Eyup Candas Gundogdu, DDS, and Hakan Arslan, Assoc Prof, Dr, DDS
Abstrak
Pendahuluan: Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh dari
cryotherapy intrakanal, intraoral, dan ekstraoral terhadap nyeri pascaoperatif pada
gigi molar dengan periodontitis apikal simptomatik. Metode: Total 100 pasien
didistribusikan secara acak ke dalam 4 kelompok: kontrol (tanpa aplikasi
cryotherapy), aplikasi cryotherapy intrakanal, aplikasi cryotherapy intraoral, dan
aplikasi cryotherapy ekstraoral. Nyeri pasca-operatif pasien dicatat pada hari
pertama, ke tiga, ke lima, dan ke tujuh. Data dianalisa secara statistik menggunakan
uji regresi linear, X2, analisis varians satu hari, Turkey post hoc, dan uji Kruskal-
Wallis H (P= .05). Hasil: Tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar
kelompok terkait data demografis (P> .05). tingkat nyeri pasca-operatif dan nilai
visual analogue scale (VAS) pra-operatif dari nyeri perkusi serupa antar kelompok
(P> .05). Analisa regresi linear menunjukkan bahwa variable kelompok memiliki
pengaruh paling signifikan pada nyeri pasca-operatif hari 1 (P< .001) di antara
variabel lainnya (kelompok, usia, jenis kelamin, nomor gigi, tingkat nyeri pra-
operatif, dan skor VAS dari nyeri saat perkusi). Saat dibandingkan dengan
kelompok kontrol, semua kelompok cryotherapy menunjukkan nyeri perkusi yang
rendah dan nyeri pasca-operatif yang rendah pada hari pertama, ke tiga, ke lima,
dan ke tujuh (P < .05). Kesimpulan: Dalam segala keterbatasan studi ini, semua
aplikasi cryotherapy (intrakanal, intraoral, dan ekstraoral) menghasilkan tingkat
nyeri pasca-operatif yang lebih rendah dan skor VAS yang lebih rendah terkait
nyeri perkusi dibandingkan kelompok kontrol. (J Endod 2018;44:349-354)
Kata Kunci: Cryotherapy, endodontik, nyeri pascaoperatif, reduksi temperatur.
Banyak pasien memercayai bahwa perawatan saluran akar sangat menyakitkan, hal
ini terkadang disebabkan oleh pengalaman sebelumnya, komunikasi dengan orang
lain, maupun informasi yang tidak tepat dari berbagai jenis media1. Pasien
mengalami berbagai tingkat nyeri sebelum, selama, dan sesudah perawatan saluran
akar2. Tinjauan sistemis baru – baru ini menunjukkan bahwa antara 3% dan 58%
pasien melaporkan pengalaman nyeri endodontik pasca-operatif3. Inflamasi
jaringan periapikal merupakan salah satu penyebab nyeri pasca-operatif4. Faktor –
faktor seperti cidera mekanis, cidera kimiawi, dan mikroorganisme dapat
memengaruhi perkembangan nyeri pasca-operatif5. Nyeri yang terjadi setelah
perawatan saluran akar dapat sangat menyusahkan pasien dan dokter gigi. Pasien
menganggap nyeri pasca-operatif dan inflamasi sebagai patokan dari kemampuan
klinisi3. Pengalaman dan kesalahpahaman pasien seperti ini menunjukkan
pentingnya reduksi nyeri pasca-operatif endodontik.
Banyak studi riset (penelitian) yang berfokus pada penanganan nyeri pasca-
operatif endodontik. Beberapa strategi telah digunakan untuk meredakan nyeri
pasca-operatif meliputi pendekatan dengan cara menenangkan pasien dan
penjelasan pra-operatif6, aplikasi glide path7, reduksi oklusal8, aplikasi teknik
mekanis dan gerakan (kinematik) yang berbeda selama perawatan saluran akar9,
dan metode farmakologi (anastesi long acting10, medikasi menggunakan
antihistamin11, obat antiinflamasi nonsteroid12, asam salisilat13, acetaminophen14,
kombinasi ibuprofen dan acetaminophen15, analgesik narkotika16, kombinasi
analgesik narkotika dengan asam salisilat17, dan obat anti-inflamasi steroid18).
