PENDAHULUAN
Efek samping pengguna antibiotik tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat
menggagalkan pengobatan dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti :
1. Sensitasi atau Hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatkan kepekaan yang
berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi seperti gatal pada kulit kemerahmerahan, bentol, atau yang lebih hebat si penderita bisa syok, contoh antibiotiknya
Penicillin dan Kloramfenikol. Guna mencegah bahaya ini sebaiknya salep-salep yang
menggunakan antibiotic tidak diberikan secara Sistemis (oral dan suntikan).
2. Resistensi
Adalah jika obat yang pernah digunakan akan tetapi efek yang diinginkan sudah tidak
mempan lagi bagi si penyakit (sudah kebal) atau si penyakit telah menjadi kuat.
Penyebabnya adalah karena kita meminum obat tidak sampai habis terutama antibiotik,
harus dihabiskan. Kalau tidak atau kita meminumnya hanya besok iya besoknya lagi
tidak, maka si bakteri yang ada didalam tubuh kita akan kebal jadinya terhadap antibiotik
yang kita minum. Bila tidak ingin terjadi resistensi dalam tubuh anda, sebaiknya untuk
obat antibiotik dihabiskan dan bila sudah terlanjur terjadi resistensi silahkan ke dokter
untuk meminta dosis antibiotik anda dinaikkan, kalau tidak makan tidak akan sembuh
benar.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui Penisilin dan Mikroorganisme Penghasil Penisilin
Untuk mengetahui Sifat-Sifat Penicillium chrysogenum
Untuk mengetahui Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum
Untuk mengetahui Pengumpulan sampel dan Identifikasi Penicillium
Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Penisilin
Untuk mengetahui Mikroorganisme yang uji
Untuk mengetahui Penguraian hasil yang dilakukan pada penelitian tersebut
1.3 Rumusan masalah
Apakah pengertian Penisilin dan Mikroorganisme Penghasil Penisillin ?
Apa saja Sifat-sifat Penicillium chrysogenum ?
Bagaimana Produksi Penisilin oleh Penicillium chrysogenum ?
Bagaimana cara Pengumpulan sampel dan Identifikasi Penicillium ?
Apa saja Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Penisilin ?
Apa saja Mikroorganisme yang ujikan ?
Apakah penguraian hasil yang dilakukan pada penelitian tersebut ?
BAB II
Tinjauan Pustaka
Penisilin merupakan kelompok antibiotik yang ditandai oleh adanya cincin -laktam
dapat menghambat pembentukan peptidoglikan yang melemahkan dinding sel bakteri, sehingga
bakteri akan rentan terhadap lisis sel yang disebabkan oleh tekanan osmotik. Penisilin diproduksi
oleh beberapa jamur (eukariot) yang terdiri dari genus Penicillium dan Aspergillus, serta oleh
beberapa prokariot tertentu. Sifat unik pada masing-masing penisilin ditentukan oleh adanya
rantai samping yang berbeda-beda. Secara kimiawi penisilin tergolong dalam antibiotic -laktam.
Penisilin diproduksi oleh berapa jenis jamur, seperti jamur Penicillium notatum, Penicillium
chrysogenum, serta beberapa jenis jamur yang tergolong di dalam genus Streptomyces.
Penicillium chrysogenum merupakan salah satu mikroorganisme yang penting di bidang industri,
khususnya untuk menghasilkan penisilin yang merupakan salah satu antibiotik komersial.
Penicillium telah digunakan industri untuk menghasilkan penisilin dan xanthocillin X, untuk
mengobati limbah pabrik, dan untuk menghasilkan enzim poliamina oksidase, phospho-glukonat
dehidrogenase, dan glukosa oksidase.
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh penisilin adalah sebagai berikut:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak inang (host).
2. Bersifat bakteriosidal dan bukan bakteriostatik.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
4. Berspektrum luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif dan
bakteri Gram-negatif.
5. Tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila digunakan dalam jangka
waktu yang lama.
