Anda di halaman 1dari 46

KASUS I

RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS IV PADA GIGI


INSISIVUS LATERALIS KIRI MAKSILA FRAKTUR ELLIS KELAS
II
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 29 tahun

Alamat

: Kyai Mojo, Bumijo- Yogyakarta

Elemen

: 21

No RM

: E-84286

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: tumpatan resin komposit kelas IV
x : gigi hilang
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien perempuan berusia 29 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan
untuk menambalkan gigi depan yang patah akibat kecelakaan sekitar 7 bulan yang lalu.
Gigi belum pernah sakit spontan sebelumnya. Sekarang gigi tidak sakit, pasien ingin
giginya ditambal supaya tidak terlihat patah lagi.
1

C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 22 Fraktur oblique melibatkan 1/3 insisal, dengan kedalaman dentin, oklusi gigi
21 open bite (Gambar 1 A dan 1B).
Tes sondasi: (+) (ngilu, hilang setelah rangsang dihilangkan); tes perkusi:
(-); palpasi (-); mobilitas: (-); tes vitalitas (CE): (+).
3. Kebersihan mulut penderita baik .

Gambar 1. A) gigi 21 fraktur oblique, 1/3 insisal, B) keadaan gigi 22


yang fraktur dilihat dari palatinal
Pemeriksaan radiografis
Gigi 22 Fraktur belum mencapai pulpa, terdapat gambaran radiolusen disisi bagian
mesial, distal dan apikal gigi 22 (Gambar 2).

Gambar 2. Fraktur belum mengenai pulpa


D. Diagnosis
Gigi 22 vital Fraktur Ellis kelas II
E. Rencana Perawatan
Restorasi resin komposit kavitas kelas IV

F. Prognosis
Prognosis baik, karena :
Belum pernah sakit spontan
Sisa jaringan keras gigi memungkinkan ditumpat dengan resin komposit.
2

Kebersihan mulut baik, pasien kooperatif.


4. Berdasarkan pemeriksaan radiografis jarak fraktur dengan kamar pulpa masih jauh
sehingga memungkinkan untuk ditambal resin komposit
G. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 7April 2011
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, diagnosis, dan penentuan
rencana perawatan
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
3. Pembuatan model mock up. Rahang atas dan rahang bawah dicetak menggunakan
bahan cetak hydrocolloid irreversible kemudian diisi dengan stone gips. Untuk
cetakan positif rahang atas gigi 22 yang fraktur, pada bagian palatalnya dibentuk
dengan malam merah sesuai dengan bentuk anatomis dan oklusi dengan gigi rahang
bawahnya. Kemudian dicetak dengan bahan cetak putty(exaflex GC) sebatas gigi 11
sampai 22, setelah setting keluarkan dan digunakan sebagai pedoman penumpatan
bagian palatinal dan insisal (Gambar 3).

.
Gambar 3. Pembuatan mock up untuk pedoman
penumpatan bagian palatinal dan insisal.

4. Preparasi kavitas, email yang tidak didukung dentin dibuang. Pembuatan bevel
menggunakan flame shaped bur pada cavosurface margin. Isolasi area kerja dengan
cotton roll, pasang TBA pada gigi tetangga yang tidak dikerjakan (Gambar 4).

Gambar 4. Isolasi gigi 11 dengan TBA


5. Penentuan warna dengan menggunakan Vita lumin shade guide (VITA zahnfabrik)
diperoleh warna A2 (Gambar 4).

Gambar 4. Penentuan warna diperoleh warna A2

6. Etsa diaplikasikan terlebih dulu kemudian dentin selama 15 detik. Bilas dengan air
dan keringkan dengan cotton pellets, jaga agar keadaan tetap moist.
7. Bonding diaplikasikan (Single Bond, 3M ESPE) pada kavitas menggunakan
microbrush, kemudian hembus perlahan dengan udara disekitar gigi, tunggu selama
10 detik kemudian diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik.
8. Penumpatan kavitas dengan bahan resin komposit warna A2 (Filtex Z250, 3M ESPE)
pada bagian palatinal terlebih dahulu gunakan model mock up yang telah dibuat
dengan ketebalan bahan resin + 2 mm, bentuk dengan plastis instrumen kemudian
diaktivasi sinar selama 20 detik.
9. Penumpatan bagian proksimal untuk membentuk embrasur mock up dilepas, lanjutkan
dengan memasang seluloid strip masuk sampai sub gingiva diaplikasikan komposit
A2 (Filtex Z250, 3M ESPE), kemudian di aktivasi sinar 20 detik (Gambar 6).

Gambar 6. Penumpatan bagian proksimal


dengan menggunakan seluloid strips
10. Penumpatan dengan memakai warna UD (Filtek Z250, 3M ESPE), dikondensasikan
pada seluruh labial gigi dan diaktivasi sinar 20 detik selanjutnya aplikasikan bahan
resin komposit A2 keseluruh permukaan gigi dan insisal, dikondensasikan sesuai
bentuk permukaan gigi menggunakan Comporoller (Kerr), aktivasi sinar 20 detik.
Setiap prosedur penumpatan resin komposit dilakukan dg kondensasi secara berlapis /
incremental.
11. Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan polishing disc
(optidisc, KerrHawe) dan polishing brush (opti shine,KerrHawe) (Gambar 7 A dan 7
B).

Gambar 7. A) Gigi 22 setelah penyelesaian dan pemolesan resin


resin (tampak labial), B) Gigi 22 setelah penyelesaian dan pemolesan
resin komposit (tampak palatal)

SEBELUM PERAWATAN

SESUDAH PERAWATAN

KASUS II
PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KUNJUNGAN DENGAN
TEKNIK PREPARASI CROWN DOWN MENGGUNAKAN ROTARY
PROTAPER DAN RESTORASI ONLEI PFM PADA GIGI MOLAR
PERTAMA KANAN MANDIBULA
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 29 tahun

Alamat

: Tempel, Sleman Jogjakarta

Elemen

: 46

No RM

: S-96946

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: tumpatan resin komposit

B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi geraham kanan bawah
berlubang, sejak 1 tahun yang lalu. Gigi tidak pernah terasa sakit, tetapi berdarah pada
waktu sikat gigi. Gigi belum pernah ditumpat dan dilakukan perawatan. Pasien ingin
dirawat giginya.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 46 terdapat kavitas di permukaan disto oklusal dengan kedalaman mencapai
pulpa, serta terdapat gingival polip yang menutupi kavitas (Gambar 1.A)
2. Tes perkusi (-), tes palpasi (+) (terdapat fistula di bagian bukal) (Gambar 1.B) tes
mobilitas (-).
3. Kebersihan mulut penderita baik

Gambar 1.A) Gigi 46 terdapat kavitas kelas II pada daerah disto oklusal
serta gingival polip, B) fistula pada bagian bukal gigi 46

D. Pemeriksaan Radiograf
Pada gigi 46 terdapat gambaran radiolusen pada area distal yang sudah mengenai pulpa
dan terdapat gambaran radiolusen di furkasi, diujung akar mesial serta sedikit di ujung
akar distal, lamina dura menghilang di ujung akar distal, mesial serta di daerah furkasi
(Gambar 2).

