Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6 : FUNGSI SISTEM STOMATOGNASI

Skenario 1
Dosen Pembimbing :
drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed.
Disusun oleh :
1. Firdaus Izzah Radji (181610101152)
2. Indana Zulva (181610101153)
3. Kahfi Izza Tegar A. (181610101154)
4. Wellant Putra I. (181610101155)
5. Muhammad Irfan (181610101156)
6. M. Dodi Kuncoro Jati (181610101157)
7. Rheza Jihan S. N (181610101158)
8. Mohammad Naufal F (181610101159)
9. Arda Rahma Putri (181610101161)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat Nya
sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penyusun juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dalam menyelesaikan laporan tutorial pada Skenario 1 : Mengunyah, Blok 6 : Fungsi
Sistem Stomagtonasi
Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan Tutor pada kelompok Tutorial
15, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Amandia Dewi P. Shita, M.Biomed. selaku Tutor pada kelompok
Tutorial 15, dan
2. Semua anggota Tutorial 15 yang telah berpatisipasi dalam proses
pembuatan laporan ini.
Dan harapan penyusun, semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman penyusun, penyusun yakin masih banyak
kekurangan dalam laporan ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.

Jember, 6 April 2019

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Skenario ................................................................................................................1
1.2 Identifikasi Kata Sulit ........................................................................................ 1
1.3 Identifikasi Masalah ............................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................3
2.1 Definisi Kata Sulit ................................................................................................. 3
2.2 Analisa Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
2.3 Mapping ................................................................................................................. 8
2.4 Tujuan Pembelajaran ............................................................................................. 8
BAB III METODE ...................................................................................................... 9
3.1 Komponen, Anatomi dan Fisiologi Organ Pengunyahan ...................................... 9
3.2 Fungsi dan Tujuan Pengunyahan .......................................................................... 16
3.3 Mekanisme dan Pengaturan Pengunyahan ............................................................ 17
3.4 Frekuensi Pengunyahan dan Cara Pengunyahan yang Baik ................................. 25
3.5 Refleks Pengunyahan ............................................................................................ 26
3.6 Reseptor yang mendeteksi berbagai jenis bahan makanan yang masuk
ke rongga mulut dan kesiapan bolus untuk di telan .............................................. 28
3.7 Pengaruh Jenis Makanan (Tekstur dan Bentuk) terhadap Pengunyahan .............. 29
3.8 Pengaturan Kerja Sistem Pengunyahan ................................................................ 31
3.9 Macam-macam Gangguan Pengunyahan .............................................................. 35
3.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengunyahan ............................ 39
BAB IV PENUTUP ................................................................................................... 41
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 42

ii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Temporomandibular Joint ...................................................................... 9


GAMBAR 2. Musculus Temporal ............................................................................. 10
GAMBAR 3. Musculus Masetter ............................................................................... 11
GAMBAR 4. Musculus Pterigoid Medial .................................................................. 12
GAMBAR 5. Musculus Pterigoid Lateral .................................................................. 12
GAMBAR 6. Rongga Mulut ...................................................................................... 13
GAMBAR 7. Bibir ..................................................................................................... 16
GAMBAR 8. Reflek Pengunyahan ............................................................................ 27
GAMBAR 9. Mekanoreseptor.................................................................................... 28
GAMBAR 10. Tekstur Makanan ............................................................................... 31
GAMBAR 11. Formasio Retikularis .......................................................................... 32
GAMBAR 12. Korteks Serebri .................................................................................. 32
GAMBAR 13. Ankyloglossia .................................................................................... 36
GAMBAR 14. Osteoma ............................................................................................. 37
GAMBAR 15. Gigi Tanggal ...................................................................................... 38
GAMBAR 16. Bruksisme .......................................................................................... 38

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario

Jumadi adalah seorang tukang batu berumur 37 tahun. Ia diberi makan siang
ikan laut, sayur kangkung dan nasi putih oleh si pemilik rumah ketika ia bekerja.
Ia sangat lapar ketika itu, sehingga ia ingin segera menelannya, walaupun ia
masih merasakan bahwa makanan itu masih belum berbentuk bolus yang cukup
halus dan siap untuk ditelan. Dia tidak peduli berapa kali makanan dirongga
mulutnya harus dikunyah. Untuk mempercepat mendorong makanannya, ia
banyak minum air putih. Saat ia mengunyah, ia merasakan ada kerikil kecil yang
ikut terkunyah. Ia juga merasakan ada duri kecil yang tertusuk pada gusinya
sehingga menimbulkan rasa sakit. Bagaimana keseluruhan proses pengunyahan
dan pengenalan tekstur dan bentuk dapat terjadi?

1.2 Identifikasi Kata Sulit


1) Bolus
2) Gusi
3) Mengunyah

1.3 Identifikasi Masalah


1) Apa saja otot-otot yang berperan dalam proses pengunyahan ?
2) Organ apa saja yang berperan dalam proses pengunyahan ?
3) Bagaimana mekanisme proses pengunyahan ?
4) Apa fungsi dari pengunyahan ?
5) reseptor apa saja yang berfungsi untuk mendeteksi berbagai jenis tekstur
makanan yang masuk ke rongga mulut dan bagaimana reseptor mengetahui
bahwa makanan siap untuk di cerna ?
6) bagaimana cara pengunyahan yang baik ?
7) berapa frekuensi mengunyah makanan yang baik ?
8) bagaimana pengaruh tekstur makanan dalam proses pengunyahan?

1
9) Apa saja macam gangguan pengunyahan ?
10) Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pengunyahan ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kata Sulit


1) Bolus
 bentukan makanan hasil dari pengunyahan di dalam rongga mulut yang
siap ditelan kedalam saluran pencernaan selanjutnya
 sesuatu yang telah di lumatkan di dalam rongga mulut oleh air liur
 campuran maknan dengan air liur yang berbentuk seperti bola yang di
bentukdi mulut selama proses mengunyah
 makanan yang telah di cerna yang memiliki struktur yang lebih lunak,
lembek, dan lengket
2) Gusi
 Bagian mukosa mulut yang menutupi pros. Alveolar rahang dan
melindungi rahang gigi
 Kumpulan jaringan epitel berlapis pipih bertanduk tipis
 Jaringan pendukung atau periodontal dalam rongga mulut
3) Mengunyah
 Proses membuka dan menutup mulut yang menggerakkan rahang yang
berfungsi ntuk melumatkan atau menghaluskan makanan di dalam
rongga mulut
 Proses penghancuran makanan pada rongga mulut dengan bantuan
kelenjar saliva dan gigi serta otot dan tulang rahang
 Proses penghancuran partikel makanan di dalam mulut dengan bantuan
saliva untuk mengubah ukuran dan konsistensi makanan membentuk
lobus
 Proses penghancuran makanan mulai membuka mandibula dan menutup
mandibula yang akan menjadi berkontanya gigi geligi di rongga mulut
sehingga membuat makanan menjadi hancur.

3
2.2 Analisa Identifikasi Masalah
1) Apa saja otot-otot yang berperan dalam proses pengunyahan ?
 M. Masseter, m. Pterygoideus lateral, m. Pterygoideus medial, dan m.
Temporalis. Ada juga otot pendukungnya seperti mylohioid,
digastricus, geniohioid, stylohioid.
2) Organ apa saja yang berperan dalam proses pengunyahan ?
 Lidah, TMJ (condylus mandibula, artikular disc, dan fossa
mandibula), gigi, dan kelenjar saliva, otot-otot mastikasi, palatum,
bibir, jaringan periodontal, maksila dan mandibula, mukosa pipi,
pembuluh darah dan saraf
3) Bagaimana mekanisme proses pengunyahan ?
 (-) Bantuan dari otot mastikasi
(-) Dari TMJ, ada dua gerakan utama yaitu rotasi dan translasi
(-) Kontak gigi geligi
 Diawali dengan masuknya makanan ke rongga mulut, makanan
dalam mulut tersebut menghambat refleks otot untuk mengunyah
yang di persarafi oleh cabang motorik n. Trigeminus. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan rahang bawah dan terjadi refleks
regang otot-otot rahang bawah, kontraksi. Setelah berkontaksi,
rahang bawah terangkat lalu terjadi pengatupan gigi sehingga bolus
makanan terekan dan melawan dinding mulut, menghambat otot
rahang bawah sehingga rahang bawah turun kembali, kejadian ini
terjadi berulang-ulang. Sementara rahang bawah naik turun, gigi
geligi rahang bawah dan rahang atas akan beroklusi, memotong,
melumat, dan menggores makanan menjadi lebih kecil, halus, dan
mudah di telan, serta meningkatkan luas permukaannya. Rangsangan
ini juga memmicu refleks saraf sehingga kelenjar saliva mensekresi
saliva melalui duktus ke ronbgga mulut. Disaaat yang bersamaan,
lidah melaknasakan tugasnya dalam mengecap makanan, manipulasi,
membentuk bolus lalu lidah mendorong makanan untuk di telan