6. Tetap aktif di dalam plasma, cairan badan, atau eksudat.
7. Larut di dalam air dan bersifat stabil.
8. Bacteriosidal level, di dalam tubuh cepat dicapai dan dapat bertahan untuk waktu yang
lama.
Penicillium chrysogenum merupakan penisilin G yang labil terhadap kondisi asam. Menurut
Volk dan Wheeler (1993), mekanisme kerja penisilin adalah dengan mengganggu sintesis
dinding sel, khususnya ketika proses transpeptidasi pada sintesis peptidoglikan dinding sel. Pada
proses ini, penisilin memiliki struktur yang sama dengan struktur D-alanil-D-alanin terminal
pada peptidoglikan, sehingga enzim transpeptidase bereaksi dengan penisilin. Hal ini membuat
struktur peptidoglikan yang dibentuk menjadi tidak sempurna dan melemahkan kekuatan dinding
sel pada bakteri.
2.2 Sifat-Sifat Penicillium chrysogenum
Jamur tergolong ke dalam Eumycetes atau fungi sejati dan terdiri atas empat kelas, yaitu
Phycomyces,
Ascomycetes,
Basidiomycetes,
dan
Deuteromycetes
(Fungi
Imperfecti).
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Eurotiomycetes
Bangsa
: Eurotiales
Suku
: Trichocomaceae
Marga
: Penicillium
Spesies
biasanya tidak berwarna, konidiofora bersekat dan muncul di atas permukaan, berasal dari hifa di
bawah permukaan, bercabang atau tidak barcabang, kepala yang membawa spora berbentuk
seperti sapu dengan sterigmata muncul di dalam kelompok, konidium membetuk rantai karena
muncul satu persatu dari sterigmata.
Konidium pada waktu masih muda berwarna hijau, kemudian berubah menjadi kebiruan atau
kecoklatan. Koloni Penicillium chrysogenum tumbuh baik pada medium Czapeks Dox,
berdiameter sekitar 4 cm dalam waktu 10 hari pada suhu 25C, memiliki permukaan seperti
kapas, dan berwarna hijau kekuningan atau hijau agak biru pucat, jika telah tua akan berwarna
semakin gelap.
laboratorium reagen) adalah metode sederhana untuk mengurangi analisis gula dengan
mengambil OD dengan PC berbasis berkas ganda spectrophotometer2202 (Systronics) di 560nm.
Aktivitas antimikroba ekstrak penisilin mentah ditentukan oleh metode agar.
2.5 Optimasi produksi penisilin G oleh Penicillium chrysogenum
Dua isolat Penicillium chrysogenum siap untuk penelitian ini dan menggunakan media PDB.
Pertumbuhan jamur dalam media cair yang diperlukan untuk ekstraksi antibiotik. Untuk
mengekstrak penisilin yang dihasilkan dalam lingkungan ini, pelarut seperti kloroform dan butil
asetat yang digunakan. Setelah studi yang diperlukan untuk mendapatkan media kultur optimal
untuk pertumbuhan Penicillium chrysogenum, media disiapkan dengan 3 g ekstrak ragi dan 21
gram sukrosa dalam satu liter air suling murni. Penicillium tumbuh dengan baik pada suhu
kamar. Setelah 5-8 hari dari pertumbuhan jamur, media itu terkontaminasi dengan menggunakan
berbagai pengenceran bakteri untuk mengevaluasi aktivitas anti-mikroba dari jamur.
Kemampuan produksi antibiotik dan antimikroba aktivitas jamur dinilai, setelah pembiakan pada
medium padat dengan adanya bakteri yang berbeda. Jamur dengan produksi metabolit sekunder
mencegah pertumbuhan bakteri dan membangun zona hambatan di sekitar itu sendiri.
Zona inhibisi adalah jumlah yang berbeda untuk masing-masing bakteri. Jumlah
antibiotik yang dihasilkan oleh jamur diwujudkan dengan menghitung diameter zona hambat.
