Oleh:
Angkatan 2019
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Modul Praktikum Biomedik Dasar untuk DIV
Keperawatan Gigi.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan modul ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu
proses penyelesain modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah biomedik
dasar drg. Hetty AK, M.Kes, AIFO yang telah kami selama kegiatan belajar
mengajar. Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para
peserta didik.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 5 (PRAKTIKUM-PRAKTIKUM)............................................................................1
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................39
BAB 1
TUJUAN PRAKTIKUM
i
BAB 2
TATA TERTIB PRAKTIKUM
ii
BAB 3
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB
3.1 Mahasiswa yang melanggar tata tertib praktikum akan dikenakan sanksi
sesuai dengan pelanggarannya
3.2 Bentuk sanksi dapat berupa:
1. Peringatan
2. Tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
3. Tidak diperbolehkan mengikuti ujian.
3.3 Bentuk pelanggaran dapat berupa:
1. Melanggar tata tertib seperti yang ada pada Bab 2.
2. Terlambat dengan alasan yang tidak logis.
3. Tidak mengikuti salah satu praktikum dengan alasan yang tidak logis.
iii
BAB 4
PETUNJUK UMUM
iv
BAB 5
PRAKTIKUM-PRAKTIKUM
PRAKTIKUM 1
Mekanisme Sensorik I – Organ Reseptor Umum
Reseptor Termal, Reseptor Raba, Tekanan dan Reseptor Nyeri
I. Mekanisme Sensorik
Didalam kulit terdapat ujung sel saraf sensorik sehingga kulit merupakan
alat indra peraba yang dapat merasakan panas, dingin, sentuhan, nyeri atau
tekanan. Selain sebagai alat indra peraba, kulit juga berfungsi melindungi tubuh
dari luka dan infeksi, membuat tubuh tahan air, dan mengatur suhu tubuh
reseptor kulit berkontribusi untuk posisi dan gerakan rasa tangan (Edin dan
Abbs , 1991). Rangsang yang dapat diterima kulit berupa sentuhan panas,
dingin, tekanan, dan nyeri. Ketika kulit menerima rangsang, rangsang
tersebut diterima oleh sel-sel reseptor. Selanjutnya, rangsang akan diteruskan
ke otak melalui urat saraf. Oleh otak, rangsang akan diolah. Akibatnya, kita
merasakan adanya suatu rangsang. Otak pun memerintahkan tubuh untuk
menanggapi rangsang tersebut.
1
subkutal, ligamen, tendon dan kapsul persendian tulang. Ujung saraf krause
adalah reseptor untuk dingin terletak dilapisan dermis.
Ujung saraf bebas meliputi reseptor nyeri (nosiseptor), reseptor panas yang
berfungsi menerima rangsang berupa suhu yang terus meningkat, dan reseptor
dingin yang berfungsi menerima rangsang berupa suhu yang terus turun.
Reseptor raba merupakan reseptor yang akan aktif jika terkena rangsangan
berupa tekanan atau sentuhan. Korpuskula Meissner, merupakan ujung saraf
peraba. Korpuskulus peraba (Meissner) terletak pada papila dermis, khususnya
pada ujung jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu
panjangnya tagak lurus permukaan kulit dan berukuran sekitar 80 mikron dan
lebarnya sekitar 40 mikron.
Reseptor atau sensasi nyeri dihasilkan dari komunikasi antar sel saraf di
otak, medulla spinalis, dan tempat lain pada tubuh. Ujung saraf tanpa selaput
(terbuka), merupakan perasa sakit.
