Anda di halaman 1dari 13

Pengaruh dari Berbagai Aplikasi Cryotherapy terhadap Nyeri

Pasca-operatif pada Gigi Molar dengan Periodontitis Apikalis


Simptomatik: Sebuah Uji Klinis Prospektif Acak Awal

Eyup Candas Gundogdu, DDS, and Hakan Arslan, Assoc Prof, Dr, DDS

Abstrak
Pendahuluan: Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh dari
cryotherapy intrakanal, intraoral, dan ekstraoral terhadap nyeri pascaoperatif pada
gigi molar dengan periodontitis apikal simptomatik. Metode: Total 100 pasien
didistribusikan secara acak ke dalam 4 kelompok: kontrol (tanpa aplikasi
cryotherapy), aplikasi cryotherapy intrakanal, aplikasi cryotherapy intraoral, dan
aplikasi cryotherapy ekstraoral. Nyeri pasca-operatif pasien dicatat pada hari
pertama, ke tiga, ke lima, dan ke tujuh. Data dianalisa secara statistik menggunakan
uji regresi linear, X2, analisis varians satu hari, Turkey post hoc, dan uji Kruskal-
Wallis H (P= .05). Hasil: Tidak terdapat perbedaan statistik yang signifikan antar
kelompok terkait data demografis (P> .05). tingkat nyeri pasca-operatif dan nilai
visual analogue scale (VAS) pra-operatif dari nyeri perkusi serupa antar kelompok
(P> .05). Analisa regresi linear menunjukkan bahwa variable kelompok memiliki
pengaruh paling signifikan pada nyeri pasca-operatif hari 1 (P< .001) di antara
variabel lainnya (kelompok, usia, jenis kelamin, nomor gigi, tingkat nyeri pra-
operatif, dan skor VAS dari nyeri saat perkusi). Saat dibandingkan dengan
kelompok kontrol, semua kelompok cryotherapy menunjukkan nyeri perkusi yang
rendah dan nyeri pasca-operatif yang rendah pada hari pertama, ke tiga, ke lima,
dan ke tujuh (P < .05). Kesimpulan: Dalam segala keterbatasan studi ini, semua
aplikasi cryotherapy (intrakanal, intraoral, dan ekstraoral) menghasilkan tingkat
nyeri pasca-operatif yang lebih rendah dan skor VAS yang lebih rendah terkait
nyeri perkusi dibandingkan kelompok kontrol. (J Endod 2018;44:349-354)
Kata Kunci: Cryotherapy, endodontik, nyeri pascaoperatif, reduksi temperatur.

Banyak pasien memercayai bahwa perawatan saluran akar sangat menyakitkan, hal
ini terkadang disebabkan oleh pengalaman sebelumnya, komunikasi dengan orang
lain, maupun informasi yang tidak tepat dari berbagai jenis media1. Pasien
mengalami berbagai tingkat nyeri sebelum, selama, dan sesudah perawatan saluran
akar2. Tinjauan sistemis baru – baru ini menunjukkan bahwa antara 3% dan 58%
pasien melaporkan pengalaman nyeri endodontik pasca-operatif3. Inflamasi
jaringan periapikal merupakan salah satu penyebab nyeri pasca-operatif4. Faktor –
faktor seperti cidera mekanis, cidera kimiawi, dan mikroorganisme dapat
memengaruhi perkembangan nyeri pasca-operatif5. Nyeri yang terjadi setelah
perawatan saluran akar dapat sangat menyusahkan pasien dan dokter gigi. Pasien
menganggap nyeri pasca-operatif dan inflamasi sebagai patokan dari kemampuan
klinisi3. Pengalaman dan kesalahpahaman pasien seperti ini menunjukkan
pentingnya reduksi nyeri pasca-operatif endodontik.

