Anda di halaman 1dari 47

MODUL PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA

Oleh:

D-IV Keperawatan Gigi

Poltekkes Kemenkes Bandung

Angkatan 2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Biomedik Dasar untuk DIV
Keperawatan Gigi.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyelesain modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah biomedik
dasar drg. Hetty AK, M.Kes, AIFO yang telah kami selama kegiatan belajar
mengajar. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
peserta didik.

Bandung, November 2019.

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB 1 (TUJUAN PRAKTIKUM)......................................................................................i

BAB 2 (TATA TERTIB PRAKTIKUM)..........................................................................ii

BAB 3 (SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB)....................................................iii

BAB 4 (PETUNJUK UMUM)..........................................................................................iv

BAB 5 (PRAKTIKUM-PRAKTIKUM)............................................................................1

PRAKTIKUM 1 (Mekanisme Sensorik I – Organ Reseptor Umum)............................1

PRAKTIKUM 2 (Mekanisme Sensorik II – Organ Reseptor Umum)...........................9

PRAKTIKUM 3 (Mekanisme Sensorik III – Organ Reseptor Khusus).......................14

PRAKTIKUM 4 (Mekanisme Motorik Tidak Sadar – Refleks)..................................18

PRAKTIKUM 5 (Denyut Nadi dan Tekanan Darah)...................................................23

PRAKTIKUM 6 (Suhu Tubuh)....................................................................................28

PRAKTIKUM 7 (Pernafasan Buatan)..........................................................................32

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................39
BAB 1
TUJUAN PRAKTIKUM

Setelah menyelesaika latihan-latihan pada praktikum ini, mahasiswa harus


memahami:

1. Fungsi dan cara penggunaan alat dan bahan yang digunakan.


2. Membaca, menginterpretasikan, membahas dan menyimpulkan hasil latihan.
3. Membandingkan hasil latihan dengan teori yang bersangkutan.
4. Menerangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil latihan.
5. Mengaplikasikan latihan di klinik.

i
BAB 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM

2.1 Mahasiswa wajib:


1. Mempelajari teori dan latihan yang akan dikerjakan paling sedikit satu
latihan sebelum latihan dimulai.
2. Memiliki buku petunjuk praktikum pribadi.
3. Memiliki dan memakai jas praktikum.
2.2 Masuk ke ruang praktikum setelah mempersiapkan persiapan yang ada pada
butir 2.1 diatas.
2.3 Menandatangi daftar hadir yang sudah disediakan.
2.4 Mengambil dan memeriksa alat dan bahan praktikum yang dibutuhkan, serta
mengisi buku pinjaman alat dan bahan yang akan digunakan saat praktikum.
2.5 Menyiapkan alat dan bahan pada meja dan sudah siap untuk memulai
praktikum.
2.6 Mahasiswa harus melapor kepada dosen bahwa praktikum siap untuk dimulai.
2.7 Selama latihan mahasiswa harus tenang dan berkonsentrasi pada praktikum
yang bersangkutan dan tidak melakukan kegiatan diluar kegiatan praktikum.
2.8 Latihan dikerjakan secara sistematilk sesuai dengan petunjuknya.
2.9 Setelah latihan selesai mahasiswa mencatat hasil latihan dan mengerjakan
tugasnya pada lembar latihan.untuk mempersingkat waktu, tugas menjawab
pertanyaan teori yang bersangkutan dengan latihan praktikum harus
dikerjakan dirumah sebelum latihan dilaksanakan.
2.10 Setelah selesai praktikum mahasiswa harus mengembalikan alat-alat dalam
keadaan utuh (tidak rusak), bersih dan kembali seperti semula.jika ada alat
yang rusak mahasiswa wajib menggntinya.

ii
BAB 3
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB

3.1 Mahasiswa yang melanggar tata tertib praktikum akan dikenakan sanksi
sesuai dengan pelanggarannya
3.2 Bentuk sanksi dapat berupa:
1. Peringatan
2. Tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
3. Tidak diperbolehkan mengikuti ujian.
3.3 Bentuk pelanggaran dapat berupa:
1. Melanggar tata tertib seperti yang ada pada Bab 2.
2. Terlambat dengan alasan yang tidak logis.
3. Tidak mengikuti salah satu praktikum dengan alasan yang tidak logis.

iii
BAB 4
PETUNJUK UMUM

Untuk melaksanakan latihan-latihan dalam praktikum ini, perlu persiapan yang


matang, baik pada mahasiswanya maupun pada materi-materinya.
Persiapan mahasiswa berupa kemampuan pengetahuan teori dan pengetahuan
mengenai langkah-langkah yang ada pada latihan yang akan dikerjakan, agar tujuan
dapat tercapai. Selain itu juga alat dan bahan harus dipersiapkan dengan baik agar
pelaksanaan latihan dapt berjalan dengan lancar.

4.1 Persiapan Mahasiswa

Kesiapan mahasiswa seperti yang dicantumkan diatas dapat dibuktikan


dalam:

1. Kuis awal yang dapat dilalui dengan baik.


2. Kelancaran saat pelaksanaan praktikum
3. Kuis akhir yang dapat dilalui dengan baik dari hasil pembahasan dan
kesimpulan hasil latihan.

4.2 Persiapan Alat & Bahan


1. Subjek latihan (naracoba) adalah mahasiswa praktikan.
Mahasiswa harus mempelajari materi latihan, paling sedikit sudah
mempelajari materi pada pagi hari, sebelum berangkat kekampus.
2. Alat dan bahan latihan tercantum pada setiap uraian latihan:
1) Alat yang akan digunakan dalam setiap latihan diperiksa terlebih
dahulu jenisnya, jumlahnya, keutuhannya (tidak rusak) dan dapat
digunakan dengan baik.
2) Alat yang berisikan air raksa diperiksa kenilai 0.
3) Alat yang menggunakan batre dites melalui indikator (lampu) yang
menyala.
3. Bahan latihan yang terdiri senyawa kimia, air panas, dan air es hendaknya
dipersipkan sebelum latihan dimulai.

iv
BAB 5
PRAKTIKUM-PRAKTIKUM
PRAKTIKUM 1
Mekanisme Sensorik I – Organ Reseptor Umum
Reseptor Termal, Reseptor Raba, Tekanan dan Reseptor Nyeri

I. Mekanisme Sensorik

Didalam kulit terdapat ujung sel saraf sensorik sehingga kulit merupakan
alat indra peraba yang dapat merasakan panas, dingin, sentuhan, nyeri atau
tekanan. Selain sebagai alat indra peraba, kulit juga berfungsi melindungi tubuh
dari luka dan infeksi, membuat tubuh tahan air, dan mengatur suhu tubuh
reseptor kulit berkontribusi untuk posisi dan gerakan rasa tangan (Edin dan
Abbs , 1991). Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas,
dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang
tersebut diterima oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan
ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita
merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh untuk
menanggapi rangsang tersebut.

