Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Anatomi Fisiologi Jantung dan Pembuluh Darah

Dosen Pengampu:
Prof. Retno Susilowati, M.Si

Disusun Oleh :

Salsabila Nisrina (18620003)

Rizqia Achsana Nadiya (18620106)

Safira Aulya Milini Yuna (18620110)

Kelas Biologi C

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK


IBRAHIM MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan, kesempatan, serta keridhoanNya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat dan salam selalu kami panjatkkan kepada
baginda Rasulullah SWT yangtelah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang
terang benderang yakni Addinulislam wal iman

Terima kasih kami ucapkan Ibu Dr. Retno Susilowati, M.Si selaku dosen mata
kuliah Anatomi dan Fisiologi Manusia yang telah memberi pengarahan mengenai tugas
makalah ini hingga selesai, kepada Orang tua yang tak pernah lupa memberikan motivasi,
serta kepada teman- teman yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Segenap kemampuan kami curahkan untuk membuat makalah ini namun kami sadar
bahwa kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan sehingga kritik dan
salam sangat kami harapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Malang, 23 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….ii

BAB 1
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ...................................................................................................................................... 2

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………3

2.1 Kaitan Antara QS Al-Alaq (98): 2 dengan Peran Penting Darah ............................................ 3

2.2 Fungsi dan Komponen Darah .................................................................................................. 4

2.3 Proses Pembentukan Sel-Sel Darah (Hematopoiesis)............................................................ 12

2.4 Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritropoiesis) .......................................................... 20

2.5 Struktur dan Mekanisme Fungsi Hemoglobin ....................................................................... 23

2.6 Faktor Resiko, Petogenesis, Pencegahan Terjadinya Anemia ............................................... 27

2.7 Mekanisme Dan Fungsi Peredaran Darah.............................................................................. 29

2.8 Dinamika cairan keluar masuk pembuluh darah di kapiler darah.......................................... 31

BAB III

PENUTUP………………………………………………………………………………...…….33

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen darah .................................................................................................6
Gambar 2.2 Komponen darah..............................................................................................7
Gambar 2.3 Eusinofil...........................................................................................................10
Gambar 2.4 Basofil..............................................................................................................10
Gambar 2.5 Neutrofil...........................................................................................................11
Gambar 2.6 Monosit............................................................................................................12
Gambar 2.7 Tempat Terjadi Hematopoesis..........................................................................15
Gambar 2.8 Proses Pembentukan Hematopoesis.................................................................18
Gambar 2.9 Eritropoesis.......................................................................................................22
Gambar 2.10 Molekul Hemoglobin......................................................................................23
Gambar 2.11 Sirkulasi Darah................................................................................................31
Gambar 2.12 Pembuluh Darah Jantung dan Tubuh..............................................................32

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin
berada dalam Rahim. Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan suplai pembuluh darah,
perkembangan janin tidak dapat terjadi dan kematian janin tidak dapat dihindarkan.1 Organ vital
yang terdapat pada sistem kardiovaskular adalah jantung, yang memegang peran penting pada
kehidupan setiap insan, termasuk bayi dan anak yang sedang mengalami tumbuh kembang.
Struktur dan fungsi jantung yang normal sangat dibutuhkan untuk mempertahankan peredaran
darah yang stabil guna mencukupi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh seorang anak.
Salah satu organ vital manusia adalah darah. Darah merupakan suatu cairan yang sangat
penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transportasi serta memiliki banyak kegunaan
lainnya untuk menunjang kehidupan. Darah merupakan suatu cairan yang sangat vital bagi
manusia karena memiliki banyak fungsi yang mampu menunjang kehidupan. Keadaan seseorang
yang sehat atau sakit bisa dideteksi dari sel-sel darah yang ada didalam tubuh. Selain sebagai
petunjuk adanya penyakit lain, sel-sel darah juga bisa menunjukkan adanya penyakit darah yang
diakibatkan perubahan susunan kimiawi sel darah itu sendiri. Sel- sel darah terdiri dari sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit) (Bakta, 2009).
Fungsi peredaran darah adalah sebagai pertukaran gas mengeluarkan CO2 dan mengikat
O2 dalam darah, terdapat susunan protein yang kompleks, inilah disebut hemoglobin. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin diantaranya yaitu pola makan seperti
kurangnya zat besi yang dikonsumsi dalam tubuh atau kurangnya makanan yang bergizi serta
kurangnya waktu beristirahat (begadang) atau biasa disebut anemia (Bakta, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kaitan antara QS Al „Alaq (98): 2 tentang Allah menciptakan manusia dari
segumpal darah dengan peran penting darah dalam proses fisiologi manusia?
2. Apa komponen, anatomi dan fungsi darah?
3. Bagaimana proses pembentukan sel sel darah (Hematopoiesis)?
4. Bagaimana proses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis)?
5. Bagaimana struktur dan mekanisme fungsi Hb di paru-paru?
6. Bagaimana mekanisme fungsi Hb di jaringan?
7. Bagaimana faktor risiko, petogenesis, dan pencegahan terjadinya Anemia?

1
8. Bagaimana mekanisme dan fungsi peredaran darah?
9. Bagaimana dinamika cairan keluar masuk pembuluh darah di kapiler darah?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kaitan antara QS Al „Alaq (98): 2 tentang Allah menciptakan manusia
dari segumpal darah dengan peran penting darah dalam proses fisiologi manusia
2. Untuk mengetahui komponen, anatomi dan fungsi darah
3. Untuk mengetahui proses pembentukan sel sel darah (Hematopoiesis)
4. Untuk mengetahui proses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis)
5. Untuk mengetahui struktur dan mekanisme fungsi Hb di paru-paru
6. Untuk mengetahui struktur dan mekanisme fungsi Hb di jaringan
7. Untuk mengetahui faktor risiko, petogenesis, dan pencegahan terjadinya Anemia
8. Untuk mengetahui mekanisme dan fungsi peredaran darah
9. Untuk mengetahui dinamika cairan keluar masuk pembuluh darah di kapiler darah

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kaitan Antara QS Al-Alaq (98): 2 dengan Peran Penting Darah

ِ ‫َخلَقَ ا‬
٢ - ‫اْل ان َسانَ ِم ان َعلَ ٍۚق‬

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Kemenag, 2021)

Ayat ini memperkenalkan Tuhan yang disembah oleh Nabi Muhammad saw. Bahwa
Allah adalah Tuhan yang telah menciptakan manusia yakni semua manusia kecuali Adam dan
Hawwa‟, manusia diciptakan dari „alaq segumpal darah atau sesuatu yang bergantung di dinding
rahim. Menurut tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Quthb (2004) ayat ini bermakna yakni dari
titik darah beku yang melekat di dalam rahim. Yaitu dari asal mula yang sangat kecil dan
bersahaja, kemudian dengan limpah kemurahan-Nya dan dengan qudrat kuasa-Nya. Allah
mengangkatkan segumpal darah itu kepada derajat manusia yang mengerti dan boleh belajar.

Kata „alaq dalam kamus-kamus bahasa Arab digunakan dalam arti segumpal darah, juga
dalam arti cacing yang terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut di
kerongkongannya. Banyak ulama masa lampau memahami ayat di atas dalam pengertian
pertama. Tetapi ada juga yang memahaminya dalam arti sesuatu yang tergantung di dinding
rahim. Ini karena para pakar embriologi menyatakan bahwa setelah terjadinya pertemuan antara
sperma dan indung telur ia berproses dan membelah menjadi dua, kemudian empat, kemudian
delapan demikian seterusnya sambil bergerak menuju ke kantong kehamilan dan melekat
berdempet serta masuk ke dinding rahim (Ayu dan Syukur, 2019).

Menurut tafsir Al-Misbah, ayat ini juga bermakna bahwa Allah yang telah menciptakan
manusia, yang memiliki tubuh dan ilmu yang sempurna, dari segumpal darah yang tidak
memperlihatkan sesuatu yang dapat dibanggakan (Tafsirq, 2021). Segumpal darah ini merupakan
cikal bakal dari seluruh kehidupan manusia. Dari segumpal darah akan terus bertumbuh dan
berproses lagi menjadi segumpal daging, kemudian berproses lagi hingga terbentuk tulang yang
dibungkusi oleh daging hingga menjadi organ dan sistem organ yang membentuk tubuh menjadi
sempurna. Darah melakukan banyak fungsi penting untuk kehidupan dan dapat mengungkapkan
banyak tentang kesehatan manusia. Darah adalah jenis jaringan ikat, terdiri atas sel-sel (eritrosit,

3
leukosit, dan trombosit) yang terendam pada cairan kompleks plasma. Darah membentuk sekitar
8% dari berat total tubuh. (Sa‟adah, 2018).

Darah merupakan komponen esensial mahluk hidup, sehingga darah memiliki peranan
penting dalam fisiologi manusia Darah adalah media transportasi utama yang mengangkut gas,
nutrisi dan produk limbah. Darah berperan dalam menjaga pertahanan tubuh dari invasi patogen
dan menjaga dari kehilangan darah. Darah juga memiliki fungsi regulasi dan memainkan peran
penting dalam homeostasis. Dengan peran darah pada kerja fisiologi tubuh manusia ini, maka
manusia yang sebelumnya hanya berupa segumpal darah kecil yang bukan apa-apa dan tidak
dapat dibanggakan, lalu melalui nutrisi yang diedarkan oleh darah, hingga terjadi proses
pembentukan sel darah selama hidup, maka segumpal darah itu akan dapat bertumbuh dan
berproses membentuk jaringan, organ dan sistem organ penyusun tubuh yang sempurna sehingga
manusia dapat terangkat derajatnya yaitu memiliki akal untuk melakukan segala kewajibannya di
muka bumi ini.

