Anda di halaman 1dari 41

KASUS I

KAPING PULPA DENGAN RESTORASI RESIN KOMPOSIT


KAVITAS KELAS II PADA GIGI PREMOLAR KEDUA KIRI
MANDIBULA PULPITIS REVERSIBEL
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 46 tahun

Alamat

: Blimbingsari CT 1V/ 39 Jogja

Elemen

: 35

No RM

: R-46184

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
X : gigi hilang (bukan karena karies)
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi geraham kecil kiri
bawah berlubang dan sakit pada waktu minum dingin tetapi hilang bila iritan dingin
dihilangkan dan terjadi kira-kira selama sebulan terakhir dan sekarang masih sakit
bila minum dingin. Rasa sakit tajam tetapi berangsur menghilang. Gigi tersebut juga

belum pernah sakit spontan. Sekarang gigi tidak terasa sakit dan pasien ingin
ditambal giginya.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 35 terdapat kavitas pada permukaan disto oklusal dengan kedalaman mendekati
pulpa, oklusi normal (Gambar 1)
2. Tes sondasi positif, tes perkusi positif, tes palpasi negatif, tes CE positif,
pemeriksaan kedalaman sulkus (dengan probe)= 4mm
3. Kebersihan mulut penderita baik.

Gambar 1. Gigi 35 terdapat kavitas pada


permukaan disto oklusal

D. Pemeriksaan Radiograf
Pada gigi 35 pada daerah distal terdapat area radiolusen mendekati pulpa dan pada
permukaan mesial dan distal terdapat poket (Gambar 2.)

Gambar 2. Terdapat area radiolusen di permukaan distal


mendekati Pulpa dan terdapat poket pada permukaan mesial
dan distal

E. Diagnosis
Gigi 35 karies profunda kavitas kelas II dengan pulpitis reversibel

F. Rencana Perawatan
1. Konsul ke bagian Periodontologi untuk penanganan poket
2. Perawatan kaping pulpa
3. Restorasi resin komposit kavitas kelas II
G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1. Karies belum mencapai pulpa
2. Sisa struktur jaringan keras gigi masih banyak dan dimungkinkan dilakukan restorasi
resin komposit
3. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 6 September 2010
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis,
dan penentuan rencana perawatan gigi 35.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
3. Pembuangan jaringan karies menggunakan ekskavator dan round metal bur (Gambar3)
4. Melakukan isolasi pada sekitar gigi 35 dengan cotton roll
5. Kavitas dibersihkan dengan cavity cleanser (klorheksidin glukonat 2%)

Gambar 3. Kavitas setelah dibersihkan dengan


Round metal bur dan ekskavator

6. Kalsium hidroksida diaplikasikan sebagai material kaping pulpa ( Dycal, Dentsply ),


kemudian diaplikasikan ke dasar kavitas yang paling dalam menggunakan ball
aplicator.
7. Dilakukan pengadukan SIK (GC Fuji 9) sebagai material lining diatas paper pad,
kemudian diaplikasikan menggunakan plastis instrumen ke dasar kavitas hingga
3

setting kemudian ditutup dengan tumpatan sementara (Orafil G, Preves Denpro)


kedalam kavitas sampai kavitas tertutup dan dilakukan pemeriksaan oklusi dan
artikulasi.
Kunjungan II, 24 September 2010
1. Kontrol kaping pulpa :
- Pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan sakit.
- Pemeriksaan objektif : gigi 35 tumpatan sementara masih utuh, dan masih bagus.
- Tes perkusi negatif, tes CE positif (ngilu cepat hilang).
Kaping pulpa berhasil (tidak ada keluhan sakit), sehingga dilanjutkan penumpatan
restorasi resin komposit kavitas kelas II :
2.

Dilakukan penentuan warna gigi menggunakan Vita lumin shade guide (VITA

zahnfabrik) diperoleh warna A3.


3. Tumpatan sementara dibuang.
4. Dilakukan preparasi kavitas kelas II dengan pembuatan bevel menggunakan flame
shaped bur .
5. Etsa diaplikasikan pada email terlebih dulu kemudian dentin selama 15 detik. Bilas
dengan air dan keringkan dengan cotton pellets cotton pellet yang dibasahi aquades,
diperas dan dioleskan pada kavitas untuk menyerap kelebihan air yang ada, sampai
6.

diperoleh keadaan moist.