II. Organ Reseptor Umum pada Kulit

Reseptor adalah transduser (pengubah) biologic yang menerima rangsang


bentuk energi tertentu (termal, mekanik, kimia) dan selanjutnya mengubah
rangsang tersebut menjadi energi listrik atau impuls saraf.
Organ reseptor umum adalah reseptor umum yang terdapat di selutuh
tubuh. Sensasi umum yang di timbulkan antara lain terdiri dari sensasi panas,
dingin, raba, tekan dan nyeri.tempat reseptor tersebut tepat di bawah permukaan
kulit.
Untuk sentuhan dinamakan korpuskel meissner. Terletak didekat
permukaan kulit di dalam lapisan dermis. Korpuskel meissner dapat ditemukan
di daerah ujung jari, bibir, kelopak mata, dan alat kelamin. Respon untuk
tekanan dinamakan korpuskel pacini, terletak di lapisan epidermis. Respon ini
dapat juga ditemukan pada pankreas. Ujung saraf ruffini merupakan reseptor
ujung panas terletak pada dermis dan dapat juga ditemukan pada jaringan

1
subkutal, ligamen, tendon dan kapsul persendian tulang. Ujung saraf krause
adalah reseptor untuk dingin terletak dilapisan dermis.
Ujung saraf bebas meliputi reseptor nyeri (nosiseptor), reseptor panas yang
berfungsi menerima rangsang berupa suhu yang terus meningkat, dan reseptor
dingin yang berfungsi menerima rangsang berupa suhu yang terus turun.

III. Reseptor Termal, Reseptor Raba, Tekanan dan Reseptor Nyeri

Reseptor termal merupakan reseptor yang akan berespon apabila


rangsangannya berupa suhu yang berlebihan terutama panas. Reseptor kulit
yang mendeteksi temperatur disebut termoreseptor. Reseptor ini menanggapi
suhu yang diaplikasikan langsung ke kulit, seperti luka bakar atau es batu, serta
perubahan lingkungan secara keseluruhan suhu. Ada beberapa perdebatan
tentang apakah Ruffini dan sel darah bulboid bertindak sebagai termoreseptor
daripada Mekanoreseptor, tetapi kebanyakan ilmuwan percaya suhu terdeteksi
dari ujung saraf bebas. Saraf ini memicu reaksi fisik, seperti menggigil atau
merinding saat kedinginan dan berkeringat di suhu panas.

Reseptor raba merupakan reseptor yang akan aktif jika terkena rangsangan
berupa tekanan atau sentuhan. Korpuskula Meissner, merupakan ujung saraf
peraba. Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya
pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan
lebarnya sekitar 40 mikron.

Reseptor atau sensasi nyeri dihasilkan dari komunikasi antar sel saraf di
otak, medulla spinalis, dan tempat lain pada tubuh. Ujung saraf tanpa selaput
(terbuka), merupakan perasa sakit.

IV. Latihan Praktikum 1

1) Alat dan Bahan

- Es batu

- Air panas

- 2 buah gelas beaker

2
- 1 buah sonde tajam

- Pulpen dengan 3 warna berbeda

- Cap persegi 3x3 cm dengan bantalannya

- Kain penutup mata

2) Langkah-langkah latihan praktikum

Reseptor termal:

i) Es batu dan air panas di tempatkan dalam gelas beaker yang berbeda

ii) Setelah siap, naracoba memasukkan tangan kanan ke gelas beaker


berisi es batu, dan tangan kiri ke gelas beaker berisi air panas

iii) Naracoba memberitahukan perkembangan kesan yang dirasa pada


tangan yang di masukkan kepada pencatat (contoh: panas, semakin
panas, dst)

iv) Setelah tangan naracoba merasakan puncak dari kesan (nyeri/sakit),


naracoba mengangkat tangan dari gelas beaker

v) Lalu naracoba memposisikan tangan menyilang dan memasukkan


kedua tangan ke gelas beaker yang berbeda dari sebelumnya, yaitu
tangan kanan masuk ke dalam gelas beaker berisi air panas, dan tangan
kiri di masukkan ke dalam gelas beaker berisi es batu.

vi) Setelah tangan naracoba kembali meraskan puncak dari kesan, tangan
naracoba boleh di keluarkan dari gelas beaker

Reseptor raba, tekan, dan nyeri:

i) Cap tangan menggunakan cap persegi 3x3 cm

ii) Tempelkan tangan yang telah di cap ke modul praktikum lalu gambar
tangan naracoba dengan menjiplak atau mengikuti alur tangan ke
dalam modul

iii) Tutup mata naracoba menggunakan kain penutup mata.

iv) Selanjutnya tangan naracoba akan di tes mengenai sensitifitas terhadap


sensasi raba, tekan dan nyeri menggunakan sonde

3
v) Tes kepekaan terhadap nyeri menggunakan bagian tajam sonde dengan
menusuk sonde pada persegi yang ada dalam cap di tangan (boleh
persegi yang mana saja)

vi) Catat dalam modul yang telah tersedia gambar dan cap yang sudah di
jiplak di persegi mana saja naracoba merasakan nyeri (belum tentu
semua bagian terasa nyeri oleh naracoba)

vii) Tes kepekaan terhadap sensasi tekan menggunakan bagian bawah


sonde (yang tumpul) dengan menekan pada persegi yang ada di dalam
cap di tangan (boleh persegi yang mana saja dan di persegi yang sama
dengan tes kepekaan nyeri)

viii) Catat di persegi mana saja naracoba merasakan tekan menggunakan


pulpen dengan warna yang berbeda dengan tes kepekaan nyeri.

ix) Tes kepekaan terhadap raba menggunakan bagian bawah sonde (yang
tumpul) dengan meraba pada persegi yang ada di dalam cap di tangan
(boleh persegi yang mana saja dan di persegi yang sama dengan tes
kepekaan nyeri dan tekan)

x) Catat di persegi mana saja naracoba merasakan raba menggunakan


pulpen dengan warna yang berbeda dengan tes kepekaan nyeri dan
tekan

xi) Beri keterangan warna pulpen menjelaskan sensasi apa yang di rasakan
naracoba.