2.2 Fungsi dan Komponen Darah

2.2.1 Fungsi darah

Darah merupakan komponen yang unik; darah merupakan satu-satunya jaringan cairan
dalam tubuh manusia (Campbell, 1993). Darah berfungsi untuk;

1. Membawa gas, nutrisi dan produk sisa metabolisme. Oksigen masuk kedalam darah dalam
paru-paru dan diangkut ke sel. Karbon dioksida, yang diproduksi oleh sel, diangkut dalam
darah ke paru-paru, dimana ia dikeluarkan. Nutrisi, ion dan air yang dicerna dibawa oleh
darah dari saluran pencernaan ke sel, dan produk sisa metabolisme dipindahkan ke ginjal
untuk di eliminasi.
2. Membentuk gumpalan darah (clot). Protein pembekuan membantu membendung kehilangan
darah ketika pembuluh darah terluka. Sehingga, darah tidak terus-menerus mengalir keluar
dari dalam tubuh.
3. Transportasi molekul yang diproses oleh tubuh. Sebagian besar zat diproduksi di satu bagian
tubuh dan diangkut dalam darah ke bagian lainnya.

4
4. Perlindungan terhadap zat asing. Antibodi dalam darah membantu melindungi tubuh dari
patogen (zat asing).
5. Transportasi molekul yang mengatur proses tubuh, seperti hormon dan enzim.
6. Pemeliharaan suhu tubuh. Darah hangat diangkut dari dalam ke permukaan tubuh, dimana
panas dilepaskan dari darah keluar tubuh melalui pori-pori.
7. Pengaturan pH dan osmosis. Albumin (protein darah) merupakan penyangga darah yang
mempunyai peranan penting terhadap tekanan osmotik darah, dimana tekanan osmotik
berperan dalam menjaga kadar air dalam aliran darah.
2.2.2 Komponen Darah
Darah adalah jaringan ikat yang kompleks di mana sel-sel darah hidup, yang terbentuk
dari berbagai macam unsur-unsur pembentuk darah. Darah tersusun atas plasma darah dan sel
darah. Sel darah mencakup eritrosit, leukosit dan trombosit. (Fatimah dkk, 2019). Darah tersusun
atas dua komponen utama yaitu : (Desmawati, 2013).

1) Plasma darah

Bagian cair darah (55%) yang sebagian terdiri dari 92% air, 7% protein, 1% nutrien, hasil
metabolisme, gas pernapasan, enzim, hormon-hormon, faktor pembekuan dan garam-garam
organik. Protein-protein dalam plasma terdiri dari serum albumin (alpha-1 globulin, alpha-2
globulin, beta globulin dan gamma globulin), fibrinogen, protombin, dan protein esensial untuk
koagulasi. Serum albumin dan gamma globulin sangat penting untuk mempertahankan tekanan
osmotik koloid dan gamma globulin juga mengandung antibodi (immunoglobulin) seperti IgM,
IgG, IgA, IgD, dan IgE untuk mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme (Desmawati,
2013). Plasma merupakan cairan komponen penyusun sel darah yang memiliki komposisi sangat
berbeda dari cairan intrasel. Plasma mengandung sejumlah protein yang berperan sangat penting
untuk menghasilkan tekanan osmotic plasma. Tekanan osmotic yang ditimbulkan oleh protein
disebut tekanan osmotik koloid (Fatimah dkk,2019).

5
( Ethel Sloane, 1995)
Gambar 2.1 Komponen darah
Plasma darah terdiri dari : 1) Zat Terlarut. Contoh zat terlarut meliputi nutrisi, garam
(elektrolit), gas pernafasan, hormon, protein plasma dan berbagai zat sisa dan produk
metabolisme sel. 2) Protein plasma. Protein plasma adalah zat terlarut terbanyak dalam plasma;
kecuali untuk antibodi dan hormon berbasis protein, sebagai besar protein plasma dibuat oleh
hati. 3) Komposisi. Komposisi plasma bervariasi secara terus menerus ketika sel mengeluarkan
atau menambahkan zat ke dalam darah; dengan asumsi diet sehat, komposisi plasma dijaga
relatif konstan oleh berbagai mekanisme homeostatis tubuh (Ethel Sloane 1995).

Menurut Desmawati (2013), bahwa plasma terdiri dari 99% air dan memiliki tugas
sebagai medium untuk mengangkut berbagai bahan dalam tubuh, menyerap dan
mendistribusikan banyak panas yang dihasilkan oleh metabolisme di dalam jaringan, dan
merupakan tempat larutnya sejumlah besar zat organik dan an organik. Konstituen organik yang
paling banyak ada pada plasma adalah protein, yang membentuk 6%-8% dari berat total plasma.
Protein plasma itu sendiri adalah sekelompok konstituen plasma yang tidak sekedar diangkat
dalam keadaan normal. Protein plasma untuk melakukan fungsinya protein berada dalam bentuk
disperse koloid.

Zat terlarut pada plasma darah mencakup bahan berikut : (Fatimah dkk,2019)

 Protein plasma, yaitu albumin, globulin dan fibrinogen.


 Sari-sari makanan
 Bahan untuk dibuang dari tubuh, antara lain urea dan senyawa nitrogen.

6
 Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, klor, fosfat, kalium, sulfat, dan senyawa
bikarbonat
 Bahan lain yang terdapat dalam darah, misalnya hormone, gas respiratori, vitamin dan
enzim

Adapun beberapa fungsi dari protein plasma, antara lain (Desmawati, 2013) :

 Menghambat pengeluaran berlebihan plasma dari kapiler ke dalam cairan intertisium dan
dengan demikian membantu mempertahankan volume plasma.
 Menyangga perubahan pH darah.
 Menentukan viskositas darah.
 Menghasilkan energi bagi sel.
2) Sel-sel darah/butir darah (bagian padat)

Kira-kira 45%, terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (SDM) atau red blood cell
(RBC), leukosit atau sel darah putih (SDP) atau white blood cell (WBC), dan trombosit atau
platelet. Sel darah merah merupakan unsur terbanyak dari sel darah (44%) sedangkan sel darah
putih dan trombosit 1%. Sel darah putih terdiri dari Basofil, Eusinofil, Neutrofil, Limfosit dan
Monosit.

Gambar 2.2 Komponen darah (Purves et al., 2004)

7
A. Sel darah merah (Eritrosit)

Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,6 mikron, tebal
bagian tepi 2 mikron dan bagian tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis sehingga sangat mudah terjadi difusi oksigen, karbondioksida dan sitoplasma, tetapi
tidak mempunyai inti sel. Sel darah merah yang matang mengandung 200-300 juta hemoglobin
(Desmawati, 2013). Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 µm dinamakan sel Mikrosit
dan yang berukuran lebih dari normal (9 µm - 12 µm) dinamakan sel makrosit. Komposisi
molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan
sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel darah merah merupakan substansi
koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan lunak (Fatimah dkk,2019). Eritrosit,
atau sel darah merah, berfungsi untuk mengangkut oksigen dalam darah ke semua sel tubuh.
Karakteristik sel darah merah yakni: (Ethel Sloane 1995)

1) Anucleate. Sel darah merah berbeda dari sel darah lain karena sel darah merah tidak
mempunyai inti, yang berarti sel darah merah tidak memiliki nukleus dan mengandung
sangat sedikit organel.
2) Hemoglobin. Hemoglobin, protein yang mengandung zat besi, mengangkut sebagaian
besar oksigen yang dibawa dalam darah.
3) Penampilan mikroskopis. Eritrosit adalah sel kecil, fleksibel yang berbentuk seprti
cakram bikonkaf – rata dengan pusat tertekan di kedua sisi; terlihat seperti donat mini
jika dilihat dengan mikroskop.
4) Jumlah sel darah merah. Biasanya berkisar antara 5 juta sel per milimeter kubik darah.
RBC (Red Blood Cell) melebihi jumlah WBC (White Blood Cell) sekitar 1000 banding 1
dan merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap viskositas darah.
5) Darah normal. Secara klinis, darah normal mengandung 12-18 gram hemoglobin per 100
milimeter (ml); kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada pria (13-18 g/dl)
dibandingkan wanita (12-16 g/dl).
1. Sel darah putih (Leukosit)
Leukosit jauh lebih besar daripada ukuran sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1
mm3 datah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih, tidak seperti sel darah merah, sel darah putih
memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti amoeba dan dapat

8
menembus dinding kepiler. Sel darah putih diproduksi di dalam sumsum merah, kelenjar limfa,
dan limpa (kura) (Fatimah dkk,2019). Sel darah putih memiliki ciri-ciri antara lain tidak
berwarna (bening), bentuk tidak tetap (ameboid), berinti dan ukurannya lebih besar dari pada sel
darah merah (eritrosit) (Desmawati, 2013). Leukosit memiliki ukuran sel yang lebih besar, tetapi
jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan eritrosit (Fatimah dkk, 2019).