4
 Di awali proses membuka mulut, melibatkan otot mastikasi yaitu
pterygoid lateral, kemuadian masuklah makanan ke rongga mulut,
kemudian menutup (yang bereaksi pterygoid lateral, masseter, dan
temporal) sedangkan pterygoid lateral relaksasi. Pada sendi TMJ,
terjadi dua gerakan yaitu rotasi (gerakan membuka dan menutup) dan
translasi (gerakan mandibula maju kedepan)
 Otot masseter dan otot temporal berkontaksi membantu gigi geligi
agar pada waktu berkontak pada oklusi normal. Pada otot digastrikus
mengalami kontaksi untuk mempertahankan kondisi gigi ketika
bergerak dan posisi istirahat pada posisi oklusi
 (-) Pada lidah , mengontrol pergerakan makanan dan membawa bolus
ke arah palatum dan juga membersihkan debris pada makanan
(-) Pada otot mastikasi, terdapat nervus cabang trigeminus kemudian
n. facialis
(-) Kemudian masuk makanan ke dalam rongga mulut, terjadi
pengunyahan yang melibatkan kontak gigi geligi. Pada gigi insisiv
terjadi proses pemotongan, pada gigi posterior terjadi retrusi pada
mandibula, terjadi penghalusan makanan dan dibantu oleh sekret
saliva sehingga membentuk bolus. Kemudian di dorong oleh lidah
masuk kedalam kerongkongan
4) Apa fungsi dari pengunyahan ?
 Menghaluskan makanan supaya mempermudah proses pencernaan
 Memudahkan pembuluh darah untuk mengangkut sari-sari
makanan
 Mempermudah pengabsorbsian dalam tubuh
 Membantu pencernaan selulosa
 Merangsang sekresi saliva, mencampur makanan dengan saliva,
melindungi mukosa, dan mempengaruhi pertumbuhan jaringan
mulut

5
5) reseptor apa saja yang berfungsi untuk mendeteksi berbagai jenis tekstur
makanan yang masuk ke rongga mulut dan bagaimana reseptor
mengetahui bahwa makanan siap untuk di cerna ?
 n. Trigeminus mengenal tekstur makanan dalam rongga mulut dan
meneruskan impulsnya ke otak
 papila dalam lidah, karena terdapat taste bud yang merangsang
sekresi saliva dimana saliva berfungsi untuk membantu
menghaluskan makanan
 oral mechanoreseptor
 periodontal mechanoreseptor
 propioceptor pada gigi dan rahang
6) bagaimana cara pengunyahan yang baik ?
 frekuensi mengunyah sebanyak 32 kali (ada enzim yang berperan)
 melibatkan lidah untuk meratakan makanan
 tergantung jenis makanan (jika buah, bisa mengunyah 5-10 kali,
daging 30-32 lebih)
 gerakan yang benar dan secara berulang-ulang (meliputi gerakan
mulut ke atas, menekan, dan membuka)
 kontak gigi geligi (memotong dengan insisiv, poterior untuk
menghaluskan)
 mengunyah makanan sedikit demi sedikit
 mulut dalam kondisi tertutup
7) berapa frekuensi mengunyah makanan yang baik ?
 tergantung jenis makanan (jika buah, bisa mengunyah 5-10 kali,
daging 30-32 lebih)
 frekuensi mengunyah sebanyak 32 kali (ada enzim yang berperan)
8) bagaimana pengaruh tekstur makanan dalam proses pengunyahan?
 Jika tekstur makanan sudah dalam bentuk lobus yang halus, maka
makanan akan lebih mudah di cerna

6
 Berpengaruh terhadap beban oklusi dalam rongga mulut
 Jadi, yang menerima beban oklusi adalah ligamen periodontal
 Ada jenis makanan yang nyereti seperti rambak, maka terjadi
effort yang besar karena kandungan airnya sedikit. Sebaliknya,
pada makanan seperti buah-buahan dan makanan berserat lainnya,
mengandung air yang lebih banyak yang mengakibatkan
pengunyahan lebih ringan. Pada makanan berongga dan makanna
yang terbuat dari tepung-tepungan, maka berbeda pula tekstur dan
proses pengunayahannya
9) Apa saja macam gangguan pengunyahan ?
 Clicking
 Xerostomia (gangguan pada kelenjar saliva)
 Atrisi
 Stomatitis
 Gingivitis
 Gigi tanggal
 Gangguan otot pengunayahan
 gangguan variasi rongga mulut
 karies
10) Faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas pengunyahan ?
 Oklusi gigi, seperti pada lansia (gigi tanggal)
 Sekresi saliva, pada lansia sekresi saliva berkurang
 Tekstur makanan (besar kecil makanan)
 jumlah makanan yang masuk ke dalam rongga mulut
 kerja otot
 gangguan TMJ
 faktor usia
 jumlah gigi

7
2.3 Mapping

Makanan

Jenis Rongga Mulut

Komponen Periodontal Mechanoreseptor


Pengunyahan Nosiseptive Reseptor

Proses
Pengunyahan
n
- Saliva Partikel kecil Bolus
- Enzim Pencernaan makanan

2.4 Tujuan Pembelajaran


Adapun L.O yang diperoleh dari pembahasan skenario 1 blok 6, yaitu :
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :
1) Kompnonen, anatomi, dan fisiologi organ pengunyahan
2) Fungsi dan tujuan pengunyahan
3) Mekanisme dan pengaturan pengunyahan
4) Cara pengunyahan yang baik dan frekuensi pengunyahan
5) Refleks pengunyahan
6) Reseptor yang mendeketeksi berbagai jenis bahan makanan yang masuk ke
rongga mulut dan kesiapan bolus untuk di telan
7) Pengaruh jenis makanan (teksturdan bentuk) terhadap pengunyahan
8) Pengaturan kerja sistem pengunyahan
9) Macam-macam gangguan pengunyahan
10) Faktor-faktor yang mempengaruhi efekrtivitas pengunyaha

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Komponen, Anatomi dan Fisiologi Organ Pengunyahan


Komponen Organ Pengunyahan :
1) Sendi Temporomandibula
Temporomandibular Joint (TMJ) merupakan sendi sinovial yang
menghubungkan mandibula dengan tulang temporal pada posisi yang tepat.
Pada posisi normal kondilus mandibula berada tepat pada fossa glenoidea
tulang temporal. Tulang kartilago (articilar disc) merupakan bantalan yang
berada diantara kondilus dan fossa glenoidea yang memungkinkan
mandibula bergerak tanpa menimbulkan rasa sakit

(Gambar 1)

TMJ menghubungkan tulang mandibular dan tulang temporal :


a) Penampang artikular tulang temporal
Terdiri dari sebuah bagian cekung pada posterior (glenoid/ fossa
mandibula) danbagian cembung pada anterior (articular eminensia atau
tonjolan artikular)
b) Condylus mandibular
Fungsi : penghubung dari kapsul dan lempeng articular
c) Capsule of the joint (kapsula artikularis)

9
d) Articular disc/ meniscus
Merupakan serat kolagen tebal (seperti bantalan), jaringan ikat dan
fibroblast.
e) Join cavities (kavitas penghubung)
f) Ligament-ligamen pendukung
 Sendi temporomandibular lateral
Fungsinya yaitu membatasi gerakan mandibula kea rah posterior,
mencegah condyles bergerak terlalu jauh ke arah inferior dank e arah
posterior serta menyediakan pertahanan untuk mencegah kesalahan
dalam penempatan yang terlalu lateral.
 Ligamentum sphenomandibula
 Ligamentum stylomandubular
2) Otot Pengunyahan
a) m. Temporal
 Otot berbentuk kipas yang luas yang mencakup wilayah temporal
Ootot pengunyahan yang kuat yang dengan mudah dapat dilihat
dan dirasakan selama penutupan rahang bawah
 Origo : lantai fosa temporal dan permukaan dalam fasia temporal.
Insersi: tip dan permukaan medial dari proses koronoideus dan
batas anterior ramus mandibular

(Gambar 2)

10
b) m. Masseter
 mengangkat mandibula untuk merapatkan gigi sewaktu
mengunyah.
 Ini adalah otot kuadrangularis yang mencakup aspek lateral ramus
dan proses koronoideus mandibula.
 Origo: batas inferior dan permukaan medial arkus zygomatic.
Insersi: permukaan lateral ramus mandibula dan proses
koronoideusnya.

