Anda di halaman 1dari 17

Makalah Jaringan Ikat Khusus

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Histologi


yang dibina Oleh Bapak Fendy Hardian Permana

Disusun Oleh :

Kelompok 5 (Biologi 4D)

1. Syahrul Bachtiar 201810070311114


2. Bilgis Shabrifa Firdausy 201810070311115
3. Miftakhul Ma’firoh 201810070311117
4. Eka Purnama Sari 201810070311129
5. Yusfiah Amami D.E. 201810070311126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
PEMBAHASAN
JARINGAN DARAH

A. Pengertian Jaringan Darah


Jaringan darah adalah jaringan ikat khusus yang istimewa karena sifat dan kondisi
fisik dari darah berbeda dengan jaringan ikat lainnya. Jaringan ini berupa cairan dengan
komponen utamanya adalah sel – sel darah dan plasma darah.

B. Komponen Jaringan Darah


Darah terdiri dari 55% Plasma darah (bagian cair darah) dan 45% Korpuskuler
(bagian padat darah) atau sel – sel darah.
C. Plasma Darah (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah salah satu penyusun darah yang berwujud cair serta
mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki warana
kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9% mineral,
oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak, kolestrol, urea,
asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut dan
mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia dan mengangkut zat
sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh ke organ
pengeluaran. Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut yaitu:
1. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik darah
2. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
3. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan darah.
plasma darah terdiri atas serum dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan
diatas, fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan
darah, sedangkan serum adalah suatu cairan berwarna kuning. Serum berfungsi
sebagai penghasil zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing
yang masuk ke dalam tubuh kita.
D. Korpuskuler (Bagian Padat Darah)
Korpuskuler terdiri dari tiga bagian:
1. Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa
Yunani yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel.
Eritrosit merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin
(Hb). Hemoglobin adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Darah yang
berwarna merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada
saat darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-
15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0
mg%. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam
amino dan memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga
banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang
maka keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan
hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf atau berbentuk
piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar
6-8 µm dan tebalnya sekitar 2 µm, eritrosit termasuk sel paling kecil daripada sel-
sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Jumlah sel darah merah adalah
jumlah yang paling banyak dibandingkan jumlah sel darah lainnya. Secara
normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa terdapat 25 trilliun sel darah
merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm3) darah trdapat 5 juta sel darah
merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah per miliketer kubiknya
sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana
eritrosit diproduksi dimaksuderitropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya
akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian
besar sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan
oleh hati. Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian
diangkut oleh darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah
yang baru. Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi
sekitar 2 juta eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon
eritoprotein (EPO) yang disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet
dalam suatu pertandingan sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah
meninggalkan sumsum tulang belakang, sel yang berkembang ini dinamakan
retikulosit dan jumlahnya sekitar 1% dari semua darah yang beredar.

Gambar 1.2 gambar sel darah merah (eritrosit).

2. Sel Darah Putih (Leukosit)


Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar daripada sel darah merah.
Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada sel darah merah. Pada
orang dewasa setiap 1 mm3 darah terdapat 6.000-9.000 sel darah putih. Tidak
seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus). Sebagian besar sel
darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat menembus dinding kapiler.
Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah, kelenjar limfa, dan limpa (kura).
Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening),
bentuk tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel
darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
a. Leukosit Bergranula (Granulosit)
a) Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar
60%. Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk
yang bermacam-macam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil
bertugas untuk memerangi bakteri pembawa penyakit yang
memasuki tubuh. Mula mula bakteri dikepung, lalu butir-butir di
dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk mencegah bakteri
berkembang biak serta menghancurkannya.
b) Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit.
Jumlahnya sekitar 5%. Eosinofil akan bertambah jumlahnya
apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya
bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua
apabila ditetesi dengan eosin. Eosinofil memiliki granula
kemerahan. Fungsi dari eosinofil adalah untuk memerangi bakteri,
mengatur pelepasan zat kimia, dan membuang sisa-sisa sel yang
rusak.
c) Basofil adalah leukosit bergranula yang berwarna kebiruan.
Jumlahnya hanya sekitar 1%. Plasmanya bersikap basa, itulah
sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan
berwarna biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain
itu, basofil mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut
heparin.
b. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
1) Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya
hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit
besar. 20% sampai 30% penyusun sel darah putih adalah limfosit.
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai
pembentuk antibodi.
2) Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan
berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa
dan bersifat fagosit.
Leukosit yang berperan penting terhadap kekebalan tubuh ada dua macam:
a) Sel Fagosit
Sel fagosit akan menghancurkan benda asing dengan cara menelan
(fagositosis). Fagosit terdiri dari dua macam yaitu Neutrofil,
terdapat dalam darah dan Makrofag, dapat meninggalkan
peredaran darah untuk masuk kedalam jaringan atau rongga tubuh.
b) Sel Limfosit
Limfosit terdiri dari T Limfosit (T sel), yang bergerak ke kelenjar
timus (kelenjar limfa di dasar leher) dan B Limfosit (B Sel)