Meskipun leukosit, atau sel darah putih (WBC), jauh lebih sedikit daripada sel darah
merah, namun leukosit sangat penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Jumlah WBC.
Rata-rata, terdapat 4000 – 11000 WBC per milimeter kubik darah, dan jumlahnya kurang dari
1% dari total volume darah. Peran leukosit pada tubuh yaitu : (Ethel Sloane, 1995)

1) Pertahanan tubuh. Leukosit membentuk pasukan pelindung yang dapat bergerak untuk
membantu mempertahankan tubuh terhadap kerusakan oleh bakteri, virus, parasit dan sel
tumor.
2) Diapedesis. Sel darah putih dapat menyelinap masuk dan keluar dari pembuluh darah;
proses ini dinamakan diapedesis.
3) Kemotaksis positif. Selain itu, sel darah putih dapat menemukan area kerusakan jaringan
dan infeksi dalam tubuh dengan menanggapi bahan kimia tertentu yang berdifusi dari sel
yang rusak; kemampuan ini disebut kemotaksis positif.
4) Gerakan ameboid. Setelah sel darah putih “menangkap aroma” adanya ancaman pertahan
tubuh, sel darah putih bergerak melalui ruang jaringan dengan gerakan ameboid
(membentuk ekstensi sitoplasma yang mengalir melalui ruang dalam jaringan) menuju
tempat kejadian perkara serangan dalam tubuh.

Leukosit terdiri dari dua kategori yaitu (Desmawati, 2013):

1) Granulosit, yaitu sel darah putih yang didalam sitoplasmanya terdapat granula. Granulosit
dibagi lagi menjadi tiga sub grup berdasarkan perbedaan kemampuannya mengikat warna seperti
yang terlihat dalam pemeriksaan mikroskopis. Granulosit adalah sel darah putih yang
mengandung granula; memiliki lobus nuklei, biasanya terdiri dari beberapa area nuklei bulat
yang dihubungkan oleh untaian tipis bahan nuklei, termasuk didalamnya neutrofil, eosinofil dan
basofil. Granulosit terdiri dari :

9
a) Eusinofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula berwarna merah terang dalam
sitoplasmanya. Banyak sitoplasmanya kira-kira 24%. Eusinofil berfungsi sebagai tempat
penyimpanan berbagai material biologis kuat seperti histamin, serotonin, dan heparin. Pelepasan
senyawa tersebut mempengaruhi suplai darah ke jaringan, seperti yang terjadi selama
peradangan, dan membantu mobilisasi mekanisme pertahanan tubuh. Peningkatan jumlah
eusinofil pada keadaan alergi menunjukkan bahwa sel ini terlibat dalam reaksi hipersensitivitas.

(Adianto, 2013)

Gambar 2.3 Eusinofil

b) Basofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula berwarna biru. Sel ini memiliki
ukuran yang kebih kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya teratur, di dalam
protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya setengah bagian dari sumsum merah.
Basofil memiliki fungsi yang sama dengan eusinofil.

(Adianto, 2013)

Gambar 2.4 Basofil

10
c) Neutrofil, merupakan sel darah putih yang memiliki granula berwarna ungu pucat dan kadang
disebut polimorfonuklear leukosit karena memiliki banyak lobus (2-4) yang dihubungkan oleh
filamen tipis material inti, protoplasmanya banyak bintikbintik halus/granula yang banyaknya
50%-60%.

(Adianto, 2013)

Gambar 2.5 Neutrofil

2) Agranulosit (Leukosit Mononuklear), yaitu sel darah putih yang hanya memiliki inti satu
lobus dan sitoplasmanya bebas dari granula. Kelompok kedua dari sel darah putih, agranulosit;
tidak memiliki butiran sitoplasma; berbentuk bulat, oval, atau berbentuk ginjal, termasuk
didalamnya limfosit dan monosit. Agranulosit terdiri dari :

a) Limfosit, merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang dihasilkan dari jaringan RES dan
kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat
granula dan intinya besar, banyaknya kira-kira 15%- 20% dan fungsinya membunuh dan
memakan bakteri yang masuk ke dalam jaringan tubuh.

b) Monosit, merupakan jenis sel darah putih (leukosit) yang banyak dibuat di sumsum merah,
lebih besar dari limfosit, fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya sekitar 34%. Di bawah
mikroskop terlihat bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik sedikit
kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung muda.

11
(Adianto, 2013)

Gambar 2.6 Monosit

C. Trombosit.

Trombosit adalah fragmen dari sel-sel multinukleat aneh yang disebut megakaryocytes,
yang menjepit ribuan “potongan-potongan” platelet berinti yang dengan cepat menutup diri dari
cairan di sekitarnya; trombosit diperlukan untuk proses pembekuan yang terjadi di dalam plasma
ketika pembuluh darah robek atau pecah. Trombosit memiliki peran penting dalam proses
pembekuan darah (koagulasi) saat tubuh terluka. Tepatnya, trombosit akan membentuk sumbatan
bersama benang fibrin guna menghentikan perdarahan, sekaligus merangsang pertumbuhan
jaringan baru di area luka (Ethel sloane, 1995)

2.3 Proses Pembentukan Sel-Sel Darah (Hematopoiesis)

2.3.1 Pengertian

Hematopoiesis (hemopoiesis) merupakan suatu proses pembentukkan dan perkembangan


sel-sel darah. Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis. Sel-
Sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui mekanisme
hematopoiesis (Anwar dan Made, 2017).

Hematopoiesis merupakan proses produksi (mengganti sel yang mati) dan perkembangan
sel darah dari sel induk / asal / stem sel, dimana terjadi proliferasi, maturasi dan diferensiasi sel
yang terjadi secara serentak. Proliferasi sel menyebabkan peningkatan atau pelipat gandaan
jumlah sel, dari satu sel hematopoietik pluripotent menghasilkan sejumlah sel darah. Maturasi

12
merupakan proses pematangan sel darah, sedangkan diferensiasi menyebabkan beberapa sel
darah yang terbentuk memiliki sifat khusus yang berbeda-beda.

2.3.2 Tempat Terjadi Hematopoiesis


Pematangan hematopoiesies seiring dengan perkembangan ontogeni adalah peristiwa
yang berurutan dimulai dari yolk sac (YS) dan kemudian ke situs intra-embrionik. Selama
midgestasi, HSC (Human Stem Cell) berpindah ke hati janin (FL), tempat hematopoietik yang
dominan sampai lahir. Prekursor hematopoietik menyemai sumsum tulang (BM) pada gestasi
akhir, di mana memelihara situs utama aktivitas HSC (Human Stem Cell) seumur hidup (Chen,
et al. 2014).

Tempat terjadinya hematopoiesis pada manusia adalah sebagai berikut (Child, J.A, 2010) :

1. Embrio dan Fetusa.


a) Stadium Mesoblastik,
Minggu ke 3-6 s/d 3-4 bulan kehamilan : Sel-sel mesenchym di yolk sac. Minggu ke 6 kehamilan
produksi menurun diganti organ-organ lain.
b) Stadium Hepatik,
Minggu ke 6 s/d 5-10 bulan kehamilan : Menurun dalam waktu relatif singkat. Terjadi di Limpa,
hati, kelenjar limfec.
c) Stadium Mieloid,
Bulan ke 6 kehamilan sampai dengan lahir, pembentukan di sumsum tulang (Eritrosit, leukosit,
megakariosit)

2. Bayi sampai dengan dewasa.

Hematopoiesis terjadi pada sumsum tulang, normal tidak diproduksi di hepar dan limpa,
keadaan abnormal dibantu organ lain. Terdapat dua kondisi hematopoiesis, yaitu :
a. Hematopoiesis Meduler (Normal)
 Masa kanak2: terjadi penggantian sum-sum tulang oleh lemak (secara progresif ditulang
panjang)
 Lahir sampai dengan 20 tahun : sel sel darah → sumsum tulang.
 Lebih dari 20 tahun : Sumsum tulang pendek, tulang pipih. Corpus tulang panjang
berangsur –angsur diganti oleh jaringan lemak karena produksi menurun.

13
b. Hematopoiesis Ekstrameduler (Abnormal)

Dapat terjadi pada keadaan tertentu, misal: Eritroblastosis foetalis, Anemia Peniciosa,
Thallasemia, Anemia Sickle sel, Spherositosis herediter, Leukemia. Organ –organ Ekstrameduler
: Limpa, hati, kelenjar adrenal, tulang rawan, ginjal, dll (Child, J.A, 2010)

2.3.3 Organ Pembentuk Darah

1) Yolk Sac (YS)

Kantung Kuning. Gelombang pertama pembentukan sel darah dimulai pada hari embrio
di Yolk Sac dan sekarang disebut hematopoiesis primitif, menghasilkan eritroblas besar yang
mengekspresikan hemoglobin embrio. YS tidak hanya bertindak sebagai satu-satunya situs
primitif eritropoiesis tetapi juga mungkin berfungsi sebagai sumber pertama dari progenitor
selama perkembangan embrio. (Chen, et al., 2014).

