Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

Contents list available at JKP website

Jurnal Kesehatan Perintis


Journal homepage: https://jurnal.upertis.ac.id/index.php/JKP

Aktivitas Antibakteri Kayu Manis (Cinnamomum burmanii)


terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus

Karlina Intan*, Aliansy Diani, Aeni Suci Rizki Nurul


Institut Kesehatan Rajawali, Jawa Barat, Indonesia

Article Information :
Submission: Nov 8, 2021; Revised:Dec 10, 2021; Accepted:Dec 30, 2021; Available online: Dec
31,2021

*Corresponding author : intanbutet@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yaitu bakteri. Bakteri yang sering
menyebabkan infeksi kulit adalah bakteri Staphylococcus aureus. Kayu manis (Cinnamomun
verum) merupakan tanaman herbal yang sering digunakan sebagai bumbu masakan, namun
kayu manis juga memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, saponin, dan
triterpenoid yang bersifat antibakteri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui daya
hambat ekstrak kayu manis (Cinnamomun verum) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Jenis penelitian yang digunakan berupa deskriptif eksperimental
laboratorium dengan metode pengujian berupa in vitro secara difusi (Kirby-Bauer)
menggunakan kertas cakram. Sampel penelitian ialah ekstrak kayu manis (Cinnamomun
verum) dengan konsentrasi 30%, 50%, 65%, 70%, dan 75% dengan diencerkan DMSO 10%
yang sebelumnya telah dilakukan proses ekstraksi metode maserasi menggunakan pelarut
etanol 95%. Rata-rata hasil pengukuran zona hambat ekstrak kayu manis (Cinnamomun
verum) pada konsentrasi 30%, 50%, 65%, 70%, dan 75% masing-masing sebesar 3,7 mm,
4,8 mm, 5,7 mm, 9,7 mm, dan 12,7 mm. Hasil zona hambat pada konsentrasi 30%, 50% dan
65% dikategorikan lemah (resistent), konsentrasi 70% dikategorikan sedang (intermediate),
dan konsentrasi 75% dikategorikan kuat (susceptible). Sehingga dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak kayu manis (Cinnamomun verum) yang paling
efektif dalam menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah 75% dengan rata-rata
zona hambat sebesar 12,7 mm.

Kata kunci: staphylococcus aureus, cinnamomun verum, difusi cakram (kirby-bauer)

ABSTRACT
Infectious diseases caused by microorganisms, namely bacteria. The bacteria that often
causes skin infections is Staphylococcus aureus. Cinnamon (Cinnamomun verum) is an
herbal plant that is often used as a cooking spice, but cinnamon also contains chemical
compounds such as flavonoids, alkaloids, saponins, and triterpenoids which are
antibacterial. The purpose of this study was to determine the inhibitory power of cinnamon
extract (Cinnamomun verum) against the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The
type of research used is descriptive experimental laboratory with the test method in the form
of in vitro diffusion (Kirby-Bauer) using paper discs. The research sample was cinnamon
extract (Cinnamomun verum) with concentrations of 30%, 50%, 65%, 70%, and 75% with

121
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

10% DMSO diluted which had previously been extracted using maceration method using
95% ethanol as solvent. The average results of the inhibition zone measurements of
cinnamon extract (Cinnamomun verum) at concentrations of 30%, 50%, 65%, 70%, and 75%
were 3.7 mm, 4.8 mm, 5.7 mm, respectively. 9.7 mm, and 12.7 mm. The results of the
inhibition zone at concentrations of 30%, 50% and 65% were categorized as weak
(resistant), 70% concentration was categorized as moderate (intermediate), and 75%
concentration was categorized as strong (susceptible). So from the results of this study it
can be concluded that the most effective concentration of cinnamon extract (Cinnamomun
verum) in inhibiting Staphylococcus aureus bacteria is 75% with an average inhibition zone
of 12.7 mm.