(Gambar 3)
c) m. Pterygoid Medial
 Ini adalah otot tebal, segiempat yang juga memiliki dua kepala
atau asal.
 Mencakup kepala lebih rendah dari otot pterygoideus lateral. Hal
ini terletak jauh ke ramus mandibula.
 Origo: dalam kepala-medial permukaan plat pterygoideus lateral
dan proses piramida tulang palatine, kepala tuberositas-dangkal
rahang.
Insersi: permukaan medial ramus mandibula, lebih rendah
foramen mandibula.

11
 Fungsi : membantu mengangkat mandibula, elevasi mandibula dan
menutup mulut.

(Gambar 4)

d) m. Pterygoid Lateral
 Otot yang berbentuk kerucut dengan puncak menuju posterior,
otot tebal dan pendek yang memiliki 2 ,kepala atau asal
 Origo : unggul kepala infratemporal permukaan dan puncak
infratemporal sayap yang lebih besar dari tulang sphenoid, kepala
rendah-lateral permukaan plat pterygoideus lateral.
Insersi: leher mandibula, disk artikular, dan kapsul sendi
temporomandibular

(Gambar 5)

12
Fisiologi TMJ secara umum :
- Untuk pergerakan dari rahang dan laring
- Protusi mandibular & Retrusi mandibular
- Pergerakan Laryngeal
- Depresi mandobula

3) Mulut
a) Sekret Mulut
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak
berwarna yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar
dan kecil yang ada pada mukosa oral.Saliva dihasilkan di mulut oleh
tiga kalenjar utama yaitu kelenjar sublingual, kelenjar submandibular
dan kelenjar parotis. Fisiologinya yaitu :
 Melembabkan
 Memfasilitasi proses pengunyahan: amilase (oleh kelenjar
liur serosa) hidrolisis zat tepung
 Memfasilitasi rasa penelanan
 Antibodi respon imunitas humoral
b) Rongga Mulut
Rongga mulut dilapisi epitel berlapis gepeng, berlapis tanduk,
atau tanpa lapisan tanduk bergantung padadaerahnya. Lapisan keratin
melindungi mukosa mulut terhadap kerusakan selama mengunyah dan
hanyaterdapat di gingiva dan palatum durum.

(Gambar 6)
13
c) Lidah
Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran dengan
struktur yang bervariasi sesuai daerahnya.Serabut ototnya saling
menyilang dalam 3 bidang dan biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat.
Permukaanlidah tampak tidak teratur, yang ditutupi disebelah anterior
oleh sejumlah tonjolan kecil yang disebut papilla.Papilla adalah
peninggian epitel mulutdan lamina proria, dengan bentuk dan fungsi
yang bervariasi. Ada 4 jenis papilla :
 Papilla filiformis: berbentuk kerucut memanjang jumlahnya cukup
banyak dan terdapat diseluruh permukaan lidah. Epitelnya tidak
mengandung kuncup kecap (taste buds), mempunyai lapisan
tanduk.
 Papilla fungiformis: menyerupai jamur karena tangkainya sempit
dan bagian atas yang melebar.Papilla ini mengandung sebaran
kuncup kecap pada permukaannya, tersebar tidak merata diantara
papilla filiformis.3.
 Papilla foliata: kurang berkembang pada manusia, terdiri atas 2
atau lebih tonjolan dan alur parallel pada permukaan dorsolateral
lidah dan mengandung banyak kuncup kecap.
 Papilla sirkumvalata: bulat berukuran sangat besar dengan
permukaan yang menonjol di atas papillalain. Banyak kelenjar
serosa mencurahkan isinya ke dalam alur yang mengelilingi tepian
masing-masing papilla
d) Gigi
Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingival
(bagian mahkota) dan 1 atau lebih akar gigi di bawah gingival yang
menahan gigi pada kantung yang disebut alveolus. Mahkota gigi
(korona dentis)ditutupi oleh email yang sangat keras dan akar gigi
(radiks dentis) ditutupi oleh sementum. Kedua lapisan penutup ini
bertemu dibagian serviks gigi. Bagian terbesar gigi terdiri atas dentin,

14
yaitu materi berkapur yang mengelilingi ruang berisi jaringan ikat
lunak yang disebut rongga pulpa. Adapun ciri fisiologinya meliputi :
 Gigi insisiv untuk memotong makanan
 Gigi caninus digunakan untuk memutus makanan yang keras
 gigi geraham gunanya untukmengunyah makanan yang sudah
dipotong-potong
e) Bibir
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbikularis oris dan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan
membran mukosa pada bagian internal. Secara anatomi, bibir dibagi
menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian bawah.
Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian
superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan batas
bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior. Bibir bagian bawah
terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura
pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior.
Kedua bagian bibir tersebut, secara histologi, tersusun dari
epidermis, jaringan subkutan, serat otot orbikularis oris, dan membran
mukosa yang tersusun dari bagian superfisial sampai ke bagian paling
dalam. Bagian vermilion merupakan bagian yang tersusun atas epitel
pipih yang tidak terkeratinasi. Epitel-epitel pada bagian ini melapisi
banyak pembuluh kapiler sehingga memberikan warna yang khas pada
bagian tersebut. Selain itu, gambaran histologi juga menunjukkan
terdapatnya banyak kelenjar liur minor. Folikel rambut dan kelejar
sebasea juga terdapat pada bagian kulit pada bibir.
Permukaan bibir bagian dalam dari bibir atas maupun bawah
berlekatan dengan gusi pada masing-masing bagian bibir oleh sebuah
lipatan yang berada di bagian tengah dari membran mukosa yang
disebut frenulum labial. Saat melakukan proses mengunyah, kontraksi

15
dari otot-otot businator di pipi dan otot-otot orbukularis oris di bibir
akan membantu untuk memosisikan agar makanan berada di antara
gigi bagian atas dan gigi bagian bawah. Otot-otot tersebut juga
memiliki fungsi untuk membantu proses berbicara.

(Gambar 7)

3.2 Fungsi dan Tujuan Pengunyahan


Fungsi dari pengunyahan meliputi :
a) Fungsi dari mastikasi
 memotong dan menggiling makanan
 membantu mencerna sellulosa
 memperluas permukaan
 merangsangsekresi saliva
 mencampur makanan dan saliva
 melindungi mukosa
 mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut
 penyerapan makanan
b) Fungsi dari otot mastikasi
 Untuk pergerakan dari rahang dan laring
 Protusi mandibular

16
 Retrusi mandibular
 Penyimpangan lateral dari mandibula
 Depresi mandibula
 Pergerakan laryngeal
c) Fungsi dari lidah
 mencegah tergelincirnya makanan
 mendorong makanan kepermukaan kunyah
 membantu mencampur makanan dengan saliva
 memilih makanan yang halus untuk ditelan
 membersihkan sisa makanan
 membantu proses bicara dan membantu proses menelan
 mempengaruhi pertumbuhan jaringan mulut
 penyerapan makanan
sedangkan tujuan dari pengunyahan yaitu :
- menghasilkan bolus kecil sehingga mempermudah dalam pengunyahan,
- menyiapkan makanan agar mudah ditelan dan mempermudah kinerja
lambung agar bekerja lebih ringan dalam tugas pencernaannya.