2) Fetal Liver (FL)

Hati tidak menghasilkan sel hematopoietik tetapi malah dijajah oleh sel hematopoietik
yang dihasilkan di jaringan lain. Eritroblas pertama terlihat di hati, garis keturunan eritroid mulai
mengembangkan karakteristik definitif. CFU-C myeloid muncul di hati janin dan makrofag dan
sel B hadir. Sejak kelainan hati dikolonisasi oleh sel darah eksogen, HSC (Human Stem Cell)
harus muncul di tempat lain.

3)Bone Marrow (BM)

HSC yang diturunkan dari hati janin tadi diperkirakan bermigrasi ke BM janin, dan yang
terakhir menyediakan pasokan terus menerus dari sel darah matang untuk semasa hidup. Proses
hemopoiesis pada dewasa adalah gelombang kedua. Gelombang kedua disebut hematopoiesis
definitif, menghasilkan lebih kecil eritroblas yang mengekspresikan hemoglobin dewasa dan
berbagai sel darah lainnya (Chen, et al., 2014).

Sumsum tulang atau bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi
yang tinggi bertempat di ruang antara trabekula jaringan tulang spons. Tulang-tulang rangka
axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta di bagian epifisis proksimal tulang
humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia.

14
Proses hemopoiesis pada dewasa hanya terpusat di tulang-tulang rangka sentral dan ujung
proksimal dari humerus dan femur (Anwar dan Made, 2017).

(Chen, et al., 2014)

Gambar 2.7 Tempat Terjadi Hematopoiesis

2.3.3 Komponen Hematopoiesis


Pada orang dewasa dalam keadaan fisiologik semua hemopoesis terjadi pada sumsum
tulang. Untuk kelangsungan hemopoesis diperlukan :
1) Sel induk hemopoetik (hematopoietic stem cell)

Sel induk yang paling primitif yang akan berkembang menjadi sel-sel darah adalah
pluripotent stem cells yang berada pada sumsum tulang dan berasal dari jaringan mesenkim.
Jumlah sel ini sangat sedikit, diperkirakan hanya sekitar 1 sel dari setiap 20 juta sel di sumsum
tulang. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi beberapa turunan yang
berbeda melalui proses duplikasi, kemudian berproliferasi serta berdiferensiasi hingga akhirnya
menjadi sel-sel darah, makrofag, sel-sel retikuler, sel mast dan sel adiposa. Selanjutnya sel darah
yang sudah terbentuk ini akan memasuki sirkulasi melalui kapiler sinusoid (Anwar dan Made,
2017).

Sel-sel darah pada orang dewasa dibentuk di sumsum tulang, yang membentuk tulang
sumbu tubuh (kerangka aksial). Pada sumsum tulang, terdapat sel induk pluripotensial (yang
bermakna banyak potensi). Sel induk adalah sumber semua sel darah. Sel-sel ini akan
memperbarui diri dan berdiferensiasi terus menerus sepanjang hidup. Setelah beberapa tahap
berdiferensiasi, sel induk mulai bekerja membentuk hanya satu jenis sel darah. Sel ini disebut sel

15
progenitor yang akan tetap berada di sumsum tulang, kemudian dengan dipengaruhi faktor-faktor
pertumbuhan, akan berdiferensiasi (Corwin, 2007).

Sel induk ploripotent memiliki sifat : (A.V. Hoffbrand, dkk. 2005)

a) Self renewal : kemampuan memperbarui diri sendiri sehingga tidak akan


pernah habis meskipun terus membelah;
b) Proliferative : kemampuan membelah atau memperbanyak diri;
c) Diferensiatif : kemampuan untuk mematangkan diri menjadi sel-sel dengan
fungsi-fungsi tertentu.

Menurut sifat kemampuan diferensiasinya maka sel induk hemopoetik dapat dibagi
menjadi : (A.V. Hoffbrand, dkk. 2005)

a) Pluripotent (totipotent)stem cell


Sel induk yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan seluruh jenis sel-sel darah.
b) Committeed stem cell
Sel induk yang mempunyai komitmet untuk berdiferensiasi melalui salah satu garis
turunan sel (cell line). Sel induk yang termasuk golongan ini ialah sel induk myeloid dan sel
induk limfoid.
c) Oligopotent stem cell
Sel induk yang dapat berdiferensiasi menjadi hanya beberapa jenis sel. Misalnya CFU-
GM (colony forming unit-granulocytelmonocyte) yang dapat berkembang hanya menjadi sel-sel
granulosit dan sel-sel monosit.
d) Unipotent stem cell
Sel induk yang hanya mampu berkembang menjadi satu jenis sel saja. Contoh CFU-E
(colony forming unit-erythrocyte) hanya dapat menjadi eritrosit, CFU-G (colony forming unit-
granulocyte) hanya mampu berkembang menjadi granulosit.

2. Lingkungan mikro (microenvirontment) sumsum tulang

16
Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan jaringan mikrovaskuler.
Sel stroma meliputi sel lemak (adiposa), fibroblas, sel retikulum, sel endotel dan makrofag. Sel-
sel tersebut mensekresi molekul ekstraseluler seperti kolagen, glikoprotein (fibronektin dan
trombospondin), serta glikosaminoglikan (asam hialuronat dan derivat kondroitin) untuk
membentuk suatu matriks ekstraseluler. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor
pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk (Ethel Sloane. 1995)

Lingkungan mikro sumsum tulang adalah substansi yang memungkinkan sel induk
tumbuh secara kondusif. Komponen lingkungan mikro ini meliputi :

a) Mikrosirkulasi dalam sumsum tulang


a) Sel-sel stroma : Sel endotel, Sel lemak, Fibroblast, Makrofag, Sel reticulum
b) Matriks ekstraseluler : fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan proteoglikan.
2.3.4 Proses Hematopoiesis

Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada di sumsum
tulang tersebut membentuk commited stem cell. Sel induk yang termasuk dalam golongan ini
adalah myeloid stem cell dan lymphoid stem cell. Setiap satu sel induk diperkirakan mampu
memproduksi sekitar 106 sel darah matur setelah melalui 20 kali pembelahan sel.

Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang dan kemudian


membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan lymphoid stem
cell akan berkembang menjadi sel T, Sel B dan sel NK (Natural Killer). Sel-sel ini memulai
perkembangannya di sumsum tulang namun proses ini dilanjutkan dan selesai di jaringan
limfatik. Selama proses hemopoiesis, sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel
progenitor. Sel progenitor (unipotent stem cell) tidak dapat berkembang membentuk sel namun
membentuk elemen yang lebih spesifik yaitu colony-forming unit (CFU). Terdapat beberapa
jenis CFU yang diberi nama sesuai sel yang akan dibentuknya, misalnya CFU-E membentuk
eritrosit, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit.

Berikutnya, lymphoid stem cell, sel progenitor dan sebagian sel myeloid yang belum
berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor yang dikenal sebagai blast. Sel-sel ini akan
berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya. Beberapa hormon yang disebut hemopoietic

17
growth factors bertugas dalam meregulasi proses diferensiasi dan proliferasi dari sel-sel
progenitor tertentu. Berikut adalah beberapa contohnya : (1) Erythropoietin atau EPO
meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah atau eritrosit. EPO diproduksi oleh sel-sel
khusus yang terdapat di ginjal yaitu peritubular interstitial cells; (2) Thrombopoietin atau TPO
merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang menstimulasi pembentukan platelet atau
trombosit; (3) Sitokin adalah glikoprotein yang dibentuk oleh sel, seperti sel sumsum tulang, sel
darah, dan lainnya.

Gambar 2.8 Proses Pembentukan Hematopoiesis (Anwar dan Made, 2017).

2.3.5 Mekanisme Regulasi

Mekanisme regulasi sangat penting untuk mengatur arah dan kuantitas pertumbuhan sel
dan pelepasan sel darah yang matang dari sumsum tulang ke darah tepi sehingga sumsum tulang
dapat merespon kebutuhan tubuh dengan tepat. Produksi komponen darah yang berlebihan
ataupun kekurangan (defisiensi) sama-sama menimbulkan penyakit. Faktor dan zat yang
berpengaruh dalam mekanisme regulasi ini adalah (Corwin EJ. 2007) :