- Es batu
- Air panas
2
- 1 buah sonde tajam
Reseptor termal:
i) Es batu dan air panas di tempatkan dalam gelas beaker yang berbeda
vi) Setelah tangan naracoba kembali meraskan puncak dari kesan, tangan
naracoba boleh di keluarkan dari gelas beaker
ii) Tempelkan tangan yang telah di cap ke modul praktikum lalu gambar
tangan naracoba dengan menjiplak atau mengikuti alur tangan ke
dalam modul
3
v) Tes kepekaan terhadap nyeri menggunakan bagian tajam sonde dengan
menusuk sonde pada persegi yang ada dalam cap di tangan (boleh
persegi yang mana saja)
vi) Catat dalam modul yang telah tersedia gambar dan cap yang sudah di
jiplak di persegi mana saja naracoba merasakan nyeri (belum tentu
semua bagian terasa nyeri oleh naracoba)
ix) Tes kepekaan terhadap raba menggunakan bagian bawah sonde (yang
tumpul) dengan meraba pada persegi yang ada di dalam cap di tangan
(boleh persegi yang mana saja dan di persegi yang sama dengan tes
kepekaan nyeri dan tekan)
xi) Beri keterangan warna pulpen menjelaskan sensasi apa yang di rasakan
naracoba.
4
LAPORAN PRAKTIKUM I
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
NARACOBA
5
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
HASIL LATIHAN
Untuk menjawab soal-soal di bawah ini, pelajari dengan seksama teorinya pada
awal praktikum I dan pada kuliah
1. Reseptor Termal
6
Kesimpulan yang dapat di ambil dari hasil latihan ini adalah :
Kemudian :
Akhirnya :
Kemudian :
Akhirnya :
- Apa sensasi yang akhir yang dapat timbul pada kedua tangan? Apa
sebabnya
Kesimpulan yang dapat di ambil pada hasil latihan praktikum ini adalah :
No
Titik Sensasi Jumlah
.
1.
2.
7
3.
8
PRAKTIKUM 2
MEKANISME SENSORIK II – ORGAN RESEPTOR UMUM
Pada Gigi: Reseptor Nyeri
9
serabut saraf berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan
menyebar ke seluruh serabut saraf.
Kualitas nyeri bahkan bervariasi pada tiap tiap individu setiap rangsang
bahkan pada setiap waktu. demikian juga kualitas nyeri gigi.
10
Langkah-langkah latihan:
LAPORAN PRAKTIKUM 2
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
11
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
HASIL LATIHAN
12
2. Pembahasan hasil latihan
1.) Termal
Rata-rata gigi bereaksi terhadap panas :
Rata-rata gigi bereaksi tterhadap dingin :
Rata-rata waktu reaksi :
Rata-rata sensasi yang timbul :
2.) Listrik
Rata-rata nilai ambang :
Rata-rata waktu reaksi :
Rata-rata sensasi yang timbul :
4. Sensasi adalah :
7. Mekanisme kerja sistem saraf yang menimbulkan sensasi nyeri gigi adalah
sebagai berikut :
9. Mekanisme kerja sistem saraf yang menimbulkan reaksi motorik akibat sensasi
nyeri adalah sebagai berikut :
13
PRAKTIKUM 3
MEKANISME SENSORIK III – ORGAN RESEPTOR KHUSUS
Pada lidah : reseptor kecap (Putik kecap, taste buds)
14
Sebelum suatu zat dapat dirasakan, zat tersebut harus dilarutkan terlebih
dahulu dalam cairan mulut, kemudian berdifusi ke dalam pori yang terdapat
mikrovili dan akan dirasakan.
Ada 4 macam rasa kecap utama. Secara psikologis, kita dapat mendeteksi 4
macam rasa kecap utama yang disebut rasa kecap primer, yaitu asin, asam,
manis dan pahit. Setiap piala kecap memiliki sensitivitas tertentu, sehingga satu
atau dua rasa kecap yang terdeteksi tingkat sensitivitasnya lebih tinggi
dibanding yang lain.
Kerusakan salah satu saraf yang terlibat pada sensasi pengecapan dapat
menimbulkan kelainan sensasi rasa pengecapan tertentu. Pada latihan ini dapat
digunakan untuk memeriksa kelainan yang dikenal dengan taste, buta kecap
sehingga dapat diperkirakan lokasi saraf yang mengalami kerusakan.
