PENDAHULUAN
Radiologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan substansi
radioaktif, pancaran sinar serta diagnose dan perawatan dengan menggunakan sinar rongsen
atau ultrasound. Fungsi dari sinar radioaktif atau yang biasa disebut sinar rongsen ini pada
dasarnya untuk melihat jaringan yang sulit dilihat dengan kasat mata sehingga dapat
membantu menegakkan diagnose.Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang
dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit gigi dan mulut.
Penyakit periapikal merupakan suatu keadaan patologis yang terlokalisir pada daerah
apeks atau ujung akar gigi atau daerah periapikal gigi. Abses periapikal adalah kumpulan pus
yang terlokalisir dibatasi oleh jaringan tulang yang disebabkan oleh infeksi dari pulpa dan
atau periodontal. Abses periapikal umumnya berasal dari nekrosis jaringan pulpa. Jaringan
yang terinfeksi menyebabkan sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan sel-sel yang terinfeksi.
Kista adalah rongga patologis yang berisi cairan bahan setengah cair atau gas
biasanya berdinding jaringan ikat dan berisi cairan kental atau semi likuid, dapat berada
dalam jaringan lunak ataupun keras seperti tulang. Rongga kista di dalam rongga mulut selalu
dibatasi oleh lapisan epitel dan dibagian luarnya dilapisi oleh jaringan ikat dan pembuluh
darah.
Dengan adanya beberapa karakteristik tertentu pada kasus-kasus tersebut maka pada
makalah ini penulis akan membahas mengenai interpretasi penyakit periapikal.Hal ini karena
dalam menginterpretasi suatu radiograf seorang interpreter dalam hal ini seorang dokter gigi
spesialis radiologi kedokteran gigi harus dapat menginterpretasi sebaik mungkin, sehingga
mampu mendiagnosis dan melakukan perawatan yang tepat
BAB II
ISI
Definisi3
Lesi inflamasi periapikal terlihat sebagai reaksi lokal dari tulang disekitar
apeks gigi, lalu selanjutnya kemunculan kedua terjadi pada kematian pulpa atau
melalui perusakan jaringan periapikal oleh penyakit periodontal yang meluas (gambar
19-1). Kematian pulpa muncul setelah terjadinya invasi bakteri melalui karies atau
trauma. Pada gambar 19-1, lesi inflamasi periapikal digolongkan sebagai periodontitis
apikalis, yaitu sebuah proses inflamasi yang muncul secara histologi menyerupai
abses periapikal atau granuloma periapikal. Racun dari metabolisme pulpa nekrotik
keluar melalui apeks akar gigi untuk menyerang reaksi inflamasi pada ligamen
periodontal periapikal dan tulang sekitar (periodontitis apikalis).
Jika tulang sumsum sekitar ikut terkena reaksi inflamasi melalui penyebaran
organism pyogenic, abses periapikal local dapat berubah menjadi osteomyelitis.