Keduanya dihasilkan oleh sumsum tulang dan diedarkan ke seluruh


tubuh melalui pembuluh darah, menghasilkan antibodi yang disesuaikan
dengan antigen yang masuk ke dalam tubuh. Seringkali virus memasuki
tubuh tidak melalui pembuluh darah tetapi melalui kulit dan selaput lendir
agar terhindar dari lukosit. Namun sel-sel tubuh tersebut tidak berdiam
diri. Sel-sel tersebut akan menghasilkan interferon suatu protein yang
dapat memproduksi zat penghalang terbentuknya virus baru (replikasi).
Adanya kemampuan ini dapat mencengah terjadinya serangan virus.
3. Keping Darah (Trombosit)
Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran
yang paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping
darah dibuat di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang
pendek. Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 – 300.000 butir keping darah.
Trombosit yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila
kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan
8 hari. Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting
dalam proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit
akan pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim
trombokinase yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan
mineral kalsium (Ca) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat
mengubah protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang
fibrinogen untuk membuat fibrin atau benang-benang. Benang-benang fibrin
segera membentuk anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi.
E. Fungsi Darah
Darah memiliki bagian yang cair (plasma darah) dan bagian yang padat (sel darah).
Bagian – bagian tersebut memiliki fungsi tertentu dalam tubuh. Secara garis besar, fungsi
utama darah adalah sebagai berikut:
1) Alat pengangkut zat-zat dalam tubuh, seperti sari-sari makanan, oksigen, zat-zat
sisa metabolisme, hormon, dan air.
2) Menjaga suhu tubuh dengan cara memindahkan panas dari organ tubuh yang aktif
ke organ tubuh yang kurang aktif sehingga suhu tubuh tetap stabil, yaitu berkisar
antara 36 – 37oC.
3) Membunuh bibit penyakit atau zat asing yang terdapat dalam tubuh oleh sel darah
putih.
4) Pembekuan darah yang dilakukan oleh keping darah (trombosit).

JARINGAN SUMSUM TULANG


Sumsum tulang adalah suatu jaringan penyambung khusus dan mengandung banyak sel.
Sumsum tulang terdapat di dalam ruang sumsum. Sumsum tulang terdiri dari dua jenis yaitu
sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning.
Sumsum tulang merah terdiri dari: jaringan ikat penyangga yang berisi sel retikuler, serat
retikuler, sel makrofag dan sinusoid-sinusoid dan jala-jala myeloid yang berisi elemen-elemen
darah, sel induk darah dan plasma sel. Sumsum tulang merah terdiri dari sel-sel yang masih
muda yang beum matang. Karena sel-sel darah yang jumlahnya paling besar adalah eritrosit,
sedangkan eritrosit itu berwarna merah, maka sumsum tulang ini kelihatan merah sehingga
disebut sumsum tulang merah.
Fungsi utama sumsum tulang merah adalah:
1. Membentuk sel-sel darah
2. Destruksi eritrosit. Sisa-sisa zat besi berbentuk ferritin dan hemosiderin disimpan di dalam
makrofag, sel retikuler, hepatosit, sabut otot bergaris.
Sumsum tulang kuning terdiri dari sel-sel lemak. Dan karena lemak warnanya kuning,
maka sumsum tulang ini tampak kuning sehingga disebut sumsum tulang kuning. Selain lemak
sumsum tulang kuning juga berisi makrofag, underferentiated, sel berfroliferasi menjadi sel
myeloid sehingga sumsum tulang kuning menjadi sumsum tulang merah.
Fungsi sumsum tulang kuning adalah:
1. Sebagai organ penyimpan lemak
2. Cadangan jaringan hematopoetik
Sumsum tulang merah aktif membentuk sel-sel darah dan warnanya disebabkan
hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit dan prekusor-prekusornya. Sumsum tulang kuning
tidak aktif membentuk sel-sel darah didominasi oleh sel-sel lemak yang menyebabkan warnanya
kuning. Kedua jenis sumsum tulang ini dapat mengalami transformasi menjadi jenis yang lain
jika terjadi perubahan kebutuhan. Pada bayi baru lahir dan anak kecil semua sumsum tulang
berjenis sumsum tulang merah, tetapi pada umur 5 sampai 6 tahun mulai berubah menjadi
sumsum tulang kuning dalam batang tulang panjang. Perubahan ini berlangsung terus sampai
masa dewasa, pada saat ini sumsum tulang merah yang membnetuk sel-sel darah hanya terdapat
dalam tulang kepala, tulang punggung, tulang iga, sternum, klavikula, tulang pelvis dan dalam
ujung-ujung tulang panjang anggota badan. Perbandingan antara sumsum tulang merah dan
sumsum tulang kuning menjadi rata-rata satu banding satu.