3.3 Mekanisme dan Pengaturan Pengunyahan


Pergerakan yang terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam
mengigit, mengunyah, dan menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara.
Aktivitas yang terintegrasi dari otot rahang dalam merespon aktivitas dari neuron
eferen pada saraf motorik di pergerakan mandibular yang mengontrol hubungan
antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang adalah suatu pergerakan
yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area perioral, faring,
dan laring.
Pergerakan otot rahang, terhubung pada midline. Pengontrolan otot
rahang bukan secara resiprokal seperti pergerakan limb, tapi terorganisir secara
bilateral. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pembukaan dan penutupan rahang
selama penguyahan yang secara relatif merupakan pergerakan sederhana dengan

17
pengaturan pada limb sebagai penggerak. Bagaimanapun, pergerakan dalam
mastikasi adalah suatu yang kompleks dan tidak hanya berupa mekanisme
pergerakan menggerinda yang simple . Gerakan ini merupakan pengurangan
ukuran makanan. Selama mastikasi, makanan dikurangi ukurannya dan dicampur
dengan saliva sebagai tahap awal dari proses digesti.

a) Pergerakan Pengunyahan
Seluruh otot rahang bekerja bersamaan menutup mulut dengan
kekuatan di gigi incisor sebesar 55 pounds dan gigi molar sebesar 200
pounds. Gigi dirancang untuk mengunyah, gigi anterior (incisors)
berperan untuk memotong dan gigi posterior ( molar) berperan untuk
menggiling makanan.
Sebagian besar otot mastikasi diinervasi oleh cabang nervus
cranial ke lima dan proses pengunyahan dikontrol saraf di batang otak.
Stimulasi dari area spesifik retikular di batang otak pusat rasa akan
menyebabkan pergerakan pengunyahan secara ritmik, juga stimulasi area
di hipotalamus, amyglada dan di korteks cerebral dekat dengan area
dengan area sensori untuk pengecapan dan penciuman dapat menyebabkan
pengunyahan.

Kebanyakan proses mengunyah dikarenakan oleh refleks mengunyah, yang


dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Kehadiran bolus dari makanan di mulut pertama kali menginsiasi refleks
penghambat dari otot mastikasi yang membuat rahang bawah turun.
2) Penurunan rahang ini selanjutnya menginisiasi reflaks melonggarkan otot
rahang memimpin untuk mengembalikan kontraksi.
3) Secara otomatis mengangkat rahang untuk menutup gigi, tetapi juga
menekan bolus lagi, melawan lining mulut, yang menghambat otot rahang
sekali lagi, membuat rahang turun dan mengganjal (rebound) di lain waktu.
Hal ini berulang terus menerus.

18
4) Pengunyahan merupakan hal yang penting untuk mencerna semua makanan,
khususnya untuk kebanyakan buah dan sayuran berserat karena mereka
memiliki membrane selulosa yang tidak tercerna di sekeliling porsi nutrisi
mereka yang harus dihancurkan sebelum makanan dapat dicerna.

Pengunyahan juga membantu proses pencernaan makanan dengan alasan


sebagai berikut:
- enzim pencernaan bekerja hanya di permukaan partikel makanan, sehingga
tingkat pencernaan bergantung pada area permukaan keseluruhan yang
dibongkar oleh sekresi pencernaan.
- Penghalusan makanan dalam konsistensi yang baik mencegah penolakan
dari gastrointestinal tract dan meningkatkan kemudahan untuk
mengosongkan makanan dari lambung ke usus kecil, kemudian berturut-
turut ke dalam semua segmen usus.
 Proses Pergerakan3,4
Selama pengunyahan rahang akan bergerak berirama, membuka dan
menutup. Pola pergerakan rahang pada beberapa hewan berbeda
tergantung jenisnya. Pengulangan pergerakan pengunyahan berisikan
jumlah kunyahan dan penelanan. Selama mastikasi karakteristik
pengunyahan seseorang sangat bergantung pada tingkatan penghancuran
makanan. Ada tiga gerakan dapat terjadi pada saat mastikasi sedang
berlangsung yaitu :
1) Gerakan menutup ke atas ( closing stroke) yang menyebabkan gigi
geligi berkontak dengan makanan
2) Gerakan menekan (power stroke) pada tahap ini gigi tetap berkontak
dengan makanan tetapi dalam keadaan yang lambat.
3) Gerakan membuka (opening stroke), pada saat rahang bawah
bergerak lambat, “slow fase” dan sediki demi sedikit membuka.
Selama fase lambt ini tulang hyoid bergerak naik dan maju. Dan
ketika lang hyoid maju lebih ke depan rahang maka rahang terbuka

19
lebih cepat atau disebut “ fast open phase”. Tiap fase ini memerlukan
waktu 0,8 – 0,9 detik untuk menyeleaikan beban mastikasi.

Adapun urutan kunyah dapat dibagi menjadi tiga periode. Pada tahap
awal, makanan ditransportasikan ke bagian posterior gigi dimana ini merupakan
penghancuran dalam periode reduksi. Selanjutnya bolus akan dibentuk selama
final periode yaitu sebelum penelanan. Pergerakan rahang pada ketiga periode ini
dapat berbeda tergantung pada bentuk makanan dan spesiesnya. Selama periode
reduksi terdapat fase opening, fast-opening dan slow-opening. Pada periode
sebelum penelanan terdapat tiga fase selama rahang membuka dan dua fase
selama rahang menutup.

Selama penelanan lidah memainkan peran yang penting di dalam


mengontrol pergerakan makanan dan pembentukan menjadi bolus. Untuk
makanan yang dihancurkan, diposisikan oleh lidah pada konjugasi dengan otot
buccinators pada pipi diantara oklusal permukaan gigi. Makanan yang padat dan
cair ditransportasikan di dalam rongga mulut oleh lidah.

Selama fase slow-opening pada pengunyahan, lidah bergerak ke depan


dan memperluas permukaan makanan. Tulang hyoid dan badan lidah kembali
tertarik selama fase fast-opening dan fase-closing, membuat gelombang yang
dapat memindahkan makanan ke bagian posterior pada rongga mulut. Ketika
makanan sudah mencapai bagian posterior rongga mulut, akan berpindah ke
belakang di bawah soft palate oleh aksi menekan dari lidah. Lidah amat penting
dalam pengumpulan dan penyortiran makanan yang bias ditelan, sementara
mengembalikan lagi makanan yang masih dalam potongan besar ke bagian
oklusal untuk pereduksian lebih lanjut. Sedikit yang mengetahui mengenai
mekanisme mendasar mengenai pengontrolan lidah selama terjadinya aktivitas
ini.

20
b) Aktivitas Otot
Kontraksi otot yang mengontrol rahang selama proses mastikasi terdiri
dari aktivitas pola asynchronous dengan variabilitas yang luas pada waktu
permulaan, waktu puncak, tingkat dimana mencapai puncak, dan tingkat
penurunan aktivitas. Pola aktivitas ditentukan oleh factor-faktor seperti
spesies, tipe makanan, tingkat penghancuran makanan, dan faktor
individu. Otot penutupan biasanya tidak aktif selama rahang terbuka,
ketika otot pembuka rahang sangat aktif. Aktivitas pada penutupan rahang
dimulai pada awal rahang menutup. Aktivitas dari otot penutup rahang
meningkat secara lambat seiring dengan bertemunya makanan di antara
gigi. Otot penutupan pada sebelah sisi dimana makanan akan
dihancurkan, lebih aktif daripada otot penutupan rahang kontralateral.
c) Struktur Batang Otak dalam Kontrol Mastikasi
Kegiatan pengunyahan tidak hanya kegiatan pusat pengunyahan yang
terletak di formasio retikularis batang otak. Pusat pengunyahan dapat
dipengaruhi oleh aferen dari perifer bagian lain, termasuk wajah dan
mulut, dan dipengaruhi juga oleh bagian otak lain, misalnya emosi, stress,
dan kehendak. Pengunyahan dapat terjadi tanpa rangsang dari perifer,
sekali dimulai dapat terus berlangsung tanpa dipengaruhi kemauan.
Tetapi kemauan berperan dalam memulai atau menghentikan
pengunyahan, yang pengaturannya terletak dalam korteks serebri.

Mekainsme penghantaran impuls berserta jalur persarafan yang secara


umum terjadi dimana stimulus yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke
SSP, namun stimulus yang berasal dari wajah dan struktur di dalam rongga mulut
tidak dihantarkan ke korda spinalis melalui jalur-jalur spinal. Sebagai gantinya,
implus akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem trigeminal. Badan sel saraf
aferen trigeminal terletak di ganglion gasserian. Impuls yang dibawa oleh saraf
aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus sensorik
trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerah trigeminal spinal

21
tract nucleus. Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda
spinalis. 6,7

Kompleks nekleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory nucleus


(neukleus sensori utama), yang menerima masukan dari neuron aferen yang
mempersarafi jaringan pulpa serta periodontal dan trigeminal spinal tract
nucleus. Spinal tract nucleus dibagi menjadi 3 bagian yaitu subnukleus oralis,
subnukleus interpolaris dan subnukleus kaudalis. Subnukleus kaudalis
merupakan daerah di batang otak yang menerima dan mengintegrasikan masukan
nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal. 6,7

Pergerakan-pergerakan yang terlibat dalam mastikasi membutuhkan gabungan


aktivitas beberapa otot, yaitu trigeminal, hypoglossal, fasial, dan nuclei motorik
lain yang memungkinkan dari batang otak. Struktur batang otak lain seperti
formasi reticular juga terlibat.

 Kontrol Mastikasi

Nuclei sensori dan motorik yang terdapat pada brain stem memiliki
peranan yang yang sangat penting dalam proses pengontrolan mastikasi. Pola
dasar oscillatory pergerakan mastikasi berawal dari generator neural yang
terdapat di brain stem. Input sensori afferent yang terjadi pada nuclei ini juga
merupakan faktor yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan proses
mastikasi. Dan faktor yang berpengaruh besar lagi adalah pusat otak akan
mempengaruhi system koordinasi brain stem mastikatori. Setelah sekian banyak
penelitian dilakukan, tiga hal inilah yang merupakan faktor utama yang
berpengaruh besar terhadap pengontrolan proses mastikasi.

 Aktivitas brain stem selama mastikasi

Gerakan dasar mastikasi dapat terjadi tanpa adanya input sensori dalam
kavitas oral, fakta menunjukkan bahwa gerakan mandibula ke atas dan bawah
berasal dari dalam brain stem. Hasil percobaan juga membuktikan bahwa faktor-

22
faktor pemicu gerakan mastikasi adalah adanya hubungan dari sirkuit neural
yang membentuk jaringan neural oscillatory yang mampu merangsang terjadinya
pola gerakan mastikasi. Neural oscillator ini disebut sebagai generator pola
mastikasi atau pusat mastikasi. Selain mastikasi, brain stem juga bertanggung
jawab dalam proses respiratori dan proses penelanan. Selain adanya neural
generator, mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang diinisiasi
oleh stimulasi dari strukur orofacial.

Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam,


termasuk juga gerak lidah, facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak
refleks orofacial ini terdapat sekurang-kurangnya satu motor nucleus dan
beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila dibandingkan dengan
refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses penelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks
pada jaw-closing dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung
dagu. Saat mengetuk ujung dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing
tertarik dan menhasilkan input sensori yang akan menginisiasi gerak refleks.
Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik) electromyography (EMG)
menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan temporalis.
EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan
menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini
sama dengan gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja
(refleks monosynaptic). Input refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah
stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll dapat menimbulkan refleks jaw-closing
dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan percobaan anestesi yang
diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi tidak
menghentikan refleks.

Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament


periodontal dan mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi

23
otot jaw-opening dan inhibisi pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk
refleks monosynaptic dan sekurang-kurangnya satu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang


menyokong otot jaw-closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses
terjadinya gerak mastikasi, pada intinya ritme mastikasi dihasilkan dari generator
pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu dengan input peripheral yang
pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi yang sesuai
dengan input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti


menggunakan aktivitas itrasel dari motoneuron yang mengontrol otot masseter
(jaw-closing) dan digastrics (jaw-opening). Motoneuron masseter depolarisasi
saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi) saat fase opening. Motoneuron
digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak hiperpolarisasi saat closing.

Mekanisme dalam pengunyahan secara normal dan yang mengalami


kelainan sendi temporomandibula pada pasien yang mengunyah satu sisi
berbeda. Terlihat perbedaan aktivitas otot-otot pengunyahan pada yang normal
dan yang abnormal. Pada dasarnya dapat dilihat dari 3 fase,yaitu fase membuka
saat gigi meninggalkan kontak dengan lawannya dan mandibula turun, kedua
fase menutup, saat mandibula bergerak kembali ke atas sampai terjadinya kontak
pertama antara gigi – geligi bawah dan gigi – geligi atas, dan fase ketiga fase
oklusi ,yaitu saat mandibula kembali ke posisi interkupasi maksimal dengan
dipandu oleh bergesernya kontak gigi- geligi bawah dan gigi – geligi atas.

Pada keadaan normal pergerakan sendi yaitu gerakan rotasi terjadi pada
kondilus dengan permukaan bawah discus disebut struktur kondilus disckomplek
(sendi bawah). Gerakan menggelincir terjadi pada sendi bagian atas antara
kondilus disckomplek dengan fosa glenoidalis.

24
Pada kasus mengunyah dengan satu sisi pada fase membuka mulut terjadi
rotasi dimana discus bergerak sedikit ke posterior, kondilus ke anterior
m.pterygoideuslateral inferior dan m.pterygoideuslateral superior berkontraksi.
Dan terjadi translasi dimana discus beserta kondilus bergerak ke anterior
mengikuti guiding line sampai eminentia artikular. Semua ototnya dalam
keadaan kontraksi. Pada fase menutup mulut discus artikularis bergerak ke
anterior dan kondilus ke posterior untuk mempertahankan kedudukan kondilus
agar tetap berada pada zona intermediet, maka m.pterygoideus lateral superior
kontraksi dan m.pterygoideus lateral inferior relaksasi.

3.4 Frekuensi Pengunyahan dan Cara Pengunyahan yang Baik


Mengunyah merupakan suatu proses dan kebiasaan yang tak pernah
terlewatkan ketika makan yaitu proses penghancuran partikel makanan dengan
bantuan kelenjar Saliva, gigi, otot, TMJ, Saraf, dan Tulang Rahang melalu proses
pemotongan, perobekan, pengunyahan, untuk mengubah menjadi bolus agar
mudah ditelan.
Berikut cara mengunyah yang baik dan benar :

 Hindari mengunyah makanan hanya menggunakan satu sisi gigi saja,


melainkan gunakan secara bergantian. Cara ini bisa membantu mencegah
dislokasi (pergeseran) sendi rahang yang kerap membuat penderitanya
merasa nyeri, berbunyi di sekitar rahang, atau bahkan kesulitan membuka
dan menutup mulut.
 Kunyah hingga makanan benar-benar halus, baru kemudian telan untuk
membantu meringankan kerja saluran pencernaan bagian dalam
 Hindari makan sambil berbicara, menangis, atau tertawa terbahak-bahak
untuk meminimalisasi risiko tersedak
 Jangan sampai sendok atau garpu Anda dibanjiri makanan. Ambil makanan
secukupnya saja, dan pastikan makanan tidak sampai berjatuhan.

25
 Kunyahlah makanan secara perlahan, hitung hingga 32 kali dalam setiap
gigitan. Anda mungkin perlu mengunyah dalam jumlah lebih besar
tergantung pada jenis makanan.

Mengunyah yang lama hingga makanan lembut adalah baik untuk


pencernaan. Selama ini orang banyak yang terpaku pada anggapan mengunyah
makanan yang baik selama 32 kali. Tapi sebenarnya tak perlu mengunyah
hingga 32 kali. Bayangkan seperti apa jadinya makanan yang dikunyah 32 kali?
Bentuknya seperti bubur karena terlalu halus, sudah tidak ada rasa alias hambar
dan malah membuat orang enek (ingin muntah).

Seperti dikutip dari Timesonline.co.uk, Kamis (9/12/2010) seseorang tak


perlu mengunyah hingga 32 kali tapi cukup sebanyak 10-12 kali setiap kali
suap. Memang jumlah ini bervariasi pada setiap orang, tergantung dari ukuran
makanan, jenis kelamin, usia dan faktor lainnya yang mempengaruhi produksi
air liur. Tapi mengunyah sebanyak 12 kali cukup bisa ditoleransi oleh sistem
pencernaan

3.5 Refleks pengunyahan


Gerakan menutup dan membuka mandibula berasl dari dalam brainstem dan
aktivitas gerak reflek otot yang diiinisiasi oleh stimulur struktur orofacial. Faktor
pemicu gerakan mastikasi adalah hubungan dari sirkuit neural yang membentuk
jaringan neural oscillatory yang mampu merangsang terjadinya pola gerakan
mastikasi. Neural oscillatory disebut sebagai pola mastikasi atau pusat mastikasi.
Persyarafan yang mengatur pergerakan rahang adalah N. Trigeminus (V),
merupakan N. Cranialis terbesar dan hubungan perifernya mirip dengan N.
Spinalis, yaitu keluar berupa radiks motorial dan sensorial yang terpisah dan radix
sensorial mempunyai ganglion yang besar. Serabut sensoriknya berhubungan
dengan ujung saraf yang berfungsi sebagai sensasi umum pada wajah, bagian
depan kepala, mata, cavum nasi, sinus paranasal, sebagian telinga luar dan
membrane tymphani, membran mukosa cavum oris termasuk bagian anterior

26
lingua, gigi geligi dan struktur pendukungnya serta dura meter dari fosa cranii
anterior.

Saraf ini juga mengandung serabut sensorik yang berasal dari ujung
propioseptik pada otot rahang dan kapsula serta bagian posterior discus
articulation temporomandibularis. Radiks motoria mempersarafi otot
pengunyahan, otot palatum molle ( M. tensor veli palatine ), otot telinga tengah

Adapun reflek pengunyahan terdiri dari :

 Reflek miatotik/regang (strech reflex)


 Jaw opening reflek
Diiinisisasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptorpada mukosa.stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-
opening
 Jaw unloading reflek
 Horizontal jaw reflek

(Gambar 8)

27
3.6 Reseptor yang mendeketeksi berbagai jenis bahan makanan yang masuk ke
rongga mulut dan kesiapan bolus untuk di telan

Reseptor sensoris rongga mulut berupa sel khusus yang memberi informasi
tentang kondisi di dalam dan di luar rongga mulut kepada susunan saraf pusat.
Reseptor ini dapat menangkap rasa suhu, nyeri, sentuhan, tekanan, getaran, taktil
dan propriosepsi. Beberapa informasi dikirim hingga kortek sensoris primer.
Rangsangan sensoris dapat dijalarkan setelah terjadi potensial aksi.

Sensasi adalah proses manusia dalam menerima informasi sensoris (energy


fisik dari lingkungan) melalui pengindraan, yang diterjemahkan menjadi sinyal
neural yang bermakna. Sensasi pada dasarnya merupakan tahap awal penerimaan
informasi dari lingkungan luar. Sensasi sebagai proses atau pengalaman
elementer timbul apabila satu jenis rangsangan merangsang satu reseptor.

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu


merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (proses
sensoris). Proses berikutnya merupakan proses persepsi. Persepsi adalah proses
pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dari lingkungan. Persepsi
mencakup penafsiran objek, penerimaan stimulus (input), pengorganisasiam
stimulus, dan penafsiran terhadap stimulus yang telah di organisasikan dengan
cara mempengaruhi perilaku dan pembentukan sikap

 Mechanoreseptor untuk mendeteksi bentuk, ukuran dan tekstur makanan

(Gambar 9)

28
3.7 Pengaruh Jenis Makanan (Tekstur dan Bentuk) terhadap Pengunyahan
Pengaruh jenis makanan sepanjang kehidupan akan menentukan status
pertumbuhan dan perkembangan gigi dan tulang, terutama makanan dengan
tinggi protein dan kalsium. Makanan dengan kualitas dan konsentrasi protein dan
kalsium yang tinggi mempunyai hubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan tulang dan gigi. Hal ini disebabkan protein merupakan makanan
yang mengandung banyak asam amino sebagai unsur pembangun struktur
jaringan tubuh, sedangkan kalsium merupakan mineral penting yang berperan
dalam seluruh proses metabolisme tulang dan gigi. Kualitas dan konsentrasi
protein yang tinggi dalam makanan merupakan faktor penting dan perkembangan
jaringan keras tubuh, terutama tulang rahang dan dan gigi. Kebutuhan nutrisi
bergizi tinggi masyarakat, terutama ibu hamil dan balita mempunyai korelasi
yang kuat dengan pertumbuhan dan perkembangan tulang.
a) Bentuk makanan

Dari bentuk makanan tersebut kita dapat mengidentifikasi benda yang


masuk kedalam tubuh. Apakah benda tersebut dapat dicerna oleh tubuh, atau
bahan yang masuk kedalam tubuh kita adalah bahan asing yang tidak dapat
dicerna oleh tubuh. Sehingga ketika ada benda asing yang tidak seharusnya
dimakan dapat terdeteksi di rongga mulut kita karena di dalam rongga mulut
banyak sekali reseptor-reseptor yang dapat merasakan bentuk makanan saat
mengunyah. Selain itu, jika makanan yang dimakan bentuknya besar maka
sistem pengunyahan akan bekerja lebih keras daripada saat memakan
makanan yang bentuknya kecil.

b) Tekstur makanan

Tekstur adalah salah satu sifat bahan atau produk yang dapat dirasakan
melalui sentuhan kulit ataupun pencicipan. Setiap jenis makanan memiliki
tekstur yang berbeda-beda tergantung dari komposisi bahan pangan, proses
pengolahan, atau tingkat kematangan.

29
Beberapa jenis makanan yang baik untuk pertumbuhan rahang :

 Serat
 Vitamin
 Flouride

Makanan berserat banyak terdapat pada sayur dan buah yang berperan
menstilmusi kelenjar saliva sehingga memberikan efek self-cleaning (dapat
membersihkan sisa-sisa makanan yang terdapat dalam rongga mulut).
Sementara kalsium dan flouride mampu memperkuat tulang dan rahang.
Flouride dapat ditemukan pada jenis mnuman dan makanan seperti teh dan
ikan teri

1) Tekstur makanan pada bayi

 Usia 0-6 bulan


Pada masa ini, ASI merupakan asupan nutrisi utama bayi.
 Usia 6-8 bulan
Makanan bayi yang paling awal diperkenalkan adalah bubur
sereal bayi yang dicampur ASI atau susu formula. Bayi yang baru
pertama kali mendapatkan menu MPASI sebaiknya diberi makanan
yang lembut agar mudah di kunyah dan sederhana artinya,
kandungan nutrisinya harus mudah dicerna.
 Usia 8-10 bulan
Bisa mulai memberikan makanan yang sedikit lebih kasar dan
juga kandungan nutrisinya lebih kompleks. Dengan tujuan agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi serta membantu perkembangan oral
motorik anak.
 Usia 10-12 bulan
Cukup menghaluskan makanan bayi, tidak perlu lagi
membuatnya menjadi bubur. Bisa dipotong kecil-kecil agar tidak

30
membuat bayi tersedak. Jangan ragu menambahkan camilan
berupa finger food berbentuk buah atau sayuran yang dikukus.

(Gambar 10)

2) Tekstur makanan pada lansia


 Sebaiknya olah makanan dengan cara dikukus atau direbus
 Mengurangi makanan yang digoreng.
 Sesuaikan tekstur makanan dengan kemampuan. Jika sulit menelan,
sebaiknya sajikan makanan dalam bentuk lunak.

3.8 Pengaturan Kerja Sistem Pengunyahan


a) Pengaturan Syaraf Otot Mastikasi
Kegiatan pengunyahan tidak hanya kegiatan pusat pengunyahan yang
terletak di formasio retikularis batang otak. Pusat pengunyahan dapat
dipengaruhi oleh aferen dari perifer bagian lain, termasuk wajah dan mulut,
dan dipengaruhi juga oleh bagian otak lain, misalnya emosi, stress, dan
kehendak. Pengunyahan dapat terjadi tanpa rangsang dari perifer, sekali
dimulai dapat terus berlangsung tanpa dipengaruhi kemauan. Tetapi kemauan
berperan dalam memulai atau menghentikan pengunyahan, yang
pengaturannya terletak dalam korteks serebri.

31
(Formasio Retikularis)
(Gambar 11)

(Korteks Serebri)
(Gambar 12)

Mekainsme penghantaran impuls berserta jalur persarafan yang secara


umum terjadi dimana stimulus yang diterima oleh tubuh akan dihantarkan ke
SSP, namun stimulus yang berasal dari wajah dan struktur di dalam rongga
mulut tidak dihantarkan ke korda spinalis melalui jalur-jalur spinal. Sebagai
gantinya, implus akan dibawa oleh saraf aferen dari sistem trigeminal. Badan
sel saraf aferen trigeminal terletak di ganglion gasserian. Impuls yang dibawa
oleh saraf aferen akan dihantarkan ke dalam batang otak (kompleks nukleus

32
sensorik trigeminal) untuk bersinapsis dengan antarneuron pada daerah
trigeminal spinal tract nucleus.
Daerah ini memiliki kesamaan dengan tanduk dorsal dari korda
spinalis. Kompleks nekleus sensorik trigeminal terdiri dari main sensory
nucleus (neukleus sensori utama), yang menerima masukan dari neuron aferen
yang mempersarafi jaringan pulpa serta periodontal dan trigeminal spinal tract
nucleus. Spinal tract nucleus dibagi menjadi 3 bagian yaitu subnukleus oralis,
subnukleus interpolaris dan subnukleus kaudalis. Subnukleus kaudalis
merupakan daerah di batang otak yang menerima dan mengintegrasikan
masukan nosiseptif (nyeri) yang dibawa oleh saraf aferen trigeminal.

b) Kontrol Mastikasi
Mastikasi merupakan proses yang dikendalikan oleh neuron motorik
dari nucleus motoric nervus trigeminus dan dari korteks serebri. Meskipun
mastikasi merupakan gerakan yang disadarisebagian juga melibatkan proses
otomatis sebagaimana bernafas dan berjalan. Generator gerakan mastikasi
secara pasti belum diketahui namun diperkirakan berada pada pons dekat
dengan nucleus motoric nervus trigeminus. Peran dari generator tersebut
adalah mengirimkan sinyal ke berbagai neuron motoric yang terlibat dalam
muskulus mastikasi. Generator sentral menentukan aksi dari muskulus dalam
hal durasi dan ritme kontraksi dan relaksasi. Kekuatan dan durasi fase
pergerakan juga dapat dimodulasi oleh input dari mulut seperti kekerasan
makanan, ukuran bolus. Ritme mastikasi dapat dimodulasi oleh kontrol
kesadaran.

c) Kontrol Neurologis
Pergerakan rahang atau jaw movement merupakan gerakan yang
sangat unik dan kompleks dibandingkan pergerakan-pergerakan lain pada
tubuh. Mandibula merupakan organ yang berbeda dengan bagian tulang lain
pada tubuh. Karena mandibula memiliki bentuk sedemikian rupa sehingga

33
terletak menggantung dengan perantaraan dua sendi yang berbentuk dan
terletak hampir simetris di sisi kanan dan kiri dan memiliki kesamaan bentuk.
Setiap otot pengunyahan memiliki fungsi kontrol pada pergerakan mandibula
dan memiliki pasangan otot yang sama di sisi lainnya. Untuk memperoleh
pergerakan mendibula yang tepat, maka diperlukan adanya masukan perintah
melalui reseptor sensorik yang selanjutnya akan diterima oleh sistem saraf
sentral. Selanjutnya otak akan mengasimilasi dan melakukan koordinasi
terhadap adanya masukan dan selanjutnya memberikan suatu respon aktivitas
motorik melalui serabut saraf afferent.
Aktivitas motorik yang terlibat dalam kontraksi pada suatu kelompok
otot akan dihambat oleh kelompok otot lainnya sebagai penyeimbang.
Mengunyah merupakan proses bawah sadar, yang saat ini dapat diwujudkan
dalam bentuk sadar. Untuk menciptakan suatu pergerakan mandibula dengan
gerakan yang presisi, diperlukan suatu masukan pada reseptor sensoris yang
selanjutnya diteruskan menuju sistem saraf pusat (SSP), kemudian
ditransmisikan melalui serabut saraf afferent. Koordinasi ritmis proses
mastikasi menyebabkan terjadinya aktivasi dua reflek sederhana dari
brainstem. Hasil reflek tersebut adalah reflek membuka mulut, yang
teraktivasi karena tekanan atau adanya stimuli taktil pada daerah yang luas di
daerah mulut dan bibir. Sedangkan reflek menutup mulut akan diikuti dengan
proses peregangan otot elevator yang berlangsung pada saat mulut membuka.
Masuknya makanan ke dalam rongga mulut dianggap sebagai bagian
fase awal suatu siklus dalam sistem mastikasi yang menyebabkan mulut
terbuka, sebagai konsekuensi meregangnya otot-otot elevator terjadi
pengatupan rahang pada saat mengunyah bolus makanan, dan adanya
stimulasi pada reseptor saraf pada jaringan periodonsium dan jaringan lunak
rongga mulut (Lund, 1991). Pengaturan sistem mastikasi sangat tergantung
pada umpan balik sistem sensorik, yang terdiri atas mechanoreseptor epithel
afferent, periodontal afferent, temporomandibular joint afferent dan otot-otot
afferent.

34
Umpan balik sensoris dapat dijelaskan dengan terjadinya koordinasi
pada lidah, bibir, dan rahang pada saat bolus makanan berada di rongga mulut,
dapat dijelaskan mengapa jenis makanan akan berpengaruh pada pola
pergerakan mastikasi, dengan adanya perbedaan pada satu siklus mastikasi
dan siklus mastikasi lainnya. Cortex merupakan penentu utama
berlangsungnya setiap aktivitas, dan brainstem sebagai pusat pengatur
homeostasis dan mengatur seluruh fungsi tubuh di bawah sadar. Di antara
brainstem terdapat pusat neuron yang merupakan generator pembentuk pola
yang disebut dengan Central Pattern Generator (CPG) yangmengatur secara
ritmik semua pergerakan otot. Neuron dapat diaktivasi oleh adanya input yang
adekuat di sistem pusat atau rongga mulut dan bertanggung jawab untuk
memenuhi ketepatan waktu suatu aktivitas sinergi dan anatogonistik otot
sehingga menghasilkan suatu pergerakan

3.9 Macam-macam Gangguan Pengunyahan


Berikut macam-macam bentuk gangguan pengunyahan :
a) Inflamasi
Inflamasi atau peradangan merupakan mekanisme tubuh dalam
melindungi diri dari infeksi mikroorganisme asing, seperti virus, bakteri, dan
jamur. Pada saat mekanisme alami ini berlangsung, sel-sel darah putih dan zat
yang dihasilkannya sedang melakukan perlawanan dalam rangka membentuk
perlindungan.
Inflamasi bukan hanya terjadi akibat kehadiran benda asing yang
menyerbu sistem kekebalan tubuh kita. Cedera fisik dan bahan iritan juga
dapat memunculkan respons inflamasi tubuh. Terkadang, inflamasi atau
peradangan terjadi justru ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
berfungsi memberikan perlindungan malah menyerang tubuh sendiri.
b) Osteoarthritis atau rheumatoid arthritis
Osteoarthritis adalah suatu kondisi yang menyebabkan sendi-sendi
terasa sakit, kaku, dan bengkak. Osteoarthritis merupakan salah satu jenis

35
arthritis yang paling umum terjadi. Sendi yang paling sering mengalami
kondisi ini meliputi tangan, lutut, pinggul, dan tulang punggung. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa sendi-sendi yang lain juga bisa terserang.
c) Cacat kongenital dan perkembangan
Kelainan kongenital atau cacat kongenital merupakan kelainan
(abnormalitas) yang terjadi pada janin selama masa perkembangan janin
sebelum kelahiran. Kelainan tersebut dapat berupa kelainan struktur atau
fungsi anggota badan janin.
Umumnya, kelainan kongenital dapat dideteksi sebelum atau sesudah
kelahiran bayi. Beberapa jenis kelainan kongenital baru dapat terdeteksi pasca
kelahiran seiring dengan tumbuh kembang anak. Contoh kelainan kongenital
yang baru bisa terdeteksi selama tumbuh kembang anak adalah gangguan
pendengaran. Beberapa contoh kelainan kongenital yang umum terjadi adalah
kelainan jantung kongenital, sindrom Down, dan kelainan organ saraf
kongenital.
d) Ankyloglossia
adalah kelainan kongenital di mana lidah tidak leluasa bergerak karena
frenulum lidah yang terlalu pendek. Frenulum lidah adalah jaringan tipis di
bawah lidah bagian tengah yang menghubungkan lidah dengan dasar mulut.
Kondisi ini terjadi pada 4-11% bayi yang baru lahir, dan lebih umum
menimpa bayi laki-laki dibanding bayi perempuan.

(Gambar 13)

36
e) Tumor (osteoma)
Osteoma adalah suatu tumor jinak pada tulang. Osteoma dapat
mengenai tulang mana pun, tetapi biasanya mengenai tulang panjang. Tulang
yang terkena menonjol dan terasa nyeri. Penyakit ini diatasi dengan tindakan
operasi pembuangan tumor.
Penyebab osteoma tidak jelas, tetapi teori yang umum diterima
berhubungan dengan embriologi, trauma, atau infeksi. Osteoma juga
ditemukan pada Sindrom Gardner. Osteomata Kraniofasial yang lebih besar
menyebabkan nyeri pada wajah, sakit kepala, dan infeksi. Osteoma
Kraniofasial sering terlihat melalui gejala yang nyata seperti proptosis.

(Gambar 14)

f) Disfungsi otot-otot pengunyahan


Merupakan tidak berfungsinya otot-otot pengunyahan sebagaimana
semestinya karena adanya kelainan atau gangguan
g) Penyakit degenerasi
Penyakit degeneratif mengacu pada kondisi kesehatan seseorang yang
terjadi akibat memburuknya suatu jaringan atau organ seiring waktu. Penyakit
ini dapat memengaruhi sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang),
tulang dan sendi, serta pembuluh darah atau jantung. Beberapa penyakit
degeneratif dapat disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Sedangkan
beberapa jenis penyakit degeneratif lainnya tidak dapat disembuhkan meski
sudah diobati dengan berbagai cara.

37
h) Clicking
Adalah suara yang berasal dari sendi terdiri dari suara tunggal dan
berdurasi singkat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan
kehilangan gigi posterior bilateral free end terhadap timbulnya clicking pada
sendi temporomandibular lansia.
i) Gigi tanggal atau gigi copot

(Gambar 15)

j) Bruksisme
Bruxism adalah kondisi dimana seseorang seringkali menggemeretakkan,
menekan, atau menggesekkan giginya ke atas dan ke bawah maupun ke kanan
dan ke kiri secara tidak sadar. Bruxism tahap awal tidak membutuhkan
pengobatan khusus, namun jika bruxism sudah menjadi kebiasaan, hal itu bisa
menimbulkan dampak yang lebih besar, seperti kerusakan gigi, sakit kepala,
gangguan pada rahang, dan masalah lainnya.

(Gambar 16)

38
3.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pengunyahan
a) Kehilangan Gigi
Gigi merupakan organ manusia yang terpenting. Fungsi utama gigi
adalah untuk mengunyah beraneka ragam makanan yang tekstur dan nilai
gizinya berbeda-beda. Dengan terjadinya kehilangan gigi maka menurunlah
efisiensi pengunyahan.
Kehilangan gigi merupakan penyebab terbanyak menurunnya
fungsi mastikasi, karena berhubungan erat dengan masalah karies dan
penyakit-penyakit periodontal. Kehilangan gigi tidak selalu memuaskan
dengan adanya kompensasi penggantian gigi palsu karena sering
menimbulkan perasaan yang kurang nyaman dari pemakai, sehingga fungsi
gigi belum dapat sepenuhnya digantikan oleh gigi tiruan ditinjau dari segi
efektifitas dan efisiensinya.
b) Penyakit dalam Rongga mulut
Berbagai macam unsur fisik terlibat dalam proses makan khususnya
unsur-unsur dalam rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, dan
tenggorokan; sistem saraf dan otak; sistem hormonal/endokrin, dan enzim
yang berkaitan dengan penerimaan makanan dan proses metabolisme
tubuh. Oleh karena itu, jika terdapat kelainan atau penyakit pada unsur-
unsur organik tersebut, pada umumnya akan disertai dengan terdapatnya
gangguan/kesulitan mengunyah.
Adapun kelainan/penyakit pada gigi geligi dan unsur-unsur lain
dalam rongga mulut, yaitu :
 Kelainan bawaan
Labioschizis (bibir sumbing), frenulum lidah pendek,
makroglosia, dll
 Penyakit infeksi
Stomatitis, gingivitis, tonsilitas, dll.
 Kelainan/Penyakit Neuromuskuler
Paresis/paralisis lidah dan otot-otot sekitar pharynx dan larynx.

39
c) Faktor Psikologis
Selain karena faktor fisik, efektivitas pengunyahan juga bisa
disebabkan karena proses perkembangan selera dan kemampuan makan yang
berkembang sejalan dengan perkembangan organ-organ fisik termasuk sistem
pencernaan. Disinilah sering timbul masalah sulit makan yang kerap kali
dibarengi dengan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis dapat timbul karena kompleksitas masalah
kehidupan yang dihadapi dan kerap kali terus dipikirkan sehingga
mempengaruhi selera makan dan kegiatan mengunyah pada saat makan. Pada
umumnya seseorang dengan gangguan psikologis, makanan yang mereka
telan kurang sempurna pengunyahannya, sehingga sistem pencernaanlah yang
akan memperbaiki pengunyahan makanan yang tidak lengkap dalam mulut.

40
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sistem mastikasi merupakan unit fungsional dalam pengunyahan yang terdiri
dari komponen utama dan komponen pendukung. Komponen utama terdiri dari
gigi-geligi, sendi temporomandibula (STM), otao-otot pengunyahan, peredaran
darah dan sistem syaraf. Sedangkan, komponen pendukung dari sistem mastikasi
terdiri dari jaringan periodontal, palatum, mukosa, bibir, kelenjar saliva, laring
dan faring.
Pengunyahan merupakan tahap awal dari pencernaan, dimana makanan akan
dihancurkan menjadi partikel-partikel kecil berbentuk bolus sehingga
memudahkan penelanan. Dalam proses pengunyahan melibatkan reflek
pengunyahan sehingga rongga mulut kita bergerak ke atas, ke bawah, dan ke
samping untuk menghancurkan makanan. Selain reflek, juga terdapat reseptor-
reseptor yang mampu mengenali jenis bahan makan, konsistensi, dan ukuran
makanan
Frekuensi mengunyah makanan yang baik hingga menjadi bolus dan siap
ditelan adalah sebanyak 32 kali. Tetapi, makanan yang dikunyah sebanyak 10-12
kali setiap kali suap cukup bisa ditorerir oleh sistem pencernaan. Dari semua
proses pengunyahan yang kita lakukan setiap hari membutuhkan organ
pengunyahan yang baik, maka dari itu kita harus menjaga dan merawat organ
pengunyahan yang ada dalam mulut kita dengan baik pula sehingga tidak mudah
terjadi gangguan atau kerusakan.

41
DAFTAR PUSTAKA

Junqueira LC, CarneiroJ. Histologi dasar: teks & atlas, edisi 10. EGC. 2010. Hal.278-
88.2.

Hammersen. Sobotta: Histologi atlas bewarna anatomi mikroskopik, edisi 4. EGC.


2008. Hal.145-6.

42

Anda mungkin juga menyukai