Istilah cryotherapy diangkat dari bahasa Yunani cryos, yang berarti “sangat
dingin” atau “sedingin es”. Oleh sebab itu, cryotherapy mengacu pada perawatan
yang menggunakan suhu rendah19. Sedini 2500 SM, orang Mesir kuno
menggunakan suhu rendah untuk mengobati cidera dan inflamasi. Pada orang
Yunani kuno, cryotherapy digunakan oleh Hippocrates, yang menyarankan
penggunakan aplikasi dingin secara lokal maupun sistemik untuk alasan
terapeutik20. Cryotherapy bertujuan untuk menghilangkan panas dan oleh sebab itu
memberikan kelebihan berupa reduksi inflamasi21. Cryotherapy telah digunakan
dalam aplikasi klinis untuk menangani nyeri sejak sekitar tahun 1960an 22. Tiga
respon dasar fisiologis jaringan setelah aplikasi suhu dingin meliputi penurunan
aliran darah lokal, penghambatan reseptor neuron pada kulit dan jaringan subkutan,
dan penurunan aktivitas metabolis23. Jaman sekarang, cryotherapy diaplikasikan
dalam berbagai cabang kedokteran meliputi ortopedi24, traumatologi25, fisioterapi26,
neurologi27, bedah maksilofasial28, bedah plastik29, bedah dental30, dan baru – baru
ini endodontik (cryotherapy intrakanal)31,32.
Signifikansi
Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk Studi Pilot dan Studi Utama
Kriteria inklusi meliputi pasien sehat, berusia ≥ 18 tahun, dan memiliki gigi
molar maksilaris dan mandibularis dengan pulpa vital. Pasien – pasien ini juga
harus menunjukkan periodontitis apikalis simptomatik. Periodontitis apikalis
simptomatis ditentukan pada dasar gejala klinis dari nyeri pra-operatif yang parah
(visual analogue scale [VAS] > 60) dan nyeri perkusi yang parah (VAS>60).
Kriteria eksklusi meliputi tidak adanya pendarahan kamar pulpa pada saat
preparasi kavitas akses, adanya penyakit sistemik maupun reaksi alergi,
penggunaan jenis medikasi analgesik atau antibiotik apapun dalam 3 hari,
perawatan saluran akar sebelumnya, sinus tracts/pembengkakan lokal gusi disekitar
gigi yang bersangkutan, penyakit periodontal parah, adanya poket periodontal >
3mm pada gigi yang bersangkutan, adanya radiolusensi periapikal, akar yang terlalu
bengkok, akar yang terlalu panjang maupun terlalu pendek, masalah dalam
penentuan panjang kerja, file patah, overinstrumentasi dan overfilling/pengisian
yang tidak sempurna.
Penilaian dilakukan dalam 2 tahap. Pada tahap pertama, gigi yang bukan
molar dieksklusikan dari studi oleh sekretaris klinik. Pasien yang memenuhi syarat
diteruskan ke peneliti studi. Pada tahap ke dua, para peneliti menilai gigi molar
untuk kelayakkannya memenuhi syarat.
Prosedur Perawatan untuk Studi Pilot dan Studi Utama
Setelah preparasi 1/3 korona saluran akar dilakukan, saluran akar diirigasi
dengan 2 mL NaOCL 2,5%. Panjang kerja ditentukan menggunakan apex locator
electronik (Root ZX Mini; J. Morita Co, Tustin, CA). Panjang kerja ditetapkan pada
0,5 mm kurang dari panjang sebenarnya menggunakan apex locator elektronik. File
baru digunakan untuk setiap pasien, dan preparasi dilakukan berdasarkan instruksi
pabrik. Bila K-file ukuran 20 tidak mencapai panjang kerja, maka saluran akar
dipreparasi dengan R25. Bila K-file ukuran 20 masuk secara pasif hingga panjang
kerja namun F-file 30 tidak masuk secara pasif hingga panjang kerja, maka saluran
akar dipreparasi dengan R40. Bila K-file 30 masuk secara pasif hingga panjang
kerja, maka saluran akar dipreparasi dengan R50. Bila perlu, saluran akar
dipreparasi dengan K-File 45 hingga 80. Dua mililiter NaOCl 2,5% digunakan di
antara tiap pecking (gerakan masuk dan keluar alat). Untuk menghilangkan smear
layer, 5 ml 2,5% NaOCl diaplikasikan selama 1 menit, diikuti oleh 5 mL 5% EDTA
(Werax, Izmir, Turkey) selama 1 menit. Prosedur aktivasi irigasi tidak
diaplikasikan. Sebanyak 11 mL NaOCl digunakan. Perincian militer tersebut
meliputi pembesaran koronal, 2 mL NaOCl; pecking pertama, 2 mL NaOCl;
pecking ke dua, 2 mL NaOCl; dan pembuangan smear removal setelah pecking ke
tiga, 5 mL NaOCl.
Saluran akar pada kelompok kontrol, cyrotherapy intraoral, dan ekstraoral
diirigasi menggunakan larutan salin 20 mL suhu ruangan selama 5 menit. Pada
kelompok cryotherapy intrakanal, saluran akar diirigasi menggunakan larutan salin
dingin 20 mL (2,5oC) selama 5 menit.
Kelompok
Kelompok Kontrol. Setelah irigasi NaOCl dan EDTA dilakukan, saluran akar
diberikan irigasi akhir menggunakan larutan salin 20 mL suhu ruangan selama 5
menit.
Analisa Statistik
Hasil
Huruf – huruf di atas menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antar
kelompok dalam baris yang sama.
Tabel 2. Rerata ± Standar Deviasi nilai VAS dari Tingkat Nyeri, Tingkat Nyeri saat
Perkusi, Penggunaan Analgesik berdasarkan kelompok.
Tabel 4. Jumlah saluran akar pada gigi yang terdapat dalam studi ini
Tidak ada pasien yang dirujuk untuk pertemuan tidak terjadwal karena
flare-ups, dan tidak terdapat kejadian palpasi pasca-operatif, pembengkakan, atau
sinus tracts.
Pembahasan
Nosiseptor distimulasi oleh berbagai mediator kimia, dan stimulasi ini dapat
menghasilkan nyeri36. Saat suhu dingin yang digunakan pada cryotherapy
diaplikasikan pada area target, efek analgesik akan terjadi34. Cryotherapy
memperlambat sinyal neural dan mereduksi pelepasan mediator kimia yang
bertanggung jawab dalam konduksi nnyeri24. Efek – efek ini dapat menjelaskan
penurunan tingkat nyeri dari kelompok cryotherapy dalam studi ini.
Dua studi klinis pada pengaruh cryotherapy intrakanal terhadap nyeri pasca-
operatif menunjukkan bahwa aplikasi cryotherapy intrakanal secara signifikan
mereduksi nyeri pasca-operatif31,32. Penemuan ini sejalan dengan studi ini. Namun,
tidak seperti kedua studi tersebut, aplikasi cryotherapy intraoral dan ekstraoral
dievaluasi dalam studi ini untuk reduksi nyeri pasca-operatif. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa aplikasi cryotherapy intraoral dan ekstraoral menunjang
reduksi signifikan secara statistik pada nyeri pasca-operatif. Karena belum terdapat
studi mengenai aplikasi cryotherapy intraoral atau pun ekstraoral dalam bidang
endodontik, hal ini tidak memungkinkan untuk melakukan perbandingan langsung
dari penemuan ini dengan studi – studi sebelumnya.
Cara termudah untuk menilai nyeri adalah pertama – tama tanyakan pasien
apakah terdapat rasa nyeri. Namun, respon positif atau negatif yang sederhana tidak
cukup untuk penilaian. Skala nyeri dapat melakukan tugas ini, oleh pasien terlibat
dalam menghitung derajat nyeri yang dialami (melalui angka maupun kata).
Berbagai jenis skala telah digunakan untuk penilaian nyeri37.
Kesimpulan
Pernyataan Resmi