JARINGAN LEMAK
Jaringan lemak (adiposa) adalah sekumpulan sel yang menyimpan lemak. Jaringan ini ialah
jaringan ikat khusus yang menyimpan cadangan lemak. Ciri khas suatu jaringan ikat adalah
tersusun atas sel dan matriks (substansi dasar). Dan jaringan lemak mempunyai sel yang mana
substansi dasarnya adalah lemak. Oleh sebab itu, jaringan lemak digolongkan jaringan ikat
khusus. Sel – sel adiposit mempunyai vakuola untuk menyimpan lemak –lemak tersebut. Ukuran
vakuola ini bervariasi,.

Fungsi Jaringan Lemak

Jumlah lemak pada hewan sangat bervariasi, hal ini juga ditentukan oleh jenis kelamin, usia, dan
aktivitas tubuh. Pada umumnya jumlah sel lemak ini lebih banyak terdapat pada betina dibanding
jantan. Fungsi jaringan lemak pada hewan adalah sebagai berikut ini :

1. Energi cadangan

Lemak adalah sumber energi cadangan yang dapat dimetabolisme untuk menghasilkan energi
ketika tubuh kehabisan asupan glukosa (karbohidrat). Hal ini membantu hewan – hewan yang
berhibernasi. Pada masa hibernasi, hewan tidak aktif mencari makan namun hewan harus tetap
menjaga panas tubuh dan juga menjalankan kestabilan organ. Dengan tidak adanya asupan
makanan yang masuk, maka tubuh akan merombak simpanan lemak dalam sel –sel lemak guna
menghasilkan energi melalui respirasi sel.

2. Pelindung dari goncangan

Karakteristik lemak yang bisa menahan benturan, bermanfaat untuk melindungi organ – organ
tertentu dari efek guncangan yang mungkin bisa merubah letak atau struktur organ tersebut.
Seperti pada ovarium, ginjal, dan yang lainnya.

3. Isolator panas

Jaringan lemak yaitu paling banyak terletak pada lapisan hipodermis kulit. Semakin banyak
lemak yang disimpan maka lapisan ini semakin tebal. Lemak pada kulit berfungsi sebagai
isolator atau penahan panas tubuh. Hal ini berkaitan dengan suhu pada lingkungan, hewan –
hewan yang hidup di daerah dingin dapat bertahan hidup karena mempunyai lapisan hipodermis
yang cukup tebal dan rambut yang lebat.

4. Penyusun tubuh

Lemak adalah unsur penting bagi tubuh. Hal ini karena lemak berfungsi sebagai penyusun tubuh.
Lemak menyusun membran sel, sel – sel kelenjar, hormon, dan yang lain.