Gambar 2. Terdapat area radiolusen di permukaan distal gigi 46 yang


sudah mengenai pulpa dan terdapat gambaran radiolusen di furkasi,
di ujung akar mesial serta sedikit di ujung akar distal, lamina dura
menghilang di ujung akar distal dan mesial serta di daerah furkasi
E. Diagnosis
Gigi 46 karies profunda kavitas kelas II nekrosis pulpa, dengan gingival polip; fistula
dan lesi periapikal
F. Rencana Perawatan
1.

Perawatan saluran akar satu kali kunjungan

2.

Restorasi onlei PFM

G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1. Saluran akar lurus
2. Sisa struktur jaringan keras gigi pada daerah mesial masih cukup banyak dan
memungkinkan dilakukan restorasi onlei PFM
3. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 28 Maret 2011
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis,
dan penentuan rencana perawatan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent.
3. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan Pehacain pada bagian bukal gigi 46 dan gingival
polip di insisi dengan scalpel, kemudian luka di ditekan menggunakan tampon yang
sudah diberi iod.

4. Setelah gingival polip di insisi dilakukan pembuangan karies gigi dengan round bur
kecil dan pembukaan akses dengan bur Endoaccess (Dentsply) sampai mencapai ruang
pulpa. Pembukaan atap ruang pulpa diteruskan dengan bur Diamendo (Dentsply)
sampai akses masuk ke orifis terbuka.
5. Menciptakan dinding buatan (rewalling) didaerah distal menggunakan matriks
(Greater curve) dan RMGIC (Fuji II LC, GC), orifis ditutup dengan paper point
(Gambar 3).

Gambar 3. Gigi 46 dibuat rewalling pada daerah distal


6. Pemasangan isolator karet (rubberdam) pada daerah kerja (Gambar 4).

Gambar 4. Pemasangan isolator karet (rubberdam)


7. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan dikeringkan dengan paper
point steril. Dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi dari foto radiograf diagnosis
yaitu dengan penentuan titik referensi pada saluran akar distal, mesiobukal dan
mesiolingual di tonjol mesial gigi 46, kemudian diukur panjang gigi estimasi dari
radiograf dikurangi 1 mm. Diperoleh panjang kerja estimasi saluran akar distal 23 mm,
mesiobukal 22 mm, dan mesiolingual 22 mm.
8. Dilakukan eksplorasi dan negosiasi saluran akar menggunakan K-file

#10 untuk

saluran akar mesiobukal dan mesiolingual serta file #15 untuk saluran akar distal. KFile dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi.
9. Preparasi saluran akar menggunakan teknik crown down dan memakai protapper hand
use (dentsply). Pelebaran koronal pada saluran akar mesiobukal dan mesiolingual
10

menggunakan file Protapper S1 kemudian S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi


yaitu 22 mm. Begitu pula pada saluran akar distal dilakukan preparasi menggunakan
file S1 dilanjutkan S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi 23 mm.
10. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan dapat dikonfirmasi
dengan apex locator (Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang kerja, K-File # 20
dimasukkan pada saluran akar distal, dan K-file #15 ke saluran akar mesiobukal dan
headstrom #15 ke mesiolingual, diukur sesuai dengan panjang kerja estimasi yaitu
distal 23 mm, mesiobukal 22 mm mesiolingual 22 mm, kemudian diberi rubber
stopper. Setelah itu diambil gambaran radiograf sehingga panjang kerja sebenarnya
dapat ditentukan. Hasilnya file di saluran akar distal, mesiobukal dan mesiolingual
tepat pada apeks, maka panjang kerja sebenarnya adalah saluran akar distal 23 mm,
mesiobukal 22 mm dan mesiolingual 22 mm (Gambar 5. A, B).

Gambar 5. A)Pada gigi 46, K-file # 20 dimasukkan ke saluran akar distal, K- file #15
dan headstrom #15 dimasukkan ke saluran akar mesiobukal dan mesiolingual untuk
dilakukan pengukuran panjang kerja; B) Gambar radiograf pengukuran panjang keja
gigi 46

11. Dilanjutkan preparasi saluran akar bagian apikal


a. Distal
File S1, dengan panjang kerja (PK) 23 mm
File S2, dengan panjang kerja (PK) 23 mm
- Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 23 mm, dan diakhiri K-file # 25 dengan PK 23 mm
Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%
sebanyak 2,5 ml.
b. Mesiobukal
File S1, dengan panjang kerja 22 mm
File S2, dengan panjang kerja 22 mm
- Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 22 mm, dan diakhiri K-file # 25 dengan PK 22 mm
Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%
sebanyak 2,5 ml.
c. Mesiolingual
11

File S1, dengan panjang kerja 22 mm


File S2, dengan panjang kerja 22 mm
Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 22 mm, dan diakhiri K-file # 25 dengan PK 22 mm
Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%

sebanyak 2,5 ml dan file dilumasi dengan EDTA


12. Dilakukan pengepasan guta perca (Protaper, Dentsply), # F2 yang ditandai sepanjang
panjang kerja untuk saluran akar distal 23 mm, mesiobukal dan mesiolingual 22 mm.
Setelah itu dilakukan pengambilan foto radiograf (gambar 5. A, B).

Gambar 5. A) Gigi 46 pengepasan guta perca (master cone), B) Gambar radiografi


pengepasan gutaperca
13. Kemudian untuk persiapan obturasi, guta perca disterilisasi dengan dicelupkan ke
dalam larutan NaOCl 2,5% selama 1 menit kemudian dibilas dengan akuades steril.
Saluran akar didesinfeksi dengan klorheksidin 2% selama 1 menit, kemudian
dikeringkan dengan paper point steril.
14. Teknik obturasi dengan single cone. Siler (endomethasone dan eugenol) dimasukkan
ke dalam saluran akar menggunakan lentulo yang dipasang rubber stopper sesuai
panjang kerja, kemudian guta perca dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi
dengan siler. Kemudian guta perca dipotong sebatas orifis dengan plugger yang
dipanaskan dan dikondensasi secara ringan.
15. Pemeriksaan hasil obturasi saluran akar dengan pengambilan gambar radiograf, hasil
menunjukkan pengisian hermetis setelah itu orifis ditutup dengan SIK dan tumpatan
sementara (Orafil G, Preves Denpro) (Gambar 6).