Pemasangan matriks (Greater curve) kemudian diaplikasikan bahan bonding
(Master Bond, Biodinamica) pada kavitas menggunakan microbrush, kemudian
hembus perlahan dengan udara disekitar gigi, tunggu selama 10 detik kemudian
diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik.

Gambar 4. Aplikasi matriks (Greater curve) pada gigi 35

7. Penumpatan bahan resin komposit jenis flowable untuk membentuk gingival wall,
aktivasi sinar 20 detik. Pengaplikasian bahan resin komposit (Filtex Z 250,3M
ESPE) menggunakan plastis instrument kemudian dilakukan kondensasi pada daerah
gingival wall dulu baru keseluruh bagian oklusal sampai kavitas terisi penuh setelah
itu diaktivasi dengan sinar selama 20 detik. Setiap prosedur penumpatan resin

komposit dilakukan secara berlapis (incremental layering) dan selalu dilakukan


kondensasi sebelum diaktivasi sinar selama 20 detik.
8. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan kertas artikulasi. Bagian
yang bertanda tebal dihilangkan.
9. Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan polishing disc
(optidisc, KerrHawe) dan polishing brush (opti shine,KerrHawe) (Gambar 6).
10. Selanjutnya pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu kemudian.

Gambar 6. Gigi 35 setelah penyelesaian dan pemolesan resin komposit

Kunjungan III, 3 Oktober 2010


Kontrol tumpatan resin komposit kavitas klas II :
1. Pemeriksaan subjektif: pasien tidak ada keluhan sakit
2. Pemeriksaan objektif: gigi 35 tumpatan resin komposit masih utuh, tidak terdapat
perubahan warna, hubungan tepi terhadap gigi tetap bagus. Pemeriksaan radiografi :
masih terlihat poket dibagian mesial dan distal.(Gambar 7. A, B)

Gambar 7. A) Gigi 35 tumpatan masih utuh, B) Radiograf


gigi 35 setelah direstorasi resin komposit kelas II, masih terlihat
poket di mesial dan distal

SEBELUM

S E S U DAH
KASUS II
PULPEKTOMI DENGAN TEKNIK PREPARASI CROWN DOWN
MENGGUNAKAN PROTAPER HAND USE DAN RESTORASI ONLEI
LOGAM PADA GIGI MOLAR PERTAMA KANAN MANDIBULA
A. Data Perorangan
6

Jenis kelamin : Perempuan


Umur

: 28 tahun

Alamat

: Kaliurang timur 07/16 Hargobinangun

Elemen

: 46

No RM

: I-93766

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: karies

B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi geraham kanan bawah
berlubang, terasa sakit berdenyut sejak seminggu yang lalu. Jika rasa sakit datang pasien
hanya minum obat penahan rasa sakit. Gigi belum pernah ditumpat dan dilakukan
perawatan. Sekarang, gigi tidak terasa sakit dan pasien ingin dirawat giginya.

C. Pemeriksaan Objektif

1. Gigi 46 terdapat kavitas kelas II di permukaan disto oklusal dengan kedalaman


mencapai pulpa (Gambar 1)
2. Tes sondasi positif, tes perkusi negatif, tes palpasi negatif, tes CE positif, tes
mobilitas negatif
3. Kebersihan mulut penderita baik

Gambar 1. Gigi 46 terdapat kavitas kelas II


pada daerah disto oklusal

D. Pemeriksaan Radiograf
Pada gigi 46 terdapat gambaran radiolusen pada area distal yang sudah mengenai pulpa
dan tidak ada kelainan di daerah periapikal (Gambar 2).

Gambar 2. Terdapat area radiolusen di permukaan distal yang


sudah mengenai pulpa dan tidak ada kelainan di daerah periapikal

E. Diagnosis
Gigi 46 karies profunda kavitas kelas II dengan pulpitis irreversibel
F. Rencana Perawatan
1.

Pulpektomi

2.