Banyak studi riset (penelitian) yang berfokus pada penanganan nyeri pasca-
operatif endodontik. Beberapa strategi telah digunakan untuk meredakan nyeri
pasca-operatif meliputi pendekatan dengan cara menenangkan pasien dan
penjelasan pra-operatif6, aplikasi glide path7, reduksi oklusal8, aplikasi teknik
mekanis dan gerakan (kinematik) yang berbeda selama perawatan saluran akar9,
dan metode farmakologi (anastesi long acting10, medikasi menggunakan
antihistamin11, obat antiinflamasi nonsteroid12, asam salisilat13, acetaminophen14,
kombinasi ibuprofen dan acetaminophen15, analgesik narkotika16, kombinasi
analgesik narkotika dengan asam salisilat17, dan obat anti-inflamasi steroid18).

Istilah cryotherapy diangkat dari bahasa Yunani cryos, yang berarti “sangat
dingin” atau “sedingin es”. Oleh sebab itu, cryotherapy mengacu pada perawatan
yang menggunakan suhu rendah19. Sedini 2500 SM, orang Mesir kuno
menggunakan suhu rendah untuk mengobati cidera dan inflamasi. Pada orang
Yunani kuno, cryotherapy digunakan oleh Hippocrates, yang menyarankan
penggunakan aplikasi dingin secara lokal maupun sistemik untuk alasan
terapeutik20. Cryotherapy bertujuan untuk menghilangkan panas dan oleh sebab itu
memberikan kelebihan berupa reduksi inflamasi21. Cryotherapy telah digunakan
dalam aplikasi klinis untuk menangani nyeri sejak sekitar tahun 1960an 22. Tiga
respon dasar fisiologis jaringan setelah aplikasi suhu dingin meliputi penurunan
aliran darah lokal, penghambatan reseptor neuron pada kulit dan jaringan subkutan,
dan penurunan aktivitas metabolis23. Jaman sekarang, cryotherapy diaplikasikan
dalam berbagai cabang kedokteran meliputi ortopedi24, traumatologi25, fisioterapi26,
neurologi27, bedah maksilofasial28, bedah plastik29, bedah dental30, dan baru – baru
ini endodontik (cryotherapy intrakanal)31,32.

Sebuah studi in vitro menunjukkan bahwa penggunaan larutan salin dingin


sebagai irigan akhir mengurangi suhu permukaan akar eksternal sekitar lebih dari
10oC dan mempertahankan suhu tersebut selama 4 menit, yang cukup untuk
menghasilkan efek anti-inflamasi lokal pada jaringan periradikuler33. Setelah studi
in vitro ini, 2 studi klinis menunjukkan bahwa aplikasi cryotherapy intrakanal
menghasilkan reduksi signifikan pada tingkat nyeri pasca-operatif31,32. Namun,
tidak terdapat studi terkait pengaruh aplikasi cryotherapy intraoral dan ekstraoral
terhadap nyeri pasca-operatif. Oleh sebab itu, tujuan studi ini adalah mengevaluasi
pengaruh aplikasi cryotherapy intrakanal, intraoral, dan ekstraoral terhadap nyeri
pasca-operatif pada gigi molar dengan periodontitis apikalis simptomatik. Hipotesis
nol studi ini adalah tidak terdapat perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok
cryotherapy dalam hal nyeri pasca-operatif.

Signifikansi

Aplikasi cryotherapy (intrakanal, intraoral, dan ekstraoral) menghasilkan


tingkat nyeri pasca-operatif yang lebih rendah dan skor VAS nyeri perkusi yang
lebih rendah dari kelompok kontrol.

Bahan dan Metode

Studi dilaksanakan di Departemen Endodontik, Fakultas Kedokteran Gigi,


Universitas Ataturk, Erzurum, Turki antara 15 Juni 2016 dan 30 September 2016.
Komite Etik Penelitian Universitas telah menyetujui protokol studi (10/2015). Studi
pilot dilakukan untuk menentukan ukuran sampel yang dibutuhkan untuk studi
utama. Pada studi pilot ini, ukuran efek yang ditentukan adalah 3,922. Berdasarkan
ukuran efek ini, 8 sampel sudah cukup (power 95%) untuk 4 kelompok. Namun,
untuk memungkinkan keadaan - keadaan maupun kesulitan - kesulitan yang tak
terduga, ukuran efek diubah menjadi 0,40 dan 100 sampel digunakan untuk 4
kelompok (92% actual power). Dengan demikian, jumlah sampel yang dibutuhkan
ditetapkan menjadi 100.