4
LAPORAN PRAKTIKUM I
PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

NARACOBA

5
Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

HASIL LATIHAN

Untuk menjawab soal-soal di bawah ini, pelajari dengan seksama teorinya pada
awal praktikum I dan pada kuliah

1. Reseptor Termal

Hasil latihan menunjukan:

1) Kesan (sensasi rasa) yang timbul:

- Pada tangan kiri :

- Pada tangan kanan :

- Adakah perbedaan subjektif antara kedua tangan tersebut? Terangkan!

6
Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil latihan ini adalah :

2) Sensasi yang timbul pada kedua tangan

- Mula-mula pada tangan kiri :

Kemudian :

Akhirnya :

- Mula-mula pada tangan kanan :

Kemudian :

Akhirnya :

- Apa sensasi yang akhir yang dapat timbul pada kedua tangan? Apa
sebabnya

Kesimpulan yang dapat di ambil pada hasil latihan praktikum ini adalah :

3) Organ-organ reseptor yang berperan dalam

Sensasi panas adalah :

Sensasi dingin adalah :

4) Mekanisme sistem saraf yang menimbulkan sensasi suhu adalah sebagai


berikut :

2. Reseptor raba, tekan dan nyeri

Hasil latihan menunjukan :

1) Jumlah titik-titik raba, tekan dan nyeri sebagai berikut :

No
Titik Sensasi Jumlah
.
1.
2.

7
3.

Tabel di atas menunjukkan bahwa yang terpadat adalah titik :

Kesimpulan hasil penelitian :

2) Organ reseptor yang berperan dalam menimbulkan

Sensasi raba adalah :

Sensasi tekan adalah :

Sensasi nyeri adalah :

3) Mekanisme saraf yang menimbulkan sensasi nyeri adalah sebagai berikut :

4) Suatu reseptor akan bereaksi apabila mendapat rangsangan yang


______________. Sedangkan bila rangsangan tersebut
___________________ tidak akan bereaksi. Keadaan ini di sebabkan oleh
prinsip _______________ yang berlaku pada jaringan “peka” rangsang.

5) Secara anatomi fisiologi, organ reseptor nyeri di rancang khusus untuk


melakukan fungsi:

Keadaan sehari-hari menunjukkan bahwa apabila organ reseptor nyeri tidak


berfungsi, maka manusia tidak akan menyadari adanya ancaman yang
merusak jaringan tubuh.

8
PRAKTIKUM 2
MEKANISME SENSORIK II – ORGAN RESEPTOR UMUM
Pada Gigi: Reseptor Nyeri

I. Organ Reseptor Umum Gigi


Nyeri gigi di timbulkan oleh rangsang yang di terima malalui struktur gigi
yaitu email, kemudian di teruskan ke Dentin yang mengandung reseptor nyeri
dan akhirnya ke pulpa. Reseptor nyeri tersebut merupakan noiseptor yang
berasal dari syaraf maksilaris dan mandibularis dan merupakan cabang saraf
trigeminal. Rangsang yang diterima akan di ubah menjadi impuls dan di
hantarkan menuju susunan saraf pusat rangsang dapat berupa rangsangan
kimia,listrik, mekanis maupun termal.

Email adalah jaringan yang pertama kali menerima stimulus rangsangan.


Email merupakan jaringan yang sama sekali tidak peka dan rangsang yang
sampai pada daerah tersebut tidak berubah. Rangsang pada email diteruskan ke
dentin bagian luar, kemudian kanalikuli dentin sampai reseptor. Rangsang pada

9
serabut saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan
menyebar ke seluruh serabut saraf.

Nyeri gigi yang bersifat fisiologik dapat di timbulkan secara experimental


melalui induksi listrik pada gigi vital utuh. Nyeri bersifat superfisial,akut dan
simple . dan berlangsung singkat dan dengan kualitas nyeri yang tajam
(menusuk).

Kualitas nyeri bahkan bervariasi pada tiap tiap individu setiap rangsang
bahkan pada setiap waktu. demikian juga kualitas nyeri gigi.

Di klinik/praktek dokter gigi alat yang di gunakan untuk memeriksa vitalis


gigi adalah vitalitester atau dentotest tester dan rangsang termal, sedangkan
sensai nyeri gigi yang timbul akibat rangsang tersebut dapat memberikan
petunjuk mengenai sifat dan penyebab nyeri gigi tersebut,sehingga dapat di
gunakan untuk menegakkan diagnosis.

II. Maksud dan tujuan praktikum


1. Merangsang gigi vital utuh dengan rangsang termal dan listrik , agar dapat
mengetahui sensasi nyeri gigi secara fisiologik pada rangsang termal dan
rangsang listrik
2. Mengukur nilai ambang nyeri gigi pada rangsang listrik agar dapat
menentukan kualitas nyeri gigi akibat rangsang listrik
3. Mengukur waktu reaksi nyeri gigi pada rangsang termal dan rangsang
listrik agar dapat menentukan sensitivitas gigi terhadap rangsang tersebut.