Restorasi onlei logam

G. Prognosis
8

Prognosis baik, karena :


1. Saluran akar lurus
2. Tidak ada kelainan jaringan pendukung gigi.
3. Sisa struktur jaringan keras gigi pada daerah mesial masih cukup banyak dan
memungkinkan dilakukan restorasi onlei
4. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 22 November 2010
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis,
dan penentuan rencana perawatan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent.
3. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan pehacain pada bagian bukal dan lingual gigi 46.
4. Setelah anestesi bereaksi dilakukan pembuangan karies gigi dengan round bur kecil
dan pembukaan akses dengan bur Endoaccess (Dentsply) sampai mencapai ruang
pulpa. Pembukaan atap ruang pulpa diteruskan dengan bur Diamendo (Dentsply)
sampai akses masuk ke orifis terbuka.
5. Ekstirpasi menggunakan barbed broach (warna merah). Masukkan jarum perlahan dan
putar searah jarum jam tarik keluar pelan-pelan. Jaringan pulpa terangkat.
6. Menciptakan dinding buatan (rewalling) didaerah distal menggunakan matriks
(Greater curve) dan RMGIC (Fuji II LC, GC), orifis ditutup dengan paper point
(Gambar 3).

Gambar 3. Gigi 46 dibuat rewalling pada daerah distal


7. Pemasangan isolator karet (rubberdam) pada daerah kerja (Gambar 4).

Gambar 4. Pemasangan isolator karet (rubberdam)


8. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan dikeringkan dengan paper
point steril. Dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi dari foto radiograf diagnosis
yaitu dengan penentuan titik referensi pada saluran akar distal, mesiobukal dan
mesiolingual di tonjol mesial gigi 46, kemudian diukur panjang gigi estimasi dari
radiograf dikurangi 1 mm. Diperoleh panjang kerja estimasi saluran akar distal 20 mm,
mesiobukal 19,5 mm, dan mesiolingual 19,5 mm.
9. Dilakukan eksplorasi dan negosiasi saluran akar menggunakan K-file

#10 untuk

saluran akar mesiobukal dan mesiolingual serta file #15 untuk saluran akar distal. KFile dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi.
10. Preparasi saluran akar menggunakan teknik crown down dan memakai protapper hand
use (dentsply). Pelebaran koronal pada saluran akar mesiobukal dan mesiolingual
menggunakan file Protapper S1 kemudian S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi
yaitu 19,5 mm. Begitu pula pada saluran akar distal dilakukan preparasi menggunakan
file S1 dilanjutkan S2 sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi 20 mm.
11. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan dapat dikonfirmasi
dengan apex locator (Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang kerja, K-File # 20
dimasukkan pada saluran akar distal, dan file #15 ke saluran akar mesiobukal dan
mesiolingual, diukur sesuai dengan

panjang kerja estimasi yaitu distal 20 mm,

mesiobukal 19,5 mm mesiolingual 19,5 mm, kemudian diberi rubber stopper. Setelah
itu diambil gambaran radiograf sehingga panjang kerja sebenarnya dapat ditentukan.
Hasilnya file di saluran akar distal, mesiobukal dan mesiolingual tepat pada apeks,
maka panjang kerja sebenarnya adalah saluran akar distal 20 mm, mesiobukal 19,5
mm dan mesiolingual 19,5 mm (Gambar 5. A, B).

10

Gambar 5. A)Pada gigi 46, K-file # 20 dimasukkan ke saluran akar distal, #15 ke saluran
akar mesiobukal dan mesiolingual untuk dilakukan pengukuran panjang kerja; B) Gambar
radiograf pengukuran panjang keja gigi 46

12. Dilanjutkan preparasi saluran akar bagian apikal


a. Distal
File S1, dengan panjang kerja (PK) 20 mm
File S2, dengan panjang kerja (PK) 20 mm
- Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 20 mm, dan finishing diakhiri K-file # 25 dengan gerakan circumferential
filling, PK 20 mm
Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%

sebanyak 2,5 ml.


b. Mesiobukal
File S1, dengan panjang kerja 19,5 mm
File S2, dengan panjang kerja 19,5 mm
- Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 19,5 mm, dan

finishing diakhiri K-file # 25 dengan gerakan

circumferential filling , PK 19,5 mm


Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%
sebanyak 2,5 ml.
-

c. Mesiolingual
File S1, dengan panjang kerja 19,5 mm
File S2, dengan panjang kerja 19,5 mm
- Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan panjang
kerja 19,5 mm, dan

finishing diakhiri K-file # 25 dengan gerakan

circumferential filling , PK 19,5 mm


Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%
sebanyak 2,5 ml dan file dilumasi dengan EDTA
13. Saluran akar dikeringkan dengan paper point, kemudian diaplikasikan dressing saluran
akar. Serbuk Ca(OH)2 dicampur dangan glicerin diaduk di atas glass plate, kemudian
dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo.
14. Penutupan kavitas dengan tumpatan sementara (Orafil G, Preves Denpro).