Sebelum eksperimen dilanjutkan, pasien secara acak dan terpisah


didistribusikan ke dalam 4 kelompok untuk studi pilot dan studi utama
menggunakan program Web yang tersedia di www.randomizers.org (Gambar 1).
Gambar 1. Daftar periksa

Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk Studi Pilot dan Studi Utama

Kriteria inklusi meliputi pasien sehat, berusia ≥ 18 tahun, dan memiliki gigi
molar maksilaris dan mandibularis dengan pulpa vital. Pasien – pasien ini juga
harus menunjukkan periodontitis apikalis simptomatik. Periodontitis apikalis
simptomatis ditentukan pada dasar gejala klinis dari nyeri pra-operatif yang parah
(visual analogue scale [VAS] > 60) dan nyeri perkusi yang parah (VAS>60).

Kriteria eksklusi meliputi tidak adanya pendarahan kamar pulpa pada saat
preparasi kavitas akses, adanya penyakit sistemik maupun reaksi alergi,
penggunaan jenis medikasi analgesik atau antibiotik apapun dalam 3 hari,
perawatan saluran akar sebelumnya, sinus tracts/pembengkakan lokal gusi disekitar
gigi yang bersangkutan, penyakit periodontal parah, adanya poket periodontal >
3mm pada gigi yang bersangkutan, adanya radiolusensi periapikal, akar yang terlalu
bengkok, akar yang terlalu panjang maupun terlalu pendek, masalah dalam
penentuan panjang kerja, file patah, overinstrumentasi dan overfilling/pengisian
yang tidak sempurna.

Penilaian dilakukan dalam 2 tahap. Pada tahap pertama, gigi yang bukan
molar dieksklusikan dari studi oleh sekretaris klinik. Pasien yang memenuhi syarat
diteruskan ke peneliti studi. Pada tahap ke dua, para peneliti menilai gigi molar
untuk kelayakkannya memenuhi syarat.
Prosedur Perawatan untuk Studi Pilot dan Studi Utama

Setiap pasien menandatangani formulir persetujuan medis. Data demografis


(usia, jenis kelamin, dan nomor gigi) dicatat untuk pasien yang memenuhi kriteria
inklusi. Selain itu, tingkat nyeri pra-operatif dan skor pra-operatif nyeri perkusi
dicatat oleh pasien.

Operator tunggal (E.C.G.) melakukan perawatan untuk semua pasien.


Semua pasien menerima 1 ampul anastesi berisi 4% articaine HCl dengan rasio
epinefrin 1:100.000 (Ultracaine D-S Forte; Aventis, Istanbul, Turki). Semua
prosedur diselesaikan di bawah isolasi rubber dam. Setelah preparasi akses kavitas
dilakukan, K-file ukuran 10 dimasukkan ke dalam saluran akar. Saluran akar
dipreparasi menggunakan file RECIPROC (VDW, Munich, Germany) dan
endodontic motor SILVER RECIPROC (VDW) dengan menggunakan mode
RECIPROC ALL yang disarankan oleh pabrik.

Setelah preparasi 1/3 korona saluran akar dilakukan, saluran akar diirigasi
dengan 2 mL NaOCL 2,5%. Panjang kerja ditentukan menggunakan apex locator
electronik (Root ZX Mini; J. Morita Co, Tustin, CA). Panjang kerja ditetapkan pada
0,5 mm kurang dari panjang sebenarnya menggunakan apex locator elektronik. File
baru digunakan untuk setiap pasien, dan preparasi dilakukan berdasarkan instruksi
pabrik. Bila K-file ukuran 20 tidak mencapai panjang kerja, maka saluran akar
dipreparasi dengan R25. Bila K-file ukuran 20 masuk secara pasif hingga panjang
kerja namun F-file 30 tidak masuk secara pasif hingga panjang kerja, maka saluran
akar dipreparasi dengan R40. Bila K-file 30 masuk secara pasif hingga panjang
kerja, maka saluran akar dipreparasi dengan R50. Bila perlu, saluran akar
dipreparasi dengan K-File 45 hingga 80. Dua mililiter NaOCl 2,5% digunakan di
antara tiap pecking (gerakan masuk dan keluar alat). Untuk menghilangkan smear
layer, 5 ml 2,5% NaOCl diaplikasikan selama 1 menit, diikuti oleh 5 mL 5% EDTA
(Werax, Izmir, Turkey) selama 1 menit. Prosedur aktivasi irigasi tidak
diaplikasikan. Sebanyak 11 mL NaOCl digunakan. Perincian militer tersebut
meliputi pembesaran koronal, 2 mL NaOCl; pecking pertama, 2 mL NaOCl;
pecking ke dua, 2 mL NaOCl; dan pembuangan smear removal setelah pecking ke
tiga, 5 mL NaOCl.
Saluran akar pada kelompok kontrol, cyrotherapy intraoral, dan ekstraoral
diirigasi menggunakan larutan salin 20 mL suhu ruangan selama 5 menit. Pada
kelompok cryotherapy intrakanal, saluran akar diirigasi menggunakan larutan salin
dingin 20 mL (2,5oC) selama 5 menit.

Setelah irigasi akhir, saluran akar dikeringkan menggunakan absorbent


paper point (Pearl Endo; Beraydent, Ankara, Turkey). Saluran akar kemudian diisi
dengan kon tunggal yang sesuai (RECIPROC;VDW) dan sealer 2-Seal (VDW).
Kamar pulpa diisi dengan resin komposit flowable, dan kemudian resin komposit
nanohybrid dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan teknik inkremental. Resin
ini dicuring selama 10 detik (untuk tiap inkremental) menggunakan LED light
curinng-unit (VALO Cordless; Ultradent, South Jordan, UT) dengan output 1000
mW?cm2.

Kelompok

Kelompok Kontrol. Setelah irigasi NaOCl dan EDTA dilakukan, saluran akar
diberikan irigasi akhir menggunakan larutan salin 20 mL suhu ruangan selama 5
menit.

Kelompok Cryotherapy Intrakanal. Setelah irigasi NaOCl dan EDTA dilakukan,


saluran akar diberi irigasi akhir menggunakan larutan salin dingin 20 mL (2,5oC)
selama 5 menit. Prosedur pengisian saluran akar dan restorasi kemudian dilakukan.

Kelompok Cryotherapy Intraoral. Seperti kelompok kontrol, saluran akar dalam


kelompok ini diberikan irigasi akhir menggunakan larutan salin 20 mL suhu
ruangan selama 5 menit. Kemudian, kompres es kecil (dibungkus kasa steril)
dimasukkan secara intraoral ke dalam mulut pada permukaan vestibulum gigi yang
dirawat. Pasien diinstruksikan untuk mempertahankan kompres es dalam mulut
selama 30 menit.

Kelompok Cryotherapy Ekstraoral. Seperti pada kelompok kontrol, saluran akar


dalam kelompok ini diirigasi menggunakan larutan salin 20 mL suhu ruangan
selama 5 menit. Kemudian kompres es yang dibungkus 2 lapis handuk kertas
diletakkan secara ekstraoral pada permukaan pipi. Pasien diinstruksikan untuk
mempertahankan kompres es pada posisinya selama 30 menit. Pasien
diinstruksikan untuk melepas kompres es ekstraoral selama 1 – 2 menit bila terdapat
sensasi terbakar atau terlalu dingin.

Untuk nyeri yang parah setelah perawatan, 400 mg ibuprofen (Brufen;


Abbott, Istanbul, Turkey) diresepkan. Pasien diinstruksikan untuk mencatat nyeri
yang dirasakan pada hari pertama, ke tiga, ke lima, dan ke tujuh untuk VAS dan
untuk mendokumentasikan asupan analgesik. Tingkat nyeri pasca-operatif pada
sensitivitas perkusi dan palpasi dicatat 1 minggu kemudian, disertai pembengkakan
pasca-operatif, sinus tract, dan kunjungan yang tak terjadwal.

Analisa Statistik

Analisa regresi linear digunakan untuk menentukan variabel (kelompok,


usia, jenis kelamin, nomor gigi, tingkat nyeri pra-operatif, dan skor VAS nyeri saat
perkusi) yang paling berkolerasi dengan nyeri pasca-operatif pada hari 1. Uji X2
digunakan untuk menganalisa secara statistik jenis kelamin, nomor gigi, dan
penggunaan analgesik pasca-operatif (P= .05). Analisa varians satu arah dan uji post
hoc Tukey digunakan untuk menganalisa secara statistik data usia (P= .05). Karena
data untuk tingkat nyeri pasca-operatif dan skor VAS dari nyeri saat perkusi tidak
homogen, uji Kruskal-Wallis H digunakan untuk analisa statistik (P = .05). Interval
kepercayaan diatur pada 95% untuk uji – uji tersebut.

Hasil

Ringkasan studi terdapat dalam diagram Consort (Gambar 2). Sebanyak


1312 pasien yang diterima di Universitas Ataturk, Fakultas Kedokteran Gigi,
Departemen Endodontik, dievaluasi untuk studi.
Gambar 2. Alur diagram CONSORT

Pasien dievaluasi mulai dari 15 Juni 2016 hingga 30 September 2016.


Sebanyak 1212 pasien yang tidak memenuhi kriteria inklusi dieksklusikan dari
studi, menyisakan 100 pasien. Pasien – pasien ini dibagi secara acak ke dalam 4
kelompok masing – masing 25. Sebanyak 16 pasien tidak mengikuti janji temu
kontrol setelah perawatan dilakukan. Empat dari 16 pasien ini adalah kelompok
kontrol, tiga berasal dari kelompok intrakanal, empat pasien dari kelompok
intraoral, dan lima berasal dari kelompok ekstraoral.

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antar kelompok


berdasarkan data demografis (Tabel 1) (P> .05). Tingkat nyeri pra-operatif (P> .05)
dan tingkat nyeri pra-operatif saat perkusi (P> .05) serupa antar kelompok (Tabel
2). Analisa regresi linear menunjukkan bahwa variabel kelompok memiliki
pengaruh yang paling signifikan pada nyeri pasca-operatif hari 1 (P< .001) di antara
variabel lainnya (kelompok, usia, jenis kelamin, nomor gigi, tingkat nyeri pra-
operatif dan skor VAS dari nyeri saat perkusi) (Tabel 3).
Tabel 1. Data demografis berdasarkan Kelompok

Huruf – huruf di atas menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antar
kelompok dalam baris yang sama.

Tabel 2. Rerata ± Standar Deviasi nilai VAS dari Tingkat Nyeri, Tingkat Nyeri saat
Perkusi, Penggunaan Analgesik berdasarkan kelompok.

Huruf – huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang signifikan secara


statistik antar kelompok dalam bari yang sama

Tabel 3. Analisa Regresi Linear


Tabel 2 menunjukkan tingkat nyeri pra-operatif dan pasca-operatif serta
skor VAS dari nyeri saat perkusi berdasarkan kelompok studi. Saat dibandingkan
dengan kelompok kontrol, semua kelompok cryotherapy menunjukkan tingkat
nyeri pasca-operatif yang lebih rendah pada hari pertama, ke tiga, ke lima, dan ke
tujuh dan tingkat nyeri perkusi yang lebih rendah pada hari ke tujuh (P< .05).

Tabel 4 menunjukkan jumlah saluran akar berdasarkan jenis gigi.

Tabel 4. Jumlah saluran akar pada gigi yang terdapat dalam studi ini

Tabel 2 menunjukkan distribusi pasien yang membutuhkan anlagesik pasca-


operatif. Pasien pada kelompok kontrol menggunakan analgesik yang lebih banyak
dibandingkan kelompok lainnya (P < .05). Pasien pada kelompok cryotherapy
ekstraoral membutuhkan lebih banyak analgesik dibandingkan kelompok
cryotherapy intraoral (P< .05). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik antara kelompok cryotherapy intraoral dan intrakanal atau antara
cryotherapy intrakanal dan ekstraoral dalam hal penggunaan analgesik (P> .05).

Tidak ada pasien yang dirujuk untuk pertemuan tidak terjadwal karena
flare-ups, dan tidak terdapat kejadian palpasi pasca-operatif, pembengkakan, atau
sinus tracts.

Pembahasan

Tujuan studi ini adalah untuk memeriksa pengaruh berbagai aplikasi


cryotherapy (intrakanal, intraoral, dan ekstraoral) terhadap nyeri pasca-operatif
pada gigi molar dengan periodontitis apikalis simptomatik. Hipotesa nolnya adalah
tidak terdapat perbedaan antar kelompok kontrol dan kelompok cryotherapy terkait
nyeri pasca-operatif. Hasil studi menunjukkan perbedaan yang signifikan secara
statistik antar kelompok kontrol dan kelompok cryotherapy sepanjang periode
waktu untuk nyeri pasca-operatif. Oleh sebab itu, hipotesis nol studi ini ditolak.

Hasil studi mengindikasikan bahwa nyeri pasca-operatif dan tingkat nyeri


perkusi secara signifikan lebih rendah pada kelompok cryotherapy intrakanal,
intraoral, dan ekstraoral dibandingkan kelompok kontrol. Aplikasi panas atau
dingin pada jaringan dapat menyebabkan peningkatan maupun penurunan aliran
darah. Perubahan pada aliran darah dapat menstimulasi maupun menhambat
nosiseptor dan menyebabkan peningkatan maupun penururnan aktivitas
metabolis23. Studi – studi sebelumnya menjelaskan bahwa aplikasi crytherapy
mereduksi nyeri muskuloskeletal, inflamasi, spasme otot, pendarahan, regresi
jaringan penghubung, dan waktu konduksi saraf21,23. Dalam sebuah tinjauan
sistematis, Bleakley dkk24 mengevaluasi efisiensi aplikasi cryotherapy pada cidera
akut jaringan lunak. Hasil studi menunjukkan bahwa cryotherapy efektif dalam
mengurangi rasa sakit jangka pendek dan membatasi inflamasi. Reduksi nyeri
pasca-cryotherapy dan inflamasi terbatas dapat dijelaskan melalui vasokontriksi,
reduksi reaksi biokimia, dan perlambatan metabolisme sel34. Selain itu, cryotherapy
dapat mencegah lesi dan kerusakan jaringan yang dapat menghasilkan hipoksia
sekunder. Vasokonstriksi juga mencegah edema35.

Nosiseptor distimulasi oleh berbagai mediator kimia, dan stimulasi ini dapat
menghasilkan nyeri36. Saat suhu dingin yang digunakan pada cryotherapy
diaplikasikan pada area target, efek analgesik akan terjadi34. Cryotherapy
memperlambat sinyal neural dan mereduksi pelepasan mediator kimia yang
bertanggung jawab dalam konduksi nnyeri24. Efek – efek ini dapat menjelaskan
penurunan tingkat nyeri dari kelompok cryotherapy dalam studi ini.

Dua studi klinis pada pengaruh cryotherapy intrakanal terhadap nyeri pasca-
operatif menunjukkan bahwa aplikasi cryotherapy intrakanal secara signifikan
mereduksi nyeri pasca-operatif31,32. Penemuan ini sejalan dengan studi ini. Namun,
tidak seperti kedua studi tersebut, aplikasi cryotherapy intraoral dan ekstraoral
dievaluasi dalam studi ini untuk reduksi nyeri pasca-operatif. Hasil studi ini
menunjukkan bahwa aplikasi cryotherapy intraoral dan ekstraoral menunjang
reduksi signifikan secara statistik pada nyeri pasca-operatif. Karena belum terdapat
studi mengenai aplikasi cryotherapy intraoral atau pun ekstraoral dalam bidang
endodontik, hal ini tidak memungkinkan untuk melakukan perbandingan langsung
dari penemuan ini dengan studi – studi sebelumnya.

Cara termudah untuk menilai nyeri adalah pertama – tama tanyakan pasien
apakah terdapat rasa nyeri. Namun, respon positif atau negatif yang sederhana tidak
cukup untuk penilaian. Skala nyeri dapat melakukan tugas ini, oleh pasien terlibat
dalam menghitung derajat nyeri yang dialami (melalui angka maupun kata).
Berbagai jenis skala telah digunakan untuk penilaian nyeri37.

VAS telah digunakan dalam berbagai studi endodontik karena realibilitas


dan validitasnya38. Pasien (lebih dari usia 5 tahun) menjelaskan metode ini sebagai
metode yang jelas dan mudah digunakan39. Pada studi ini, VAS 10-cm digunakan
untuk menilai nyeri.

Keberhasilan perawatan saluran akar dapat ditentukan oleh indikator


kualitas hidup seperti seberapa lama gigi dapat bertahan, ketiadaan nyeri jangka
panjang, fungsi oral yang cukup, dan kepuasan pasien40. Ketiadaan nyeri jangka
pendek pasca-operatif tidak diterima sebagai kriteria keberhasilan jangka panjang.
Meskipun cryotherapy telah ditemukan efektif dalam meredakan nyeri pasca-
operatif, efeknya dalam keberhasilan jangka panjang dari perawatan saluran akar
masih belum diketahui. Oleh sebab itum studi lebih lanjut untuk memeriksa
pengaruh aplikasi cryotherapy terhadap keberhasilan jangka panjang perawatan
saluran akar dibutuhkan.

Sebelumnya, suhu hangat telah disarankan untuk meningkatkan efisiensi


pembersihan/antimikroba larutan NaOCl pada konsentrasi rendah41. Pada studi ini,
hanya aplikasi larutan irigasi suhu ruangan, atau 2,5oC dievaluasi. Nilai temperatur
yang dicapai apikal tidak diukur. Meskipun larutan irigasi dingin atau hangat cepat
berasimilasi dengan suhu tubuh, studi in vitro ini menunjukkan bahwa penggunaan
larutan salin 2,5oC sebagai irigan akhir menurunkan temperatur permukaan akar
lebih dari 10oC selama 4 menit33. Dalam studi oleh Sonntag dkk42, ditetapkan
bahwa aplikasi irigan dingin pada 10oC menghasilkan nlai apikal minimum 16,09oC
± 0,39oC. Perbedaan antar studi dapat dijelaskan melalui perbedaan suhu dari
larutan irigasi.
Cryotherapy intrakanal dapat dengan mudah dilibatkan dalam protokol
perawatan, dan pasien tidak akan memiliki kesan akan adanya tambahan langkah
dalam prosedur perawatan. Akan lebih nyaman bagi pasien untuk meninggalkan
sesi perawatan tanpa kompres es intraoral maupun ekstraoral.

Kesimpulan

Dalam keterbatasn studi ini, semua aplikasi cryotherapy (intrakanal,


intraoral, dan ekstraoral) menghasilkan reduksi tingkat nyeri pasca-operatif dan
reduksi skor nyeri saat perkusi dibandingkan kelompok kontrol. Selain itu, pasien
pada kelompok kontrol menggunakan lebih banyak analgesik dibandingkan pasien
dalam kelompok intrakanal, intraoral, dan ekstraoral. Untuk mengontrol nyeri
pasca-operatif dalam endodontik, cryotherapy tampaknya merupakan metode yang
efektif, praktis, dan murah. Namun, studi lebih lanjut terkait penggunaan
cryotherapy harus dilakukan.

Pernyataan Resmi

Para penulis menyangkal adanya konflik kepentingan terkait studi ini.

Anda mungkin juga menyukai