Keywords: staphylococcus aureus, cinnamomun verum, disc diffusion (kirby-bauer)

PENDAHULUAN bahwa cinnamon mempunyai kemampuan


Luka adalah suatu kondisi atau antimikroba, antifungi, antivirus,
kerusakan integritas jaringan tubuh. Luka antioksidan, antitumor, penurun tekanan
dapat ditimbulkan dari berbagai macam hal darah, kolesterol serta mempunyai
seperti tusukan, goresan, luka bakar, senyawa rendah lemak. Senyawa eugenol
bahkan infeksi. (Ariami et al., 2017) dan sinamaldehid memiliki potensi sebagai
Penyebab infeksi nosokomial yang sudah antibakteri. Kayu manis sendiri memiliki
menyebar luas salah satunya adalah beragam jenis, yaitu Cinnamomun burmani,
bakteri Methicillin Resistant Staphylococcus Cinnamomum verum, Cinnamomum
aureus (MRSA). MRSA ialah bagian strain loureiroi dan Cinnamomum aromaticum.
dari S.aureus yang resisten terhadap Untuk mendapatkan khasiat kayu manis,
antimikroba semua turunan penicillin dan maka sebelum digunakan akan dilakukan
methicillin serta antimikroba spectrum luas proses ektraksi. Ekstraksi ialah kegiatan
ß-lactamase. Penanganan infeksi adalah penarikan kandungan kimia yang dapat
menggunakan pemberian antibiotik, tetapi larut sehingga terpisah dari bahan yang
pemberian antibiotik sering menimbulkan tidak dapat larut dengan pelarut cair.
masalah resisten antibiotik pada bidang Maserasi merupakan proses
kesehatan. Cinnamomum verum) terhadap pengekstrakkan simplisia dengan
pertumbuhan Methycillin Resistant menggunakan pelarut dengan cara
Staphylococcus aureus (MRSA). (Fikri, beberapa kali pengocokan atau
2018) pengadukan pada tempratur ruangan
Penggunaan tumbuhan menjadi obat (kamar). Cara ini bisa menarik zat- zat yang
tradisional dianggap relatif efektif serta berkhasiat dan dapat bertahan dalam
aman pada penangan luka, sebab jarang pemanasan maupun yang tidak dapat
mengakibatkan pengaruh efek samping dan bertahan dalam pemanasan.(Reppi et al.,
harganya cukup murah. Obat tradisional 2016)
bisa didapatkan dari biji, buah-buahan, Berdasarkan berbagai penelitian
daun, kulit tumbuhan, batang tumbuhan, mengatakan bahwa ektrak kayu manis
bunga, maupun akar suatu tumbuhan yang Cinnamomum burmannii dapat
mengandung zat kimia yang mempunyai menghambat perkembangan Methycillin
pengaruh pada pengobatan penyakit. Salah Resistant Staphylococcus aureus (MRSA),
satunya adalah kayu manis, komponen zat- hal yang sama juga diungkap oleh
zat kimia terbesar pada kayu manis yaitu Aqmarina Betari bahwa Minyak kayu manis
alkohol sinamat, kumarin, asam sinamat, (Cinnamomum burmannii) memiliki aktivitas
sinamaldehid, antosinin dan minyak atsiri antibakteri dengan nilai diameter hambat
dengan kandungan gula, protein, lemak 18,773 ± 0,574 mm pada konsentrasi 0,1%.
sederhana, pektin dan lainnya. Kulit batang Hasil penelitian Repi B Noviano juga
kayu manis yang sudah dilakukan ekstrak mengatakan bahwa ekstrak kulit kayu
mengandung senyawa antioksidan utama manis (Cinnamomum burmanni) memiliki
berupa polifenol (tanin, flavonoid) adapun efek antibakteri dalam menghambat
minyak atsiri golongan fenol. Menyatakan pertumbuhan Escherichia coli dan

122
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

Streptococcus pyogenes. Pada penelitian Alat-alat tersebut kemudian disterilkan


Saftratilofa melakukan penelitian uji daya memakai oven pada suhu 160°-180° C
hambat ekstrak kayu manis (Cinnamomum selama 1 jam. (Ikrom et al., 2014)
burmannii) terhadap Bakteri Aeromonas Pembuatan ekstrak kayu manis
hydrophila (Saftratilofa, 2016). Berdasarkan menggunakan kayu manis Cinnamomun
empat jenis kayu manis tersebut, jenis verum dilakukan dengan cara ekstraksi
Cinnamomum burmani, Cinnamomun metode merasi dengan pelarut etanol 95%
verum adalah dua jenis yang beredar pada suhu ruangan (kamar). Ekstrak kayu
dipasaran Indonesi, tetapi untuk manis dilakukan uji fitokimia di
kepentingan penelitian antibiotik hanya Laboratorium Poltekkes Kemenkes
jenis kayu manis yaitu Cinnamomun Bandung. Hasil ekstrak kemudian dilakukan
burmani yang paling sering digunakan pengenceran dengan DMSO 10% dengan
sementara C. verum jarang digunakan. dibuat konsentrasi ekstrak 30%, 50%, 65%,
Pada penelitian ini jenis kayu manis yang 70%, dan 75%. Pengamatan yang
digunakan adalah Cinnamomum verum. dilakukan pada metode difusi parameter
Tujuan penelitian ini adalah untuk yaitu zona hambat yang terbentuk, dengan
mengetahui daya hambat ekstrak kayu mengukur diameter zona bening di sekitar
manis (Cinnamomum burmannii) terhadap cakram menggunakan penggaris dengan
pertumbuhan bakteri Staphylococcus mengukur diameter horizontal dan diameter
aureus vertikal kemudian hasil yang diperoleh
dikurangi diameter cakram 6 mm. Suspensi
METODE PENELITIAN bakteri Staphylococcus aureus di
Penelitian ini dilakukan pada inokulasikan dengan metode spread plate
Laboratorium Bakteriologi Fakultas pada medium Muller Hinton dan diratakan
Kesehatan Institut Kesehatan Rajawali dengan batang L, lalu kertas cakram yang
Bandung. Penelitian ini ialah jenis deskriptif telah direndam di ekstrak kayu manis
eksperimental berupa uji in vitro dengan diletakkan pada media Muller Hinton Agar
memakai metode difusi kertas cakram dengan 5 konsentrasi. Selanjutnya di
(Kirby bauer) media dibuat sesuai dengan inkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37
0
lingkungan optimal yang diperlukan oleh C. Setelah 24-48 jam, diamati serta
mikroba untuk tumbuh dan berkembang dihitung zona bening yang terbentuk.
biak. Bahan-bahan yang digunakan pada (Novaryatiin Susi, 2018)
penelitian ini yaitu Kayu manis
(Cinnamomun verum), bakteri HASIL PENELITIAN
Staphylococcus aureus, Nutrient Agar (NA), Ekstraksi Kayu Manis (Cinnamomun
Agar Muller Hinton (MHA), Nutrient Broth verum)
(NB), etanol 95%, larutan BaCl2 1%, Ekstrak kulit kayu manis dilarutkan
larutan H2SO4 1% dan DMSO 10%. Alat- dengan pelarut dimethyl sulfoxide (DMSO
alat yang dipergunakan yaitu: tabung 10%) untuk membuat konsentrasi ekstrak
reaksi, jarum ose, cawan petri, pinset, 30%, 50%, 65%, 70%, dan 75%. Data hasil
batang L, labu erlenmeyer, oven, autoclave, pembuatan ekstrak kulit kayu manis pada
inkubator, pipet ukur, spidol, neraca berbagai konsentrasi terdapat pada tabel 1.
analitik, api bunsen, dan jangka sorong. Kayu manis yang telah dihaluskan

Tabel 1 . Hasil Ekstrak Kayu Manis

Konsentrasi Ekstrak Volume Ekstrak Kayu Volume Pelarut


Pembuatan Manis yang (Dimethyl Sulfoxide
Ditimbang 10%)
30% 10 ml 3g 10 ml
50% 10 ml 5g 10 ml
65% 10 ml 6,5 g 10 ml
70% 10 ml 7g 10 ml
75% 10 ml 7,5 g 10 ml

123
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

dengan mesin penghalus, kemudian dalam uji efektivitas penghambatan bakteri


dilakukan maserasi dengan menggunakan adalah metode difusi cakram (Kirby Bauer).
pelarut etanol 96% selama 4 hari (gambar (Ekawati et al., 2018)
1). Ekstrak disaring menggunakan Metode difusi cakram merupakan
penyaring vakum. Kemudian filtrat hasil pengukuran daerah zona bening yang
maserasi diuapkan dalam rotary evaporator terbentuk di sekitar kertas cakram yang
pada suhu 50-60°C selama 1 hari untuk digunakan untuk mengetahui aktivitas
mendapatkan ekstrak kental. Ekstrak Kayu antimikroba. Kertas cakram direndam
manis yang ditimbang dalam pembuatan dalam larutan ekstrak kayu manis selama
berbagai konsentrasi ekstrak adalah 15 menit dengan tujuan agar ekstrak
ekstrak kental yang didapat pada proses menyerap secara sempurna kedalam
ini. kertas cakram, selanjutnya diletakkan pada
media yang telah ditanami oleh bakteri.
Pengujian daya hambat bakteri ditandai
dengan terbentuknya zona bening pada
permukaan media agar. (Fitri Sri Rizki,
2020) Kelebihan dari metode difusi cakram
yaitu proses pengujian cepat, biaya relatif
murah, mudah dan tidak memerlukan
keahlian khusus. Sedangkan kelemahan
dari metode ini yaitu sulit untuk
diaplikasikan pada mikroorganisme yang
perkembangannya lambat dan zona bening
yang terbentuk dipengaruhi pada kondisi
inkubasi, inokulum serta ketebalan
medium.(Handayani et al., 2018; Sarosa et
al., 2018).
Data hasil penelitian yang diperoleh
dengan memberikan perlakuan langsung
pada medium yang telah ditanami oleh
bakteri Staphylococcus aureus. Pembuatan
suspensi bakteri Staphylococcus aureus
Gambar 1. Hasil Ekstraksi-Maserasi distandarisasi dengan larutan Mc Farland
Kayu Manis (Cinnamomun verum) 0,5 yang terdiri dari 9,95 mL larutan H₂SO₄
dengan pelarut etanol 96% 1% dan 0,05 ml laruan BaCl 1% yaitu
setara dengan kepadatan bakteri 1,5x10⁸
Hasil Dari Uji Fitokimia CFU/ml.(Sarosa et al., 2018).
Kulit kayu manis yang sudah di ekstrak Berdasarkan tabel 3 hasil pengamatan
kemudian dilakukan uji fitokimia yang daya hambat ekstrak kulit kayu manis
bertujuan untuk mengetahui senyawa yang (Cinnamomun burmani) terhadap bakteri
terkandung dalam kayu manis sebagai zat Staphylococcus aureus setelah diinkubasi
antimikroba. Hasil uji fitokimia senyawa selama 48 jam menunjukkan terbentuknya
yang teridentifikasi dalam kayu manis zona bening pada semua konsentrasi.
adalah Flavonoid, Alkaloid, Saponin, dan Diameter zona hambat yang terbentuk
triterpenoid (tabel 2). Hasil Uji Fitokimia ukurannya berbeda-beda, kemudian diukur
Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomun menggunakan penggaris yang dilakukan
verum)(gambar 2). dengan cara mengukur diameter horizontal
Bakteri Staphylococcus aureus dan diameter vertikal lalu hasil yang
merupakan bakteri yang biasa ditemukan diperoleh dikurangi diameter cakram 6 mm.
diluka pada kulit. Luka sulit sembuh apabila Pada ekstrak kulit batang kayu manis
terdapat bakteri yang hidup padanya. Oleh dengan konsentrasi 30%, 50%, dan 65%
karena itu perlu zat antibakteri yang memberikan daya hambat lemah dengan
diberikan untuk menghambat adanya rata-rata dari masing-masing zona hambat
infeksi bakteri. Metode uji yang digunakan sebesar 3,7 mm, 4,8 mm dan 5,7 mm

124
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

Tabel 2. Hasil Uji Fitokimia


Senyawa yang
Interpretasi Hasil Keterangan
diidentifikasi
Flavonoid Positif Terbentuk warna merah
Alkaloid Positif Terbentuk warna merah
Saponin Positif Terbentuk busa
Tanin Negatif Tidak terbentuk warna hitam pekat
Triterpenoid Positif Terbentuk cincin kecoklatan
Steroid Negatif Tidak terbentuk perubahan warna

a b c d e f

Gambar. 2 . Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomun verum) senyawa
(a) Flavonoid, (b) Alkaloid, (c) Saponin, (d) Tanin, (e) Triterpenoid, (f) Steroid

termasuk kategori lemah, konsentrasi 70% perbedaan diameter hambat ini dapat
menghasilkan rerata daya hambat sebesar disebabkan oleh beberapa faktor antara
9,7 mm termasuk kategori sedang dan lain konsentrasi ekstrak yang diberikan,
konsentrasi 75% menghasilkan rerata daya kecepatan difusi bahan antimikroba pada
hambat kuat dengan zona hambat sebesar media agar, jumlah bakteri yang di
12,7 mm. Kategori diameter zona hambat inokulasikan, temperatur suhu inkubasi,
ini disesuaikan berdasarkan Susanto tahun kepekaan terhadap pertumbuhan bakteri
2012. (Nurnasari Wijayanti, 2019) Diameter dan reaksi antara bahan aktif dengan
zona hambat menjadi tolak ukur terhadap medium. (Dewi et al., 2019).
kekuatan dari senyawa yang terkandung Senyawa metabolit sekunder yang
dalam ekstrak kayu manis dan terkandung dalam ekstrak kayu manis
menandakan bahwa semakin besar daya dapat mempengaruhi daya hambat bakteri
hambat yang terbentuk oleh mikroba maka Staphylococccus aureus yaitu senyawa
semakin kuat pula senyawa aktif yang flavonoid, alkaloid, saponin, dan
dapat menghambat pertumbuhan bakteri. triterpenoid. Senyawa falvonoid diketahui
(Amrie et al., 2015) dapat merusak membram sel bakteri
Pada tabel 3 hasil dari zona bening dengan cara menghambat sintesis protein.
masing-masing konsentrasi memiliki Mekanisme kerja alkaloid yaitu merusak sel
diameter yang berbeda. Besarnya bakteri dengan cara menghambat

Tabel 3. Hasil Uji Daya Hambat


Ulangan Rata-rata
Konsentrasi Diameter Kategori
1 2 3
(mm)
30% 3,5 3 4,5 3,7 lemah
50% 5 5,5 4 4,8 lemah
65% 5,5 5,5 6 5,7 lemah
70% 7,5 8,5 13 9,7 sedang
75% 16 12,5 8 12,7 kuat

125
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

a b c d e

Gambar 3. Hasil Zona Hambat bakteri Staphylococcus aureus


Konsentrasi (a) 30%, (b) 50%, (c) 65%, (d) 70%, (e)75%

pembentukan sel sehingga menyebabkan Sebagai Antimikroba Terhadap


kematian bakteri. Senyawa saponin Ppertumbuhan Bakteri Methicillin-
diketahui memiliki mekanisme antibakteri Resistant Staphylococcus aureus
dengan mengganggu permeabilitas (MRSA). Teknologi Laboratorium, 3(6),
membran sel bakteri. (Ernawati & Sari, 3–8.
2015) Senyawa terpenoid juga memiliki Dewi, S., Asseggaf, S. N., Natalia, D., &
mekanisme kerja sebagai antimikroba Mahyarudin, M. (2019). Efek Ekstrak
dengan cara merusak dan mengurangi Etanol Daun Kesum (Polygonum minus
permeabilitas dinding sel bakteri sehingga Huds.) sebagai Antifungi terhadap
sel bakteri kekurangan nutrisi dan Trichophyton rubrum. Jurnal
perkembangan bakteri menjadi terhambat Kesehatan Andalas, 8(2), 198.
bahkan mati. (Wulansari et al., 2020) https://doi.org/10.25077/jka.v8i2.992
Ekawati, E. R., Husnul Y., S. N., &
KESIMPULAN Herawati, D. (2018). Identifikasi Kuman
Konsentrasi kayu manis yang paling Pada Pus Dari Luka Infeksi Kulit.
efektif untuk menghambat pertumbuhan Jurnal SainHealth, 2(1), 31.
Staphylococccus aureus adalah https://doi.org/10.51804/jsh.v2i1.174.31
konsentrasi 75% dengan rerata diameter -35
zona bening sebesar 12,7 mm. Secara Ernawati, & Sari, K. (2015). Kandungan
berturut-turut potensi yang terbaik adalah Senyawa Kimia dan Aktivitas
ekstrak dengan konsentrasi 65%, 70%, dan Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Alpukat
paling baik adalah 75%. (Persea americana P.Mill) Terhadap
Bakteri Vibrio alginolyticus. Jurnal
UCAPAN TERIMA KASIH Kajian Veteriner, 3(3), 203–211.
Kementerian Riset dan Teknologi Fikri, M. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak
Pendidikan Tinggi yang telah memberikan Etanol Kayu Manis (Cinnamomum
pendanaan pada penelitian ini dengan burmanni) Terhadap Pertumbuhan
kontrak Nomor : 065/SP2H/DRPM/2021, Methycillin Resistant Staphylococcus
laboratorium Politeknik Kesehatan Kota aureus (MRSA).
Bandung dan laboratorium Institut Fitri Sri Rizki*, A. F. (2020). Uji Daya
Kesehatan Rajawali yang telah Hambat Antibakteri Salep Ekstrak
memfasilitasi penelitian ini. Etanol Daun Pandan Hutan
(Freycinetia sessiliflora Rizki.)
REFERENSI Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Amrie, A. G. al, Ivan, Anam, S., & Staphylococcus epidermidis. Jurnal
Ramadhanil. (2015). Uji Efektifitas Ilmiah Ibnu Sina, 5(1), 1–9.
Ekstrak Daun dan Akar Harrisonia Handayani, R., Qamariah, N., & Mardova,
perforata Merr. terhadap Pertumbuhan S. A. (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak
Bakteri Vibrio cholerae. Jurnal of Etanol Batang Saluang Belum
Natural Science, 3(3), 331–340. terhadap Bakteri Escherichia coli.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php Borneo Journal of Pharmacy, 1(1), 16–
/ejurnalfmipa/article/view/3343/2382 18.
Ariami, P., Danuyanti, I., & Anggraeni, B. R. https://doi.org/10.33084/bjop.v1i1.237
(2017). Efektifitas Teh Kulit Buah Ikrom, Asih, D., Wira, R., Perkasa, B.,
Manggis (Garcinia mangostana L) Tiara, R., & Wasito. (2014). Studi In