18
a) Faktor pertumbuhan hemopoesis (hematopoietic growth factor) :
Faktor pertumbuhan hemopoietik adalah hormon glikoprotein yang mengatur proliferasi
dan diferensiasi sel-sel progenitor hemopoietik dan fungsi sel-sel darah matur. Faktor
pertumbuhan dapat bekerja secara lokal di tempat produksinya melalui kontak antar sel atau
bersirkulasi dalam plasma. Limfosit T, monosit dan makrofag serta sel stroma adalah sumber
utama faktor pertumbuhan kecuali eritropoietin, yang 90%-nya disintesis di ginjal dan
trombopoietin yang terutama diproduksi di hati (Corwin EJ. 2007)
Salah satu ciri kerja faktor pertumbuhan yang penting adalah bahwa dua faktor atau lebih
dapat bekerja sinergis dalam merangsang suatu sel tertentu untuk berproliferasi atau
berdiferensiasi. Kerja satu faktor pertumbuhan pada suatu sel dapat merangsang produksi faktor
pertumbuhan lain atau reseptor faktor pertumbuhan (Corwin EJ. 2007)
Faktor yang mempengaruhi yaitu :
 Granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
 Granulocyte colony stimulating factor (G-CSF)
 Macrophage-colony stimulating factor (M-CSF)
 Thrombopoietin
 Burst promoting activity (BPA)
 Stem cell factor (kit ligand)
 Hormon hemopoetik spesifik yaitu Erythrpoietin
Merupakan hormon yang dibentuk diginjal khusus merangsang precursor eritroid.
 Sitokon (Cytokine) seperti misalnya IL-3 (interleukin-3), IL-4, IL-5, IL-7, IL-8, IL-9, IL-
9, IL-10.
Growth factor dan sitokin sebagian besar dibentuk oleh sel-sel darah sendiri, seperti
limfosit, monosit, atau makrofag, serta sebagian oleh sel-sel penunjang, seperti fibroblast dan
endotil. Sitokin ada yang merangsang pertumbuhan sel induk (stimulatory cytokine), sebagian
lagi menekan pertumbuhan sel induk (inhibitory cytokine). Keseimbangan kedua jenis sitokin ini
sangat menentukan proses hemopoesis normal (Sadikin, 2001).
b) Faktor penghambat hematopoiesis
Hormon nonspesifik
Beberapa jenis hormone diperlukan dalam jumlah kecil untuk hemopoesis, seperti
 Estrogen : menimbulkan inhibisi eritropoesis.

19
 Androgen : berfungsi menstimulasi eritropoesis.
 Glukokortikoid.
 Growth hormon
 Hormone tiroid

Dalam regulasi hemopoesis normal terdapat feed back mechanism : suatu mekanisme
umpan balik yang dapat merangsang hemopoesis jika tubuh kekurangan komponen darah
(positive loop) atau menekan hemapoesis jika tubuh kelebihan komponen darah tertentu
(negative loop). (Sadikin, 2001).

2.4 Proses Pembentukan Sel Darah Merah (Eritropoiesis)

Eritropoiesis atau proses pembentukan sel eritrosit adalah suatu mekanisme umpan
balik. Proses ini dihambat oleh peningkatan kadar eritrosit yang bersirkulasi dan dirangsang
oleh anemia. Proses eritropoiesis juga dirangsang oleh hipoksia dan peningkatan aklimatisasi ke
tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan oleh suatu hormon glikoprotein yang bersirkulasi dan
dikenal sebagai eritropoietin yang disekresikan oleh ginjal. Setiap orang memproduksi eritrosit
baru sekitar 1012 setiap harinya melalui proses eritropoiesis yang kompleks dan teratur dengan
baik (AB, Mehta et al., 2000).

Perkembangan eritrosit ditandai dengan penyusutan ukuran (makin tua makin kecil),
perubahan sitoplasma (dari basofilik makin tua acidofilik), perubahan inti yaitu nukleoli makin
hilang, ukuran sel makin kecil, kromatin makin padat dan tebal, warna inti gelap.
Enam tahapan perkembangan eritrosit yaitu sebagai berikut (Child, J.A, 2010):
a. Proeritroblas
Proeritroblas merupakan sel yang paling awal dikenal dari seri eritrosit. Proeritroblas
adalah sel yang terbesar, dengan diameter sekitar 15-20µm. Inti mempunyai pola kromatin yang
seragam, yang lebih nyata dari pada pola kromatin hemositoblas, serta satu atau dua anak inti
yang mencolok dan sitoplasma bersifat basofil sedang. Setelah mengalami sejumlah
pembelahan mitosis, proeritroblas menjadi basofilik eritroblas.

b. Basofilik Eritroblas

20
Basofilik Eritroblas agak lebih kecil daripada proeritroblas, dan diameternya rata-rata
10µm. Intinya mempunyai heterokromatin padat dalam jala-jala kasar, dan anak inti biasanya
tidak jelas. Sitoplasmanya yang jarang nampak basofil sekali.
c. Polikromatik Eritroblas (Rubrisit)
Polikromatik Eritoblas adalah Basofilik eritroblas yang membelah berkali-kali secara
mitotris, dan menghasilkan sel-sel yang memerlukan hemoglobin yang cukup untuk dapat
diperlihatkan di dalam sediaan yang diwarnai. Setelah pewarnaan Leishman atau Giemsa,
sitoplasma warnanya berbeda-beda, dari biru ungu sampai lila atau abu-abu karena adanya
hemoglobin terwarna merah muda yang berbeda-beda di dalam sitoplasma yang basofil dari
eritroblas. Inti Polikromatik Eritroblas mempunyai jala kromatin lebih padat dari basofilik
eritroblas, dan selnya lebih kecil.
d. Ortokromatik Eritroblas (Normoblas)
Normoblas lebih kecil daripada Polikromatik Eritroblas dan mengandung inti yang lebih
kecil yang terwarnai basofil padat. Intinya secara bertahap menjadi piknotik. Tidak ada lagi
aktivitas mitosis. Akhirnya inti dikeluarkan dari sel bersama-sama dengan pinggiran tipis
sitoplasma. Inti yang sudah dikeluarkan dimakan oleh makrofagmakrofag yang ada di dalam
stroma sumsum tulang
e. Retikulosit
Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang kehilangan inti selnya, dan mengandung
sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.
Retikulosit dianggap kehilangan sumsum retikularnya sebelum meninggalkan sumsum tulang,
karena jumlah retikulosit dalam darah perifer normal kurang dari satu persen dari jumlah
eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama sebelum menjadi retikulosit terdapat
pada sumsung tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah tepi. Di
dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 – 3 hari untuk menjadi matang,
sesudah itu lepas ke dalam darah. (Bell dan Rodak, 2002)
f. Eritrosit
Eritrosit merupakan produk akhir dari perkembangan eritropoesis. Sel ini berbentuk
lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada manusia, sel ini berada di dalam
sirkulasi selama kurang lebih 120 hari. Jumlah normal pada tubuh laki – laki 5,4 juta/µl dan

21
pada perempuan 4,8 juta/µl. setiap eritrosit memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm.
(Ganong, William F.1998).

Eritropoiesis berawal dari sel induk yang menjadi prekursor eritrosit dan bisa dikenali
pertama kali oleh sumsum tulang yaitu pronormoblas. Pronormoblas merupakan sel besar
dengan sitoplasma berwarna biru tua, dengan inti yang berada di tengah dan nukleoli, serta
kromatin yang sedikit menggumpal. Pronormoblas bisa menyebabkan terbentuknya suatu
rangkaian normoblas yang semakin kecil melalui beberapa pembelahan sel. Normoblas ini juga
mengandung sejumlah hemoglobin yang semakin banyak di dalam sitoplasma. Warna
sitoplasma akan semakin biru pucat seiring dengan hilangnya RNA dan aparatus yang
mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi semakin padat. Inti pada akhirnya
dikeluarkan dari normoblas lanjut di dalam sumsum tulang dan menghasilkan stadium
retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis
hemoglobin (AB, Mehta., et al.,2000).

Gambar 2.9 Eritropoiesis (Marieb, 2001)


Sel stadium retikulosit ini memiliki ukuran yang lebih besar daripada eritrosit matur,
yang akan berada di dalam sumsum tulang selama 1-2 hari dan juga beredar di darah tepi selama
1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama berada di limpa, saat RNA hilang sepenuhnya. Eritosit
matur akan berwarna merah muda seluruhnya dan berupa cakram bikonkaf tidak berinti. Sebuah
pronomorblas biasanya bisa menghasilkan 16 buah eritrosit matang. Sel darah merah berinti
(normoblas) bisa tampak di dalam darah apabila eritropoiesis terjadi di luar sumsum tulang

22
(eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang.
Normoblas tidak ditemukan di dalam darah tepi manusia yang normal (Clemetson K. J., 1997)

2.5 Struktur dan Mekanisme Fungsi Hemoglobin

2.5.1 Struktur Hemoglobin

Hemoglobin terdiri atas dua bagian, yaitu globin suatu protein polipeptida yang sangat
berlipat-lipat dan Gugus nitrogenesa non protein mengandung besi yang dikenal sebagi hem
(heme) yang masing-masing terikat pada satu polipeptida. Setiap atom besi dapat berikatan
secara reversibel dengan satu molekul oksigen. Dengan demikian setiap molekul hemoglobin
dapat mengangkut empat oksigen. Karena oksigen kurang larut dalam darah, 98,5% oksigen
yang diangkut dalam darah terikat pada Hb (Sa‟adah, 2018).
Hemoglobin terdiri dari hem yang merupakan gabungan protoprofirin dengan besi dan
globin yang merupakan bagian dari protein yang tersusun oleh dua rantai beta) dan enzim-enzim
seperti G6PD (glukose-6-phospate-dehydrogenase) (Desmawati, 2013). Satu molekul
hemoglobin terdiri dari empat ion ferro untuk empat hem yang dimilikinya (Kadri, 2012). Pada
pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang menahan satu
atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang mengandung besi
disebut heme (Arini, 2018). Pada molekul heme inilah Fe dapat melekat dan menghantarkan O2
serta CO2 melalui darah.