Langkah-langkah latihan:
Operator dan naracoba tidak mengetahui jenis larutan kimia yang digunakan
untuk mencegah pengaruhnya pada sensasi kecap yang timbul dan baru
ditentukan pada latihan ini.
15
1. Naracoba berkumur dengan air, kemudian lidahnya dikeringkan dengan
kapas.
2. Selama praktikum, mata naracoba ditutup oleh penutup mata
3. Celupkan kapas bertangkai pada larutan kimia dan ulaskan pada lidah
naracoba pada bagian permukaan posterior, sekeliling pinggir anterior, dan
sepanjang posterolateral.
4. Catat sensasi yang dirasakan oleh naracoba pada butir 3) serta gambarkan
lokasinya pada lembar laporan latihan yang disediakan.
5. Ulangi butir 1) sampai 4) secara berturut-turut menggunakan larutan
lainnya
LAPORAN PRAKTIKUM 3
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
16
5.
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Keadaan Oral :
HASIL LATIHAN
2. Kesimpulan
Larutan A : Larutan B :
Larutan C : Larutan D :
17
PRAKTIKUM 4
MEKANISME MOTORIK TIDAK SADAR-REFLEKS
Refleks Somatik dan Otonomik
I. Gerak Refleks
Refleks adalah respons otomatis terhadap stimulus tertentu yang menjalar
pada rute yang disebut lengkung refleks,sebagian besar proses tubuh involunter
(missal,denyut jantung,pernafasan,aktivitas pencernaan,dan pengaturan suhu)
dan respon somatik (missal,sentakan akibat suatu stimulus nyeri atau sentakan
pada lutut) merupakan kerja refleks.
Gerak refleks sendiri merupakan suatu gerak yang tidak di sadari.Hantaran
implus pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa.yang bedanya,implus
pada gerak refleks tidak akan melalui pengolahan oleh pusat saraf.Hanya
neuron pada otak yang berperan sebagai konektor.Ada 2 macam neuron
konektor,yaitu neuron pada otak dan pada sumsum tulang belakang.
18
Gerak refleks yang akan melalui neuron konektor otak yaitu mata mengecil
saat akan terkena cahaya yang terang.kemudian gerak refleks yang melalui
neuron konektor sumsum tulang belakang yaitu kaki akan terangkat saat lutut di
pukul.
Refleks spinal yang lebih kompleks melibatkan satu atau lebih neuron
internunsial dalam lengkung refleksnya.misalnya refleks fleksor merupakan
unit refleks 3 neuron yang terdiri dari 5 unsur yaitu reseptor,neuron
aferen,neuron internunsial,neuron eferen,dan efektor.Refleks spinal ini terjadi
tanpa melibatkan sistem saraf pusat yang lebih tinggi (otak ).
Refleks salivasi merupakan refleks tidak bersyarat dan refleks
bersyarat.Refleks tidak bersyarat yaitu suatu rangsang yang berasal dari daerah
mulut yang berupa rangsang kimia atau fisik sedangkan refleks bersyarat yaitu
rangsang yang berasal dari organ khusus penglihatan,penciuman,pendengaran,
atau pemikiran akan makanan yang di sukai.
1. Refleks somatik adalah refleks yang melibatkan rangsangan otot oleh saraf
somatik. Misalnya refleks lutut dan refleks tarik-diri bila tangan kena api
atau benda panas.
2. Refleks otomonik (viresal) yang di perantarai oleh SSO dan merupakan
akibat otot polos, otot jantung, dan kelenjar refleks ini terlibat dalam
pengaturan fungsi tubuh antara lain fungsi pencernaan, tekanan darah dan
salivasi dan berkeringat.