Besarnya area inflamasi tidak sepenting keparahan reaksinya. Tetapi, ukuran lesi
dianggap sebagai suatu factor, lesi inflamasi periapikal biasanya hanya terjadi pada
tulang disekitar apeks gigi, dan osteomyelitisterjadi di area yang lebih besar pada
tulang. Lesi periapikal dapat besar, tapi epicenter dari lesi tetap pada sekitar apeks
gigi. Jika lesi periapikal bertambah lebih jauh, dimana lesi tidak bertitik tengan di
apeks gigi, mungkin didiagnosa dengan ostemyelitis. Prebedaan antara inflamasi
periapikal dan ostemyelitis dapat diketahui dengan radiografi. Perkembangan
inflamasi periapikal menjadi osteomyelitis jarang terjadi, dan factor-faktor lain yang
menjadi penyebabnya seperti menurunnya daya tahan host dan meningkatnya
keganasan microorganism patogenik. 3
Tanda-tanda klinis3
Tanda-tanda lesi inflamasi periapikal dapat bermacam-macam, dari
asymptomatic, sakit gigi yang terkadang, sampai sakit parah dengan atau tanpa
pembengkakan wajah, demam, dan lymphadenopathy. Abses periapikal biasanya
menunjukkan rasa sakit parah, pergekana dan kadang terangkatnya gigi yang terlibat,
pembengkakan, dan kenyal pada saat perkusi. Palpasi pada regio apikal menyebabkan
rasa sakit. Drainase segera ke rongga mulut melalui fistula (parulis) dapat
meringankan rasa sakit akut. Lesi akut dapat berkembang menjadi kronis (granuloma
periapikal atau kista), yang dapat tanpa gejala kecuali untuk sakit gigi yang
memuncak secara tidak teratur, yang menandakan adanya lesi kronis akut exaserbasi. 3
Lokasi. Pada kasus umum, epicenter dari lesi ditemukan pada sekitar apeks gigi yang
terlibat. Lesi biasanya mulai dari dalam bagian apical dari ruang ligamen periodontal.
3
Batas Tepi. Pada kebanyakan kasus, batas tepi lesi inflamasi periapikal tidak jelas,
menunjukkan perubahan bertahap dari pola trabecular sekitar yang normal ke arah
pola tulang yang tidak normal dari lesi. 3
Struktur interna. 3
Lesi inflamasi periapikal awal mungkin tidak menunjukkan perubahan radiografis
pada pola tulang normal. Perubahan paling awal yang dapat terdeteksi adalah
hilangnya kepadatan tulang, yang biasanya menyebabkan pelebaran ruang ligamen
periodontal pada apeks gigi dan kemudian menempati diameter yang lebih besar pada
tulang sekitar. Pada tahap awal, tidak ada bukti terjadinya reaksi tulang sklerotik. Saat
penyakit berkembang, muncul campuran sklerotik dan rarefraksi (hilangnya tulang
yang menyebabkan radiopaque) pada tulang normal. Daerah yang paling parah
kerusakan tulangnya biasanya tengah-tengahnya terletak pada apeks gigi, dengan pola
sklerotik terletak pada bagian tepi. Pemeriksaan teliti pada regio sklerotik
menunjukkan lebih tebal dari trabekula normal dan kadang peningkatan pada jumlah
trabekula per unit area. Pada kasus kronis, pembentukan tulang baru dapat
menyebabkan regio sklerotik yang padat pada tulang, yang mengaburkan trabekula
individual. Jarang-jarang lesi dilihat tersusun seluruhnya oleh tulang sklerotik
(scleroting osteitis), tapi biasanya beberapa bukti menunjukkan pelebaran bagian
apikal dari ruang ligamen periodontal. 3
Tanda-tanda radiografik3
Tanda-tanda radiografis dari lesi inflamasi periapikal bermacam-macam
tergantung berjalannya waktu dari lesi. Karena lesi yang sangat awal tidak
menunjukkan perubahan radiografis, diagnosa didasarkan pada gejala klinis. Lesi
kronis dapat menunjukkan perubahan lytic (radiolucent) atau sclerotic (radiopaque),
atau keduanya. Lesi radiolusen di periapikal yang kecil dengan pinggiran simulasi
korteks yang dapat dideteksi dengan baik dapat berupa granuloma periapikal atau
kista(kista radikular). Differensiasi sukar dilakukan kecuali ditemui karakter dari kista
seperti pemindahan struktur berdekatan dan ekspansi batas luar kortikal rahang. Lesi
yang mempunyai diameter yang lebih besar dari 1 cm biasanya adalah kista radikular.
Jika pasien pernah melakukan perawatan endodontik atau pembedahan apikal,
radiolusen di periapikal dapat menetap dimana mungkin menunjukkan periapikal
rarefying osteotis. Dalam kedua kasus diatas tulang yang hancur tidak dapat diganti
dengan tulang baru tapi diganti dengan jaringan parut. Differential diagnosa tidak
dapat bergantung dengan hasil rontgen tapi harus disertai dengan tanda klinis dan
gejala yang ada. 3
2.2.Interpretasi Radiogram4
LOKASI [3]
Pada lesi inflamasi periapikal dimana terjadi kondisi patologi pada pulpa gigi,
inflamasi berpusat pada ujung apeks gigi. Akan tetapi, lesi yang berasal dari pulpa
dapat terjadi dimana saja sepanjang permukaan akar karena saluran pulpa tambahan
atau perforasi akibat perawatan saluran akar atau fraktur dari akar gigi. Sumber asal
dari lesi periododntal berpusat pada puncak tulang alveolar. Ketika kehilangan tulang
periodontal sudah cukup parah, inflamasi tulang akan menyebar sampai ke
percabangan akar atau bahkan hingga ke ujung apeks akar gigi.
STRUKTUR INTERNAL3
Muncul beberapa gambaran dari struktur internal dari lesi inflamasi. Tulang
cancellous merespon serangan dengan mengganggu keseimbangan metabolisme
tulang dengan meningkatkan proses resorpsi tulang (yang mengakibatkan gambaran
radiolusen) atau proses pembentukan tulang (memperlihatkan gambaran radiopak atau
sklerotik). Biasanya terdapat kombinasi pada kedua reaksi ini. Daerah radiolusen
menunjukan tidak adanya bukti pada bentuk trabekula sebelumnya atau bentuk
trabekula ringan. Peningkatan dari gambaran radiopak disebabkan oleh peningkatan
proses pembentukan tulang pada bentuk trabekula. Secara radiografi, kemunculan
bentuk trabekula ini terlihat lebih tebal dan jumlahnya meningkat, menggantikan
celah-celah yang hilang.
2.2.2 Prinsip Interpretasi Periapikal
1. Yang utama : diperhatikan apakah gigi tersebut vital atau nonvital. Sebagai contoh,
apabila gambaran dari periapikal gigi yang nonvital menunjukkan adanya radiolusen
haruslah diperhatikan dengan cermat karena menggambarkan suatu keadaan yang
harus dirawat.
2. Kadang-kadang pada pengetesan dengan tester pulpa gigi tersebut nonvital akan tetapi
pada pemeriksaan klinis tidak terlihat adanya karies, ternyata jaringan pulpanya
nekrotik ini kemungkinan disebabkan oleh trauma.
3. Lokasi, durasi, ukuran dari lesi, apakah terjadi pada penderita yang lanjut usia atau
masih muda dan jenis kelamin dari penderita perlu dalam mendiagnosis periapikal
gigi tersebut. Sebagai contoh, mieloma yang multipel lebih sering terjadi pada
penderita yang berumur lanjut dan kista traumatik lebih sering terjadi pada penderita
yang masih muda.
4. Apakah ada simtom neurologis, yang kemungkinan merupakan tanda suatu keganasan
ataukah karena suatu trauma pada bagian tersebut. Kerusakan kortikal tulang apakah
kerusakannya berlangsung cepat atau lambat karena dapat diduga lesi tersebut suatu
tanda keganasan atau inflamasi biasa.
5. Pada lesi periapikal yang radiolusen, aspirasi dari isi bagian tersebut perlu diagnosis,
karena dengan membedakan isi lesi tersebut maka dapat dibedakan apakah kelainan
tersebut kista atau bukan.
6. Apakah adanya lesi tersebut menyebabkan gejala sistemik ataukah tidak, karena
penting untuk menentukan diagnosis banding dengan penyakit lain. Sebagai contoh
adalah gambaran radiopak yang multipel pada rahang yang disebut enostosis multipel
yang harus dibedakan dengan kondensing osteitis.
Cara membedakan gambaran diagnosis yang terlihat pada lesi periapikal diperhatikan
pada tabel dibawah ini. 1
Reaksi peradangan dari pulpa yang disebabkan oleh karies gigi dan perawatan
endodontik yang tidak berhasil akan menimbulkan lesi pada periapikal. Sebelum terjadi
gambaran yang khas pada periapikalnya maka gambaran radiogram yang pertama-tama dapat
dilihat adalah pelebaran pada jaringan periodontium pada bagian apikal gigi tersebut. 1
Terdiri daripada
i. abses.
ii. granuloma,
iii. kista
Lesi lesi ini tidak boleh diperiksa hanya dengan pemeriksaan radiografis semata-mata,
namun pemeriksaan klinis dan laboratorium diperlukan sebagai langkah untuk mendiagnosa
penyakit.
I.Abses periapikal2
Abses periapikal mengandung pus/ nanah yang terlokalisir pada region periapikal
sehingga menyebabkan kematian pulpa.
Abses periapikal akut ditandai dengan adanya proses memproduksi nanah secara akut
dan adanya inflamasi. Abses akut terjadi juga akibat dari inflamasi akut pada pulpa, atau
infeksi kronis pada area tertentu seperti granuloma periapikal.
Abses periapikal kronis. Abses periapikal kronis ditandai dengan penghasilan pus dan
berlangsung lama atau menahun. Abses akut atau periapikal granuloma boleh
berkembang menjadi abses periapikal kronis.
Apabila gigi yang diinterpretasikan adalah gigi nonvital, interpretasi pada gigi
tersebut kemungkinannya adalah granuloma, kista radikuler dan abses yang kronis. 1
Dalam pemeriksaan klinis abses dapat dengan mudah diinterpretasikan apabila terlihat
adanya suatu fistula. Namun, gambaran radiologi granuloma, kista radikuler, dan abses
kromis agak susah dibedakan. Statistik menunjukkan bahwa 48% kelainan yang terlihat
radiolusen adalah granuloma,
43% kista radikuler dan 1,1%
adalah abses yang kronis. 1
Gambaran radiografis
abses periapikal yang kronis,
granuloma, dan kista radikuler
ditunjukkan di bawah 1
Pada apikal gihi yang masih vital, radiolusen diinterpretasikan ebagai sementoma
stadium I. Sementoma mempunyai 3 stadium : stadium 1 gambarannya adalah radiolusen,
stadium 2 gambarannya adalah gambaran campuran antara radiolusen dan radiopak, dan
stadium3 gambarannya adalah radiopak. 1
Sementoma terjadi pada gigi anterior rahang bawah. Gigi yang pada perapikalnya ada
sementoma dianggap masih vital dan pada radiogram kemunngkinan tidak terlihat adanya
karies yang besar dan tambalan yang besar. Sementoma stadium 1 harus dibedakan dengan
kista traumatik yang gambaran periapikalnya juga radiolusen. 1
Radiolusen pada apikal gigi yang telah diisi saluran akar dan reseksi apeks1
Densitas radiolusen pada apikal gigi yang telah dilakukan pengisian saluran akar dan
reseksi apeks adalah lebih pekat. Ini disebabkan oleh karena penguretan dan akhirnya terjadi
ruangan kosong, keadaan ini diinterpretasikan sebagai jaringan parut periapikal. Jika
perawatan berhasil, penderita tidak mengalami keluhan dan selanjutnya pada pemeriksaan
dengan radiogram tidak terlihat bertambah besarnya gambaran radiolusen tersebut, akan
tetapi justru akan terjadi pengecilan dengan adanya pertumbuhan tulang baru. 1
1. Kista nasoalveolar
2. Kista globulomaksilaris1
Kista ini sering terjadi, diperkirakan 21% radiolusen yang terjadi pada daerah
garis tengah adalah kista ini. Lokasinya adalah pada daerah antara gigi insisivus
lateral dan kaninus rahang atas. Gigi-gigi tersebut masih vital dan secara klinis pada
perabaan akan teraba suatu masa yang lunak didaerah tersebut. Gambaran
radiografinya berupa suatu keadaan yang radiolusen seperti 1 buah pir dan karena
tekanan dari kista tersebut, maka akarnya akan memencar. 1
3.Kista median alveolar1
Kista ini sangat jarang terjadi dan kalau terjadi maka kista ini lokasinya pada
insisivus sentral atas. Giginya masih vital.
4. Kista nasopalatina1
Kurang lebih 9% radiolusen yang digaris tengah dari maksila di bagian posterior
dari papila insisiva di tengah palatum yang keras adalah kista median palatina. Gigi di
sekitarnya masih vital dan perawatannya adalah dengan eksisi. 1
Apabila gigi terutama gigi permanen hilang dari lengkung rahang dan pada tempat
tersebut terlihat radiolusen, kemungkinan gambaran radiolusen tersebut adalah :
1. Kista primodial
2. Ameloblastoma
Jika ada kista primodial, akan tampak radiolusensi pada tempat di mana gigi itu
mengalami kegagalan pertumbuhannya. Gigi sekitar kista tersebut masih vital. Karena
pertumbuhan kista tersebut maka kedua akar gigi yang ada kistanya akan meyebar. Kista
primodial terjadinya diantara gigi premolar satu dan premolar dua bawah atau pada
premolar dua dan molar satu bawah.
1. Kista dentigerous
2. Kista erupsi
3. Kista odontogenik
Lebih dari 95% radiolusen sekitar gigi yang impaksi adalah kista dentigerous
dan fibroma odontogenik. Cara membedakan keduanya hanyalah dengan
pembedahan. Kista dentigerous berisi cairan kista sedangkan fibroma odontogenik
berisi masa yang solid, tapi dalam radiograf susah membedakan antara keduanya.
Dalam radiograf dapat dilihat bahwa ekspansi dari kista dan fibroma tersebut akan
menyebabkan kedua akar dari gigi yang terkena memencar. Kadang-kadang pelat
ortikal akan hancur. Pada kista dentigerous ini impaksi giginya adalah mesio-angular
sampai horizontal. Perawatannya adalah dengan odontektomi. 1
Kista erupsi1
Kista erupsi biasanya terjadi pada gigi yang impaksinya adalah vertikal. Kista
umumnya terletak di sekitar korona gigi tang impaksi tersebut. Pada radiograf tidak
telihat tulang kortikalnya. Baik kista dentigerous atau kista erupsi terjadi pada fase
erupsi dari gigi yang bersangkutan.
2.3.2 .GAMBARAN RADIOGRAFI PERIAPIKAL YANG RADIOPAK
Gambaran radiopak yang sering terjadi pada rahang dan periapikal gigi pada
radiografi gigi berupa osteitis kondesasi, sklerosis tulang dan hypersementosis ,tidak seperti
radiolusensi periapikal, radiopaksitas periapikal dapat didiagnosis berdasarkan penampakan
radiografinya, informasi klinis dan riwayat pasen 2
Sklerosis tulang2
Gambaran radiografi keadaan periapikal yang mengalami kelainan ada 3 macam yaitu :
Lesi periapikal tidak dapat diperiksa tanpa pemeriksaan radiografi gigi, seperti
granuloma periapikal, abses periapikal, kista periapikal, condensing osteitis, sklerosis tulang
dan hypersementosis.
Dengan memahami dan mempelajari dengan seksama, teliti dan mengetahui secara
tepat ciri-ciri/kriteria dari suatu gambaran penyakit gigi dan mulut maka suatu perawatan
akan tepat sesuai dengan diagnosa yang dihasilkan dari suatu pemeriksaan
TUGAS RADIOLOGI DENTAL II
Dosen Pembimbing :
Diah Indriastuti,drg
KELAS B
KELOMPOK 3