11

Kunjungan II, 16 Desember 2010


1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : gigi 46 dengan tumpatan sementara dalam keadaan utuh.
- Perkusi : (-)
Palpasi : (-)
3. Tumpatan sementara dibongkar, kemudian Ca(OH)2 dihilangkan dengan di irigasi
salin dan dikeringkan dengan paper point.
4. Dilakukan pengepasan guta perca (Protaper, Dentsply),

# F2 yang ditandai sepanjang

panjang kerja untuk saluran akar distal 20 mm, mesiobukal dan mesiolingual 19,5 mm.
Setelah itu dilakukan pengambilan foto radiograf (gambar 5. A, B).

Gambar 5. A) Gigi 46 pengepasan guta perca (master cone), B) Gambar radiografi


pengepasan gutaperca
5. Kemudian untuk persiapan obturasi, guta perca disterilisasi dengan dicelupkan ke dalam
larutan NaOCl 2,5% selama 1 menit kemudian dibilas dengan akuades steril. Saluran akar
didesinfeksi dengan klorheksidin 2% selama 1 menit, kemudian dikeringkan dengan paper
point steril.
6. Teknik obturasi dengan single cone. Siler (endomethasone dan eugenol) dimasukkan ke
dalam saluran akar menggunakan lentulo yang dipasang rubber stopper sesuai panjang kerja,
kemudian guta perca dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi dengan siler. Kemudian
guta perca dipotong sebatas orifis dengan plugger yang dipanaskan dan dikondensasi secara
ringan.
7. Pemeriksaan hasil obturasi saluran akar dengan pengambilan gambar radiograf, hasil
menunjukkan pengisian hermetis setelah itu orifis ditutup dengan SIK dan tumpatan
sementara (Orafil G, Preves Denpro) (Gambar 6).

12

Gambar 6. Gigi 46 terlihat obturasi yang hermetis,


Kemudian ditutup dengan SIK & tumpatan sementara
Kunjungan III, 23 Desember 2010
1. Pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan sakit
2. Pemeriksaan objektif: gigi 46 tumpatan sementara masih utuh; Tes perkusi: negatif;
tes palpasi: negatif; tes mobilitas: negatif.
3. Pemerikasaan Radiografis : tidak terlihat kelainan periapikal (Gambar 7).

Gambar 7. Gigi 46 tidak ada kelainan periapikal


4. Tumpatan sementara dibongkar, kemudian dilakukan preparasi onlei, dinding kavitas
dibuat paralel dan dasar kavitas dibuat rata dengan fissure diamond bur
5. Pada semua tonjol gigi dilakukan pemotongan bagian oklusal mengikuti lereng tonjol
menggunakan bur diamond berbentuk wheel + 1,5 mm
6. Pembuatan bevel ekstrakoronal (outer bevel) dengan bur diamond bentuk nyala api
(flame). Dilakukan pemeriksaan ulang bentuk preparasi, gigi dioklusikan terlihat
adanya jarak 1,5 mm pada saat gigi dioklusikan (Gambar 8. A dan B)

B
13

Gambar 8. A) Gigi 46 preparasi onlei (tampak oklusal),


B) Gigi 46 preparasi onlei (tampak bukal)
7. Dilakukan pencetakan dengan teknik double impression (putty dan exaflex, GC) untuk
rahang bawah dan pencetakan dengan irreversible hydrocolloid untuk rahang atas.
Cetakan rahang atas diisi dengan investment gips, sedangkan rahang bawah diisi
dengan hard stone gips, setelah gips mengeras dilepas dari cetakan dan diperiksa
oklusinya kemudian dikirim ke laboratorium teknik gigi untuk dibuatkan restorasi
onlei logam (Gambar.9 A dan B).

Gambar 9. A)Pencetakan RB menggunakan double impression,


B). hasil cetakan RB diisi dengan hard stone gips

Kunjungan IV, 4 Januari 2011


1.