Ekstraksi antibiotik dari media kultur Kloroform dan butil asetat pelarut yang digunakan, untuk
isolasi antibiotik dari media jamur. Suhu lingkungan dikurangi menjadi 0-4 C, setelah
pemisahan kotoran, miselia dan spora dari medium. PH media dibawa ke sekitar 2. Jadi, dalam
kondisi ini antibiotik akan bercampur baik dengan yang diinginkan pelarut dalam lingkungan.
Kemudian, pelarut ditambahkan ke medium. Ketika pelarut sepenuhnya digabungkan dengan
media, antibiotik dipindahkan ke pelarut. Pada tahap ini pelarut dan medium yang berbeda di
fase dan perlu dipisahkan. Menggunakan corong pisah, pelarut yang disertakan penisilin,
terisolasi dari media. Untuk pemisahan lengkap dari fase, sentrifugasi juga digunakan.
Menggunakan TLC untuk mendeteksi Penisilin G di media jamur Kromatografi lapis tipis (TLC)
digunakan untuk mendeteksi keberadaan penisilin dalam medium. Silika gel 60HF digunakan
untuk membangun pelat TLC. Setelah menutupi lapisan tipis silika di piring dan pengeringan di
oven, terlihat oleh sampel. Bintik ditempatkan di TLC piring menggunakan Hamilton jarum
suntik. Kemudian, pelarut yang berbeda digunakan untuk sampel loading pada pelat TLC.
8
Pelarut dituangkan dalam tangki TLC selama 60 sampai 90 menit dan diberi waktu sampai
bergerak. Kemudian, dengan menggunakan panjang gelombang yang berbeda dari UV, warna
dan RF yang dihasilkan oleh masing-masing dari mereka dibandingkan dengan standar penisilin
G.
Menggunakan HPLC untuk menentukan jumlah penisilin yang diproduksi di media
jamur. Sampel dari kedua isolat yang terlihat dengan standar penisilin G di piring TLC setelah
filtrasi. Kemudian, dimasukkan ke dalam pelarut. Sampel mulai bergerak di piring TLC. Tempat
yang mengikis menggunakan pisau steril, ketika sama warna dengan penisilin G dan RF standar
di bawah sinar UV, yang diamati. Kemudian, dilarutkan dalam methanol, secara terpisah.
Metanol yang mengandung penisilin G diisolasi, menggunakan sentrifugasi. Kemudian, pelarut
disaring untuk injeksi ke dalam sistem HPLC, untuk menentukan jumlah produksi Penisilin G
oleh dua Penicillium isolat. Pada tahap berikutnya, tingkat produksi Penisilin dalam kondisi
lingkungan yang berbeda dan dengan perubahan dalam komponen media, diukur, menggunakan
HPLC.
asam atau pH rendah, derajat keasaman (pH) yang optimum untuk memproduksi penisilin sekitar
pada pH 5-7,5.
2.7 Mikroorganisme uji
Mikroorganisme uji digunakan untuk mengetahui adanya aktivitas antibiotik penisilin
yang dihasilkan oleh Penicillium chrysogenum. Mikroorganisme dapat digunakan sebagai
mikroorganisme uji jika bersifat patogen bagi manusia, sehingga diperlukan suatu usaha untuk
menghambat pertumbuhannya. Mikroba uji yang digunakan dapat dari kelompok bakteri Grampositif, maupun Gram negatif untuk menguji kemampuan antibiotik penisilin yang diproduksi
oleh Penicillium chrysogenum, misalnya Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Proteus vulgaris dan
Neisseria flavescens oleh metode difusi agar. Penghambatan maksimum penisilin menunjukkan
pada Bacillus subtilis sementara di lain spesies bakteri (Bacillus cereus, Proteus vulgaris dan
Neisseria flavescens) tidak ada efek yang luar biasa dari penghambatan yang diamati.
Spesies bakteri
1.
Bacillus subtilis
****
2.
Bacillus cereus
**
3.
Proteus vulgaris
**
4.
Neisseria flavescens
**
ini dari Penicillium yang diproses lebih lanjut untuk kultur murni digunakan dalam produksi
penisilin.
