sekresi tidak akan terjadi kerusakan pada selnya ataupun tidak ada bagian sel yang ikut
disekresikan (glandula subdorifera).

2) Kelenjar apokrin
Kelenjar jenis ini pada saat sekresi, ada sebagian dari puncak sel ikut bersama-sam disekresikan
sehingga tampak adanya tonjolan-tonjolan di bagian pucak sel kelenjar (glandula axillaris dan
glandula circumanale).

3) Kelenjar holokrin
Kelenjar jenis ini akan mengalami kerusakan pada waktu melangsungkan sekresi sehingga
sekretnya bercampur dengan bagian sel yang telah mati (glandula sebacea).

SEL MIO-EPITEL

Sel ini berasal dari epitel tetapi bersifat kontraktil seperti sel otot. Sel tersebut terletak diantara
membrane basalis dan sel-sel epitel kelenjarnya. Sel mio-epitel diduga berfungsi untuk
membantu mendorong sekret kelenjar ke dalam duktus excretorius, terlihat adanya tonjolan-
tonjolan sitoplasma yang panjang mengelilingi pars secretoria membentuk anyaman sebagai
keranjang.

ORGANISASI HISTOLOGIS KELENJAR EKSOKRIN

Pada umumnya kesatuan-kesatuan kelenjar bergabung membentuk kelenjar besar, sehingga
masing-masing ductus excretoriusnya bermuara ke dalam saluran yang lebih besar. Seluruh
kelenjar tersebut di bungkus oleh kapsel jaringan pengikat yang melanjutkan masuk ke dalam
bagian dalam dari kelenjar sehingga seluruh kelenjar tersebut dibagi-bagi dalam lobus dan
jaringan pengikat yang membatasi dinamakan septum interlobaris. Selajutnya jaringan pengikat
tersebut juga membagi-bagi kelenjar dalam satuan yang lebih kecil yang dinamakan lobulus.
Pada beberapa kelenjar, tampak bahwa beberapa septum seolah-olah menuju ke satu arah yaitu
kearah saluran utama memasuki kelenjar. Saluran utama kelenjar tersebut menerima saluran dari
setiap lobus yang dinamakan duktus lobaris. Saluran ini menerima duktus interlobularis yang
berjalan dalam septum interlobularis. Duktus interlobularis menerima saluran yang lebih kecil
dari lobulus yang dinamakan duktus intralobularis yang hanya sedikit dibungkus oleh jaringan
pengikat. Duktus intralobularis menerima sekret kelenjar melalui duktus intercalaris yang
menampung langsung dari pars secretoria atau melalui canalicali intercellularis yang merupakan
celah-celah diantara masing-masing sel-sel kelenjar.

II. KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar ini tidak memiliki saluran keluar, disebut juga dengan kelenjar buntu. Hasil dari
kelenjar ini diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfe. Pada umumnya kelenjar
endokrin terdapat anyaman kapiler yang berhubungan langsung dengan sel-sel kelenjar. Susunan
sel-sel kelenjar dapat tersebar dalam anyaman kapiler atau membentuk kelompok-kelompok.
Oleh karena hormon sebagai hasil kelenjar endokrin dalam kadar yang sangat rendah sudah
menunjukkan pengaruhnya, maka hormon tersebut tidak selalu harus diangkut oleh pembuluh
darah, namun harus di timbun terlebih dahulu. Penimbunan pada hormon pada tingkat pertama
dapat dilakukan intraseluler sebagai butir-butir sekresi yang selanjutnya dapat ditimbun
ekstraseluler di dalam celah-celah antar sel kelenjar atau dibatasi dalam suatu bentuk ruang yang
dinamakan folikel (glandula thyroidea).
Tidak semua kelenjar endokrin disusun dalam kesatuan kelenjar khusus, melainkan tersebar
dalam suatu organ (testis, ovarium, dan selaput lendir usus). Sebagian kelenjar endokrin
membentuk suatu kesatuan yang dibungkus oleh jaringan pengikat (hypophisis cerebri).
Ada bentuk khusus dari kelenjar endokrin yang merupakan campuran kelenjar endokrin-
eksokrin. Jenis kelenjar ini terdapat pada pancreas dimana kelenjar endokrin sebagai pulau-pulau
diantara kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin sebagai insula langerhans.




1. Membran sel (membran plasma), merupakan bagian sel paling luar. Dimiliki oleh
hewan dan tumbuhan. Berfungsi mengatur keluar masuknya zat pada suatu sel.
2. Dinding sel, merupakan lapisan di bawah membran sel, terbuat dari selulosa. Hanya
dimiliki oleh sel tumbuhan. Berfungsi untuk memberi kekuatan dan perlindungan bagi
sel.
3. Sitoplasma, cairan bening seperti gel yang mengisi ruang dalam sel, berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya reaksi metabolisme.
4. Vakuola, merupakan rongga di dalam sel yang berlapis membran, di dalamnya berisi
cairan. Berfungsi sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan sisa metabolisme.
Vakuola sel hewan berukuran kecil, sedangkan vakuola tumbuhan berukuran besar.
5. Mitokondria, nerupakan tempat pembentukan sumber energi. Umumnya dimiliki semua
sel hidup, karena fungsinya yang sangat penting, yaitu menghasilkan energi melalui
proses respirasi sel (reaksi antara bahan makanan dengan oksigen dan menghasilkan
energi)
6. Ribosom, organel berbentuk butiran-butiran kecil yang terdapat di sitoplasma atau
menempel di permukaan retikulum endoplasma kasar. Berfungsi sebagai tempat sintesis
protein. Terdapat di sel hewan dan tumbuhan.
7. Retikulum Endoplasma, organel berbentuk seperti saluran. Retikulum Endoplasma
permukaan kasar diselubungi ribosom, Retikulum Endoplasma permukaan halus tidak
ada ribosom, tetapi di permukaannya terdapat enzim-enzim. Berfungsi untuk membatu
metabolisme protein, lemak dan karbohidrat.
8. Badan Golgi, organel berbentuk seperti tumpukan kue panekuk. Berfungsi membantu
sintesis protein. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
9. Lisosom, merupakan kantung kecil dengan membran tunggal. Berfungsi untuk mendaur
ulang bagian sel yang rusak, mencerna zat sisa makanan atau zat-zat asing yang masuk ke
dalam sel. Terdapat di sel tumbuhan dan hewan.
10. Sentrosom, bentuknya seperti tabung kecil dan mengapung di sitoplasma. Sentriol dalam
sentrosom berperan dalam pembelahan sel. Sentrosom sel hewan memiliki sepasang
sentriol, sednag sel tumbuhan tidak.
11. Nuklues (inti sel), organel berbentuk bulat atau lonjong yang terdapat di tengah atau
bagian tepi sel. Berfungsi sebagai pusat pengendali kegiatan sel. Di dalamnya terdapat
cairan inti (nukleoplasma), anak inti (nukleolus) dan selapu inti. Terdapat di sel hewan
dan tumbuhan.'
12. Kloroplas, organel kecil berbentuk bulat yang berwarna hijau karena mengandung
pigmen klorofil. Hanya terdapat di sel tumbuhan. Berperan dalam proses fotosintesis
tumbuhan yang menghasilkan energi dan bahan makanan tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai