Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 21 Perawatan Tumbuh Kembang dan Estetik


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Tutorial
SKENARIO 1 EKSTRAKSI SERI

Oleh
Kelompok Tutorial IX :
Alfan Maulana Erdiansyah (NIM : 161610101081)
Nancy Amelia R (NIM: 161610101082)
Radin Ahmad H. M. (NIM : 161610101083)
Dara Kartika H (NIM : 161610101084)
Nailah Rahmadani (NIM : 161610101085)
Savira Aulia Rachim (NIM : 161610101086)
Ni Luh Putu Diah Laksmi (NIM : 161610101087)
Suci Hidayatur (NIM : 161610101088)
Tri Oktaviani (NIM : 161610101089)
Adilia Putri Istadi (NIM : 161610101090)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang berjudul “ekstraksi
seri”. Laporan ini disusun untuk memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada
skenario terakhir.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Zainul Chloid, Sp.BM. selaku tutor yang telah membimbing jalannya
diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan
member masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
perbaikan – perbaikan di masa yang akan datang demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, 5 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .. ........................................................................................... 2


Daftar isi.. ...................................................................................................... 3
I. Pendahuluan
1.1 Skenario .................................................................................................. 4
II. Pembahasan
2.1 Step 1 ...................................................................................................... 5
2.2 Step 2 ...................................................................................................... 5
2.3 Step 3 ...................................................................................................... 5
2.4 Step 4 ...................................................................................................... 7
2.5 Step 5 ...................................................................................................... 8
2.6 Step 7 ...................................................................................................... 9
Daftar Pustaka ............................................................................................... 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang bapak datang ke RSGM Universitas Jember ingin memeriksakan gigi
anaknya yang berumur 9 tahun. Ibu mengeluhkan gigi depan atas anaknya yang
tidak rata.

Hasil pemeriksaan intra oral :

 memiliki gejala DDM dengan keempat insisiv permanen RA berdesakan dan


keempat insisiv permanen RB sesuai dengan inklinasi yang normal,
 gigi 12 dan 22 palatoversi
 tanggal prematur pada gigi 53 dan 63
 gigi 54, 55, 64, 65, 73. 74, 75. 83, 84, dan 85 dalam kondisi baik.
Hasil pemeriksaan RO :

 benih gigi 13, 14, 15, 23, 24, 25, 33, 34, 35, 43, 44, dan 45 lengkap dengan
pola erupsi normal.
Hasil analisa model :

 klasifikasi maloklusi klas 1 Angle


 relasi molar permanen neutroklusi
 diskrepansi/kekurangan tempat RA = 11 mm dan RB = 10 mm.
Diagnosis : klas I Angle dengan berdesakan anterior

Macam perawatan : ekstraksi seri

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 STEP 1 Clarifying Unfamiliar Terms
1. DDM : ketidak harmonisan antara volume rahang dan volum gigi
karena faktor herediter, contohnya : diastem dan crowded.
2. Ekstraksi seri : metode ortodonsia pada fase geligi campuran,
membutuhkan observasi yang teliti atau pencabutan yang terencana dengan
teknik radiografi

2.2. STEP 2 Problem Definition


1. Pertimbangan apa saja dalan menentukan rencana perawatan ekstrasi seri?
2. Apa ada kaitannya antara gigi 53 dan 63 yang tanggal prematur dengan gigi
12 dan 21 palatoversi?
3. Gigi apa yang dilakukan ekstraksi seri? Urutan bagaimana?
2.3. STEP 3 Brainstorming
1. Pertimbangan dilakukannya ekstraksi seri
o Diskrepansi RA : 11 mm, RB : 10 mm. Lebih dari 8 mm, atau 10 mm
lebih dilakukan pencabutan
o RO : pola erupsi normal.
o Pasien umur 9 tahun - fase gigi pergantian dan biasanya indikasi
terjadinya DDM
o Usia 11 th masuk dalam kategori terlambat untuk dilakukannya
perawatan orthodonti
o Klasifikasi maloklusi klas 1 Angle
o Inklinasi normal
o Kondisi gigi masih baik (mesial drifting dan malposisi gigi)
o Pertumbuhan rahang
o Free way space - min 1,7 mm
o Tidak ada diastema
o Rontgen foto diperlukan untuk melihat diskrepansi

5
o Tidak ada kelainan skeletal
o Kooperatif pasien dan orang tua
o Riwayat pasien : perlu tahu keturunan dari ayah atau ibu
o Riwayat penyakit : kelainan darah
2. Gigi 53 dan 63 mengalami tanggal prematur.
Benih gigi 12 dan 22 erupsi palatoversi yang diakibatkan tanggal
prematurnya gigi 52 dan 62 yang diakibatkan ikut teresorbsinya gigi 52 dan
62 saat gigi 11 dan 21 erupsi. Saat gigi 12 dan 22 erupsi gigi 53 dan 63 tidak
teresorbsi sehingga masih terdapat dalam lengkung rahang. Palato versi
juga bisa diakibatkan letak salah benih dari gigi penggantinya.

3. Urutan ekstraksi seri


 Rahang Atas
Gigi 54 dan 64 diekstraksi untuk tempat Premolar pertama erupsi.
Setelah gigi P1 erupsi, dilakukan ektraksi terhadap gigi P1 untuk
menyediakan tempat bagi caninus, sehingga bagian anterior yang
crowded dapat dikoreksi. Gigi 55 dan 65 diekstraksi untuk tempat
tumbuhnya gigi Premolar kedua.

 Rahang Bawah
- Gigi 74 dan 84 diektraksi untuk menyediakan tempat erupsinya
gigi caninus.
- Gigi 75 dan 85 diektraksi untuk menyediakan tempat bagi
premolar kedua.

6
2.4.STEP 4 Mapping

Maloklusi

Diskrepansi >8

Indikasi Kontraindikasi

Ekstraksi seri Ekstraksi seri

Prosedur Urutan

ekstraksi seri ekstraksi seri

7
2.5. STEP 5 LEARNING OBJECTIVES
1. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Definisi Dan
Jenis DDM
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Definisi Dan
Tujuan Pencabutan Seri
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Prosesur
Ekstraksi Seri
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Perawatan Gigi
Rotasi
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Evaluasi
Ekstraksi seri
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui, Memahami, Dan Menjelaskan Penyebab gigi
unerupted

8
6.5. STEP 7
1. DDM (Disharmoni Dento Maxilar)
Merupakan ketidak sesuaian antara volume rahang dan volume gigi. Untuk gigi
yang crowded (berdesakan) dapat disebabkan oleh 2 hal yaitu karena ukuran gigi
besar tetapi ukuran rahang normal atau karena ukuran gigi normal akan tetapi ukuran
rahang kecil. Sehingga dengan adanya kondisi tersebut dapat menyebabkan gigi
berdesakan khususnya untuk gigi anterior yang dapat terlihat melalui gejala klinis:
 keempat gigi insisiv berada pada lengkung rahang yang normal sementara
gigi kaninus extruded, atau
 gigi kaninus berada pada lengkung rahang yang normal sementara gigi
insisiv lateral tumbuh sesuai dengan benih giginya yakni di bagian palatal akibat
tidak mendapatkan tempat.
Indikasi dan Kontraindikasi Ekstraksi Seri
a. Indikasi:
Dengan melihat kedua gejala klinis tersebut maka pasien dapat
diindikasikan untuk dilakukan ekstraksi seri.
- Pada fase geligi pergantian
- Tidak ada kelainan skeletal
- Overbite normal
- Terjadi diskrepansi atau kekurangan tempat, yaitu lebih besar atau sama
dengan 10 mm (crowded berat).
- Benih gigi telah menembus alveolar crest, namun gigi sulung belum tanggal
- Keinginan pasien maupun orang tua (kooperatif)
b. Kontraindikasi :
- Diastema, Agenisi
Ketika pasien yang memiliki diastema dan/atau agenisi dilakukan ekstraksi
seri, diastema dapat menjadi semakin parah.
- Maloklusi kelas I angle dengan crowded ringan
Crowded ringan bisa menjadi normal ketika pasien anak-anak masih
mengalami pertumbuhan rahang. Rahang yang bertambah lebar akan
memberikan ruang bagi gigi-gigi berdesakan tersebut.

9
- Deep overbite/openbite
- Maloklusi kelas II dan III angle
- Pasien kurang kooperatif
- Kelainan skeletal (osteomyelitis)
- Kelainan pembekuan darah
- Rotasi maupun malposisi gigi lain yang menyebabkan terkuncinya gigi geligi
yang lain
Gigi geligi yang berdesakan dan terkunci oleh gigi lain akan mempersulit
operator dalam melakukan ekstraksi.
- Profil wajah lurus atau cekung
Pasien dengan profil wajah yang lurus akan terlihat cekung setelah dilakukan
ekstraksi seri. Begitu juga dengan pasien dengan profil wajah cekung yang
akan semakin terlihat cekung.

2. Definisi dan Tujuan Pencabutan Seri


Serial ekstraksi adalah sebuah rencana untuk pencabutan satu atau lebih gigi
sulung secara dini yang berurutan, untuk meningkatkan kesejajaran benih gigi
permanen, dan pada akhirnya melakukan pencabutan gigi permanen untuk memelihara
rasio yang tepat antara ukuran gigi dan rahang yang tersedia. Serial ekstraksi dilakukan
dengan cara pencabutan dengan waktu yang sesuai dan direncanakan dari gigi sulung
dan permanen dalam tahap geligi campuran dengan disproporsi dentoalveolar
(Prabhakar, 2014)(Naragond, 2012)(Proffit, 2007). Serial ekstraksi jika dilakukan secara
tepat sesuai pertimbangan tertentu akan memberikan keuntungan pada pasien (Proffit,
2007)(Rodrigues, 2014). Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk memahami
perawatan interseptif seperti serial ekstraksi terhadap anak dengan tahap geligi
campuran untuk mencegah berkembangnya suatu maloklusi.
Konsep serial ekstraksi adalah koreksi crowding yang terjadi pada tahap geligi
campuran, terutama pada usia 5 – 6 tahun. Serial ekstraksi harus dilakukan dengan
analisis kasus yang tepat untuk mencapai kesuksesan prosedur perawatan (Lara,
2011)(Vagdhevi, 2016)( Filho, 2015).
Tujuan utama dari serial ekstraksi adalah meningkatkan jumlah ruangan yang
tersedia untuk erupsi gigi permanen dan membuat gigi-gigi permanen mengatur posisi

10
normal dengan sendirinya (Prabhakar, 2014)(Proffit, 2007). Gigi tersebut selanjutnya
akan mendapatkan posisi yang stabil dibandingkan dengan gigi-geligi yang
mendapatkan perawatan ortodonti ketika tahap gigi permanen (Hashim, 2010)(Brennan,
2000).

3. Penatalaksanaan Serial Ekstraksi


Tahap penentuan diagnosis dimulai dari pemeriksaan klinis yang terdiri dari
pemeriksaan fotografi ekstraoral terutama profil wajah dan pemeriksaan intraoral,
pemeriksaan radiografis yang terdiri dari foto panoramik dan sefalometri, dan
analisis dental melalui model studi (Proffit et al 2007):
1. Pemeriksaan Intraoral menilai hubungan molar, derajat crowding, maloklusi
yang terdapat pada tiap rahang, termasuk overjetdan overbite, restorasi dan
keadaannya, karies, dan jenis gigi baik gigi sulung maupun permanen.
2. Pemeriksaan radiografis melalui foto panoramik bertujuan untuk menilai ada
atau tidaknya gigi secara kongenital, supernumerari gigi, analisis gigi campuran,
menilai usia gigi, pembentukan akar, kemungkinan pola erupsi, patologi
tulang. Foto sefalometri merupakan penilaian tambahan untuk analisis hubungan
skeletal dan arah pertumbuhan.
3. Analisis geligi campuran seperti analisis Moyer’s dapat digunakan untuk
memprediksi jumlah ruangan yang dibutuhkan untuk gigi yang belum erupsi
dengan menghubungkan ukuran insisif mandibula permanen dengan kombinasi
ukuran caninus dan premolar sebelum tindakan serial ekstraksi. Prosedur
analisis Moyer’s diawali dengan mengukur mesio-distal gigi empat insisif
mandibula, menentukan jumlah ruangan yang diperlukan untuk kesejajaran gigi
dengan cara menentukan lebar dari alveolar crest insisif sentral dan lateral
tiap regio, berikan tanda pada model ukuran pada saat gigi insisif telah sejajar.
Tambahkan jumlah ruangan setelah gigi insisif sejajar, dan ukur lebar kaninus
sulung, molar pertama dan kedua sulung dari tanda tersebut hingga distal gigi
molar kedua sulung. Hasil pengukuran dimasukkan pada ukuran empat gigi
insisif mandibula dalam tabel Moyer’s dan hasilnya adalah prediksi ukuran
gigi kaninus, premolar satu, dan premolar dua, lalu kurangi dengan ukuran
kaninus, molar pertama dan kedua sulung. Metode-metode serial ekstraksi

11
terbagi menjadi metode Tweed, Dewel, Nance, dan Grewe.4 Metode
Tweeddigunakan pada usia 7,5 –8,5 tahun yang menunjukkan diskrepansi
antara gigi dan tulang rahang. Urutan metode Tweed adalah DC4 (molar pertama
sulung, kaninus sulung, dan premolar pertama permanen). Pencabutan kaninus
sulung yang menghambat erupsi kaninus permanen, dan gigi premolarsudah
berada pada tahap eruptif (mahkota diatas tulang alveolar secara radiografis).
Metode Dewel dilakukan jika terdapat crowding ringan pada regio anterior
dan adanya eksfoliasi dini kaninus sulung secara unilateral atau bilateral.
Urutan metode Dewel adalah CD4 (kaninus sulung, molar pertama sulung, dan
premolar pertama permanen). Metode ini ideal dilakukan pada usia 8,5 tahun,
dimana kaninus sulung diekstraksi dengan tujuan memberikan ruangan untuk
kesejajaran gigi anterior yang crowding, selanjutnya usia 9,5 tahun ketika
crowdinginsisif teratasi dan premolar pertama dalam perkembangan akar, maka
molar pertama sulung dapat diekstraksi. Selanjutnya, ketika premolar erupsi,
premolar diekstraksi untuk memberikan kesejajaran bagi kaninus permanen.
Metode Nance merupakan metode dengan urutan modifikasi dari metode
Tweed yaitu D4C (molar pertama sulung, premolar pertama permanen, kaninus
sulung). Ekstraksi dari molar pertama permanen dimulai pada usia 8 tahun.
Grewe membagi urutan rencana ekstraksi berdasarkan kondisi klinis yang
berbeda, (1) maloklusi kelas I dengan premature loss kaninus sulung
mandibular.
Perawatan ekstraksi seri berdasarkan beberapa metode berbeda satu sama lain.
adanya evaluasi masing-masing metode ini penting untuk keberhasilan perawatan.

12
a. Metode Tweed (1966)
Pencabutan gigi sulung molar pertama pada umur 8 tahun. Gigi sulung
caninus dipertahankan untuk memperlambat erupsi dari caninus permanen. Setelah
pertumbuhan premolar pertama berada pada fase erupsi, dimana mahkota sudah
berada dibawah tulang alveolar secara radiografi, gigi sulung caninus dilakukan
pencabutan kemudian premolar satu juga demikian untuk memberikan tempat bagi
caninus permanen.
b. Metode Dewel (1978)
Sekitar umur 8 1/2 tahun gigi caninus sulung dilakukan pencabutan untuk
memberikan ruang untuk memperbaiki crowded anterior. Pada umur 9 1/2 tahun,
ketika crowded insisiv sudah pada lengkung yang benar dan premolar pertama
akarnya sudah lebih dari setengah secara radiografi, gigi molar pertama sulung
dilakukan pencabutan untuk memberikan tempat premolar pertama erupsi ke
dalam rongga mulut. Kemudian premolar pertama ini dicabut juga untuk memberi
tempat caninus permanen yang sesuai pada lengkung seharusnya. Keadaan ini
berfungsi untuk gigi rahang atas, dimana erupsi premolar pertama lebih dahulu
dibandingkan gigi caninus permanen.

13
Modifikasi metode Dewel pada rahang bawah dimana caninus permanen
dapat lebih dahulu atau hampir bersamaan erupsi dengan premolar pertama bila
dievaluasi radiograf. Teknik enukleasi pada premolar pertama ketika ekstraksi gigi
molar pertama sulung dapat dilakukan namun kurang dianjurkan. Modifikasi lain
lebih dianjurkan yaitu melakukan pencabutan molar kedua sulung sehingga
memberikan tempat erupsi gigi premolar pertama untuk erupsi lebih ke distal. Ketika
gigi caninus permanen erupsi, premolar satu dapat dilakukan pencabutan.
Selain itu, untuk menghindar enukleasi juga bisa dilakukan cara lain yaitu
mencabut molar pertama sulung, setelah 6 bulan molar kedua sulung dicabut, supaya
premolar pertama erupsi agak ke distal diatas benih premolar kedua, bila premolar
pertama telah erupsi maka harus dicabut , kemudian perlu pemakaian space
maintainer supayamolar pertama permanen tidak bergerak ke mesial.
Premolar kedua biasanya erupsi secara normal menggantikan molar kedua
sulung. Ruangan bekas pencabutan premolar dipakai oleh kaninus permanen yang
bergeser kedistal, premolar kedua dan molar pertama permanen bergeser ke mesial.
Bila pencabutan serial tidak diikuti oleh perawatan komperhensif dengan piranti
cekat maka tidak akan didapatkan susunan gigi yang ideal, letak akar gigi yang tidak
sejajar dan penutupan diastema tidak berhasil dengan baik.
Apabila terjadi Agenisi premolar pertama cabut molar pertama sulung
kemudian kaninus permanen akan menempati tempat tersebut. Agenisi premolar
kedua bila kaninus permane erupsi lebih dulu dari premolar pertama maka cabut
molar pertama sulung dan molar kedua sulung bersama-sama agar kaninus sulung
dan premolar pertama dapat erupsi agak ke distal dan perlu dipasang space
maintainer agar molar pertama permanen tidak bergeser ke mesial.

4. Tatalaksana Jika Gigi Rotasi


Untuk merawat gigi dengan posisi berotasi tidak dianjurkan untu memakai
alat ortho lepasan. Hal ini dikarenakan dalam menggerakkan gigi yang mengalami
rotasi membutuhkan daya yang lebih besar. Hal ini dikaenakan gerakan yang
diharapkan adalah gerakan rotasi dengan menggerakkan seluruh akar gigi dan
mahkota untuk mendapatkan posisi anatomis. Penggerakan rotasi dapat dilakukan

14
dengan piranti cekat orrtodonti dengan durasi yang cepat atau lambat. Berikut tata
cara pergerakan rotasi gigi dengan piranti orto cekat:

1. Memasukkan kawat niti pada slot braket yang memiliki sifat saangat elastic.
Pemilihan kawat niti untuk menggerakkan gigi secara rotasi lebih baik.
2. Brecket diletakkan tidak di tengah sumbu gig melainkan di bagian gigi yang
ingin ditarik atau digerakkan. Hal ini dikarenakan agar daerah yang ingin
digerakkan mendapat gaya yang besar sehingga gigi dapat bergerak secara
rotasi dengan maksimal. Gambar penempatan brecket dapat di jelaskan pada
gambar berikut:

3. Setelah perawatan berakhir, untuk menghindari relaps gigi yang berotasi di


beri spring rotation yang di insersikan pada slot vertical pada brecket dan
akhirannya diletakkan di dua di distal gigi yang digerakkan rotasi.

15
Cara pergerakan rotasi dengan cepat

1. Pemasangan pita elastis yang melingkupi seluuruh permukaan gigi yang


kemudian di letakkan di bracket utuk pergerakan gigi rotasi secara maksimal
dan optimal. (Aldo et al., 2000)

5. Evaluasi dan Instruksi Ekstraksi Seri


Beberapa kasus dapat dirawat dengan ekstraksi saja , tetapi ada kasus yang
memerlukan alat untuk terapi mempertahankan ruang dan gigi individual yang
bergeser (Datarkar, 2007):
1. Space maintainer
Untuk mempertahankan ruang umum digunakan alat removable sebagai terapi.
Space maintainer mempunyai desain yang sederhana, mudah digunakan dan pada
beberapa kasus efektif jika digunakan hanya pada waktu tidur.
Indikasi pemakaian space maintainer
Space maintainer memungkinkan gerakan spontan yang diharapkan dan
mencegah gerakan yang tidak diinginkan. Pada kasus gerakan gigi aktif
diperlukan, alat ini digunakan pasif sebagai space maintainer selagi gigi erupsi.
Pada tahap ini alat dipakai terus menerus dengan spring diaktifkan.
2. Ekstraksi premolar
Gigi premolar satu umum diekstraksi pada perawatan crowding. Gigi ini
umumnya erupsi sebelum gigi kaninus dan ekstraksi akan memungkinkan

16
kaninus posisinya menjadi lebih baik.Space maintainer yang sederhana akan
mencegah gerakan kedepan dari gigi-gigi bukal selagi hal ini berlangsung.
Premolar dua lebih jarang diekstraksi kecuali ada gigi hilang secara kongenital
disertai crowding didaerah tersebut maka space maintainer digunakan untuk
menyiapkan ruang bagi gigi yang akan tumbuh.
Instruksi Pasca Pencabutan. Beberapa instruksi dokter gigi kepada psien
pasca pencabutan (Datarkar, 2007):
1. Menggigit kain kasa selama 30-45 menit untuk membantu menghentikan
perdarahan.
2. Menjaga higienitas dengan berkumur setelah 24 jam pasca pencabutan gigi dan
menyikat gigi sepertibiasa.
3. Untuk mengatasi pembengkakan, aplikasikan es batu pada wajah secara
intermiten pada hari pertama.
4. Pada 24 jam pertama, diet lembut dan dingin serta mengunyah pada sisi
yang berlawanan dengan tempat pencabutan gigi.
5. Gunakan analgesik pada 45 menit setelah pencabutan gigi untuk
mencegah atau mengurangi sensasi nyeri.
6. Melatih rahang agar tidak terjadi kekakuan.

6. Alasan Gigi Tidak Tumbuh


Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor,menurut Berger penyebab gigi
terpendam yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :
1. Abnormalnya posisi gigi
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena `penyakit eksantem pada anakanak.

17
18
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J. dan W.R Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta.Widya Medika
Azamian Z, Shirban F. Treatment Options for Class III Malocclusion in Growing
Patients with Emphasis on Maxillary Protraction. Scientifica. 2016:1-9.

Beane AR, Reimann G, Phillips C, Tulloch C. A cephalometric comparison of


Black open-bite subject and Black normal. Angle Orthod 2003; 73: 294-300.

Datarkar AN. Exodontia Practice by Datarkar: Jaypee Brothers Publishers, 2007:164.

Filho HL,MaiaLH,Lau TCL,Souza MMG,Maia LC. EarlyVs Late Orthodontic Treatment


of Tooth Crowding By First Premolar Extraction: A Systematic Review. The
Angle Orthodontist. 2015;85(3):510-517.

Gianelly AA. Treatment of crowding in the mixed dentition. Am J Orhod


Dentofacial Orthop. 2002; 121(6):569-71

Gill DS. Orthodontics at a Glance. Singapore: Markono Print Media, 2008: 44-6

H.A Mohammad, M.I Abu Hassan, S.F Hussain. Cephalometric evaluation for
Malaysian Malay by Steiner analysis. Academic Journal 2011; 6: 627-34.

Indrayanti R, Pertiwi AS, Sasmita IS. 2006. Laporan Penelitian Pola Erupsi Gigi
Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada Anak Usia 6 sampai 12 tahun.
Bandung: FKG UNPAD. Hal: 1-25.
Itjiningsih, WH. 1991. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC.
JADA. 2005. Tooth Eruption The Primary Teeth. Journal American Dental
Association, vol 136.
Hashim HA. Management of Crowded Class 1 Malocclusion with Serial Extraction:
Report of a Case. The Journal of Contemporary Dental Practice. 2010;11(4):1-9

Mc Donald, R. and Avery. 2000. Dentistry for The Child and Adolescent. Missoury:
Mosby-Year Book, Page. 184-214.

19
Nagaya K, Kambara T, Hayami H, Nagata Y, Matsumoto N. A simple assessment for
the vertical propotion of the face in Japanese adults. J Osaka Dent Univ 2003;
43: 157-61.

Prabhakar RR, Saravanan R, Karthikeyan MK, Vishnuchandran C, Sudeepthi.


Prevalence of Malocclusion and Need for Early Orthodontic Treatment in
Children. J Clin Diagn Res. 2014;85:ZC60-ZC61

Proffit WR, Fields HW, Sarver DM, Contemporary Orthodontics, 4th ed, Mosby
Elsevier, Philadelphia, 2007.

Salzmann, J. A. 1974. Orthodontic in Daily Practice. Philadelpia:J.B. Lipincott Co.


Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics second edition. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.,569-570.
Vagdhevi HK, Pavithra US, Vighnesh VR. Controversies with Serial Extraction
Procedure as an Early Treatment Modality to Intercept the Malocclusion –A
Review. Imperial Journal of Interdisciplinary Research. 2016;2(1):140-145.

Mc Donald, R. and Avery. 2000. Dentistry for The Child and Adolescent. Missoury:
Mosby-Year Book, Page. 184-214.
Salzmann, J. A. 1974. Orthodontic in Daily Practice. Philadelpia:J.B. Lipincott Co.
Singh, Gurkeerat. 2007. Textbook of Orthodontics second edition. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publishers.,569-570.

20

Anda mungkin juga menyukai