Gambar 6. Gigi 46 terlihat obturasi yang hermetis,


12

Kemudian ditutup dengan SIK & tumpatan sementara


Kunjungan II, 11 April 2011
1. Pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan sakit
2. Pemeriksaan objektif: gigi 46 tumpatan sementara masih utuh; Tes perkusi: (-); tes
palpasi: (-)
3. Pemerikasaan Radiografis : masih terdapat gambaran raduolusen di daerah furkasi dan
sekitar akar mesial (Gambar 7).

Gambar 7. Gigi 46 terdapat gambaran raduolusen di daerah


furkasi dan sekitar akar mesial
4. Tumpatan sementara dibongkar, kemudian dilakukan preparasi onlei, dinding kavitas
dibuat paralel dan dasar kavitas dibuat rata dengan fissure diamond bur
5. Pada semua tonjol gigi dilakukan pemotongan bagian oklusal mengikuti lereng tonjol
menggunakan bur diamond berbentuk wheel + 1,5 mm
6. Pembuatan bevel ekstrakoronal (outer bevel) dengan bur diamond bentuk nyala api
(flame). Dilakukan pemeriksaan ulang bentuk preparasi, gigi dioklusikan terlihat
adanya jarak 1,5 mm pada saat gigi dioklusikan (Gambar 8. A dan B)

Gambar 8. A) Gigi 46 preparasi onlei (tampak oklusal),


B) Gigi 46 preparasi onlei (tampak bukal)
7. Penentuan warna onlei PFM dengan shade guide diperoleh warna A3 (Vita)
(Gambar 8.C).
13

Gambar 8. Penentuan warna onlei PFM diperoleh warna A3


8. Dilakukan pencetakan dengan teknik double impression (putty dan exaflex, GC)
untuk rahang bawah dan pencetakan dengan irreversible hydrocolloid untuk rahang
atas. Cetakan rahang atas diisi dengan investment gips, sedangkan rahang bawah diisi
dengan hard stone gips, setelah gips mengeras dilepas dari cetakan dan diperiksa
oklusinya kemudian dikirim ke laboratorium teknik gigi untuk dibuatkan restorasi
onlei PFM (Gambar.9).

Gambar 9. Pencetakan RB menggunakan double impression

Kunjungan III, 21 Juni 2011


1.

Restorasi onlei PFM sudah jadi (Gambar 10. A dan B).

2.

Dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan, dan pada pemeriksaan objektif
tumpatan sementara masih baik, perkusi (-), palpasi (-)

3.

Tumpatan sementara dibongkar, kavitas dibersihkan dari sisa tumpatan sementara

4.

Pengepasan onlei dilakukan dengan memasukkan restorasi onlei ke dalam kavitas


preparasi. Dilakukan pemeriksaan kontur, embrasur, kerapatan tepi, oklusi, dan kontak
proksimalnya.
14

Gambar 10. A) Restorasi onlei PFM pada model B). Restorasi onlei pada
saat RA dan RB dioklusikan
5. Kavitas gigi dibersihkan dengan menggunakan klorheksidin 2% dan dikeringkan
dengan hembusan udara secara tidak langsung selama 2 detik
6. Untuk sementasi digunakan SIK Tipe I (Luting cement, Fuji I) yang diaduk diatas
glass plate sesuai petunjuk pabrik dan diaplikasikan pada permukaan bagian dalam
onlei dan di insersikan.
7. Kelebihan semen dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi
menggunakan articulating paper (Gambar 11. A dan B)

Gambar 11. A) Insersi onlei PFM (tampak oklusal),


B) Insersi onlei PFM pada saat oklusi

Kunjungan IV kontrol, tanggal 28 Juni 2011


1. Pemeriksaan subjektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : restorasi onlei utuh, oklusi baik, perkusi (-), palpasi (-)
3. Pemeriksaan radiografis : masih terlihat sedikit gambaran radiolusen di daerah
furkasi.

15

Gambar 12. A) Keadaan gigi 46 dengan onlei PFM saat kontrol,


B). Gambaran radiografi sesudah dilakukan perawatan PSA dengan
restorasi onlei PFM, masih terdapat gambaran radiolusen di daerah
furkasi

SEBELUM PERAWATAN

SESUDAH PERAWATAN

16

KASUS III
BLEACHING INTRAKORONAL TEKNIK WALKING BLEACH DISERTAI
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KELAS I PADA GIGI INSISIVUS SENTRALIS
KANAN MAKSILA NON VITAL PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR

A. Data Perorangan
Jenis kelamin

: Perempuan

Umur

: 28 tahun

Alamat

: Caturtunggal, Jogjakarta

No.Rekam medis

: A 16393

Elemen gigi

: 11

MAKSILA
Palatal
Oklusal
Fasial

17

MANDIBULA
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
Keterangan :
: keluhan utama
: tumpatan resin komposit kelas IV
x : gigi hilang

B. Pemeriksaan subjektif
Pasien datang dengan keluhan ingin memutihkan gigi depan kanan atas yang terlihat
lebih gelap dibanding gigi depan kanan yang lainnya. Gigi tersebut sudah pernah
dilakukan perawatan saluran akar sekitar 5 bulan yang lalu.
C. Pemeriksaan objektif
1. Gigi 11 terdapat diskolorasi gigi warna C4 (VITA shade guide), warna gigi lain
sebelahnya A2 (VITA shade guide ) (gambar 1. A, B dan C).
2. Pemeriksaan perkusi (-), palpasi (-).
3. Jaringan pendukung gigi dan kebersihan mulut penderita baik .

Gambar 1. A) Keadaan awal gigi 11, B) Warna gigi 11 dengan VITA shade guide:C4, C)
Warna gigi 11 yang diinginkan A2 VITA shade guide
D. Pemeriksaan Radiograf

18

Pada gigi 11 terdapat gambaran radioopak pada saluran akar yang menunjukkan guta
perca pada saluran akar dengan pengisian hermetis sampai kamar pulpa. Pemotongan
guta perca terlalu pendek sehingga masih terdapat guta perca di dalam kamar pulpa
dan terdapat kelainan periapikal di ujung apeks gigi 11(Gambar 2).

Gambar 2. Radiograf gigi 11

E. Diagnosis
Gigi 11 non vital pasca perawatan saluran akar disertai diskolorasi dan lesi periapikal
F. Rencana Perawatan
1. Pada gigi 11 dilakukan bleaching intrakoronal teknik walking bleach
2. Restorasi resin komposit kavitas kelas I pada gigi 11 bagian palatinal
3. Dilakukan bedah endodontik untuk kelainan jaringan periapikalnya
G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1.
2.
3.

Pengisian saluran akar hermetis


Derajat diskolorasi tidak terlalu parah.
Kebersihan mulut baik, pasien kooperatif dan komunikatif.
H.

Tahap Perawatan

Kunjungan I, 20 Juni 2011


1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis,
dan penentuan rencana perawatan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
3. Penentuan warna gigi menggunakan shade guide VITA. Warna gigi 11 adalah C4.

19

4. Pembukaan akses kavitas menuju ruang pulpa, sisa gutaperca yang ada di kamar pulpa
dibuang dengan memakai Peeso Reamer (Gambar 3).

Gambar 3. Pengurangan guta perca


dengan memakai Peeso Reamer
5. Pembuangan guta perca dilanjutkan sampai lebih kurang 2 mm dari batas
cementoenamel junction (CEJ) kearah apikal dan dikonfirmasi dengan radiograf
kemudian dipadatkan dengan menggunakan plugger (gambar 4).

Gambar 4. Radiografi gigi 11 setelah pembuangan guta perca


6. Pembuatan barier dengan semen ionomer kaca (SIK) mulai dari sisa guta perca di
dalam saluran akar sampai Cemento Enamel Junction (CEJ) dengan ketebalan kurang
lebih 2 mm (Gambar 5).

20

Gambar 5. Radiografi gigi 11 setelah pembuatan barier SIK


7. Kamar pulpa dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian keringkan dengan aliran
udara, kemudian dibilas dengan air dan dikeringkan.
8. Bahan bleaching Natrium perborat dicampur dengan Perhydrol (Hidrogen peroksida
35%) diaduk sampai konsistensi seperti pasir basah kemudian diaplikasikan di dalam
kamar pulpa (Gambar 6).

Gambar 6. Bahan bleaching Natrium perborat dicampur dengan Perhydrol


9. Kavitas ditutup dengan tumpatan sementara double seal (cavit dan SIK)
10. Pasien diintruksikan kontrol 7 hari kemudian.
Kunjungan II, 28 Juni 2011
1. Pemeriksaan subyektif : gigi 11 tidak ada keluhan sakit.
2. Pemeriksaan obyektif : Tumpatan sementara masih baik.
3. Warna gigi 11 mulai ada perubahan warna (B3), tetapi belum sesuai dengan gigi yang
diinginkan A2 VITA (gambar 7).
4. Jaringan lunak sekitar gigi yang akan dirawat,dilindungi dengan vaselin dan

gigi

diisolasi dengan karet isolator ( rubberdam).


5. Tumpatan sementara dibuka, kemudian kamar pulpa dibersihkan dengan irigasi salin
dan dikeringkan.
6. Pengulangan aplikasi bahan bleaching dan ditutup dengan tumpatan sementara
double seal (cavit dan SIK).
21

7. Pasien diinstruksikan untuk kontrol 7 hari kemudian.

Gambar 7. Gigi 11 setelah bleaching 1 minggu

Kunjungan III, 4 Juli 2011


1. Pemeriksaan subyektif : gigi 11 tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : Tumpatan sementara masih baik (Gambar 8).

Gambar 8. Tumpatan sementara (Double seal) masih baik


3. Penentuan warna gigi 11 dengan bantuan shade guide VITA didapatkan warna gigi
sudah berwarna A2 (Gambar 9).

Gambar 9. Gigi 11 setelah bleaching 2 minggu

22

4. Dilanjutkan untuk penumpatan resin komposit kavitas kelas I pada gigi 11 di bagian
palatinal. Pembuangan tumpatan sementara SIK dengan round diamond bur. Cavosurface margin di bevel menggunakan bur nyala api sehingga membentuk
hollowground bevel (Gambar 10).

Gambar 10. Preparasi kavitas gigi 11


5. Kavitas dibersihkan dengan cavity cleanser (Chlorhexidine digluconat 2%).
6. Bahan etsa diaplikasikan pada email, kemudian dentin selama 15 detik. Bilas dengan
air dan keringkan dengan cotton pellets, dijaga agar keadaan tetap moist.
7. Bahan bonding (Single Bond, 3M ESPE) diaplikasikan pada kavitas menggunakan
microbrush, kemudian hembus perlahan dengan udara disekitar gigi, tunggu selama
10 detik kemudian diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik.
8. Penumpatan kavitas dengan bahan resin komposit warna A2 (Filtex Z250, 3M ESPE)
kemudian diaktivasi sinar selama 20 detik. Prosedur ini dilakukan sampai seluruh
permukaan kavitas terisi penuh dengan bahan resin komposit.
9. Finishing dan polishing restorasi gigi 11 menggunakan polishing diamond bur,
polishing disc, dan polishing brush. (Gambar 11).

Gambar 11. Gigi 11 setelah direstorasi resin komposit


Kavitas kelas I pada bagian palatinal

Kunjungan ke IV, 20 Juli 2011


1. Pemeriksaan subjektif gigi 11: tidak ada keluhan, pasien puas dengan perubahan
warna giginya saat ini (gambar 12 A).
23

2. Pemeriksaan objektif gigi 11 :perkusi (-); palpasi (-), warna gigi sesuai atau sama
dengan gigi sebelahnya, tidak ada perubahan warna dan jaringan mukosa.
3. Pemeriksaan radiograf gigi 11 : tidak ada resorpsi akar, masih terdapat gambaran
radiolusen di ujung apeks gigi 11(gambar 12 B).

Gambar 12. A). Gigi 11 setelah dilakukan kontrol, B) radiografi gigi 11 pada saat kontrol,
tidak terdapat resorpsi akar dan masih terdapat gambaran radiolusen di ujung apeks gigi 11.

SEBELUM

PERAWATAN

SESUDAH

PERAWATAN
24

KASUS IV
PULPEKTOMI TEKNIK PREPARASI STEP BACK DAN MAHKOTA
JAKET PORSELEN FUSI METAL MENGGUNAKAN PASAK
PARALLEL SELF THREADING PADA GIGI INSISIVUS SENTRALIS
KIRI MAKSILA FRAKTUR ELLIS KELAS III
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 17 tahun

Alamat

: Condongcatur, yogyakarta

Elemen

: 21

No RM

: H-94882

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: fraktur
25

: belum erupsi
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan rasa sakit pada gigi depannya
yang patah akibat kecelakaan 3 hari yang lalu. Rasa sakit sering timbul spontan dan
tiba-tiba dan belum pernah minum obat. Pasien juga merasa terganggu
penampilannya. Pasien ingin agar gigi-gigi depannya dirawat agar tidak merasa sakit
lagi serta gigi yang patah tersebut diperbaiki.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 21 Fraktur oblique melibatkan 1/3 panjang mahkota serviko insisal (Gambar 1.
A, B).
2. Tes perkusi(+); palpasi(-); mobilitas: (-).
3. Kebersihan mulut penderita baik.

Gambar 1. A) Keadaan gigi 21 dengan fraktur oblique melibatkan 1/3


panjang mahkota serviko insisal , B) memperlihatkan keadaan palatal gigi 21
dengan pulpa yang sudah terbuka
D. Pemeriksaan Radiografi
Gambaran radiografis memperlihatkan fraktur yang sudah mengenai pulpa,
laminadura terputus di mesial dekat servikal, terdapat gambaran radiolusen di sebelah
distal gigi 21
(Gambar 2).

26

Gambar 2. Gigi 21 dengan fraktur yang sudah mengenai


Pulpa, dan terdapat gambaran radiolusen di distal gigi 21
D. Diagnosa
Gigi 21 fraktur Ellis kelas III dengan Pulpitis irreversibel
E. Rencana Perawatan
1. Pulpektomi
2. Restorasi mahkota jaket porselin fusi metal menggunakan pasak paralel self
threading.
F. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1. Saluran akar lurus.
2. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
G. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 1 Juni 2011
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, diagnosis, dan penentuan
rencana perawatan
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
3. Dilakukan anestesi nervus alveolaris superior anterior dengan larutan Pehacain secara
infiltrasi pada bagian bukal dan palatal
4. Pemasangan isolator karet (rubber dam) (Gambar 3).

Gambar 3. Gigi diisolasi menggunakan isolator karet


5. Setelah anestesi bereaksi dilakukan pembukaan akses dengan bur Endoaccess
(Dentsply) pada gigi permukaan palatinal sampai mencapai ruang pulpa.
6. Pulpa diekstirpasi menggunakan jarum ekstirpasi sampai jaringan pulpanya terambil
(Gambar 4).
27

Gambar 4. Ekstirpasi pulpa menggunakan


Jarum ekstirpasi
7. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan keringkan dengan paper point
steril. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan dapat
dikonfirmasi dengan apex locator (Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang kerja
diawali dengan mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik diukur dari
foramen apikal ke insisal yaitu 21 mm, kemudian dikurangi 1mm sehingga diperoleh
panjang kerja estimasinya 20 mm.
8. H-file #15 dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja estimasi yaitu 20
mm kemudian dipasang Rubber stopper, dan dilakukan pengambilan radiograf
(Gambar 5).

Gambar 5. Gambar radiograf pengukuran panjang kerja gigi 21


9. Menentukan initial file ( file terbesar yang dapat masuk ke dalam saluran akar sesuai
dengan panjang kerja sebelum saluran akar dipreparasi). Didapatkan initial file : file #
35 dengan PK 20 mm (Gambar 6).

28

Gambar 6. Initial file gigi 21 file # 35


10. Dilanjutkan tahap preparasi saluran akar step back pada gigi 21. Diawali preparasi
apikal menggunakan file #35 sampai dengan file #50 dengan panjang kerja 20 mm.
Setiap pergantian file yang lebih besar, direkapitulasi menggunakan file dengan ukuran
1 nomor sebelumnya.
File # 35, PK = 20 mm
File # 40, PK = 20 mm, rekapitulasi file # 35 PK 20 mm
File # 45, PK = 20 mm, rekapitulasi file # 40 PK 20 mm
File #50, PK = 20 mm, rekapitulasi file # 45 PK 20 mm
MAF : file # 50
11. Tahap selanjutnya preparasi badan saluran akar
File # 55, PK= 19 mm, rekapitulasi file # 50 PK 20 mm
File # 60, PK = 18 mm, rekapitulasi file #50PK 20 mm
File #70, PK = 17 mm, rekapitulasi file # 50 PK 20 mm
Setiap pergantian file lakukan irigasi dengan menggunakan NaOCl 2,5% 2,5 ml .
12. Setelah preparasi saluran akar selesai dinding gigi 21 dihaluskan dengan hedstroem file
#50 untuk membuat coronal flaring, kemudian diakhiri K-file #50 dengan gerakan
circumferential filling serta dilakukan irigasi dengan NaOCL 2,5 %, serta dikeringkan
dengan papper point steril.
13. Dilakukan pengepasan guta perca #50 dilanjutkan dengan pengambilan radiograf
(Gambar 7. A, B). Sebelum pengisian, saluran akar diirigasi klorheksidin 2% dengan
cara digenangkan selama 1 menit kemudian dikeringkan dengan paper point.

Gambar 7. A) Pengepasan guta perca; B) Gambar radiografi


pengepasan guta perca

29

14. Teknik pengisian saluran akar menggunakan teknik kondensasi lateral. Siler resin
(Topseal) dimasukkan dengan menggunakan lentulo ke dinding saluran akar
15. Guta perca utama (#50 PK 20 mm) dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi
dengan siler
16. Spreader dimasukkan antara guta perca dan dinding, ruang tersedia setelah spreader
diambil dan diisi dengan guta perca tambahan, tekan ke apikal lagi, dan seterusnya,
sampai spreader tidak dapat masuk lagi.
17. Setelah penuh, pemeriksaan hasil pengisian saluran akar dengan pengambilan gambar
radiograf dan hasil menunjukkan pengisian hermetis, guta perca lalu dipotong sebatas
orifis dengan menggunakan plugger yang dipanaskan. Kemudian kavitas ditutup
menggunakan semen seng fosfat dan tumpatan sementara (Orafil G, Preves Denpro)
(Gambar 8).

Gambar 8. Obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral

Kunjungan II, 16 Juni 2011


1.
2.

1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan


Pemeriksaan obyektif : Tumpatan sementara masih baik, utuh; perkusi (-); palpasi (-)
Dilakukan preparasi mahkota gigi 21 untuk pembuatan inti
a. Preparasi bagian labial
i.
Menggunakan bur diamond meruncing ujung datar (flat-end tapered diamond
bur);
ii.
Letakkan bur tersebut sejajar sumbu gigi yang dipreparasi;
iii.
Pengurangan sedalam + 2 mm;
iv. Akhiran servikal berbentuk pundak
b. Preparasi bagian proksimal
i.
Menggunakan tapered fissure bur berdiameter kecil;

30

ii.

Bur diletakkan sejajar/paralel antara dinding proksimal sebelah mesial dan

distal, atau sedikit menutup kearah incisal sebesar 60 ;


iii.
Pengurangan permukaan proksimal sebanyak 1-2 mm.
c. Preparasi bagian palatal
Preparasi dengan bur diamond meruncing ujung bulat (round-end tapered
diamond bur), bentuk akhiran servikal berupa chamfer
3.
Preparasi saluran pasak.
Panjang pasak adalah 2/3 panjang akar gigi dan didukung oleh tulang alveolar.
Panjang mahkota klinis 9 mm, panjang akar adalah 11mm. Panjang pasak adalah 2/3
dari panjang akar gigi (11mm)=7 mm. Panjang preparasi saluran pasak adalah panjang
pasak

ditambah

dengan

panjang

mahkota

klinis,

yaitu

16

mm

dengan

memperhitungkan guta perca yang tersisa diapikal 4 mm dengan menggunakan Peeso


reamer ukuran 1, 2, 3 (Gambar 9).

Gambar 9. Radiografi pengurangan guta perca


4.

Preparasi saluran pasak dilanjutkan dengan precision drill khusus dengan


ukuran yang sesuai dengan pasak yang digunakan (Gambar 9.A). Precision drill
digunakan dengan tekanan ringan untuk memberi ukuran yang sama dengan ukuran
pasak.

Gambar 9 A). Pasak Head Master


5. Pembuatan dudukan pasak dengan menggunakan root facer. Root facer digunakan
untuk menghasilkan dudukan untuk pasak yang rata pada permukaan akar di
sekeliling mulut saluran akar

31

6. Dilakukan pengepasan pasak (Head Master, Edenta) dalam saluran pasak hingga
pasak dapat masuk sesuai panjang dan besar saluran pasak, kemudian dikonfirmasi
dengan radiograf (Gambar 10. A dan B).

7.

Gambar 10.A) Pengepasan pasak Head master, B) Radiografi


pengepasan pasak Head master
Sementasi pasak dengan menggunakan semen resin (Rely-X). Etsa asam fosfat
35% diaplikasikan

pada seluruh kavitas selama 15 detik, dibilas dengan

menyemprotkan air, dikeringkan dengan hembusan udara secara tidak langsung.


Setelah itu dilanjutkan pengaplikasian bonding (Single Bond, 3M ESPE) pada dinding
saluran pasak dan kavitas menggunakan microbrush, dibiarkan 5 detik, dihembuskan
udara di atas saluran pasak, lalu disinar selama 20 detik
8.
Silane dioleskan pada pasak dibiarkan mengering. Sementara itu semen resin
diaplikasikan ke dinding saluran pasak menggunakan lentulo, permukaan pasak
diolesi selapis tipis semen resin, kemudian pasak diinsersikan ke saluran pasak dan
disinar selama 20 detik.
10. Pembuatan tonggak menggunakan resin komposit Packable (P-60, 3M ESPE). Resin
komposit diaplikasikan lapis demi lapis, untuk setiap kali aplikasi diakhiri dengan
penyinaran 20 detik, kemudian dilakukan foto radiografi hasil insersi, penyemenan
pasak serta pembuatan tonggak (Gambar 11. A dan B).

Gambar 11. A) Pembuatan tonggak, B) radiografi insersi pasak dan


pembuatan tonggak

32

11. Dilakukan perbaikan preparasi tonggak dengan flat-end tapered diamond bur pada
bagian labial dan perbaikan preparasi tonggak bagian palatal dengan round-end
tapered diamond bur . (Gambar 11. D, E).

Gambar 11. D)Hasil preparasi tonggak dilihat dari labial,


E) Hasil preparasi tonggak dilihat dari palatinal
12. Gingival retraction cord (Ultradent), dipasang pada servikal gigi 11, benang retraksi
tersebut terlebih dahulu direndam dalam cairan adrenalin kemudian ditekan pada
sulkus hingga bagian servikal gusi terbuka selama 3 menit untuk memudahkan
pencetakan, (Gambar 11.F).

Gambar 11. F) Pemasangan gingival retraction cord #2 (Ultradent)


13. Setelah itu dilakukan pencetakan dengan teknik double impression pada rahang atas
dan pada rahang bawah dengan irreversible hydrocolloid untuk pembuatan mahkota
jaket porselin fusi metal (PFM) (Gambar 11.G).

Gambar 11. F) pencetakan rahang atas


dengan teknik double impression
14. Penentuan warna dengan shade guide diperoleh warna A2 (Vita), tonggak ditutup
dengan mahkota sementara (Gambar 11. H, I). Cetakan gips stone dikirim ke lab
untuk pembuatan mahkota jaket Porselen Fusi Metal (PFM)
33

Gambar 11. G) Penentuan warna gigi diperoleh warna A2 (Vita),


H) Tonggak ditutup dengan mahkota sementara
Kunjungan III, tanggal 5 Juli 2011
1. Restorasi Jaket PFM sudah jadi (Gambar 12. A, B dan C).
2. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan obyektif : mahkota sementara masih baik; perkusi (-); palpasi (-)
4.

Mahkota sementara dibuka dengan crown remover, sisa-sisa semen dibersihkan

Gambar 12. A) Hasil pembuatan mahkota PFM dilihat dari labial, B) Hasil pembuatan
mahkota jaket PFM dilihat dari palatinal, C) tampak mahkota jaket PFM gigi 11 ketika
RA dan RB dioklusikan.
5. Gigi dibersihkan dengan salin, lalu dikeringkan
6. Pengepasan mahkota jaket PFM dan diperiksa warna, kontak area, oklusi, kontur,
embrasur dan kerapatan tepi.
7. Etsa diaplikasikan pada tonggak selama 15 detik lalu dibilas dengan air dan
dikeringkan. Permukaan logam dari mahkota jaket dioleskan silane (Rely X Ceramic
Primer, 3M ESPE) selama 10 detik dan keringkan dengan hembusan udara, kemudian
diaplikasikan bonding (Single Bond, 3M ESPE) pada tonggak menggunakan
microbrush, dibiarkan 5 detik, dihembuskan udara, lalu disinar selama 20 detik
kemudian semen resin (Rely x) dioleskan pada permukaan dalam dalam mahkota dan
di insersikan ke gigi (Gambar 13. A, B, C).
8. Kelebihan semen dibersihkan, disinar selama 20 detik pada bagian labial dan palatinal

34

Gambar 13. A) Insersi mahkota jaket porselin fusi metal pada gigi 21 dilihat dilihat dari
labial, B) insersi mahkota jaket gigi 21 dilihat dari palatinal, C) Oklusi RA dan RB
setelah insersi mahkota jaket 21 dilihat dari samping
Kunjungan IV (kontrol), tanggal 14 Juli 2011
1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : mahkota jaket PFM dalam keadaan baik dan utuh; tes perkusi
(-) ; palpasi (-), pemeriksaan radiografis : tidak ada kelainan jaringan periapikal
(Gambar 14. A, B, C)

C
B
Gambar 14. A) Gigi 21 denganBmahkota penuh PFM pada saat kontrol dilihat dari

permukaan labial, B) Dilihat dari palatinal, C) Gambar radiograf gigi 21 pada saat
kontrol.

SEBELUM

PERAWATAN

35

SESUDAH

PERAWATAN

KASUS V
PERAWATAN SALURAN AKAR SATU KALI KUNJUNGAN
DENGAN TEKNIK PREPARASI STEP BACK DAN RESTORASI
RESIN KOMPOSIT KELAS IV DENGAN PASAK FIBER PADA GIGI
INSISIVUS SENTRALIS KANAN MAKSILA NEKROSIS PULPA
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 45 tahun

Alamat

: Condongcatur, yogyakarta

Elemen

: 11

No RM

: I-66105

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial

36

Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: tumpatan komposit
X : gigi sudah dicabut
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi depannya kanan atas
yang berlubang sejak 2 tahun yang lalu. Gigi tidak pernah sakit, dan gigi juga belum
pernah ditambal sebelumnya. Pasien juga merasa terganggu penampilannya. Pasien
ingin agar gigi depannya diperbaiki supaya terlihat tidak berlubang lagi.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 11 karies yang melibatkan 1/3 panjang mahkota serviko insisal, Relasi oklusi :
normal (over jet : 3mm, over bite : 2 mm) (Gambar 1. A dan B).
2. Tes perkusi: (-); palpasi (-);tes (CE): (-).
3. Hampir pada semua gigi anterior, pada daerah servikal terlihat email berwarna
kekuningan dengan kontur tidak rata (hipoplasia enamel)
4. Kebersihan mulut penderita baik.

Gambar 1. A) Keadaan gigi 11 dengan karies yang melibatkan 1/3 panjang mahkota
serviko insisal , B) memperlihatkan keadaan palatal gigi 11 dengan karies yang sudah
mencapai pulpa.
D. Pemeriksaan Radiografi

37

Gambaran radiografis memperlihatkan karies yang sudah mengenai pulpa di bagian


mesial, lamina dura terlihat terputus dibagian ujung akar dan dibagian distal, serta
terdapat sedikit gambaran radiolusen di ujung akar (Gambar 2).

Gambar 2. Gigi 11 dengan karies yang sudah mengena Pulpa,


Lamina dura terputus dibagian ujung akar dan di distal,terdapat
sedikit gambaran radiolusen di ujung akar.
E. Diagnosis
Gigi 11 nekrosis pulpa disertai lesi periapikal
F. Rencana Perawatan
1. Perawatan saluran akar satu kali kunjungan
2. Restorasi resin komposit kavitas kelas IV dengan penguat pasak fiber komposit
G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1. Saluran akar lurus.
2. Sisa jaringan keras gigi memungkinkan ditumpat dengan resin komposit
3. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 23 Mei 2011
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, diagnosis, dan penentuan
rencana perawatan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta
waktu perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent .
3. Pembuatan model mock up yang digunakan untuk pedoman penumpatan kavitas
kelas IV resin komposit setelah dilakukan preparasi saluran akar dan insersi pasak
fiber resin komposit. Rahang atas dan rahang bawah dicetak menggunakan bahan
cetak hydrocolloid irreversible kemudian diisi dengan stone gips. Untuk cetakan
positif rahang atas gigi 11 yang karies, pada bagian palatalnya dibentuk dengan
malam merah sesuai dengan bentuk anatomis dan oklusi dengan gigi rahang
38

bawahnya. Kemudian dicetak dengan bahan cetak putty(exaflex GC) sebatas gigi 12
sampai 21, setelah setting keluarkan dan digunakan sebagai pedoman penumpatan
bagian palatinal dan insisal (Gambar 3).

Gambar 3. Pembuatan mock up sebagai pedoman dalam


penumpatan kavitas kelas IV resin komposit
4. Pembukaan akses dengan bur Endoaccess (Dentsply) pada gigi permukaan palatinal
sampai mencapai ruang pulpa.
5. Menciptakan dinding buatan (rewalling) didaerah mesial menggunakan RMGIC
(Fuji II LC, GC), orifis ditutup dengan paper point.
6. Pemasangan isolator karet (rubber dam) (Gambar. 4 A dan B).

Gambar 4. A) Gigi 11 setelah dilakukan rewalling dipasang


rubber dam dilihat dari arah labial, B) Gigi 11 dilihat dari arah
palatinal
7. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan keringkan dengan paper
point steril. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan dapat
dikonfirmasi dengan apex locator (Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang
kerja diawali dengan mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik
diukur dari foramen apikal ke insisal yaitu 26 mm, kemudian dikurangi 1mm
sehingga diperoleh panjang kerja estimasinya 25 mm.
8. K-file #15 dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja estimasi yaitu 25
mm kemudian dipasang Rubber stopper, dan dilakukan pengambilan radiograf
(Gambar 5. A dan B).

39

Gambar 4. A) file #15 dimasukkan untuk dilakukan pengukuran panjang


kerja dengan radiografi, B) Gambar radiograf pengukuran panjang kerja
gigi 11
9. Menentukan initial file ( file terbesar yang dapat masuk ke dalam saluran akar
sesuai dengan panjang kerja sebelum saluran akar dipreparasi). Didapatkan initial
file : file # 30 dengan PK 25 mm (Gambar 6 A).

Gambar 6. A) Initial file gigi 11 file # 30, B) MAF gigi 11 sampai dengan file #45
10. Dilanjutkan tahap preparasi saluran akar step back pada gigi 11. Diawali preparasi
apikal menggunakan file #30 sampai dengan file #45 dengan panjang kerja 25mm.
Setiap pergantian file yang lebih besar, direkapitulasi menggunakan file dengan
ukuran 1 nomor sebelumnya (Gambar 6. B).
File # 30, PK = 25 mm
File # 35, PK = 25 mm, rekapitulasi file # 30 PK 25 mm
File # 40, PK = 25 mm, rekapitulasi file # 35 PK 25 mm
File #45, PK = 25 mm, rekapitulasi file # 40 PK 25 mm
MAF : file # 45
11. Tahap selanjutnya preparasi badan saluran akar
File # 50, PK= 24 mm, rekapitulasi file # 45 PK 25 mm
File # 55, PK = 23 mm, rekapitulasi file #45 PK 25 mm
File #60, PK = 22 mm, rekapitulasi file # 45 PK 25 mm
Setiap pergantian file lakukan irigasi dengan menggunakan NaOCl 2,5% 2,5 ml .
12. Setelah preparasi saluran akar selesai dinding gigi 11 dihaluskan dengan hedstroem
file #45, kemudian diakhiri dengan K-file #45 serta dilakukan irigasi dengan
NaOCL 2,5 %, serta dikeringkan dengan papper point steril.

40

13. Dilakukan pengepasan guta perca #60 dilanjutkan dengan pengambilan radiograf
(Gambar 7). Sebelum pengisian, saluran akar diirigasi klorheksidin 2% dengan
cara digenangkan selama 1 menit kemudian dikeringkan dengan paper point.

Gambar 6. Gambar radiografi pengepasan Kutapercha


14. Teknik pengisian saluran akar menggunakan teknik kondensasi lateral. Siler
(Topseal) dimasukkan dengan menggunakan lentulo ke dinding saluran akar
15. Guta perca utama (#45 PK 25 mm) dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi
dengan siler
16. Spreader dimasukkan antara guta perca dan dinding, ruang tersedia setelah
spreader diambil dan diisi dengan guta perca tambahan, tekan ke apikal lagi, dan
seterusnya, sampai spreader tidak dapat masuk lagi.
17. Setelah penuh, pemeriksaan hasil pengisian saluran akar dengan pengambilan
gambar radiograf dan hasil menunjukkan pengisian hermetis, guta perca lalu
dipotong sebatas orifis dengan menggunakan plugger yang dipanaskan. Kemudian
kavitas ditutup menggunakan semen seng fosfat dan tumpatan sementara (Orafil G,
Preves Denpro) (Gambar 8).

Gambar 8. Obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral

41

Kunjungan II, 8 Juni 2011


1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : Tumpatan sementara masih baik, rewalling masih baik dan
utuh; perkusi (-); palpasi (-).
3. Rewalling dibongkar kemudian dilanjutkan preparasi saluran pasak.
4. Panjang pasak adalah 2/3 panjang akar gigi dan didukung oleh tulang alveolar.
Panjang mahkota klinis 10 mm, panjang akar adalah 15 mm. Panjang pasak adalah 2/3
dari panjang akar gigi (15 mm)=10 mm. Panjang preparasi saluran pasak adalah
panjang pasak ditambah dengan panjang mahkota klinis, yaitu 20 mm dengan
memperhitungkan guta perca yang tersisa diapikal 5 mm dengan menggunakan Peeso
reamer ukuran 1, 2, 3 (Gambar 9).

Gambar 9. Gambar radiografi pengurangan guta perca


5. Preparasi saluran pasak dilanjutkan dengan precision drill khusus dengan ukuran yang
sesuai dengan pasak fiber yang akan digunakan (Fibre Post, Dentsply) (Gambar 9).
Saluran akar diirigasi dengan salin, dikeringkan dengan paper point steril

Gambar 10. A). Precision drill, B). Fiber post (Fibre Post, Dentsply)
6. Pengepasan pasak fiber warna kuning (# 1) (dapat masuk dan sesuai dengan panjang
dan besar saluran pasak) (Gambar 11. A dan B).

42

Gambar 11. A) Pengepasan pasak,


B) gambar radiografi pengepasan pasak fiber
7. Etsa diaplikasikan pada saluran pasak dan kavitas selama 15 detik lalu dibilas dengan
air dan dikeringkan dengan paper point. Bonding generasi V (Single Bond, 3M ESPE)
diaplikasikan pada dinding saluran pasak dan kavitas menggunakan microbrush,
dibiarkan 10 detik, dihembuskan udara di atas saluran pasak, lalu disinar selama 20
detik.
8. Sementasi dengan menggunakan semen resin (Rely X) diaplikasikan ke dinding
saluran pasak menggunakan lentulo, permukaan pasak diolesi selapis tipis semen
resin, pasak selanjutnya diinsersikan ke saluran pasak kemudian disinar selama 20
detik. Pasak dipotong 2/3 panjang mahkota klinis.
9. Preparasi untuk restorasi kavitas kelas IV, semua cavosurface margin pd struktur
email dibevel dg desain hollowground bevel menggunakan bur intan bentuk flame.
Isolasi area kerja dengan cotton roll, TBA dipasang pada gigi tetangga yang tidak
dikerjakan (Gambar 12).

Gambar 12 Pemasangan TBA pada gigi 12 dan 21

10. Penentuan warna dengan menggunakan Vita lumin shade guide (VITA Shade guide)
diperoleh warna A2 (Gambar 13).

43

Gambar 13. Penentuan warna gigi 11 diperoleh warna A2


11. Etsa diaplikasikan terlebih dulu kemudian dentin selama 15 detik. Bilas dengan air
dan keringkan dengan cotton pellets, jaga agar keadaan tetap moist.
11.Bonding diaplikasikan (Single Bond, 3M ESPE) pada kavitas menggunakan
microbrush, kemudian hembus perlahan dengan udara disekitar gigi, tunggu selama
10 detik kemudian diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik.
12. Penumpatan kavitas dengan bahan resin komposit warna A2 (Filtex Z250, 3M ESPE)
pada bagian palatinal terlebih dahulu gunakan model mock up yang telah dibuat,
bentuk dengan plastis instrumen kemudian diaktivasi sinar selama 20 detik (Gambar
14).

Gambar 14. Penggunaan mock up


untuk membentuk bagian palatinal dan insisal
13.Penumpatan bagian proksimal untuk membentuk embrasur mock up dilepas, lanjutkan
dengan memasang seluloid strip masuk sampai sub gingiva diaplikasikan komposit
A2 (Filtex Z250, 3M ESPE), kemudian di aktivasi sinar 20 detik. Dilanjutkan dengan
pemakaian warna Universal dentin (UD) (Filtek Z250, 3M ESPE) kemudian yang
terakhir adalah warna A2 ke seluruh permukaan gigi dan insisal dikondensasikan
sesuai dengan bentuk permukaan gigi dan diaktivasi sinar 20 detik.

44

14. Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan polishing disc
(optidisc, KerrHawe) dan polishing brush (opti shine,KerrHawe) (Gambar 15. A, B
dan C).
A

Gambar 15. A) Gigi 11 setelah penyelesaian dan pemolesan resin komposit dilihat
dari labial, B) gigi 11 dilihat dari palatinal, C) Gambaran radiografi gigi 11 setelah
penumpatan resin komposit kavitas kelas IV

SEBELUM

PERAWATAN

SESUDAH

PERAWATAN

45

46

Anda mungkin juga menyukai