Gambar 2.10 Molekul Hemoglobin (Sa‟adah, 2018)

Nama hemoglobin merupakan gabungan dari heme dan globin, globin sebagai istilah
generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan hemoglobin. Pada
23
manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari
dari masing- masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya
mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang
lebih 16.000 Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki
kapasitas empat molekul oksigen (Arini, 2018).

Struktur dari Hem yaitu hem disintesis dari senyawa siklik porfirin yaitu protoporfirin IX,
yaitu suatu molekul planar yang terdiri dari empat cincin pirol. Empat cincin pirol ini saling
terhubung oleh jembatan metilen (-HC=). Setiap cincin pirol mengikat satu atom nitrogen. Hem
terbentuk bila terjadi penambahan ion ferro (besi) pada protoporfirin IX. Porfirin ini disebut juga
metalloporfirin karena mengikat satu ion logam ferro seperti yang terdapat pada sel tubuh
manusia (Kadri, 2012). Molekul heme mengandung cincin porphirin. Pada tengahnya, atom besi
bivalen dikoordinasikan. Molekul heme ini dapat secara reversible dikombinasikan dengan satu
molekul oksigen atau karbon dioksida. Hemoglobin mengikat empat molekul oksigen per
tetramer (satu per subunit heme), dan kurva saturasi oksigen memiliki bentuk sigmoid (Anamisa,
2015).

Bentuk hemoglobin utama pada manusia adalah HbA1, yang mana rantai globinnya
terdiri dari dua rantai α dan dua rantai β (α2 β2). Polipeptida α mempunyai 141 asam amino dan
β mempunyai 146 asam amino. Hemoglobin lain ialah HbA2 yang hanya ada sekitar 2% dari
populasi. HbA2 mengandung α2 δ2. Darah janin mempunyai Hb berbeda dari orang dewasa
yaitu HbF yang globinnya terdiri dari α2 γ2 (Kadri, 2012). Struktur tetramer hemoglobin yang
umum dijumpai adalah sebagai berikut: HbA (hemoglobin dewasa normal) = α2β2, HbF
(hemoglobin janin) = α2γ2, HbS (hemoglobin sel sabit) = α2S2 dan HbA2 (hemoglobin dewasa
minor) = α2δ2 (Anamisa, 2015).

2.5.2 Fungsi Hemoglobin

Hemoglobin mengandung kira-kira 95% besi dan berfungsi membawa oksigen dengan
cara mengikat oksigen (oksihemoglobin) dan diedarkan ke seluruh tubuh untuk kebutuhan
metabolisme (Desmawati, 2013). Fungsi utama hemoglobin ialah mentranspor O2 dari paru-paru
ke berbagai jaringan dan membawa CO2 serta proton (H+) dari jaringan ke paru-paru. Sebuah
hemoglobin mengikat satu molekul O2 untuk tiap hem, jadi satu molekul hemoglobin dapat

24
mengikat empat molekul O2, tetapi hanya satu molekul CO2 yang terikat pada rantai polipeptida
globin sebagai karbamat hemoglobin (kadarnya 15% dari CO2 darah vena). Walaupun begitu,
tidak terjadi kompetisi antar kedua gas tersebut (Kadri, 2012). Fungsi utama dari hemoglobin
adalah bergabung dengan oksigen dalam paru dan kemudian melepaskan oksigen ini dalam
kapiler jaringan perifer. Sedangkan oksigen merupakan bahan bakar utama dalam setiap proses
di setiap organ tubuh. Maka penurunan kadar hemoglobin dalam darah akan mengakibatkan
berkurangnya suplai oksigen pada organ-organ tubuh, terutama organ-organ vital seperti otak,
dan jantung (Widayanti, 2008).

Hemoglobin merupakan dapur asam-basa (seperti juga pada kebanyakan protein),


sehingga hemoglobin bertanggung jawab untuk sebagian besar daya transportasi seluruh darah.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa fungsi terpenting hemoglobin adalah transporsi O2
dan CO2 antara paru-paru dan jaringan. Suatu protein eritrosit, yaitu hemoglobin, memainkan
peranan penting pada kedua proses tersebut (Anamisa, 2015).

2.5.3 Mekanisme Fungsi Hb di Paru dan Jaringan

Menurut Sherwood (2012) Hemoglobin mempunyai beberapa fungsi diantaranya:

a. Mengatur pertukaran O2 dan CO2 dalam jaringan tubuh.

Hb adalah suatu molekul alosterik yang terdiri atas empat subunit polipeptida dan bekerja
untuk menghantarkan O2 dan CO2. Hb mempunyai afinitas untuk meningkatkan O2 ketika
setiap molekul diikat, akibatnya kurva disosiasi berbelok yang memungkinkan Hb menjadi jenuh
dengan O2 dalam paru dan secara efektif melepaskan O2 ke dalam jaringan.

b. Mengambil O2 dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk dipakai
sebagai bahan bakar.

Hemoglobin adalah suatu protein yang kaya akan zat besi. Hemoglobin dapat membentuk
oksihemoglobin (HbO2) karena terdapatnya afinitas terhadap O2 itu sendiri. Melalui fungsi ini
maka O2 dapat ditranspor dari paru-paru ke jaringan-jaringan . Hemoglobin mengikat empat
molekul oksigen per tetramer (satu per subunit heme), dan kurva saturasi oksigen memiliki
bentuk sigmoid. Sarana yang menyebabkan oksigen terikat pada hemoglobin adalah jika juga
sudah terdapat molekul oksigen lain pada tetramer yang sama. Jika oksigen sudah ada,

25
pengikatan oksigen berikutnya akan berlangsung lebih mudah. Dengan demikian, hemoglobin
memperlihatkan kinetika pengikatan komparatif, suatu sifat yang memungkinkan hemoglobin
mengikat oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin pada organrespirasi dan memberikan
oksigen dalam jumlah semaksimal mungkin pada partial oksigen jaringan perifer (Anamisa,
2015)

c. Membawa CO2 dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme menuju ke paru-paru untuk
dibuang.

Ketika darah mengalir melalui paru-paru, oksigen berdifusi dari ruang udara di paru-paru
ke dalam darah. Oksigen memasuki eritrosit dan bergabung dengan hemoglobin membentuk
oksihemoglobin (Hb02), yang memberikan warna merah terang untuk darah. Setelah melepas
oksigen dari oksihemoglobin ke sel-sel tubuh, darah yang telah melepaskan oksigennya
(deoxyhemoglobin) dan membawa sejumlah kecil karbondioksida dari sel-sel tubuh kembali ke
paru-paru untuk melepaskan karbondioksida. Deoxyhemoglobin memberikan warna merah gelap
(rona kebiruan) untuk darah (Sa‟adah, 2018).

Disamping mengangkut oksigen dari paru ke jaringan perifer, hemoglobin memperlancar


pengangkutan karbon dioksida (CO2) dari jaringan ke dalam paru untuk dihembuskan ke luar.
hemoglobin dapat langsung mengikat CO2 jika oksigen dilepaskan dan sekitar 15% CO2 yang
dibawa di dalam darah diangkut langsung pada molekul hemoglobin. C02 bereaksi dengan gugus
αamino terminal amino dari hemoglobin, membentuk karbamat dan melepas proton yang turut
menimbulkan efek Bohr. Hemoglobin mengikat 2 proton untuk setiap kehilangan 4 molekul
oksigen dan dengan demikian turut memberikan pengaruh yang berarti pada kemampuan
pendaparan darah. Dalam paru, proses tersebut berlangsung terbalik yaitu seiring oksigen
berikatan dengan hemoglobin yang berada dalam keadaan tanpa oksigen (deoksigenasi), proton
dilepas dan bergabung dengan bikarbonat sehingga terbentuk asam karbonat. dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase, asam karbonat membentuk gas CO2 yang kemudian dihembuskan
keluar (Anamisa, 2015).

Selain mengangkut oksigen, Hb dapat berikatan dengan karbondioksida. Bagian ion


hidrogen asam (H⁺) dari asam karbonat yang terionisasi yang dibentuk dari CO₂ pada tingkat
jaringan. Enzim karbonat anhidrase berperan penting dalam mengangkut CO₂. Enzim ini
mengkatalis reaksi kunci yang akhirnya menyebabkan perubahan CO₂ hasil metabolisme

26
menjadi ion bikarbonat (HCO₃⁻) yaitu bentuk utama transportasi CO₂ dalam darah. Dengan
demikian eritrosit ikut serta dalam pengangkutan CO₂ melalui 2 cara melalui Hb dan konversi ke
HCO₃⁻ oleh karbonat anhidrase. Hb juga dapat mengikat karbonmonoksida membentuk karboksi
haemoglobin, gas yang dalam keadaan normal tidak terdapat dalam darah tetapi jika terhirup
menempati tempat pengikatan O₂ di Hb sehingga dapat menyebabkan keracunan
karbonmonoksida (Sa‟adah, 2018).