Restorasi onlei logam sudah jadi (Gambar 10. A dan B).

2.

Dilakukan pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan, dan pada pemeriksaan objektif
tumpatan sementara masih baik, perkusi (-), palpasi (-)

3.

Tumpatan sementara dibongkar, kavitas dibersihkan dari sisa tumpatan sementara

4.

Pengepasan onlei dilakukan dengan memasukkan restorasi onlei ke dalam kavitas


preparasi. Dilakukan pemeriksaan kontur, embrasur, kerapatan tepi, oklusi, dan kontak
proksimalnya.

14

Gambar 10. A) Restorasi onlei logam pada model B). Restorasi onlei pada
saat RA dan RB dioklusikan
5. Kavitas gigi dibersihkan dengan menggunakan klorheksidin 2% dan dikeringkan
dengan hembusan udara secara tidak langsung selama 2 detik
6. Untuk sementasi digunakan SIK Tipe I (Luting cement, Fuji I) yang diaduk diatas
glass plate sesuai petunjuk pabrik dan diaplikasikan pada permukaan bagian dalam
onlei dan di insersikan.
7. Kelebihan semen dibersihkan dan dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi
menggunakan articulating paper (Gambar 11. A dan B)

GambarA11. A) Insersi onlei Blogam (tampak oklusal), B) Insersi onlai


logam pada saat oklusi
Kunjungan V kontrol, tanggal 14 Januari 2010
1. Pemeriksaan subjektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : restorasi onlei utuh, oklusi baik, perkusi (-), palpasi (-)
3. Pemeriksaan radiografis : tidak ada kelainan jaringan periapikal

B
15

Gambar 12. A) Keadaan gigi 46 dengan onlei logam pada saat kontrol,
B). Gambaran radiografi sesudah dilakukan perawatan PSA dengan
restorasi onlei logam

SEBELUM PERAWATAN

SESUDAH PERAWATAN
KASUS III
PULPEKTOMI DENGAN TEKNIK PREPARASI STEP BACK DAN
MAHKOTA JAKET PORSELEN FUSI METAL MENGGUNAKAN
PASAK FIBER INTI RESIN KOMPOSIT PADA GIGI INSISIVUS
SENTRALIS KANAN MAKSILA FRAKTUR ELLIS KELAS III
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur

: 23 tahun

Alamat

: Condongcatur, yogyakarta

Elemen

: 11

No RM

: H-94882

16

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: fraktur
: gigi sudah dicabut
V : Sisa Akar

B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan rasa sakit pada gigi depannya
yang patah akibat kecelakaan 7 hari yang lalu. Rasa sakit sering timbul spontan dan
tiba-tiba. Pasien sudah minum obat anti nyeri dan setelah itu sakitnya hilang, tetapi 3
hari yang lalu sakitnya timbul lagi. Pasien juga merasa terganggu penampilannya.
Pasien ingin agar gigi-gigi depannya dirawat agar tidak merasa sakit lagi serta gigi
yang patah tersebut diperbaiki.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 11 Fraktur oblique melibatkan 1/3 panjang mahkota serviko insisal, Relasi oklusi
: edge to edge (Gambar 1. A, B).
2. Tes perkusi: positif; palpasi negatif; mobilitas: negatif; tes (CE): positif .
3. Kebersihan mulut penderita baik.
17

Gambar 1. A) Keadaan gigi 11 dengan fraktur oblique melibatkan 1/3 panjang mahkota

serviko insisal , B) memperlihatkan keadaan palatal gigi 11 pulpa sudah terbuka

D. Pemeriksaan Radiografi
Gambaran radiografis memperlihatkan fraktur yang sudah mengenai pulpa, lamina
dura terlihat terputus dibagian distal, serta tidak ada kelainan jaringan periapikal
(Gambar 2).

Gambar 2. Gigi 11 dengan fraktur yang sudah mengenai


Pulpa, lamina dura terputus dibagian distal, dan tidak terdapat kelainan
periapikal

E.

Diagnosis
Gigi 11 fraktur Ellis kelas III dengan Pulpitis irreversibel

F. Rencana Perawatan
1. Pulpektomi
2. Restorasi mahkota jaket porselin fusi metal menggunakan pasak fiber inti resin
komposit
G.