III. Latihan Praktikum 2


Alat dan bahan:
1. Alat diagnosis kaca mulut,pinset dan sonde
2. Dentotest tester
3. Stopwatch
4. Lampu spirtus
5. Termometer kimia
6. Kapas
7. Vaseline
8. Batang gutap
9. Kloretil
10. Alkohol 70%
11. Naracoba

10
Langkah-langkah latihan:

1. Naracoba mempersiapkan diri sejak dari rumah dengan keadaan bersih


pada gigi dan mulutnya
2. Sterilkan alat diagnosis dengan alkohol 70%
3. Naracoba duduk tenang dan diberi instruksi untuk mengacungkan jarinya
apabila timbul suatu sensasi pada waktu giginya di rangsang
4. Naracoba membuka mulut untuk dipilih gigi yang vital dan utuh (gigi
sehat,tanpa cacat)
5. Ulas gigi yang akan di vaseline
6. Panaskan batang gutapdiatas api sampai keluar asap,ukur suhunya dan catat
kemudian aplikasikan pada permukaan gigi
7. Pada saat naracoba merasakan suatu sensasi,angkat rangsang dari
permukaan gigi dan oada saat yang bersamaan naracoba mengacungkan
jarinya
8. Pada saat itu juga (pada nomor 7 ) catat waktu dengan stopwatch dan
sensasi yang timbul pada lembar praktikum yang telah tersedia
9. Lakukan langkah (nomor 1 sampai dengan nomor 8) dengan rangsang
dingin (kloretil di semprotkan ke kapas sampai mengembun)
10. Lakukan langah (nomor 1 sampai dengan nomor 8) dengan rangsang
listrik (dari dentotest tester). Catat nilai ambangnya,waktu reaksinya dan
sensasi yang di timbulkan.

LAPORAN PRAKTIKUM 2
PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

11
NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Keadaan oral (OH) : D: M: F:

HASIL LATIHAN

1. Reaksi gigi terhadap rangsang termal dan rangsang listrik


Elemen Rangsang Termal
Gigi Termal (˚C) Waktu Reaksi (detik) Sensasi
(Nyeri/Ngilu/-)
Panas Dingin Panas Dingin Panas Dingin

Elemen Rangsang Listrik


Gigi Nilai Ambang Waktu Reaksi (detik) Sensasi (Nyeri/Ngilu/-)
(Skala)

12
2. Pembahasan hasil latihan
1.) Termal
Rata-rata gigi bereaksi terhadap panas :
Rata-rata gigi bereaksi tterhadap dingin :
Rata-rata waktu reaksi :
Rata-rata sensasi yang timbul :

2.) Listrik
Rata-rata nilai ambang :
Rata-rata waktu reaksi :
Rata-rata sensasi yang timbul :

3. Kesimpulan hasil penelitian :

4. Sensasi adalah :

5. Waktu reaksi adalah :

6. Nilai ambang adalah :

7. Mekanisme kerja sistem saraf yang menimbulkan sensasi nyeri gigi adalah
sebagai berikut :

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi sensasi nyeri (gigi) adalah :

9. Mekanisme kerja sistem saraf yang menimbulkan reaksi motorik akibat sensasi
nyeri adalah sebagai berikut :

13
PRAKTIKUM 3
MEKANISME SENSORIK III – ORGAN RESEPTOR KHUSUS
Pada lidah : reseptor kecap (Putik kecap, taste buds)

I. Organ Reseptor Khusus pada Lidah


Reseptor kecap dirangsang oleh rangsangan kimia karena itu dikelompokan
dalam kenoreseptor. Reseptor kecap dapat terangsang jika ada zat terlarut yang
akan diadaptasi dengan cepat. Reseptor sensorik pada indera pengecap adalah
piala pengecap yang terdiri dari sel-sel reseptor yang berbentuk epiteloid yang
mengelilingi pori dalam membran mukosa mulut. Dari permukaan tiap sel
pengecap terdapat tonjolan-tonjolan yang sangat halus seperti rambut, disebut
sebagai mikrovili.

Mikrovili memiliki panjang beberapa mikron, menembus pori hingga


masuk ke dalam rongga mulut yang nantinya akan mendeteksi berbagai macam
rasa. Mikrovili merupakan permukaan reseptor kecap dan jalinan diantara sel-
sel kecap yang merupakan terminal dari cabang-cabang serabut saraf yang
menginerfasi sel-sel kecap tersebut.

14
Sebelum suatu zat dapat dirasakan, zat tersebut harus dilarutkan terlebih
dahulu dalam cairan mulut, kemudian berdifusi ke dalam pori yang terdapat
mikrovili dan akan dirasakan.

Reseptor kecap terletak mengelilingi papila, sirkumvalata dan membentuk


huruf v ke arah posterior lidah. Papila fungiformis di permukaan anterior lidah.
Papila foliata pada lipatatn sepanjang permukaan posterolateral lidah. Palatum
mole sedikit pada tonsil dan sekitar nasofaring.

Ada 4 macam rasa kecap utama. Secara psikologis, kita dapat mendeteksi 4
macam rasa kecap utama yang disebut rasa kecap primer, yaitu asin, asam,
manis dan pahit. Setiap piala kecap memiliki sensitivitas tertentu, sehingga satu
atau dua rasa kecap yang terdeteksi tingkat sensitivitasnya lebih tinggi
dibanding yang lain.

Kerusakan salah satu saraf yang terlibat pada sensasi pengecapan dapat
menimbulkan kelainan sensasi rasa pengecapan tertentu. Pada latihan ini dapat
digunakan untuk memeriksa kelainan yang dikenal dengan taste, buta kecap
sehingga dapat diperkirakan lokasi saraf yang mengalami kerusakan.

II. Latihan Praktikum 3


Alat dan bahan :
1. Penutup mata
2. Gelas kumur
3. Pinset
4. Kapas dan kapas bertangkai
5. Kaca mulut
6. Larutan kimia :
-Sulfaskinin 1% (larutan batrawali)
-Garam NaCl 1%
-Glukosa 5% (larutan gula)
-Asam cuka 1% atau Asam jawa
7. Naracoba

Langkah-langkah latihan:

Operator dan naracoba tidak mengetahui jenis larutan kimia yang digunakan
untuk mencegah pengaruhnya pada sensasi kecap yang timbul dan baru
ditentukan pada latihan ini.

15
1. Naracoba berkumur dengan air, kemudian lidahnya dikeringkan dengan
kapas.
2. Selama praktikum, mata naracoba ditutup oleh penutup mata
3. Celupkan kapas bertangkai pada larutan kimia dan ulaskan pada lidah
naracoba pada bagian permukaan posterior, sekeliling pinggir anterior, dan
sepanjang posterolateral.
4. Catat sensasi yang dirasakan oleh naracoba pada butir 3) serta gambarkan
lokasinya pada lembar laporan latihan yang disediakan.
5. Ulangi butir 1) sampai 4) secara berturut-turut menggunakan larutan
lainnya

LAPORAN PRAKTIKUM 3

PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

16
5.

NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Keadaan Oral :

HASIL LATIHAN

1. Lokasi dan sensasi yang timbul

2. Kesimpulan
Larutan A : Larutan B :

Larutan C : Larutan D :

3. Mekanisme sensorik timbulnya sensasi kecap adalah sebagai berikut :

17
PRAKTIKUM 4
MEKANISME MOTORIK TIDAK SADAR-REFLEKS
Refleks Somatik dan Otonomik

I. Gerak Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar
pada rute yang disebut lengkung refleks,sebagian besar proses tubuh involunter
(missal,denyut jantung,pernafasan,aktivitas pencernaan,dan pengaturan suhu)
dan respon somatik (missal,sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan
pada lutut) merupakan kerja refleks.
Gerak refleks sendiri merupakan suatu gerak yang tidak di sadari.Hantaran
implus pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa.yang bedanya,implus
pada gerak refleks tidak akan melalui pengolahan oleh pusat saraf.Hanya
neuron pada otak yang berperan sebagai konektor.Ada 2 macam neuron
konektor,yaitu neuron pada otak dan pada sumsum tulang belakang.

18
Gerak refleks yang akan melalui neuron konektor otak yaitu mata mengecil
saat akan terkena cahaya yang terang.kemudian gerak refleks yang melalui
neuron konektor sumsum tulang belakang yaitu kaki akan terangkat saat lutut di
pukul.
Refleks spinal yang lebih kompleks melibatkan satu atau lebih neuron
internunsial dalam lengkung refleksnya.misalnya refleks fleksor merupakan
unit refleks 3 neuron yang terdiri dari 5 unsur yaitu reseptor,neuron
aferen,neuron internunsial,neuron eferen,dan efektor.Refleks spinal ini terjadi
tanpa melibatkan sistem saraf pusat yang lebih tinggi (otak ).
Refleks salivasi merupakan refleks tidak bersyarat dan refleks
bersyarat.Refleks tidak bersyarat yaitu suatu rangsang yang berasal dari daerah
mulut yang berupa rangsang kimia atau fisik sedangkan refleks bersyarat yaitu
rangsang yang berasal dari organ khusus penglihatan,penciuman,pendengaran,
atau pemikiran akan makanan yang di sukai.

Refleks dikategorikan alam 2 kelompok besar yaitu:

1. Refleks somatik adalah refleks yang melibatkan rangsangan otot oleh saraf
somatik. Misalnya refleks lutut dan refleks tarik-diri bila tangan kena api
atau benda panas.
2. Refleks otomonik (viresal) yang di perantarai oleh SSO dan merupakan
akibat otot polos, otot jantung, dan kelenjar refleks ini terlibat dalam
pengaturan fungsi tubuh antara lain fungsi pencernaan, tekanan darah dan
salivasi dan berkeringat.

II. Fungsi Refleks


1. Perlindungan tubuh dalam bahaya
2. Pengaturan fungsi tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup

III. Maksud dan Tujuan Latihan


1. Memeriksa refleks spinal sederhana,agar dapat menentukan arah gerak dan
waktu refleks
2. Memeriksa refleks salivasi,agar dapat menentukan perbedaan sekresi
volume saliva tanpa dan dengan rangsangan
3. Mempelajari teradinya refleks agar dapat mendefinisikan arti refleks dan
memahami mekanisme sarafnya

IV. Latihan Praktikum 4


Alat dan bahan
1. Martil refleks

19
2. Stopwatch
3. Kaca mulut
4. Pinset
5. Sonde
6. Kapas
7. Alcohol 70%

Langkah-langkah latihan:
Naracoba,operator dan tim catat harus berkonsentrasi penuh pada latihan ini
1. Pemeriksaan refleks somatik
1) Naracoba duduk dengan tenang dan santai/semua otot- otot berada
dalam keadaan pasif dan tidak berkontraksi,tidak tegang
2) Kaki naracoba berilang dalam keadaaan lemas (relaksasi) sehingga
ligamentum tegang secara pasif oleh beratnya tungkai bawah
3) Ketuklah ligamentum tersebut dengan martil refleks
4) Perhatikan dan catat arah gerak refleks dan cepat waktu yang
diperlukan untuk terjadinya refleksnya tersebut

2. Pemeriksaaan refleks otonomik


1) Naracoba sudah disiapkan dengan gigi dan mulut bersih dan tidak
makan atau minum selama 3 jam sebelum latihan
2) Segera sebelum latihan dimulai,naracoba diusahakan dalam keadaan
kering di mulutnya,misalknya dengan membuang salivanya.
Diam,jangan melakukan aktivitas selama 2 menit (tidak menggerakan
lidah,tidak membuka mulut)
3) Selama 2 menit tersebut,naracoba diminta untuk merasakan dan
memperhatikan saliva yang keluar lalu melaporkan kepada pencatat
catat volume saliva dengan perkiraan : sedikit-sedang-banyak.
4) Ulangi butih 2) sekali lagi,kemudian periksa gigi naracoba dengan alat
alat diagnosis selama 2 menit,misalnya sondase gigi menyentuh
mukosa mulut dengan kapas dan dijepit pingset atau dengan
menyentuh lidah
5) Naracoba diminta untuk merasakan dan memperhatikan volume saliva
yang keluar seperti butir 3).catat volume saliva dengan perkiraan :
lebih sedikit,sama atau lebih banyak daripada volume saliva
sebelumnya
6) Akhirnya saliva dibuang dari mulut atau ditelan

20
LAPORAN PRAKTIKUM 4

PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

21
NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

Keadaan Oral (OH) : D: M: F:

HASIL LATIHAN

1. Refleks Somatik
1) Gerak refleks patella :
2) Waktu reflex :
3) Pembahasan :

4) Kesimpulan :

2. Refleks Otonomik
1) Volume saliva tanpa rangsangan :
2) Volume saliva setelah rangsangan :
3) Pembahasan :

4) Kesimpulan :

22
3. Refleks adalah :

4. Waktu refleks adalah :

5. Perbedaan dengan waktu reaksi adalah :

6. Bagian SSO yang terlibat dalam pengaturan sekresi saliva adalah :

PRAKTIKUM 5
DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Metode palpasi-Auskultasi

I. Tekanan Darah dan Denyut Nadi


Tekanan darah adalah daya dorong kesemua arah pada seluruh permukaan
yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.aksi
pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati
pembuluh pembuluh.darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karna
ada perbedaan tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan atrium
kanan (Ethel,2003;238).

Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelobang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyut jantung.denyut nadi sering
diambil dipergelangan tangan untuk memperkirakan denyut antung,denyut nadi
dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan cara
palpasi,disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan
elektronik yang sederhana maupun modern.

23
Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor
yang dapat dipakai secara indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler.

Pada latihan ini dipelajari cara mengkur denyut nadi dan tekanan darah :

a) Denyut Nadi-Pulse
Istilah denyut nadi dirujuk kepada peruahan gelombang tekanan didalam
arteri setiap kontraksi dan reaksi ventrikel kiri. Normal dalam kadaan
istirahat rata-rata nilai denyut nadi 70/76 kali/menit yang sama dengan nilai
ratarata denyut jantung
b) Tekanan darah
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan dari darah terhadap setiap
unit area dinding pembuluh darah. Normal dalam keadaan istirahat normal,
tekanan darah orang dewasa 120/80 mmHg yang diterjemahkan sebagai
berikut: tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHG.
Tekanan darah ini bervariasi pada setia orang anatara lain pada kelompok
umur, keadaan, posisi tubuh.

II. Maksud dan Tujuan Praktikum 5

1. Mengukur tekanan darah dan denyut nadi untuk menentukan nilai denyut
nadi dan tekanan darah dalam keadaan fisiologik
2. Mengukur denyut nadi dan tekanan darah pada posisis berbaring dan duduk
untuk membedakan nilainya pada posisi yang berbeda
3. Menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan antara denyut
nadi dan tekanan darah untuk dapat menentukan faktor faktor yang
mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah pada posisi yang berbeda

III. Latihan Praktikum 5


Alat dan Bahan:
1. Stetoskop
2. Jam tangan praktikan
3. Sfigmomanometer

Langkah-langkah Praktikum:
Praktikum dilakukan oleh 2 orang dengan jenis umur, posisi dan berbeda
kelamin.

24
Pengukuran denyut nadi arteri radialis:
1. Berbaring terlentang dengan lengan sejajar jantung
i) Naracoba berbaring terlentang dalam keadaan istrahat dengan tenang
Selma 10 menit
ii) Peganglah pergelangan tangan naracoba pada aspek lateral dibawah
ibu jari dengan 2-3 jari pada jaringan yang bersangkutan sehingga
denyut nadi teraba dibawah telunjuk atau jari tengah
iii) Dengan melihat jam tangannya operator mencatat jumlah denyt nadi
ini permenit lakukan 3 kali berturut’ dan rataratakan

2. Duduk dengan lengan kanan bersudut 45 derajat dengan dada.


i) Naracoba duduk dalam keadaan istirahat dengan tenang selama 10
menit
ii) Lakukan seperti butir ii) dan iii).

Pengukuran tekanan darah arteri brakhialis

1. Posisi berbaring
i) Berbaring terlentang dengan lengan sejajar jantung
ii) Lengan naracoba tidak terlilit atau terjepit dengan baju
iii) Pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan atas naracoba
iv) Carilah dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fosa kubiti dan
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan kanan naracoba sampai
teraba
v) Manset di pompa sampai denyut arteri radialis tidak teraba dan tekan
pompa dinaikan 50 mmHg diatas tekan sistolik
vi) Tekanan didalam manset dituruknka perlahan lahan dengan kecepatan
2-3 mmHg perdetik secara halus dantidak tersendat sendat pada saat
ini terdengan di stetoskopnbunyi korotov didalam arteri yang singkron
dengan bunyi jantung 1 bunyi ini disebut sistolik
vii) Ketika tekanan didalam manset masih terus diturunkan bunyi korotov
terus meneruskan kualitasnya ke suara yang meredup sampai tidak
terdengar lagi sama dengan bunyi jantung IV saat ini tercatat distolik
viii) Pengukuran dilakukan 5 kali selang 2-5 menit dan rata-rata kan

2. Posisi duduk

25
i) Tanpa melepas manset naracoba diminta untuk duduk dengan lengan
tidak terjepit atau terlilit baju
ii) Setelah lewat 3 menit ukurlah tekanan darah pada posisi duduk ini
seperti langkah posisi berbaring dari butih (iv) sampai (vii)

26
LAPORAN PRAKTIKUM 5

PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

27
HASIL LATIHAN

Nomor Denyut Nadi (per menit) Tekanan Darah (mmHg)


Duduk Berbaring Duduk Berbaring
1.
2.
3.

Pembahasan :

Kesimpulan :

1. Manset harus dipompa melampaui sistolik sebab :

2. Tekanan yang melampaui tekanan sistolik pada butir 3 diketahui dengan :

3. Kita meletakan stetoskop pada fosa kubiti dengan tingan dan rata,supaya:

4. Bila manset diturunkan terlalu cepat atau teralu lambat,maka :

5. Bila kita akan mengulangi pengukuran tekanan darah maka:

6. Teanan darah arteri ditentukan oleh faktor faktor berikut:

28
PRAKTIKUM 6

SUHU TUBUH

I. Suhu Tubuh

Suhu tubuh adalah ukuran kemampuan yang dimiliki tubuh dalam


menghasilkan dan juga menyingkirkan hawa panas yang terdapat dalam tubuh.
Fungsi utama darah adalah mengatur suhu tubuh supaya tetap konstan.

Suhu tubuh adalah salah satu bagian penting yang harus dipahami untuk
mengetahui perbedaan suhu tubuh yang dapat menentukan terjadinya gejala
penyakit dalam tubuh. Suhu tubuh seseorang biasanya diartikan dibagian dalam
(suhu inti). Suhu tubuh diukur dari aktivitas molekul-molekul didalam jaringan
tubuh yang sebanding dengan panas yang disimpan didalam tubuh. Karena itu
suhu tubuh dikatakan berbanding langsung dengan panas didalam tubuh. Suhu
dapat diukur melalui ketiak, mulut, dan rektum. Suhu normal rata-rata pada
umumnya yaitu 98,6° F atau 37° C. Dan kira-kira 0,6° C lebih tinggi bila diukur
melalui rektum.