19
2. Stopwatch
3. Kaca mulut
4. Pinset
5. Sonde
6. Kapas
7. Alcohol 70%
Langkah-langkah latihan:
Naracoba,operator dan tim catat harus berkonsentrasi penuh pada latihan ini
1. Pemeriksaan refleks somatik
1) Naracoba duduk dengan tenang dan santai/semua otot- otot berada
dalam keadaan pasif dan tidak berkontraksi,tidak tegang
2) Kaki naracoba berilang dalam keadaaan lemas (relaksasi) sehingga
ligamentum tegang secara pasif oleh beratnya tungkai bawah
3) Ketuklah ligamentum tersebut dengan martil refleks
4) Perhatikan dan catat arah gerak refleks dan cepat waktu yang
diperlukan untuk terjadinya refleksnya tersebut
20
LAPORAN PRAKTIKUM 4
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
21
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
HASIL LATIHAN
1. Refleks Somatik
1) Gerak refleks patella :
2) Waktu reflex :
3) Pembahasan :
4) Kesimpulan :
2. Refleks Otonomik
1) Volume saliva tanpa rangsangan :
2) Volume saliva setelah rangsangan :
3) Pembahasan :
4) Kesimpulan :
22
3. Refleks adalah :
PRAKTIKUM 5
DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH
Metode palpasi-Auskultasi
Denyut nadi adalah denyutan arteri dari gelobang darah yang mengalir
melalui pembuluh darah sebagai akibat dari denyut jantung.denyut nadi sering
diambil dipergelangan tangan untuk memperkirakan denyut antung,denyut nadi
dapat dengan mudah diperiksa dengan jari tangan atau dengan cara
palpasi,disamping itu dapat pula ditentukan dengan menggunakan peralatan
elektronik yang sederhana maupun modern.
23
Pemeriksaan denyut nadi dan pengukuran tekanan darah merupakan faktor
yang dapat dipakai secara indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler.
Pada latihan ini dipelajari cara mengkur denyut nadi dan tekanan darah :
a) Denyut Nadi-Pulse
Istilah denyut nadi dirujuk kepada peruahan gelombang tekanan didalam
arteri setiap kontraksi dan reaksi ventrikel kiri. Normal dalam kadaan
istirahat rata-rata nilai denyut nadi 70/76 kali/menit yang sama dengan nilai
ratarata denyut jantung
b) Tekanan darah
Tekanan darah didefinisikan sebagai tekanan dari darah terhadap setiap
unit area dinding pembuluh darah. Normal dalam keadaan istirahat normal,
tekanan darah orang dewasa 120/80 mmHg yang diterjemahkan sebagai
berikut: tekanan sistolik 120 mmHg dan tekanan diastolik 80 mmHG.
Tekanan darah ini bervariasi pada setia orang anatara lain pada kelompok
umur, keadaan, posisi tubuh.
1. Mengukur tekanan darah dan denyut nadi untuk menentukan nilai denyut
nadi dan tekanan darah dalam keadaan fisiologik
2. Mengukur denyut nadi dan tekanan darah pada posisis berbaring dan duduk
untuk membedakan nilainya pada posisi yang berbeda
3. Menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan perbedaan antara denyut
nadi dan tekanan darah untuk dapat menentukan faktor faktor yang
mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah pada posisi yang berbeda
Langkah-langkah Praktikum:
Praktikum dilakukan oleh 2 orang dengan jenis umur, posisi dan berbeda
kelamin.