2.6 Faktor Resiko, Patogenesis, Pencegahan Terjadinya Anemia

2.6.1 Faktor Resiko

Faktor-faktor yang menyebabkan anemia pada suatu populasi dapat melibatkan interaksi
kompleks dari faktor sosial, politik, ekologi, dan biologi. Faktor lama menstruasi berhubungan
dengan kejadian anemia. Di samping itu kondisi sosial ekonomi rumah tangga juga berkaitan
dengan kejadian anemia, beberapa penelitian menunjukkan kejadian anemia cenderung lebih
tinggi pada rumah tangga miskin. Pada anemia defisiensi besi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu sumber zat besi yang
mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan nabati (non- heme iron) adalah zat besi
yang tinggi tetapi sulit diserap oleh tubuh sehingga diperlukan porsi yang besar untuk
mencuckupi kebutuhan zat besi harian. Faktor lain yang dapat mempengaruhi anemia defisiensi
besi antara lain pola haid pada wanita, pengetahuan tentang anemia dan status gizi. Berdasarkan
hasil penelitian di Meksiko, obesitas juga merupakan faktor risiko anemia yang dapat
meningkatkan risiko 2 - 4 kali pada wanita dan anak-anak (Guyton, 1995).
Penyebab anemia antara lain karena gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum
tulang belakang, kehilangan darah (perdarahan), proses penghancuran eritrosit dalam tubuh
sebelum waktunya (hemolisis), kurangnya asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam
folat. Menurut Agrawal, dkk. (2006) penyebab utama anemia adalah gizi dan infeksi. Masalah
gizi yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. Hal tersebut karena
mengkonsumsi makanan yang tidak beragam atau cenderung monoton dan kaya akan zat yang
dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates) sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan
oleh tubuh. Kekurangan zat besi juga dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama
yang berkaitan dengan kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi
sumber penghambat penyerapan zat besi (inhibitor) dapat berpengaruh terhadap status

27
anemia. Sumber makanan yang mengandung zat penghambat zat besi (inhibitor) atau yang
mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-kacangan, pisang, bayam, kopi, teh, dan coklat.
2.6.2 Patofisiologi

Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga


kelompok (Handayani dan Haribowo, 2008):

 Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau sel darah
merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat adanya abnormalitas
sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja
dari eritrosit berjalan normal. Kondisi kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain Sickle
cell anemia, gangguan sumsum tulang dan stem cell, anemia defisiensi zat besi, vitamin B12,
dan Folat, serta gangguan kesehatan lain yang mengakibatkan penurunan hormon yang
diperlukan untuk proses eritropoesis.
 Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan terhadap
tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga menimbulkan anemia
hemolitik. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:
1. Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia

2. Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis makanan
3. Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis
4. Autoimun
5. Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan kimiawi,
hipertensi berat, dan gangguan trombosis
6. Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan
menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.
 Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan yang
berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat gangguan
gastrointestinal (misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran pencernaan), penggunaan

28
obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal OAINS), menstruasi, dan proses
kelahiran.
2.6.3 Pencegahan
Pencegahan dan penanggulangan anemia Menurut Almatzier (2011), adalah dengan
Meningkatkan konsumsi makanan bergizi, Makan makanan yang banyak mengandung zat besi
dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam, hati dan telur) dan bahan makanan nabati
(sayuran berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe). Makan sayur-sayuran dan buah-buahan
yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk
dan nanas) sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. Menambah
pemasukan zat besi ke dalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah (TTD). Tablet tambah
darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat atau 60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat.
Wanita dan remaja putri perlu minum tablet tambah darah karena wanita mengalami haid
sehingga memerlukan zat besi untuk mengganti darah yang hilang. Tablet tambah darah mampu
mengobati penderita anemia, meningkatkan kemampuan belajar, kemampuan bekerja dan
kualitas sumber daya manusia serta generasi penerus. Anjuran minum yaitu minumlah satu tablet
tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum satu tablet setiap hari selama haid.
Minumlah tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi
karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya menjadi
berkurang. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia seperti:
kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

2.7 Mekanisme Dan Fungsi Peredaran Darah

Darah adalah komponen terpenting dari sistem peredaran darah manusia. Darah berperan
sebagai pembawa nutrisi, oksigen, hormon, dan antibodi ke seluruh tubuh. Tak hanya itu,
darah juga mengangkut zat beracun dan sisa metabolisme seperti karbondioksida, untuk
dikeluarkan dari tubuh. Mekanisme peredaran darah manusia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
(Sa‟adah, 2018):

 Sirkulasi sistemik

Sirkulasi sistemik merupakan sirkulasi darah yang mencakup seluruh tubuh. Sirkulasi ini
berlangsung ketika darah bersih yang mengandung oksigen mengisi serambi kiri jantung

29
melalui vena pulmonalis setelah melepaskan karbon dioksida di paru-paru. Darah yang sudah
berada di serambi kiri, kemudian diteruskan ke bilik kiri jantung untuk disalurkan ke seluruh
tubuh melalui pembuluh darah utama (aorta). Darah yang dipompa melewati aorta akan terus
mengalir hingga ke bagian paling ujung di seluruh area tubuh. Setelah menyalurkan berbagai
zat ke sel-sel tubuh, darah akan kembali menuju serambi kanan jantung untuk mengalami proses
pembersihan darah.
 Sirkulasi pulmonal

Sirkulasi pulmonal atau sirkulasi paru merupakan sirkulasi darah dari jantung menuju
paru-paru dan sebaliknya. Sirkulasi ini berlangsung saat darah yang mengandung karbon
dioksida dari sisa metabolisme tubuh kembali ke jantung melalui pembuluh vena besar (vena
cava). Selanjutnya, darah tersebut akan masuk ke serambi kanan dan diteruskan ke bilik kanan
jantung. Darah yang sudah berada di bilik kanan akan dialirkan ke paru-paru melalui arteri
pulmonalis untuk ditukar menjadi oksigen. Darah bersih yang kaya oksigen kemudian akan
masuk ke serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh.
 Sirkulasi koroner

Sama seperti organ tubuh lain, jantung juga membutuhkan asupan oksigen dan nutrisi
agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Darah yang membawa nutrisi dan oksigen ke
otot-otot jantung akan dialirkan melalui pembuluh arteri koroner. Ketika pembuluh darah
jantung tersumbat (aterosklerosis), aliran darah di jantung akan mengalami gangguan. Hal ini
bisa membuat otot-otot jantung kekurangan oksigen dan nutrisi, sehingga fungsinya terganggu.
Kondisi ini lama-kelamaan bisa menyebabkan terjadinya serangan jantung.
Sistem sirkulasi dibangun oleh darah, sebagai medium transportasi tempat bahan-bahan
yang akan disalurkan dilarutkan atau diendapkan, pembuluh darah yang berfungsi sebagai
saluran untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan
mengembalikannya ke jantung, dan jantung yang berfungsi memompa darah agar mengalir ke
seluruh jaringan. Sistem sirkulasi berperan dalam homeostatis dengan berfungsi sebagai sistem
transportasi tubuh dengan mengangkut oksigen, karbondioksida, zat-zat sisa, elektrolit, nutrisi
dan hormon dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain (Sa‟adah, 2018).
Selain itu, sistem peredaran darah manusia juga memiliki berbagai fungsi lain, di antaranya:

 Mengeluarkan sisa proses metabolisme berupa karbon dioksida melalui paru-paru

30
 Menyalurkan hormon ke seluruh tubuh

 Menjaga suhu tubuh tetap stabil

 Mempertahankan kinerja dan fungsi berbagai sistem organ di dalam tubuh

 Mendukung proses pemulihan luka atau cedera

(Padsalgikar, 2017)

Gambar 2.11 Sirkulasi Darah

2.8 Dinamika Cairan Keluar Masuk Pembuluh Darah di Kapiler Darah

Pembuluh darah kapiler adalah ujung yang berada di paling akhir dari pembuluh arteri.
Jaringan pembuluh darah kapiler membentuk suatu anyaman rumit di mana setiap mili meter dari
suatu jaringan memiliki kurang lebih sekitar 2000 kapiler darah (Syaifuddin, Drs.H. 2002)

Pembuluh darah kapiler ini mempunyai fungsi untuk dapat mengalirkan darah itu ke
seluruh tubuh. Cara kerja pembuluh darah ini dimulai dari sistem peredaran darah yang mengalir
dari jantung itu menuju paru-paru. Darah tersebut melepaskan sisa metabolisme itu berupa
karbondioksida serta menyerap oksigen dengan melalui pembuluh arteri pulmonalis. Setelah itu
darah kemudian dibawa kembali ke jantung lewat vena pulmonalis. Sesampainya darah pada
jantung, kemudian darah dialirkan ke seluruh tubuh. Pada saat darah itu dialirkan ke seluruh
tubuh , pembuluh darah kapiler baru tersebut bisa bekerja (Nubai Iskandar Dr. H. 1991)

Saat darah yang berasal dari peredaran darah jantung tersebut maka tekanan darah itu di
dalam keadaan yang kurang. Dengan demikian, untuk meningkatkan tekanan darah supaya darah
31
yang sudah sampai pada jantung itu bisa kembali lagi maka perlu terdapat tekanan darah dari
bagian bawah tubuh. Adanya aliran darah yang mengalir ke atas jantung ini melawan daya tarik
bumi. Kemudian darah yang kembali dari seluruh tubuh menuju jantung tersebut melewati
saluran pembuluh darah vena cava superior dan juga vena cafa inferior (Gery A. 1987)

Dalam sistem sirkulasi atau juga sistem peredaran darah, selain jantung yang terlibat,
pembuluh darah seperti hal nya vena, arteri, serta kapiler juga terlibat di dalam peredaran darah
tersebut. Secara umum, fungsi dari pembuluh darah kapiler ini ialah mengalirkan darah serta
cairan penting di dalam sistem sirkulasi tubuh ( Ahmad A. 1995)

Berhubungan dengan pembuluh kapiler, terdapat suatu daya dorong yang menentukan
dari pergerakan cairan dengan melalui membran pembuluh kapiler, yakni dengan adanya
perbedaan tekanan hidrostatik serta osmotik koloid. Guyton dan juga Hall (2012) di dalam buku
Fisiologi Kedokteran menyatakan bahwa:

1. Pada tekanan hidrostatik pembuluh kapiler tersebut mendorong cairan dan juga zat
terlarutnya dengan melewati pori-pori kapiler itu ke dalam ruang interstisial.
2. Pada tekanan osmotik koloid itu menimbulkan suatu pergerakan cairan dengan secara
osmosis dari ruang interstisial itu ke dalam darah.