5. Mengisi ruang antar jaringan

Seperti jaringan ikat longgar lainnya, jaringan lemak bisa ditemukan sebagai pengisi ruang antar
jaringan atau antar organ. Jaringan lemak juga bisa ditemukan sebagai pembungkus organ.
Bagian abdomen (perut) biasanya mempunyai banyak simpanan lemak.
Ciri – Ciri Jaringan Lemak

Sekelompok dengan jaringan ikat, jaringan lemak mempunyai ciri khas yang sama dengan
jaringan ikat longgar, yang membedakan hanya substansi dasarnya saja. Ciri – ciri jaringan
lemak yanng membedakan dengan jaringan lainnya ialah sebagai berikut:

1. Bentuk selnya cenderung bulat


2. Ukuran sel bervariasi
3. apabila dilihat dibawah mikroskop, sel – sel terlihat sebagai bulatan putih besar. Hal ini
karena vakuolanya berukuran besar dan juga menyimpan lemak yang berwarna putih
sampai kuning tua atau cokelat.

Komposisi Jaringan Lemak (Adiposa)

Mayoritas sel yang ditemukan dalam jaringan adiposa adalah adiposit. Adiposit mengandung
tetesan lemak yang tersimpan (trigliserida) yang dapat digunakan untuk energi. Sel-sel ini
membengkak atau menyusut tergantung pada apakah lemak yang disimpan atau digunakan. Jenis
lain dari sel-sel yang terdiri jaringan adiposa termasuk fibroblast, sel darah putih, saraf, dan sel-
sel endotel.

Adiposit yang berasal dari sel-sel prekursor yang berkembang menjadi salah satu dari tiga jenis
jaringan adiposa: jaringan adiposa putih, jaringan adiposa coklat, atau jaringan adiposa beige.
Mayoritas jaringan adiposa dalam tubuh berwarna putih. Putih adiposa toko jaringan energi dan
membantu untuk melindungi tubuh, sementara adiposa coklat membakar energi dan
menghasilkan panas.

Lokasi Jaringan Lemak (Adiposa)


Jaringan adiposa ditemukan di berbagai tempat di dalam tubuh. Beberapa lokasi termasuk
lapisan subkutan di bawah kulit; sekitar jantung, ginjal, dan jaringan saraf; di sumsum
tulang dan jaringan payudara; dan dalam bokong, paha, dan rongga perut. Sementara lemak
putih terakumulasi di wilayah ini, lemak coklat terletak di daerah yang lebih spesifik tubuh.

Pada orang dewasa, deposito kecil lemak coklat yang ditemukan di punggung atas, sisi leher,
daerah bahu, dan sepanjang tulang belakang. Bayi memiliki persentase yang lebih besar dari
lemak coklat daripada orang dewasa. Lemak ini dapat ditemukan di sebagian besar wilayah
kembali dan penting untuk menghasilkan panas.

Klasifikasi Jaringan Lemak

Berdasarkan struktur selnya, letaknya, warnanya, dan patologinya dibagi 2 macam:

1. Jaringan lemak unilokular / kuning

Sel-sel pada jaringan ini hanya memiliki satu vakuola lemak yang merupakan tempat
penyimpanan energi utama bagi organisme.

Warna jaringan lemak unilokular dari putih hingga kuning tua, disebabkan adanya karotenoid
yang larut dalam tetes lemak sel ini. Hampir seluruh jaringan lemak pada orang dewasa termasuk
jenis ini. Ia ditemukan tersebar di seluruh tubuh kecuali pada kelopak mata, penis, skrotum dan
aurikula telinga luar kecuali lobulus.

Struktur histologis sel lemak unilokular berbentuk bulat bila diisolasi namun berbentuk
polyhedral dalam jaringan lemak, karena berhimpit padat. Pada sajian mikroskop biasa setiap sel
tampak sebagai cincin tipis sitoplasma atau sel cincin cap (signet ring cell) mengelilingi vakuol
yang ditinggalkan oleh tetes lipid yang larut oleh alkohol dan xilol .
Tinjauan secara histogenesis, sel lemak berkembang dari lipoblas yang asalnya dari mesenkim.
Lipid bertumpuk sedikit demi sedikit secara terpisah namun tidak lama kemudian bergabung
membentuk satu tetes yang lebih besar yang mencirikan sel jaringan unilokular.

2. Jaringan lemak multilokular / coklat

Sel-sel pada jaringan ini memiliki sejumlah vakuola lemak dan banyak mitokondria.