24
Pengukuran denyut nadi arteri radialis:
1. Berbaring terlentang dengan lengan sejajar jantung
i) Naracoba berbaring terlentang dalam keadaan istrahat dengan tenang
Selma 10 menit
ii) Peganglah pergelangan tangan naracoba pada aspek lateral dibawah
ibu jari dengan 2-3 jari pada jaringan yang bersangkutan sehingga
denyut nadi teraba dibawah telunjuk atau jari tengah
iii) Dengan melihat jam tangannya operator mencatat jumlah denyt nadi
ini permenit lakukan 3 kali berturut’ dan rataratakan
1. Posisi berbaring
i) Berbaring terlentang dengan lengan sejajar jantung
ii) Lengan naracoba tidak terlilit atau terjepit dengan baju
iii) Pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan atas naracoba
iv) Carilah dengan palpasi denyut arteri brakhialis pada fosa kubiti dan
denyut arteri radialis pada pergelangan tangan kanan naracoba sampai
teraba
v) Manset di pompa sampai denyut arteri radialis tidak teraba dan tekan
pompa dinaikan 50 mmHg diatas tekan sistolik
vi) Tekanan didalam manset dituruknka perlahan lahan dengan kecepatan
2-3 mmHg perdetik secara halus dantidak tersendat sendat pada saat
ini terdengan di stetoskopnbunyi korotov didalam arteri yang singkron
dengan bunyi jantung 1 bunyi ini disebut sistolik
vii) Ketika tekanan didalam manset masih terus diturunkan bunyi korotov
terus meneruskan kualitasnya ke suara yang meredup sampai tidak
terdengar lagi sama dengan bunyi jantung IV saat ini tercatat distolik
viii) Pengukuran dilakukan 5 kali selang 2-5 menit dan rata-rata kan
2. Posisi duduk
25
i) Tanpa melepas manset naracoba diminta untuk duduk dengan lengan
tidak terjepit atau terlilit baju
ii) Setelah lewat 3 menit ukurlah tekanan darah pada posisi duduk ini
seperti langkah posisi berbaring dari butih (iv) sampai (vii)
26
LAPORAN PRAKTIKUM 5
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
27
HASIL LATIHAN
Pembahasan :
Kesimpulan :
3. Kita meletakan stetoskop pada fosa kubiti dengan tingan dan rata,supaya:
28
PRAKTIKUM 6
SUHU TUBUH
I. Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah salah satu bagian penting yang harus dipahami untuk
mengetahui perbedaan suhu tubuh yang dapat menentukan terjadinya gejala
penyakit dalam tubuh. Suhu tubuh seseorang biasanya diartikan dibagian dalam
(suhu inti). Suhu tubuh diukur dari aktivitas molekul-molekul didalam jaringan
tubuh yang sebanding dengan panas yang disimpan didalam tubuh. Karena itu
suhu tubuh dikatakan berbanding langsung dengan panas didalam tubuh. Suhu
dapat diukur melalui ketiak, mulut, dan rektum. Suhu normal rata-rata pada
umumnya yaitu 98,6° F atau 37° C. Dan kira-kira 0,6° C lebih tinggi bila diukur
melalui rektum.
Suhu tubuh dapat berubah pada waktu beraktivitas sehari-hari dan pada
suhu lingkungan ekstrim. Bila dihasilkan panas yang berlebihan pada tubuh
akibat aktivitas, suhu pada rektum dapat meningkat sampai setinggi 101-104°
F. sebaliknya bila tubuh berhubungan dengan suhu ekstrim seperti keadaan
yang sangat dingin, maka dapat turun sangat rendah yaitu hingga kira-kira 98°
F.
29
4. Kapas
5. Alkohol 70%
6. Kertas pengering
7. Naracoba
Langkah-langkah latihan:
30
LAPORAN PRAKTIKUM 6
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
31
HASIL LATIHAN
Pembahasan :
Kesimpulan :
4. Selain di mulut dan ketiak, suhu tubuh dapat diukur di _________ (apa
kelebihannya dan apa kekurangannya serta kapan dilakukannya)
32
PRAKTIKUM 7
PERNAFASAN BUATAN
I. Pernafasan Buatan
Pernafasan buatan adalah metode pemberian oksigen pada seseorang yang
mengalami kesulitan bernafas atau henti nafas, dapat di berikan pada kondisi
darurat ataupun pada pasien yang berada dalam perawatan.
Sistem respirasi berfungsi menyediakan oksigen untuk darah dan
melepaskan karbon dioksida. Terdiri dari bagian konduksi yang menyediakan
saluran tempat udara yang mengalir ke dan dari paru-paru dan memelihara
udara yang masuk ke paru-paru serta bagian respirasi yang berfungsi
melakukan pertukaran gas antara udara dan darah di dalam alveolus.
Mekanisme pernafasan terdiri dari inspirasi, suatu proses aktif yang
mengalirkan udara ke dalam paru-paru dan ekspirasi, suatu proses pasif yang
mengalirkan udara keluar paru-paru.