126
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved
Jurnal Kesehatan Perintis 8 (2) 2021: 121-127

Vitro Ekstrak Etanol Daun Kamboja ( Sarosa, A. H., P, H. T., Santoso, B. I.,
Plumeria alba ) sebagai Anti Nurhadianty, V., & Cahyani, C. (2018).
Aeromonas hydrophila. Jurnal Sain Pengaruh Penambahan Minyak Nilam
Veteriner, 32(1), 105–116. Sebagai Bahan Aditif Pada Sabun Cair
Nurnasari, E., & Wijayanti, K. S. (2019). Dalam Upaya Meningkatkan Daya
Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Antibakteri Terhadap Staphylococcus
Tembakau terhadap Pertumbuhan aureus. Indonesian Journal Of
Bakteri Escherichia coli dan Essential Oil, 3(1), 1–8.
Staphylococcus aureus. Jurnal https://ijeo.ub.ac.id
Kefarmasian Indonesia, 9(1), 48–56. Susi Novaryatiin1, Rezqi Handayani1, R. C.
https://doi.org/10.22435/jki.v9i1.1219 (2018). Uji Daya Hambat Ekstrak
Reppi, N. B., Mambo, C., & Wuisan, J. Etanol Umbi Hati Tanah (Angiotepris
(2016). Uji efek antibakteri ekstrak kulit SP.) Terhadap Bakteri Staphylococcus
kayu manis (Cinnamomum burmannii) aureus. Jurnal Surya Medika, 3(2), 23–
terhadap Escherichia coli dan 31. https://doi.org/10.33084/jsm.v3i2.93
Streptococcus pyogenes. Jurnal E- Wulansari, E. D., Lestari, D., & Khoirunissa,
Biomedik, 4(1). M. A. (2020). Kandungan Terpenoid
https://doi.org/10.35790/ebm.4.1.2016. Dalam Daun Ara (Ficus carica L.)
12204 Sebagai Agen Antibakteri Terhadap
Saftratilofa. (2016). Uji Daya Hambat Bakteri Methicillin-Resistant
Ekstrak Daun Kayu Manis Staphylococcus aureus. Pharmacon,
(Cinnamomum burmanii) Terhadap 9(2), 219–225.
Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal https://doi.org/10.35799/pha.9.2020.29
Ilmiah Universitas Batang Hari, 16(1), 27
98–103.

127
© Jurnal Kesehatan Perintis ISSN : 2622-4135. All rights reserved

Anda mungkin juga menyukai