(a)
(b)
Produksi penisilin dilakukan di dalam dua hal yang berbeda media fermentasinya dan
karbohidrat. Media fermentasi keduanya terdiri dari 2mg / l gula merah, 2mg / l kasein, 0.68mg /
l natrium hidrogen fosfat, 0.06mg / l amonium klorida, 6mg / l amonia dan 2mg / l asam sitrat.
Sumber karbohidrat untuk media 1 itu 20 mg / l glukosa dan media 2 adalah 20 mg / l sukrosa.
Hasil produksi penisilin yang diperkirakan berdasarkan karbohidrat rutin pemanfaatan pengujian
kadar logam.
Penguraian Hasil dari Optimasi produksi penisilin G oleh Penicillium chrysogenum
Pertumbuhan jamur di dasar cairan yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa dua strain yang digunakan dapat tumbuh dengan baik di media ini. Setelah hari kelima
kulturnya, jamur ini mampu menghasilkan zat menghambat pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan
ini efek penghambatan sebagian besar bakteri gram positif. Komposisi anti-kritis dalam media
ini ditentukan jenis penisilin, menggunakan metode TLC dan dibandingkan dengan penisilin
standar G. Perbandingan kromatogram G diperoleh dari injeksi sampel diekstraksi dari media
jamur di hari kedelapan, untuk HPLC menunjukkan bahwa waktu retensi untuk disuntikkan
sampel standar dan Penisilin diekstrak dari media Penicillium tumbuh pada hari kedelapan,
adalah sama, di kondisi yang sama untuk HPLC. Hasil ini membuktikan adanya ekstraksi yang
11
diperoleh. Seperti yang terlihat di gambar berikut, kromatogram yang diperoleh dari kedua
suntikan benar benar konsisten satu sama lain.
Dibandingkan metode yang berbeda dari ekstraksi menggunakan pelarut yang berbeda, tingkat
tertinggi ekstraksi penisilin adalah dengan menggunakan pelarut butil asetat dan metode tingkat
tertinggi tiga langkah. Tingkat tertinggi ntibiotik yang dihasilkan oleh P. chrysogenum adalah 6-8
hari setelah budidaya. Sebelum hari kelima, jamur tidak dapat menghasilkan zat penghambat
pertumbuhan. Jadi, durasi budidaya jamur efektif pada produksi penisilin. Menurut hasil
kromatogram yang diperoleh dari injeksi sampel yang diambil di kondisi suhu yang berbeda,
variasi suhu menyebabkan perubahan dalam tingkat produksi penisilin G di medium
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas antimikroba penisilin terhadap bakteri terisolasi telah
menunjukkan efek yang beragam. Dalam penelitian ini pertama berbeda spesies bakteri diisolasi
dari sampel tanah dan diidentifikasi oleh berbagai tes biokimia. Spesies bakteri diisolasi diberi
nama sebagai berikut- Bacillus subtilis, Proteus vulgaris, Neisseria flavescens, Bacillus cereus.
Setelah itu Spesies Penicillium diisolasi dari sampel buah jeruk untuk isolasi penisilin. Akhirnya
aktivitas antibakteri diperiksa dari Penisilin pada spesies bakteri yang diisolasi dan ditemukan
bahwa dari empat spesies bakteri, penicillin menunjukkan efek yang luar biasa pada Bacillus
subtilis tapi kecil memperpanjang efek penghambatan pada Bacillus cereus, Proteus vulgari dan
Neisseria flavescens. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sampel buah jeruk tampaknya
sumber spesies Penicillium dan penisilin yang dihasilkan menunjukkan luar biasa efek pada
mikroba.
Pada Optimasi produksi penisilin G oleh Penicillium chrysogenum yang diperoleh dari
suntikan dalam kondisi yang berbeda, otimum nilai-nilai komponen media ditentukan sebagai: 3
g ekstrak ragi dan 2 g sukrosa dalam satu liter murni air suling dan jumlah optimal gerakan
pengocokan ditetapkan pada 120 rpm
13
DAFTAR PUSTAKA
14