Mereka mengubah energi kimiawi menjadi energi panas bila terangsang.Jaringan lemak
multilokular juga disebut lemak coklat karena warnanya, yang disebabkan oleh karena
banyaknya kapiler darah dan mitokondria. Jaringan lemak coklat ini terbatas penyebarannya,
terdapat pada hewan berhibernasi. Pada tikus dan mamalia lain di sekitar bahu, pada embrio
manusia dan bayi baru lahir untuk menghasilkan panas sehingga melindungi diri dari dingin.

Sel jaringan multilokular berbentuk polygonal dan lebih kecil dari sel jaringan lemak unilokular.
Sitoplasmanya mengandung sejumlah besar tetes lipid dengan berbagai ukuran, intinya bulat di
tengah dan banyak mitokondria.

JARINGAN LIMFORETIKULER
Sistem limforetikular terdiri dari jaringan sistem limfoid dan sistem fagosit mononuklear. Sistem
limfoid meliputi timus, sumsum tulang, kelenjar getah bening, limpa, dan jaringan limfoid yang
berhubungan dengan saluran pencernaan.

Jaringan Limforetikuler Yang letaknya tersebar di seluruh tubuh, misal dalam sumsum
tulang, kelenjar limfe, limpa, thymus, system pernafasan saluran cerna dan organ-organ lain. Sel-
sel yang terdapat dalam jaringan ini Merupakan jaringan yang berasal dari sel induk (Stem Sel)
dalam sumsum Tulang yang berdiferensasi menjadi berbagai jenis sel, Kemudian beredar dalam
tubuh melalui darah, limfe, serta jaringan limfoid dan dapat menunjukkan respons terhadap suatu
rangsangan sesuai dengan sifat dan fungsi masing-masing.

JARINGAN BERPIGMEN
Jaringan ikat berpigmen mengandung sel-sel berpigmen atau kromatopor. Sel-sel ini jarang
ditemukan dalam jaringan ikat longgar, tetapi biasa dijumpai dalam jaringan ikat pada kulit,
piamater, dan lapisan koroid bola mata (tunica suprachoronidca), lamina fusca pada selang bola
mata. Beberapa sel pigmen melanosit, berasal dari kista neuralis embrio, dan tidak berkembang
langsung dari mesenkim. Sel-sel ini secara khas mempunyai tonjolan sitoplasma mengandung
butir-butir pigmen halus, seperti sitoplasma pada umumnya yaitu melanosome. Melanosome ini
merupakan badan-badan lonjong bermembran dan pigmen yang terdapat di dalamnya yaitu
melanin, berperan menyerap sinar cahaya. Selain melanosit, dermis kulit mungkin juga
mengandung melanofot yaitu makrofag yang telah memfagositosis melanosome dari melanosit
yang sudah rusak dan tua. Jaringan tersebut banyak mengandung sel-sel berpigmen. Oleh karena
keberadaan pigmen tidak memerlukan pewarnaan khusus, maka sel-sel berpigmen yang
dinamakan melanosit itu mudah dicari

Jaringan ikat berpigmen, memiliki sel-sel khusus yang mampu mensintesa serta menimbun
pigmen. Selnya disebut „melanosit‟, sedangkan pigmennya „melanin‟ dan warnanya coklat
hitam. Bangun hisologis sel-selnya memiliki penjuluran dan dalam sitoplasma terdapat butir-
butir melanin, berbentuk pipih atu bulat dengan diameter 0,2-0,5 µm. Pada sedian rutin tanpa
pewarnaan melanosit dapat dipelajari dengan jelas, butir melanin jelas hanya inti tampak kosong.
Melanosit terdapat pada lapisan khoroida dan iris mata, stratum germinativum dan korium kulit
hitam (Melanesia, Afrika), rambut serta bulu yang berwarna hitam.

Lapisan Koroid dan Retina

Koroid adalah lapisan luar vaskular dengan jaringan ikat longgar dan melanosit berpigmen.
Lapisan dalam jaringan ikat sklera terletak berbatasan dengan koroid. Koroid ini dibagi
menjadibeberqpq lqpis: lamina suprachoroidea dengan melanosit(11), lamina vascuola(1),
lamina chroidocapillaris(12), dan membrane limitans transparamn atau lamina basalis

DAFTAR PUSTAKA
Kluwer, Wolters. 2005. Atlas Histologi diFIORE Dengan Korelasi Fungsional. USA: Lippincott
Williams and Wilkins.
Mescher, Anthony L. 2011. Atlas Histologi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai