Anda di halaman 1dari 27

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

Pekerjaan dokter gigi yang memerlukan posisi khusus dan berbahaya dapat meningkatkan risiko penyakit muskuloskelatal. Namun hal ini dapat diminimalkan dengan memaksimalkan efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep ergonomi diperkenalkan di kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry. Four Handed Dentistry merupakan perawatan gigi yang dilakukan dengan 4 tangan secara bersamaan, 2 tangan operator dan 2 tangan asisten. Dalam konsep Four Handed Dentistry dikenal konsep pembagian zona kerja di sekitar Dental Unit yang disebut Clock Concept. Zona kerja diidentifikasi menggunakan wajah pasien sebagai wajah/ muka jam dengan kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala pasien. Zona kerja tersebut dibagi menjadi 4, yaitu operators zone, assistants zone, transfer zone dan static zone. Operators zone sebagai tempat pergerakan dokter gigi. Assistants zone adalah zona tempat pergerakan perawat gigi atau asisten. Transfer zone adalah daerah tempat transfer alat dan bahan antara tangan dokter gigi dan tangan asisten. Instrumen diberikan dari asisten ke dokter gigi lewat dada pasien. Jangan memberikan alat di atas mata pasien. Sedangkan static zone adalah daerah tanpa pergerakan dokter gigi maupun perawat gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan meja instrumen bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi instrumen tangan serta peralatan yang dapat membuat takut pasien. A. Posisi kerja dalam Four Handed Dentostry 1. Pengertian Posisi kerja dalam Four Handed Dentistry Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam baik dalam keadaan duduk maupun berdiri. 2. Pembagian zona kerja Ada 4 zona pada posisi kerja berdasarkan arah jarum jam:
1

1. Zona operator berada pada posisi arah jarum jam 7-12 2. Zona asisten berada pada posisi arah jarum jam 2-4 3. Zona statis (untuk instrumen dan bahan) berada pada posisi arah jarum jam 12-2 4. Zona transfer berada pada posisi arah jarum jam 4-7 3. Posisi kerja sesuai arah jarum jam 3.1 Posisi kerja jam pada perawatan Exodontia 3.1.1 Posisi kerja jam pada perawatan Rahang Atas kanan ` Posisi operator yang nyaman pada jam 10, asisten pada jam 3,

sedangkan meja instrumen pada jam 2. Kepala pasien menoleh ke kiri, jari telunjuk tangan kanan fixasi pada permukaan bukal Molar 1 Rahang Atas, kaca mulut posisi di dekat I1 atau I2 Rahang Bawah. Bisa juga melakukan penambalan dengan posisi operator di jam 11/12 dengan cara merangkul pasien/dibelakang pasien. Posisi asisten dan meja instrumen menyesuaikan. a. Posisi jam pada perawatan RA Kiri Posisi operator di jam 9/10, kepala pasien menoleh menghadap operator, kaca mulut agak jauh dari bagian oklusal gigi RA kiri, dekat dengan bibir bawah. Daerah proksimal dan gingival akan mudah terlihat. Fixasi jari pada gigi Molar 1, juga berfungsi untuk membuka mukosa pipi dan bibir.

b. Posisi jam pada perawatan Rahang Bawah Kiri Posisi operator di jam 9, kepala pasien menghadap kea rah operator. Kaca mulut dekat dengan molar RB. Tangan operator menyilang, tangan kiri yang memegang kaca mulut terletak dibawah tangan kanan yang memegang instrument lain. Asistan duduk di jam 3 dan meja instrument di jam 2. Sinar lampu

direfleksikan lewat kaca mulut.

c. Posisi jam pada Perawatan Rahang Bawah Kanan Posisi operator yang nyaman adalah di jam 9. Sebaiknya pasien tidak dalam posisi supine tetapi membentuk sudut 450 , kepala pasien menghadap kearah operator, rahang pasien sejajar siku operator. Fixasi dilakukan pada permukaan bukal gigi molar dengan bantuan mirror dan gigi lain yang dekat dengan handpiece.

d. Posisi jam pada Perawatan Anterior RB dan RA Biasanya posisi operator di jam 8. Bekerja dengan bantuan operator terutama pada bagian lingual dan palatinal. Tetapi untuk perawatan pada sebelah labial, pandangan langsung dengan mata, kaca mulut digunakan untuk membuka mukosa labial

Keempat zona tersebut untuk right-handed operator adalah: Area Operator (Operators zone) : Jam 7 12 (Aktivitas Operator)

Area Asistan (Assistants zone) : Jam 2 4 (Aktivitas Asisten) Area Transfer (Transfer zone) : Jam 4 7 (Instrumen diberikan) Area Statis (Static zone) : Jam 12 2 Area Operator (Operators zone) : Jam 12 5 (Aktivitas Operator) Area Asistan (Assistants zone) : Jam 8 10 (Aktivitas Asisten) Area Transfer (Transfer zone) : Jam 5 8 (Instrumen diberikan) Area Statis (Static zone) : Jam 10 12

Keempat zona tersebut untuk left-handed operator adalah:

2. Prosedur Penegakkan Diagnosa di Klinik Diagnosis dalam kedokteran gigi merupakan suatu tindakan untuk menentukan adanya penyakit yang berhubungan dengan gigi dan jaringan penyangganya. Sedangkan gejala adalah kesatuan informasi, yang dicari di dalam diagnosis klinis dan didefinisiskan sebagai fenomena atau tanda-tanda suatu permulaan keadaan sakit yang normal dan indikatif. Gejala dapat diklasifikasikan sebagai berikut : gejala subjektif adalah gejala yang dialami dan dilaporkan oleh pasien kepada dokter; gejala objektif adalah gejala yang dipastikan oleh dokter melalui berbagai uji/tes. ( Louis I. Grossman, 1995 ) Sebelum menegakkan diagnosa, catat identitas pasien terlebih dahulu, meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat , pekerjaan dan elemen yang akan diperiksa Cara Menegakan diagnosa Tahap-tahap menegakan diagnosis: Tentukan keluhan utama Tentukan informasi penting yang berkaitan dengan riwayat medis dan riwayat kesehatan pasien Lakukan pemeriksaan objektif dan pemeriksaan radiografis secara teliti Lakukan analisis data yang diperoleh Formulasikan diagnosis dan rencana perawatan dengan tepat

Pemeriksaan Subjektf a. Keluhan utama/ anamnesa Merupakan inforasi pertama yang diperoleh, berupa gejala atau masalah yang diutarakan pasien dengan bahasanya tersendiri,yang berkaitan dengan kondisi yang menyebabkannya cepata-cepata datang mencari perawatan. Mengungkap riwayat medis berupa rasa sakit sesuai dengan bahasa penderita , meliputi: Tujuan penderita datang Lokasi gigi yang dikeluhkan Kapan pertama kali timbul rasa sakit Bentuk rasa sakit Berapa lama rasa sakit terasa Penyebab rasa sakit (spontan, rangsangan, trauma) Daerah yang terliat (loka/ setempat, menjalar ) Ada tidaknya pembengkakan Usaha pasien untuk meredakan rasa sakit ( obat, kumur air dingin) Dari anamnesa ini sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan patofisiologis ( proses perjalanan suatu penyakit) b. Riwayat medis Riwayat medis menyediakan informasi mengenai kerentanan dan reaksi pasien terhadap infeksi, hala-hal mengenai pendarahan, obat-obat yang telah diberikan, dan status emosionalnya. Riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan klinis lengkap, cukup formulir pemeriksaan secara singkat yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah diderita, serta pemedahan yang perbah dialami. Jika ditemukan penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit yang masih diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan, lakukan pemeriksaan lebih lanjut dan dikonsultasikan dengan profesi kesehatan lainnya.

Keadaaan medis yang kontraindikasi bagi perawatan saluran akar iridasi jaringan rongga mulut atau penyakit yang mengganggu system imun pasien seperti AIDS. Daerah kepeduliaan lain yang mungkin memerlukan perawatan khusus adalah meningkatnya insidens alergi terhadap lateks, terapi pengganti glukokortikosteroid, hepatitis, hemostatis tertunda, kondisi jamtung tertentu, dan penggantian sendi. c. Riwayat dental Merupakan ringkasa dari penyakit dental yang pernh dan sedang diderita. Informasi dalam riwayat dental mengungkapakan pula penyakitpenyakit gigi yang pernah dialami oleh pasie pada masa lalu serta petunjuk mengenai masalah psikologis yang mungkin ada dan menjelaskan sejumlah temuan klinis yang tidak jelas. d. Perawatan yangg pernah dilakukan sebelumnya Tanyakan pada penderita perawatan sebelumnya di bidang kedokteran gigi, jenis perawatannya dan tindakan apa saja yang pernah dilakukan operator terdahulu kepadanya e. Alergi Alergi bahan kedokteran gigi dan obat yang terkait dengan penggunaan bahan dan obat dalam perawatan bidang kedokteran gigi yang akan dilkukan. Pemeriksaan Objektif Pemeriksaan ekstra oral penampilan umum, tonus kulit, asimetris wajah, pembengkakan, perubahan warna, kemerahan, jaringan parut ekstra oral atau saluran sinus, pembengkakan kelenjar limfe. Pemeriksaan intra oral Meliputi pemeriksaan jaringan lunak dan gigi geligi. Tes klinis a. Pemeriksaan visual dan taktil
6

Suatu pemeriksaan visual dan taktil jaringan keras dan lunak yang cermat mengandalakan pemeriksaan three Cs: color, contour, dan consistency. Pemeriksaan menggunakan mata, jari-jari tangan, eksplorer dan prob (probe) periodontal. b. Pemeriksaan fraktur, abrasi, atrisi c. Pemeriksaan karies 1. Iritasi Pulpa 2. Hiperemia pulpa 3. Gangrene pulpa 4. Gangrene radiks 5. Resorpsi fisiologis d. Tes perkusi e. Tes palpasi f. Tes mobilitas-depersibilitas Tes Mobilitas untuk mengevaluasi integritas aparatus di sekeliling gigi. Tujuannya apakah jaringan penyangga mengikat kuat gigi atau sebaliknya Tes Depressibilitas untuk melihat pergerakkan gigi pada arah vertical. Caranya dengan bantuan jari atau instrumen Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan: 1. Mobiliti derajat 1 adanya pergerakan ringan pd gigi dg soketnya 2. Mobiliti derajat 2 gerakan gigi dlm soketnya dalam jarak 1 mm 3. Mobiliti derajat 3 gerakan gigi dlm soketnya dlm jrk >> 1mm atau gigi dapat ditekan (Perawatan endodontik tidak boleh dilakukan pada gigi derajat 3, kecuali bila mobilitas dapat dirawat terlebih dahulu, cth abses apikalis akut) g. Tes vitalitas Stimulasi dentin langsung : dengan menggoreskan sonde pada dentin yang terbuka. Karies disonde sampai dalam shg mencapai dentin yang

tidak karies. Jika timbul sensasi tajam dan tiba-tiba berarti pulpanya berisi jaringan vital Tes Termal o Tes dingin : pasien akan cepat menunjukkan pulpa vital tersebut tanpa memperhatikan apakah pulpa itu normal atau abnormal. Tes dingin dilakukan dg cara etil klorida yang disemprotkan pada butiran kapas, atau pecahan es yang dimasukkan ke dalam kavitas. o Dapat juga digunakan salju karbondioksida (coz temperatur -78 derajat C mampu menembus restorasi penuh pada gigi untuk mendapatkan dibawahnya. o Tes panas : rasa sakit terbatas atau difus, kadang2 dirasakan di tmp lain. Tes panas dilkkn dg menngunakan gutapercha yang dipanaskan dan dimasukkan ke dalam kavitas atau kapas yang dibasahi air panas lalu dimasukkan ke dalam kavitas, atau dengan instrumen panas respon dari jaringan gigi yang terdapat

Kemungkinan respon dari tes termal : 1. Tidak ada respon gigi non vital atau vital tp false respon. - respon negatif palsu : metamorfosis kalsium pd pulpa, mengenai gigi tetangga, apeks imature, trauma, premedikasi pd pasien - respon positif palsu : mengenai gingiva 2. Respon rasa sakit ringan sedang normal 3. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang dg cepat jk stimulus disingkirkan dr gigi reversible pulpitis

4. Respon rasa sakit yang kuat dan berkurang sec lambat jk stimulus disingkirkan dr gigi irreversible pulpitis Tes Kavitas Untuk menentukan vitalitas pulpa, dilakukan bila tes termal hasilnya meragukan dan belum pervorasi. Dilakukan dg mengebur sampai pertemuan enamel-dentin dg kecepatan rendah tanpa air pendingin sensitivitas nyeri mrp indikasi vitalitas pulpa. Merupakam alternatif terakhir metode penegakkan diagnosa Sering mengakibatkan kesalahan iatrogenik Tes jarum miller Dilakukan bila kavitas sudah pervorasi pulpa, merupakan kelanjutan dari tes kavitas. Bila gigi sudah karies profunda perforasi tes vitalitas yang dilakukan adalah tes jarum miller. Dengan cara memasukkan miller kedalam kavitas, bila sakit hentikan, bila tidak sakit lanjutkan sampai panjang rata- rata gigi yang diperiksa, lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang foto rontrgen Pengujian pulpa dengan elektrik. Lebih cermat dalam menentukan vitalitas gigi Tujuan menstimulasi respon pulpa dengan menggunakan arus listrik yang makin meningkat pada gigi. (+) bila ada respon artinya masih vital (-) bila tidak ada respon artinya gigi non vital Pemeriksaan penunjang Radiografi Radiograf berisi informasi mengenai adanya karies yang dpt

melibatkan pulpa .Radiografi tidak dapat menentukan apakah pulpa itu vital atau tidak, tetapi daapt mendeteksi perubahan2 yg mungkin terjadi pada perubahan degeneratif pulpa, lesi karies yg meluas, restorasi yang dalam dan meluas, tanduk pulpa, pulpotomi, pulp stones, kalsifikasi saluran akar yang
9

meluas, resorbsi akar, radiolusensi area apeks, fraktur akar, menipisnya ligamen periodonsium, melihat kedalam masuknya miller dan adanya lesi periapikal.
3.3

Kunjungan Pertama Anak Ke Dokter Gigi Perilaku anak pada saat pengelolaan perawatan gigi setiap usia itu berbeda-beda. Sedangkan masalah yang dialami anak yang berhubungan

dengan masalah gigi bisa terjadi pada anak mulai usia 15 bulan. Dan setiap anak memiliki karakteristik dan perilaku yang berbeda-beda. Pasien anak memerlukan pendekatan yang khusus dan berbeda dengan orang dewasa, karena sedang paseien anak masih dalam proses perkembangan jiwa dan diperlukan waktu yang cukup lama untuk dapat dirawat dengan baik terutama untuk anak yang kurang kooperatif. Kunci keberhasilan dokter gigi dan perawat gigi dalam menanggulangi pasien anak adalah kemampuanyya untuk berkomunikasi dengan mereka dan menanamkan kepercayaan diri pada anak tersebut. Cara pendekatan anak yang digunakan oleh dikter gigi atau perawat gigi adalah a. Komunikasi Berkomunikasi dengan anak merupakan kunci utama untuk

penanggulangan perilaku anak, untuk mengurangi rasa takut perlu dipakai bahasa yang dapat dimengerti anak. b. Modeling Modeling meruapakn suatu proses sosialisasi yang terjadi baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam interaksinya dalam lingkungan sosial. c. Home (Hand Over Mouth Exercise) Metode ini bertujuan untuk : Mencegah respon menolak terhadap perawatan gigi.

10

Menyadarkan

anak

bahwa

yang

mencemaskan

anak

sebenarnya tidak begitu menakutkan seperti yang dibayangkan. Mendapatkan perhatian anak agar diamendengar apa yang dikatakan dokter dan menerima perawatan. d. Reinforcement Pada umumnya anak akan senang apabila prestasi yang telah ditunjukkan dihargai dan diberi hadiah. Hal ini dapat meningkatkan keberanian anak dan dipertahankan untuk perawatan ikemudian hari.

e. Sedasi Sedasi berarti menghilangkan rasa cemas. Oleh karena itu penggunaan lokal anastesi wajar diperlukan, tetapi biasanya tidak menimbulkan masalah bila pasien sudah diberi penenang. Walaupun demikian, sedasi dengan menggunakan nitrous oxide dapat

menyebabkan analgesik terhadap sedasi. Sedasi dapat diberikan secara oral. Intra vena, inra muscular dan inhalsi.

TRIAD OF CONCERN Dalam penanggulangan tingkah laku anak ada tiga komponen yang harus dipertimbangkan yakni pasien anak, orang tua dan dokter gigi. Orang Tua Peranan orang tua ,erupakan salah satu faktor dalm keberhasilan perawatan pasien anak oleh karena sikap orang tua akan mempengaruhi tingkah laku anak. Pendekatan dengan orang tua dapat dilakukan dengan cara memberikan nasehat ( counseling ) yaitu perawatan gigi yang harus diperhatikan, kapan dimulai dan pengaruh lingkungan dimana hal ini dapat disebarkan melalui berbagai media massa atau secara individu. Doketr Gigi

11

Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter gigi yaitu : a. Kepribadian dokter gigi Dalam merawat pasien anak, dokter gigi harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang psikologi anak agar dapat mengatasi anak tanpa menimbulkan trauma psikologi pada anak tertentu. b. Waktu dan lamanya kunjungan Harus diusahakan untuk tidak membuat si anak di kursi gigi lebih lama dari setengah jam. Oleh karena dapat menyebabkan si anak bosan dan menangis. Waktu kunjungan yang baik itu adalah waktu dimana anak dalam keadaan santai atau waktu bermain. Jangan waktu anak pada anak berada di fase lelah. c. Keterampilan dokter gigi Seorang dokter gigi harus mampu melaksanakan tugasnya dengan termapil dan sedikit tidak menimbulkan rasa sakit. Harus dapat melakukan tindakan operatif, cara yang sederhana dan mudah. d. Susunan ruang praktek gigi Karena adanya rasa takut sewaktu pasien anak memasuki ruang praktek maka untuk mengurangu rasa takut ini adalah dengan membuat suasana ruang tunggu seperti suasana rumah. Kamar praktek dapat dibuat lebih menarik dengan menggantungkan gambar-gamabr dinding yang bersifat sugestif atau memberikan kesan santai

12

BAB II PEMBAHASAN

A. IDENTITAS PASIEN Nama penderita Tanggal lahir/umur Alamat Telepon Jenis kelamin : An. Moh. Iqbal Ramadhani (Rama) : 9 Mei 2008/ 6 tahun : Perum Istana Tidar 64/7 Jember :: Laki-laki

Orang tua/ pengantar : Yusron Haries Dokter Mahasiswa Dikirim oleh Dikirim ke : drg. Dyah Setyorini, M.Kes : Kelompok Tutorial 2 ::-

Jika dilihat dari usia pasien yaitu 6 tahun, maka dalam hal ini pasien dalam masa perkembangan gigi permanen dan lepasnya gigi sulung. Sebagian gigi

permanen sudah terlihat erupsi dan sebagian lagi masih tertanam dalam tulang alveolar, sedangkan gigi sulung sebagian terlihat telah tanggal dan siap digantikan oleh gigi permanen dibawahnya, tetapi ada juga gigi sulung yang belum tanggal. Ditinjau dari tempat tinggalnya, pasien termasuk ke dalam lingkungan sosial yang cukup baik. Di usia pasien yang masih tergolong anak-anak, prevalensi untuk terjadinya karies cukup tinggi, hal ini dikarenakan pasien masih suka makan permen, kue kering atau basah dan makan di waktu tidur, sehingga kondisi asam di rongga mulut tidak bisa terkendali dengan baik, dan didukung dengan kurangnya kesadaran untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari, disini diketahui bahwa pasien hanya menggosok gigi sekali dalam sehari. B. CATATAN MEDIS Pemeriksaan yang pertama yang kami lakukan adalah pemeriksaan catatan medis, yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien dan orangtua
13

pasien, hal ini dimaksudkan agar pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan bisa terjawab dengan baik, karena mengingat usia pasien yang masih tergolong anak kecil, dikhawatirkan pasien tidak bisa menjawab beberapa pertanyaan dengan baik. Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Apakah anak ini sedang menerima perawatan medis Untuk menegakkan diagnose sebelum melakukan rencana perawatan dilakukan pengisisan terlebih dahulu beberapa kolom dalam catatan medis. Yang pertama yaitu, apakah pasien sedang menerima perawatan medis. Yang dimaksud dengan perawatan medis ini adalah pasien sedang dalam control dokter lain atau tim medis lain yang menandakan bahwa si pasien mempunyai keluhan atau penyakit lain yang harus kita perhatikan sebagai pertimbangan untuk melakukan perawatan. Lebih baik pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan pada orang tua pasien agar mendapatkan jawaban secara akurat. Pasien atas nama An.Rama, tidak sedang menerima perawatan medis. Setelah itu dilanjutkan dengan pertanyaan yang kedua dan ketiga yaitu kapan kunjungan terakhir pada dokternya dan apa tujuannya. 2. Penyakit- penyakit sebelumnya Selain itu, ditanyakan pula kepada orang tua pasien bahwa apakah pasien memiliki penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita. Yang pertama yaitu penyakit jantung, untuk menanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit ini dapat ditanyakan cirri-cirinya seperti apakah pasien pernah merasakan nyeri di dada, keringat berlebih, atau nafas pendek, dll. Yang kedua yaitu alergi, apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat-obatan tertentu, sehingga dokter bisa memperkirakan obat-obatan apa yang harus dihindari. Yang ketiga yaitu penyakit measles. Measles ini adalah penyakit campak yang dicirikan dengan munculnya bintik-bintik merah pada wajah yang menyebar ke seluruh tubuh dan agak sedikit gatal. Yang keempat adalah nephritis, penyakit ini ditandai dengan adanya darah dalam urin yang disertai nyeri pinggang , mata kuning dll. Yang kelima adalah diabetes, untuk mengetahui pasien menderita diabetes bisa ditanyakan berat badan dan tinggi pasien dan dilakukan penghitungan berat badan ideal. Ditanyakan pula
14

apakah pasien senang makan-makanan manis dengan cirri-ciri penderita DM seperti poliuri, polidipsi ataupun polifagia. Yang keenam adalah celiac (diarrheae), pasien yang menderita penyakit ini ditandai dengan diare kronis yang berlangsung selama 3 minggu atau lebih sampai mempengaruhi berat badan pasien. Yang ketujuh yaitu gangguan perdarahan, penyakit ini banyak macamnya seperti hemophilia, trombositopenia, dll. Hal ini perlu ditanyakan karena mempengaruhi perawatan yang nantinya akan dilakukan. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan pada anak Mohammad Iqbal Ramadhani tidak pernah menderita cacar air, rheumatic fever, asthma, epilepsy, gangguan endokrin dan lain-lain. 3. Temperatur Mengetahui temperature suhu badan bertujuan untuk mengetahui suhu badan panas dan untuk mengetahui adanya kelainan pada tubuh dipergunakan sebagai salah satu penyokong dalam membantu menentukan diagnosa. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan temperatur suhu badan anak normal pada saat dilakukan diagnose. 4. Nafsu makan Nafsu makan anak yaitu 3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan malam. Nafsu makan berhubungan dengan intake nutrisi pada pasien dan akan mempengaruhi pertumbuhan giginya. Apakah lambat atau cepat.

5. Makan kue-kue kering/ basah Salah satu pemeriksaan subjektif pada kartu status klinik pedodonsia yaitu menanyakan kepada anak (sebagai pasien) ataupun orang tua anak tentang pola makan anak tersebut. Hal ini penting untuk operator / dokter gigi dalam menentukan diagnosa suatu kelainan didalam rongga mulut anak tersebut. Seperti kesukaan anak dalam makan permen, makan kue-kue basah ataupun kering, dan kebiasaan makan waktu tidur. Hal ini dikaitkan dengan peranan makanan tersebut mengandung karbohidrat berlebih dan berada lama didalam rongga mulut pasien sehingga bisa
15

menyebabkan tingginya faktor resiko anak tersebut menderita karies gigi. Dari hasil pemeriksaan didapatkan anak tersebut suka makan permen, makan kue-kue basah/kering 6. Makan waktu tidur Suka makan waktu tidur. Dari hasil ini kita bisa mengindikasikan bahwa oral higine anak tersebut kurang baik. 7. Bentuk muka Pemeriksaan berikutnya adalah pemeriksaan objektif bentuk muka. Asimetris wajah dapat terjadi secara fisiologis atau patologis. Secara fisiologis misalnya kebiasaan tidur anak sehingga meyebabkan perubahan bentuk wajah yang permanen. Asimetris wajah patologis dapat disebabkan tekanan abnormal dalam intra uterus, paralise saraf kranial, fibrous displasia atau gangguan perkembangan herediter. Selain itu asimetris wajah patologis pada anakanak sering juga disebabkan karenainfeksi atau trauma. Pemeriksaan dan riwayat pembengkakan penting diketahui untuk menentukan diagnosa dan etiologi. Pada pemeriksaan yang kami laksanakan wajah anak adalah simetris. 8. Kebiasaan-kebiasaan Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan objektif maupun subjektif tentang oral habit anak. Seperti kebiasaan menggunakan tangan atau lengan sebagai bantal, bernafas melalui mulut, maupun kebiasaan jelek menggigit bibir, kuku, dan pipi. Kebiasaan buruk ini dapat menyebabkan gangguan dalam pola perkembangan dentofasial serta dapat menyebabkan tekanan abnormal pada struktur dentofasial yang menyebabkan malformasi pada struktur dan hubungan interstruktural. Pada hasil pemeriksaan yang kami lakukan didapatkan hasil 0 atau anak tersebut tidak memiliki oral habit. Kesalahan yang terjadi saat pemeriksaan yang kita alami adalah anak tersebut tidak didampingi orang tuanya sehingga kita sedikit kesulitan dalam berkomunikasi dengan anak tersebut serta karena terlalu banyaknya operator yang memeriksa membuat anak tersebut sedikit ketakutan dan menjawab pertanyaan yang kita ajukan
16

dengan ragu-ragu serta setiap operator mmiliki pendapatnya masing-masing sehingga terjadi perdebatan pendapat. 9. Apakah pernah mengunjungi dokter gigi Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah mengunjungi dokter gigi sebelumnya. Pertanyaan ini diajukan karena berhubungan dengan rencana perawatan yang akan diberikan. Umumnya pasien yang belum pernah ke dokter gigi akan merasa takut, sedangkan yang sudah pernah tidak merasa takut. Hal ini juga berhubungan dengan perlakuan operator terhadap pasien yang merasa takut tersebut. 10. Apakah pernah dirawat di rumah sakit Operator menanyakan kepada orangtua apakah pasien pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya. Jika pernah kapan terakhir pasien dirawat dirumah sakit. Hal ini ditanyakan karena berhubungan dengan adakah penyakit sistemik yang diderita pasien dan rencana perawatan yang akan dilakukan oleh operator. 11. Co-operative Co-operative adalah pasien bisa diajak kerjasama dengan operator. Pasien cooperative berhubungan dengan tingkat kesulitan operator memeriksa pasien. Semakin cooperative pasien maka semakin mudah operator dalam memeriksa. Selain itu, pasien akan menjawab segala pertanyaan operator dengan jujur, dan menunjukkan sikap penerimaan terhadap operator yang bersangkutan saat diwawancara. Dan juga bersedia untuk diperiksa, baik pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang lainnya.

C. PEMERIKSAAN RONGGA MULUT 1. Keadaan jaringan lunak Berdasarkan pemeriksaan intra oral pada jaringan lunak rongga mulut, di dapat hasil yang normal. Pada bibir dan mukosa lunak tidak ditemukan adanya kelainan atau dalam kondisi normal. Pada gingiva juga tidak terjadi gingivitis karena gingiva terlihat normal, baik warna; bentuk dan konsistensinya. Retraksi gingival

17

normal begitu juga dengan pemeriksaan lidah, dimana pada lidah tidak terdapat candidiasis ataupun kelaianan lainnya. 2. Hygiene mulut baik/sedang/kurang Penilaian oral hygiene pasien dinyatakan berdasarkan skala OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified) dari Green dan Vermillion. Kriteria penilaiannya adalah 0,0 1,2 (Good/Baik), 1,3 3,0 (Moderate/Sedang), 3,1 6,0 (Poor/Jelek). Hasilnya diperoleh engan cara menjumlahkan Debris Index dan Calkulus Index ( OHI-S = DI + CI). Pada pemeriksaan ini diperoleh hygiene mulut pasien adalah kategori sedang. Berdasarkan pernyataan pasien diketahui bahwa pasien hanya menggosok gigi sekali sehari.

3. Oklusi 3.1 Garis Median Normal :(+)

Pemeriksaan garis median pada pasien yaitu didapati garis median gigi normal. 3.2 Gigi muka protrusi / Berdesakan :(0)

Pada pasien anak-anak ini, tidak ada kelainan gigi protrusi ataupun gigi berdesakan. 3.3 Class I 3.4 Class II 3.5 Class III 3.6 Gigitan silang 3.7 Gigitan terbuka 3.8 Gigitan dalam :(-) :(-) :(-) :(-) :(-) :(-)

Untuk pemeriksaan 3.3 sampai dengan 3.8, kelompok kami tidak melakukan pemeriksaan terhadap pasien tersebut. 4. X-Ray Foto Pemeriksaan radiologi ini dilakukan pada gigi anterior rahang bawah. Pada hasil xray foto, didapatkan gigi geminasi pada gigi 32.
18

5. Perawatan-Perawatan Gigi Sebelumnya Pasien anak-anak ini tidak memiliki riwayat adanya perawatan-perawatan gigi sebelumnya. KEADAAN GIGI

UE

UE

PE

UE

UE

UE Ket :

UE

UE

UE

= gigi sisa akar = karies media / karies profunda = gigi hilang = karies superfisialis

Pemeriksaan keadaan gigi pada pasien dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi gigi pasien untuk menentukan rencana perawatan yang akan diberikan. Pada pemeriksaan keadaan gigi ini kita harus mengetahui bagian gigi mana yang mengalami karies atau keluhan lain, gigi mana yang masih
19

tergolong gigi sulung atau apakah sudah ada yang tanggal ataupun tanggal prematur. Pemeriksaan ini menggunakan kaca mulut sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kondisi di dalam rongga mulut pasien yang tidak mungkin terlihat jelas secara langsung. 1. Rahang atas: a. Kanan Gigi 51 telah tanggal dan gigi penggantinya 11 sudah mulai terlihat namun hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). karena erupsi gigi insisiv sentral normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun. Gigi 52 juga sudah tanggal. Gigi 52 ini mengalami tanggal prematur, karena normalnya gigi sulung insisivus kedua atas tanggal pada usia 8-9 tahun yang kemudian akan digantikan oleh gigi 21. Hal ini terjadi mungkin bisa disebabkan oleh gigi penggantinya yang berukuran lebih besar sehingga membutuhkan space akibatnya gigi sebelahnya menjadi tanggal. Gigi 53 masih ada, karena gigi 53 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi gigi penggantinya (13) masih un erupted. Pada gigi 54 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada usia 9-11 tahun. gigi penggantinya 14 belum tumbuh karena akan erupsi pada usia 10-11 tahun. Akan tetapi, gigi 54 mengalami karies yang kecil pada oklusalnya. Karies pada gigi 54 termasuk pada karies kelas 1 dimana karies tersebut hanya mengenai pada oklusalnya saja. Gigi 55 masih ada, karena gigi 55 akan tanggal pada usia 10-12 tahun dan gigi penggantinya 15 belum tumbuh karena akan erupsi pada usia 10-12 tahun. Gigi 16 sudah mengalami erupsi, karena gigi 16 erupsi pada usia 6-7 tahun. Kondisi gigi 16 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.

Pada regio kanan gigi rahang atas, semua gigi tidak mengalami kelainan kecuali pada gigi 54 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas I.

20

b. Kiri Gigi 61 telah tanggal dan gigi penggantinya 21 sudah mulai terlihat namun hanya sebagian saja/parsial erupsi (PE). Sebab erupsi gigi insisiv sentral normalnya adalah 7-9 tahun sedangkan pasien masih berumur 6 tahun. Gigi 62 juga sudah tanggal. Gigi 62 tanggal prematur, karena normalnya gigi insisivus sulung kedua baru tanggal pada umur 8-9 tahun, sedangkan pasien masih berumur 6 tahun, namun gigi insisivus kedua sudah tanggal. Pada gigi 63 masih ada sebab gigi 63 akan tanggal pada usia 10-12 tahun, jadi gigi penggantinya 13 masih belum erupsi/un erupted. Pada gigi 64 juga masih dapat kita lihat sebab gigi tersebut akan tanggal pada usia 9-11 tahun. Namun, gigi penggantinya masih belum erupsi sebab gigi 24 akan erupsi pada usia 10-11 tahun. Gambaran klinis menunjukkan gigi tersebut mengalami karies yang sangat besar sampai mengenai lebih dari setengah dentin. Gigi 65 juga masih ada, dimana dia akan tanggal pada usia 10-12 tahun. Namun gigi penggantinya 25 belum erupsi (erupsi usia 10-12 tahun). Gigi 65 juga mengalami karies seperti gigi 64 namun merupakan karies kecil pada pitnya. Dimana karies tersebut termasuk dalam karies kelas I yang hanya mengenai pit dan fisure saja. Gigi 26 sudah mengalami erupsi, karena gigi 26 erupsi pada usia 6-7 tahun. Kondisi gigi 26 masih baik-baik saja tanpa adanya karies. Pada regio sebelah kiri gigi rahang atas, gigi yang mengalami masalah adalah pada gigi 64 dimana pada gigi tersebut terdapat karies yang cukup besar mengenai lebih dari setengah dentin dan gigi 65 terdapat karies kelas I.

2. Rahang Bawah a. Kiri Pada gigi 71 telah tanggal dan gigi penggantinya 31 sudah erupsi sebab gigi tersebut akan mengalami erupsi pada usia 6-7 tahun.
21

Pada gigi 72 juga sudah tanggal, sedangkan gigi penggantinya yaitu 32 belum terlihat (UE). Karena normalnya gigi 32 erupsi pada umur 7-8 tahun. Sedangkan umur pasien masih 6 tahun.

Pada gigi 73 masih belum tanggal dan gigi pengganti 33 belum erupsi dimana normalnya erupsi umur 9-10 tahun.

Pada gigi 74 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 74 tanggal pada umur 9-10 tahun. Gigi pengganti 34 belum erupsi karena baru akan mulai erupsi pada umur 10-12 tahun. Gigi 74 mengalami karies yang kecil pada bagian distalnya. Dimana karies ini termasuk karies kelas II yang terjadi pada aproksimal gigi posterior.

Gigi 75 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 75 tanggal pada umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 35 belum erupsi karena baru akan mulai erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 75 ini juga mengalami karies seperti gigi 64 namun kariesnya hanya kecil pada pitnya (karies kelas I).

Gigi 36 sudah mengalami erupsi, karena gigi 36 erupsi pada usia 6-7 tahun. Kondisi gigi 36 masih baik-baik saja tanpa adanya karies.

Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah adalah pada gigi 74 dimana pada gigi tersebut terdapat karies kelas II dan gigi 75 terdapat karies kelas I

b. Kanan Pada gigi 81 telah tanggal dan gigi penggantinya 41 sudah mengalami erupsi penuh sama seperti regio sebelah kiri RB waktu erupsinya sama yaitu pada usia 6-7 tahun Pada gigi 82 masih belum tanggal meskipun gigi I2 pada regio kiri RB dan RA regio kiri dan kanan sudah tanggal. Sebab I2 tanggal pada usia 7 tahun sehingga gigi 82 tidak mengalami kelainan.

22

Pada gigi 83 masih belum tanggal dikarenakan tanggal normalnya pada usia 10-12 tahun dan terdapat karies pada servikalnya (karies kelas V).

Pada gigi 84 masih belum tanggal. Namun, gigi penggantinya masih belum erupsi, karena gigi 44 akan erupsi pada usia 10-12 tahun. Akan tetapi, gigi 84 mengalami karies yang kecil pada pitnya (kelas I)

Pada gigi 85 juga masih belum tanggal. Karena normalnya gigi 85 tanggal pada umur 10-12 tahun. Gigi pengganti 45 belum erupsi karena baru akan mulai erupsi pada umur 11-12 tahun. Gigi 85 ini juga mengalami karies yaitu dimana dia hanya tedapat sisa akarnya saja.

Pada regio sebelah kiri gigi rahang bawah, gigi yang mengalami masalah adalah pada gigi 83 terdapat karies kelas V, gigi 84 terdapat karies kelas I dan gigi 85 juga mengalami karies namun hanya masih tersisa sisa akarnya saja.

Pada gambar di bawah ini kita dapat mengetahui kapan waktu tanggal pada gigi sulung (primary teeeth) dan juga waktu erupsi pada gigi sulung dan permanen secara normal. Sehingga kita dapat mengetahui gigi pasien yang mengalami kelainan atau tidak.

23

Penghitungan DMF-T dan def-t Perlu diketahui bahwa mengukur indeks kesehatan gigi biasnya menggunakan DMF-T untuk gigi permanen dan def-t utuk gigi susu. DMF digunakan untuk menghitung indeks karies yang terjadi pada gigi permanen. D/d( Decay ) adalah karies yang tidak dirawat, dan indikasi tumpatan. M/e ( Missing) adalah gigi hilang akibat karies, karies yang sudah tidak bisa ditumpat dan dipertahankan atau indikasi ekstraksi, sedangkan F/f ( Filling) adalah untuk gigi yang telah direstorasi. Indeks DMF-T dan def-t ini bertujuan untuk mengetahui status karies gigi permanen maupun susu, Perencanaan upaya promotif dan preventive serta kebutuhan perawatan, Pengembangan status pengalaman karies individu, dan membandingkan status pengalaman karies gigi antar daerah serta sebelum dan sesudah program berjalan. Dari hasil pemeriksaan kelompok kami maka diperoleh hasil bahwa untuk gigi permanen DMF-T = 0 , sedangkan def-t = 8. Jadi dapat diketahui bahwa tingkat kesehatan gigi sulung sangat rendah karena banyak yang mengalami karies sehingga masih membutuhkan rencana perawatan selanjutnya untuk gigi sulung tersebut, sedangkan pada gigi permanen masih bagus tidak terjadi karies sehingga tinggal diberikan DHE untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan mulut pasien.
24

6. Keluhan Gigi Pada step keluhan gigi ini berisi keluhan pasien saat ini dan mengapa pasien datang kedokter gigi. Pada pasien ini, dia hanya ingin memeriksakan keadaan rongga mulutnya saja tanpa adanya keluhan sakit ataupun bengkak pada rongga mulutnya.

7. Kelenjar Submandibula dan Tonsil Pada step ini pemeriksaan kelenjar submandibula maupun tonsil dilakukan sebagai penunjang pemeriksaan apakah ada kelainan atau pembengkakan didalam maupun diluar rongga mulut. Cara pemeriksaan ini bisa dengan posisi operator berada di depan maupun di belakang pasien. Kemudian pasien disuruh menengadah dan operator segera menekan kelenjar submandibula apakah ada rasa sakit atau pembengkakan. Sedangkan pada pemeriksaan tonsil bisa dilakukan dengan cara dilihat serta ditekan menggunakan kaca mulut. Jika ada suatu kemerahan atau rasa sakit saat ditekan berarti ada suatu kelainan. Pada pasien ini tidak ditemukan suatu pembengkakan ataupun kemerahan baik pada kelenjar submandibula maupun pada tonsilnya. Ini menandakan pasien dalam keadaan normal.

Gambar 7.1. pemeriksaan kelenjar submandibula

25

8. Diagnosa Diagnosa disini digunakan untuk mengidentifikasi sifat-sifat penyakit atau kondisi atau membedakan satu penyakit atau kondisi dari yang lainnya. Diagnosa yang didapatkan dari pasien diantaranya adalah : Terjadi iritasi pulpa pada gigi 54, 65, 74, 75, 83 dan 84 Terjadi gangren pulpa pada gigi 64 Terjadi gangren radiks pada gigi 85

9. Rencana Perawatan Rencana perawatan ini dilakukan sebelum perawatan. Pada tahapan ini kita harus pintar memilih rencana perawatan apa yang paling tepat terhadap kelainan yang diderita pasien. Dari diagnosa diatas beberapa rencana perawatan yang dilakukan diantaranya : Dilakukan tindakan preventif berupa DHE Kelas 1 amalgam pada gigi 54, 65, 75 dan 84 Kelas 2 amalgam pada gigi 74 Kelas 5 GI pada gigi 83 Perawatan saluran akar (pulpektomi) pada gigi 64 Pemberian tumpatan onlay setelah dilakukan PSA pada gigi 64 Pengekstraksian menggunakan sitoject pada gigi 85 Pemberian space mentainer pada tempat gigi 85 post ekstraksi Pemberian TFA atau fissur sealant pada gigi yang masih dalam kondisi baik untuk mencegah terjadinya karies

26

DAFTAR PUSTAKA

Daniel I. 2009. Biodegradation of Polyacid Modified Composite Resin by Human Salivary Estarases. M.Sc.Thesis. University of Toronto. Toronto, Canada. McDonald RE, Avery DR dan Stookey GK. Dental caries in the child and adolescent. In: McDonlad RE & Avery DR. Ed. Dentistry for the child and adolescent. 7th ed. St. Louis: Mosby, 2000:333-7. Chaikumarn, M., 2004, Working Conditions and Dentists Attitude Towards Proprioceptive Derivation, Int. J Occup. Safety and Ergonomics (JOSE), 10 (2): 137. Gandavadi, A., 2007, Assessment of Dental Student Posture in Two Seating Conditions using RULA methodology A Pilot Study, British Dent. J., 203 (10): 601. Tarigan, R. 1994. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Cetakan I. Jakarta : Widya Medika. The American academy of Pediatric dentistry. Policy on Early Childhood Caries ( ECC ) Classifications, Consequences, and Preventive Strategies. 2011. Hamrui, 2009. Faktor-Faktor Yang Mendukung Kebiasaan Makan-Makanan Kariogenik Dengan Terjadinya Karies Gigi Pada Anak Prasekolah http://www.aapd.org/media/policies_guidelines/p_eccclassifications.pdf

27

Anda mungkin juga menyukai