Suhu tubuh dapat berubah pada waktu beraktivitas sehari-hari dan pada
suhu lingkungan ekstrim. Bila dihasilkan panas yang berlebihan pada tubuh
akibat aktivitas, suhu pada rektum dapat meningkat sampai setinggi 101-104°
F. sebaliknya bila tubuh berhubungan dengan suhu ekstrim seperti keadaan
yang sangat dingin, maka dapat turun sangat rendah yaitu hingga kira-kira 98°
F.

II. Maksud dan tujuan latihan:


1. Mengukur suhu mulut dan ketiak agar dapat menentukan perbedaan.
2. Mengukur suhu mulut pada keadaan bernafas melalui mulut dan setelah
berkumur dengan air es, agar dapat menerapkan pengaruh keadaan
tersebut.

III. Latihan Praktikum 6


Alat dan bahan:
1. Termometer suhu badan
2. Gelas kumur
3. Jam tangan

29
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Kertas pengering
7. Naracoba

Langkah-langkah latihan:

Pengukuran suhu mulut:


1) Bersihkan termometer maksimun dengan alkohol
2) Turunkan miniskus air raksa sampai dibawah skala dengan mengayun-
ayunkan termometer
3) Letakkan reservoir termometer dibawah lidah dan naracoba menutup
mulutnya rapat-rapat.
4) Setelah 5 menit baca dan catat suhu mulut naracoba tersebut.
5) Ulangi langkah 1) sampai dengan 4) tanpa menurunkan miniskus air raksa,
letakkan kembali reservoir termometer dibawah lidah, baca dan catat
suhunya setelah 5 menit.
6) Ulangi langkah 1) dan 2). Kemudian naracoba bernafas dengan tenang
melalui mulut sambil menutuplubang hidung selama 2 menit. Lakukan
butir 3) dan baca serta catat suhunya setelah 5 menit.
7) Ulangi langkah 1) sampai dengan 2) kemudian naracoba disuruh berkumur
dengan aiir es berulang-ulang selama 1 menit. Lakukan butir 3) dan baca
serta catat suhunya setelah 5 menit.

Pengukuran suhu ketiak:


1) Bersihkan termometer dengan alkohol
2) Turunkan miniskur air raksa sampai dibawah skala dengan mengayun-
ayunkan termometer.
3) Naracoba disuruh berbaring terlentang dengan ketiak terbuka yang sudah
dikeringkan.
4) Letakkan reservoir termometer di ruang ketiak dan menjepitnya dengan
baik.
5) Setelah 5 menit baca dan catat suhunya.
Ulangi langkah 1) sampai5) 3 kali berturut-turut.

30
LAPORAN PRAKTIKUM 6

PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

31
HASIL LATIHAN

1. Pengukuran suhu tubuh

Waktu 5 menit I 5 menit II 5 menit III 5 menit IV


Suhu mulut
Suhu ketiak

Pembahasan :

Kesimpulan :

2. Perbedaan Thermometer klinik dan thermometer kimia adalah :

3. Terdapat perbedaan antara suhu ketiak dan suhu mulut, penyebabnya :

4. Selain di mulut dan ketiak, suhu tubuh dapat diukur di _________ (apa
kelebihannya dan apa kekurangannya serta kapan dilakukannya)

32
PRAKTIKUM 7

PERNAFASAN BUATAN
I. Pernafasan Buatan
Pernafasan buatan adalah metode pemberian oksigen pada seseorang yang
mengalami kesulitan bernafas atau henti nafas, dapat di berikan pada kondisi
darurat ataupun pada pasien yang berada dalam perawatan.
Sistem respirasi berfungsi menyediakan oksigen untuk darah dan
melepaskan karbon dioksida. Terdiri dari bagian konduksi yang menyediakan
saluran tempat udara yang mengalir ke dan dari paru-paru dan memelihara
udara yang masuk ke paru-paru serta bagian respirasi yang berfungsi
melakukan pertukaran gas antara udara dan darah di dalam alveolus.
Mekanisme pernafasan terdiri dari inspirasi, suatu proses aktif yang
mengalirkan udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi, suatu proses pasif yang
mengalirkan udara keluar paru-paru.
Beberapa metode pernafasan buatan pada manusia telah dianjurkan tetapi
bagaimanapun metodenya yang terpenting adalah mengupayakan semaksimal
mungkin agar ventilasi normal paru-paru pulih kembali. Faktor utama yang
harus di perhatikan adalah mengupayakan agar tidak ada yang menghalangi
jalan pernafasan dan tidak ada yang merintangi gerakan udara melalui faring.
Dalam beberapa keadaan seperti tenggelam, syok karena aliran listrik dan
keracunan CO2 adalah penting sekali untuk dapat melakukan pernafasan
buatan. Metode tarik-tekan pada pernafasan buatan dengan tangan secara aktif
menimbulkan kembali baik inspirasi maupun dalam menghasilkan ventilasi
paru-paru.

II. Latihan Praktikum 7


Alat dan Bahan:
1. Tikar
2. Bantal atau buntalan pakaian
3. Naracoba
4. Stopwatch
Langkah-Langkah Latihan

Perhatian:

33
Dalam melakukan metode pernafasan buatan pada latihan ini, naracoba
hendaknya menahan nafas sementara dan mempercayakan diri hanya kepada
ventilasi buatan yang di hasilkan oleh pernafasan buatan yang bersangkutan.

Metode Nielsen (Angkat tangan-Tekan punggung)


1) Naracoba berbaring telungkup secara pasif, kepala berpaling ke samping
dengan berlandaskan kedua punggung tangannya.
2) Operator berlutut dan menghadap kearah belakang kepala naracoba dengan
kedua tangan peganglah lengan atas naracoba tepat diatas sikunya.
3) Sambil mengayunkan badan ke belakang, tarik dan angkat kedua lengan
naracoba dengan kuat, kemudian kembalikan ke sikap semula.
4) Pindahkan kedua tangan operator ke punggung naracoba dengan jari-jari di
rentangkan dan ibu jari diatas ujung bawah tulang belikat.
5) Dengan lengan diluruskan, ayunkan badan operator ke depan sehingga
terjadi tekanan yang sedang ke arah vertikal bawah rongga dada naracoba.
Kemudian kembalikan ke sikap semula.
6) Ulangi langkah 2) sampai dengan 5) dengan frekuensi 12 kali per menit.
7) Catat apa yang dapat dirasakan oleh naracoba.