Gambar 2.12 Pembuluh darah jatung dan tubuh (Pearce, Evelyn. 2000)

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah, sebagai berikut:

1. Lafal 'Alaq dalam surat Al-Alaq ayat 2 merupakan bentuk jamak dari lafal 'Alaqah, artinya
segumpal darah yang kental. ‘Alaqah merupakan bentuk praembrionik yang terjadi setelah
percampuran sperma dan ovarium. Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia
menjadikan manusia, yaitu manusia sebagai makhluk yang mulia.
2. Darah berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, mengirimkan nutrisi yang
dibutuhkan sel-sel dan menjadi suatu benteng pertahanan terhadap bakteri dan virus. Komponen
darah terdiri dari plasma darah dan sel darah (eritrosit, leukosit, dan trombosit).
3. Hematopoieses merupakan proses pembentukan dan perkembangan berbagai tipe sel darah dan
elemen-elemen yang terbentuk lainnya. Proses ini pada akhirnya akan menghasilkan sel darah
merah, sel darah putih, serta keping darah.
4. Eritropoiesis atau proses pembentukan sel eritrosit adalah suatu mekanisme umpan balik. Proses
ini dihambat oleh peningkatan kadar eritrosit yang bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia.
5. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul
organik dengan satu atom besi. Hemoglobin suatu molekul globin yang dibentuk empat subunit
molekul protein (globulin chain).
6. Anemia merupakan kondisi dimana terjadinya penurunan konsentrasi eritrosit atau hemoglobin
pada darah sampai dibawah normal. Hal ini terjadi apabila keseimbangan antara kehilangan
darah (lewat perdarahan atau penghancuran sel) dan produksi darah terganggu.
7. Sistem sirkulasi dibangun oleh darah, sebagai medium transportasi tempat bahan- bahan yang
akan disalurkan dilarutkan atau diendapkan, pembuluh darah yang berfungsi sebagai saluran
untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh dan
mengembalikannya ke jantung, dan jantung yang berfungsi memompa darah agar mengalir ke
seluruh jaringan.
8. Pertukaran bahan yang terus menerus antara darah dan jaringan sel sangat penting bagi
kehidupan. Zat terlarut seperti oksigen dan nutrisi dari darah berdifusi dalam kapiler ke dalam
33
cairan interstitial dan dari cairan interstitial ke dalam sel-sel tubuh. Karbon dioksida dan limbah
metabolik berdifusi ke arah yang berlawanan.

34
DAFTAR PUSTAKA

Adianto, M. 2013. Perbedaan Morfologi Sel Darah pada Pengecatan Giemsa yang diencerkan
menggunakan Aquades dan Buffer pH 6,8. Universitas Muhammadiyah Semarang
Agrawal S., et. al. 2006. Anemia in Rheumatoid Arthritis: High Prevalence of Iron-Deficiency
Anemia in Indian Patients. Rheumatol Int. 26: (12).
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anamisa, Devie Rosa. 2015. Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal
S@CIES, x(x) : 106-110
Anwar, Cindy dan Made Ayu Widyaningsih. 2017. Acute Myeloid Leukaemia. Pengalaman
Belajar Lapangan. Kepaniteraan Klinik Madya Bagian/Smf Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rsup Sanglah.
Arini. 2018. Pengaruh Pemberian Tepung Daun Kelor (Moringa Oleifera Leaves) Terhadap
.Peningkatan Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Kecamatan Tamalatea Kabupaten
Jeneponto. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Kebidanan Sekolah Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss ; 2005 ; Kapita selekta hematologi ;
Jakarta ; Buku Kedokteran
Bell & Rodak. 2002. Hematology: Clinical Principles and Applications. W. B.Saunders
Company, Philadelphia.
Campbell, N.A. 1993. Biology , Third Edition. Benjamin Cummings Publishing Company, Inc.
Redwood City

Chen, et all. 2014. Human Embryonic Stem Cell-Derived Primitive and Definitive Hematopoiesis.
Pluripotent Stem Cell Biology Advance in Mechanism, Method, and Models

Child, J.A. 2010. Buku Saku Hematologi Klinik. Binarupa Aksara. TanggerangIDRIS

Clemetson KJ. 1997. Platelet GPIb-V-IX complex. Thromb Haemost, 78(1):266-70.

Desmawati. 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi. Edited by D. Juliastuti. Jakarta: Penerbit In
Media.

Dewi Ayu, Taufik Abdillah Syukur. 2019. Kompetensi Pendidik Agama Dalam Surat Al-„Alaq
Perspektif Tafsir Al-Misbah Karya Muhammad Quraish Shihab. HIKMAH, 15(2)

35
Dorland ,(1994).Kamus Kedoktern .Edisi 26. Penerbit buku kedokteran EGC , Jakarta.

Ethel Sloane. 1995. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Evelen Bruce ,D . (19994) .The Body Of Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis .penerbit PT
Gramedia , Jakarta.

Fatimah, Siti dkk. KOAGULASI DAN KOMPOSISI DARAH. Praktikum Fisiologi Hewan.
Laboratorium Biokimia Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Walisongo

Ganong, W. F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor Edisi Bahasa Indonesia. dr. M.
Djauhari Widjajakusumah. Edisi 17. EGC, Jakarta. Hal. 535 - 536, 552 - 553.

Gery A. Thibodeau , Ph .D .(1987) .Anatomi and Physiology .Times Minor Mosby , St . Louis.

Guyton dan Hall. (2012). Buku Fisiologi Kedokteran. Jakarta

Guyton, A. C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Handayani, W. dan Haribowo, A. S. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien
dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba medika.

I Made Bakte. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Edisi-1. Jakarta: Penerbit EGC

J. Corwin Elizabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Ketiga. Jakarta : Buku Kedokteran
ECG

Kadri, Husnil. 2012. Hemoprotein dalam Tubuh Manusia. Jurnal Kesehatan Andalas, 1(1).

Kemenag. 2021. Surah Al-„Alaq. https://quran.kemenag.go.id/sura/96 Diakses pada tanggal 01


Maret 2021

Marieb, E. N. 2001. Human Anatomy and Physiology. USA: Benjamin Cummings.

Mehta AB, et. al. 2000. Hematological Aspect of Systemic Disease. Oxford: Blackwell.

Nubai Iskandar Dr. H . (1991) . Segi Praktis THT . Bina Rupa Aksara , Jakarta .

Padsalgikar, Ajay D. 2017. Cardiovascular System: Structure, Assessment, and Diseases, In


Plastics Design Library, Plastics in Medical Devices for Cardiovascular Applications, 103-
132
36
Pearce, Evelyn. 2000. Anatomi dan Fisiologi untuk para medis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Purves, W.K.D.,Savada,G.H.,Orians., &Heller, H.C.2004. Life: The science of Biology. 7th


ed.Sunderland. Sinauer Associates, Inc. & W.H.Freeman and Company.

Sa‟adah, Sumiyati. 2018. Sistem Peredaran Darah Manusia. Bandung : Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan. Uin Sunan Gunung Djati Bandung.

Sadikin, Mohamad. 2001. Biokimia darah. Jakarta : Widya Medika

Sayyid Quthb. 2004. Tafsir fi Zhilâl al-Qur’ân, Jilid 1, terj. As’ad Yasin. Jakarta: Gema Insani
Press.

Sherwood L. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC.

Shier, et. al. 2001. Human Anatomy and Physiology. New York: Mc Graw Hill.

Syaifuddin , Drs . H . (2002) .Struktur & Komponen Tubuh Manusia . Penerbit Buku Kedokteran
EGC , Jakarta

Syarifudin. 1997. Anatomi Fisiologi untuk siswa keperawatan. EGC. Jakarta

Tafsirq. 2021. Surah Al-„alaq ayat 2. https://tafsirq.com/96-al-alaq/ayat-2#tafsir-quraish-shihab


Diakses pada tanggal 01 Maret 2021

Widayanti, Sri. 2008. Analisis Kadar Hemoglobin pada Anak Buah Kapal PT. Salam Pacific
Indonesia Lines di Belawan Tahun 2007. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.

37

Anda mungkin juga menyukai