Beberapa metode pernafasan buatan pada manusia telah dianjurkan tetapi
bagaimanapun metodenya yang terpenting adalah mengupayakan semaksimal
mungkin agar ventilasi normal paru-paru pulih kembali. Faktor utama yang
harus di perhatikan adalah mengupayakan agar tidak ada yang menghalangi
jalan pernafasan dan tidak ada yang merintangi gerakan udara melalui faring.
Dalam beberapa keadaan seperti tenggelam, syok karena aliran listrik dan
keracunan CO2 adalah penting sekali untuk dapat melakukan pernafasan
buatan. Metode tarik-tekan pada pernafasan buatan dengan tangan secara aktif
menimbulkan kembali baik inspirasi maupun dalam menghasilkan ventilasi
paru-paru.
Perhatian:
33
Dalam melakukan metode pernafasan buatan pada latihan ini, naracoba
hendaknya menahan nafas sementara dan mempercayakan diri hanya kepada
ventilasi buatan yang di hasilkan oleh pernafasan buatan yang bersangkutan.
34
Metode Schaefer (Tekan Punggung)
1) Naracoba berbaring telungkup, satu lengan diluruskan ke depan melewati
kepala, lengan yang satunya digunakan alas kepala sambil dipalingkan ke
samping.
2) Operator berlutut mengangkat diatas panggul atau di samping naracoba,
tempatkan kedua telapak tangan pada punggung di beberapa tulang iga
terbawah dengan ibu jari kearah medial.
3) Dengan kedua lengan diluruskan, ayunkan badan operator kedepan sehingga
kedua lengan menekan tegak lurus pada punggung naracoba. Pertahankan
keadaan ini selama 2 detik kemudian kembalikan ke posisi semula.
4) Ulangi langkah 2) sampai dengan 5) dengan frekuensi 12 kali per menit.
5) Catat apa yang dapat dirasakan oleh naracoba.
35
3) Buka mulut operator (penolong) lebar-lebar, tempelkan rapat-rapat ke mulut
penderita sambil menjepit hidungnya dengan jari atau menekan dengan pipi.
4) Hembus dengan kuat udara dari mulut operator ke dalam mulut penderita
sampai dadanya mengembang. (Bila pada langkah ini tidak tampak
pengembangan rongga dada, periksa lagi posisi kepala dan rahang penderita
apakah sudah benar).
5) Apabila setelah dilakukan langkah 4 masih belum berhasil, maka baringkan
penderita pada sisinya dan pukullah punggungnya beberapa kali.
6) Ulangi langkah 1) sampai dengan 5) beberapa kali, sesudah berhasil ulangi
langkah 4 dengan frekuensi 12 kali permenit.
36
LAPORAN PRAKTIKUM VII
PRAKTIKAN
Nama :
NRP :
Tanda Tangan :
Anggota kelompok : 1.
2.
3.
4.
5.
NARACOBA
Nama :
Umur :
Keadaan Umum :
Riwayat Medik :
Seks :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
37
HASIL LATIHAN
1. Metode Pernafasan
1) Metode Nielson :
2) Metode Silvester :
3) Metode Schaefer :
Pembahasan :
Kesimpulan :
Tujuan langkah 3) :
Tujuan langkah 5) :
Tujuan langkah 3) :
Tujuan langkah 5) :
38
5. Kekurangan metode Schaefer:
Tujuan langkah 2) :
Tujuan langkah 5) :
39
DAFTAR PUSTAKA
Asih Mulkiatunnisa, Dinda Ayu Setiya Ningrum, Nidaul Khusniyati. 2015.
POLA KERJA SISTEM SARAF SENSORIK. Makalah.
Maulida, Nurul Fajry. 2013. Catatan Obat Gangguan Otot dan Saraf #4.
http://nurulfajrymaulida.blogspot.com/2013/10/catatan-ogso-4.html (Senin, 11
November 2019)
40