Metode Silvester (Angkat Tangan-Tekan Dada)


1) Naracoba berbaring telentang dengan beralaskan bantal atau buntalan
pakaian di bawah pertengahan punggungnya.
2) Operator berlutut dan menghadap di belakang ke arah naracoba.
3) Pegang kedua pergelangan naracoba dengn baik kemudian sambil
mengayunkan badan ke belakang , tarik dan angkat kedua tangannya ke atas
melewati kepala sampai kedua lengan menyentuh lantai.
4) Angkat kembali kedua tangan naracoba dan letakkan keduanya diatas
dadanya.
5) Operator mengayunkan dada ke depan dan tekan kedua tangan naracoba di
atas dada vertikal ke bawah.
6) Ulangi langkah 2) sampai dengan 5) dengan frekuensi 12 kali per menit.
7) Catat apa yang dapat dirasakan oleh naracoba.

34
Metode Schaefer (Tekan Punggung)
1) Naracoba berbaring telungkup, satu lengan diluruskan ke depan melewati
kepala, lengan yang satunya digunakan alas kepala sambil dipalingkan ke
samping.
2) Operator berlutut mengangkat diatas panggul atau di samping naracoba,
tempatkan kedua telapak tangan pada punggung di beberapa tulang iga
terbawah dengan ibu jari kearah medial.
3) Dengan kedua lengan diluruskan, ayunkan badan operator kedepan sehingga
kedua lengan menekan tegak lurus pada punggung naracoba. Pertahankan
keadaan ini selama 2 detik kemudian kembalikan ke posisi semula.
4) Ulangi langkah 2) sampai dengan 5) dengan frekuensi 12 kali per menit.
5) Catat apa yang dapat dirasakan oleh naracoba.

Metode Mouth to Mouth


Metode ini merupakan metode yang paling efektif tetapi tidak perlu di lakukan,
cukup di pelajari dan di pahami agar dapat menerapkannya apabila diperlukan.
1) Penderita di baringkan telentang. Bila ada benda asing di dalam mulut
keluarkan dengan jari (yang di balut kain bersih).
2) Dongakkan kepala penderita sehingga dagunya mengarah keatas, tarik
rahang bawah sehingga kulitnya terbuka.

35
3) Buka mulut operator (penolong) lebar-lebar, tempelkan rapat-rapat ke mulut
penderita sambil menjepit hidungnya dengan jari atau menekan dengan pipi.
4) Hembus dengan kuat udara dari mulut operator ke dalam mulut penderita
sampai dadanya mengembang. (Bila pada langkah ini tidak tampak
pengembangan rongga dada, periksa lagi posisi kepala dan rahang penderita
apakah sudah benar).
5) Apabila setelah dilakukan langkah 4 masih belum berhasil, maka baringkan
penderita pada sisinya dan pukullah punggungnya beberapa kali.
6) Ulangi langkah 1) sampai dengan 5) beberapa kali, sesudah berhasil ulangi
langkah 4 dengan frekuensi 12 kali permenit.

36
LAPORAN PRAKTIKUM VII
PRAKTIKAN

Nama :

NRP :

Tanggal Latihan Praktikum :

Tanda Tangan :

Anggota kelompok : 1.

2.

3.

4.

5.

NARACOBA

Nama :

Umur :

Keadaan Umum :

Riwayat Medik :

Seks :

Berat Badan :

Tinggi Badan :

37
HASIL LATIHAN

1. Metode Pernafasan

1) Metode Nielson :

2) Metode Silvester :

3) Metode Schaefer :

Pembahasan :

Kesimpulan :

2. Hal-hal yang perlu di perhatikan sebelum melakukan pernapasan buatan :

3. Pada Metode Nielsen:

Tujuan langkah 3) :

Tujuan langkah 5) :

4. Pada Metode Silvester:

Tujuan langkah 3) :

Tujuan langkah 5) :

38
5. Kekurangan metode Schaefer:

6. Metode mouth to mouth:

Tujuan langkah 2) :

Tujuan langkah 5) :

39
DAFTAR PUSTAKA
Asih Mulkiatunnisa, Dinda Ayu Setiya Ningrum, Nidaul Khusniyati. 2015.
POLA KERJA SISTEM SARAF SENSORIK. Makalah.

Maulida, Nurul Fajry. 2013. Catatan Obat Gangguan Otot dan Saraf #4.
http://nurulfajrymaulida.blogspot.com/2013/10/catatan-ogso-4.html (Senin, 11
November 2019)

Budi. 2018. Pengertian Reseptor Kulit. https://www.sridianti.com/pengertian-


reseptor-kulit.html (Senin, 11 November 2019)

Ilham, Mughnifar. 2019. Gerak Refleks – Mekanisme, Pengertian, dan Proses


Terjadinya. https://materibelajar.co.id/gerak-refleks/ (Senin, 25 November 2019)

Anonim. 2019. Gerak Refleks : Pengertian, Jenis, Mekanisme dan Prosesnya.


https://pengajar.co.id/gerak-refleks-pengertian-jenis-meknisme-dan-prosesnya/
(Senin, 25 November 2019)

Anonim. 2015. Mekanisme Sensorik dan Motorik pada Indera Pengecap.


http://sensorikmotorikinderapengecap-jdt.blogspot.com/2015/01/mekanisme-
sensorik-dan-motorik-pada.html?m=1 (Senin, 11 November 2019)

Wijaya, Cindy. 2018. Apakah Suhu Tubuh Itu?.


https://www.deherba.com/apakah-suhu-tubuh-itu.html (Senin, 11 November 2019)

Andrian, Kevin. 2018. Pelajari Teknik Napas Buatan Berikut Ini.


https://www.alodokter.com/pelajari-teknik-napas-buatan-berikut-ini (Senin, 11
November 2019)

40

Anda mungkin juga menyukai