Prognosis
Prognosis baik, karena :
18

1. Saluran akar lurus, tidak ada kelainan periapikal.


2. Pasien kooperatif dan kebersihan mulut penderita baik.
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 10 Januari 2011
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, diagnosis, dan penentuan
rencana perawatan
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta
waktu perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
3. Dilakukan anestesi nervus alveolaris superior anterior dengan larutan pehacain
secara infiltrasi pada bagian bukal dan palatinal.
4. Pemasangan isolator karet (rubber dam) (Gambar 3).

Gambar 3. Gigi diisolasi menggunakan isolator karet


5. Setelah anestesi bereaksi dilakukan pembukaan akses dengan bur Endoaccess
(Dentsply) pada gigi permukaan palatinal sampai mencapai ruang pulpa.
6. Pulpa diekstirpasi menggunakan barbed broach (warna merah). Masukkan jarum
perlahan dan putar searah jarum jam tarik keluar pelan-pelan. Jaringan pulpa
terangkat (Gambar 4).

Gambar 4. Ekstirpasi pulpa menggunakan


barbed broach warna merah
7. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan keringkan dengan paper
point steril. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan dapat
dikonfirmasi dengan apex locator (Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang
19

kerja diawali dengan mengukur panjang gigi estimasi pada radiograf diagnostik
diukur dari foramen apikal ke insisal yaitu 24 mm, kemudian dikurangi 1mm
sehingga diperoleh panjang kerja estimasinya 23 mm.
8. K-file #15 dimasukkan ke dalam saluran akar sesuai panjang kerja estimasi yaitu 23
mm kemudian dipasang Rubber stopper, dan dilakukan pengambilan radiograf
(Gambar 5).

Gambar 5. Gambar radiograf pengukuran panjang kerja gigi 11


9. Menentukan initial file ( file terbesar yang dapat masuk ke dalam saluran akar sesuai
dengan panjang kerja sebelum saluran akar dipreparasi). Didapatkan initial file : file
# 45 dengan PK 23 mm (Gambar 6).

Gambar 6. Initial file gigi 11 file # 45


10. Dilanjutkan tahap preparasi saluran akar step back pada gigi 11. Diawali preparasi
apikal menggunakan file #45 sampai dengan file #60 dengan panjang kerja 23mm.
Setiap pergantian file yang lebih besar, direkapitulasi menggunakan file dengan
ukuran 1 nomor sebelumnya.
File # 45, PK = 23 mm
File # 50, PK = 23 mm, rekapitulasi file # 45 PK 23 mm
File # 55, PK = 23 mm, rekapitulasi file # 50 PK 23 mm
File #60, PK = 23 mm, rekapitulasi file # 55 PK 23 mm
MAF : file # 60
11. Tahap selanjutnya preparasi badan saluran akar
File # 65, PK= 22 mm, rekapitulasi file # 60 PK 23 mm
File # 70, PK = 21 mm, rekapitulasi file #60 PK 23 mm
File #80, PK = 20 mm, rekapitulasi file # 60 PK 23 mm
20

Setiap pergantian file lakukan irigasi dengan menggunakan NaOCl 2,5% 2,5 ml .
12. Setelah preparasi saluran akar selesai dinding gigi 11 dihaluskan dengan hedstroem
file #60 untuk membuat coronal flaring, kemudian dengan K-file #60 dengan
gerakan circumferential filling serta dilakukan irigasi dengan NaOCL 2,5 %, serta
dikeringkan dengan papper point steril.
13. Dilakukan pengepasan guta perca #60 dilanjutkan dengan pengambilan radiograf
(Gambar 7. A, B). Sebelum pengisian, saluran akar diirigasi klorheksidin 2% dengan
cara digenangkan selama 1 menit kemudian dikeringkan dengan paper point.

Gambar 7. A) Pengepasan gutaperca; B) Gambar radiografi


pengepasan gutaperca
14. Teknik pengisian saluran akar menggunakan teknik kondensasi lateral. Siler
(Endometasone dan eugenol) dimasukkan dengan menggunakan lentulo ke dinding
saluran akar
15. Guta perca utama (#60 PK 23mm) dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi
dengan siler
16. Spreader dimasukkan antara guta perca dan dinding, ruang tersedia setelah spreader
diambil dan diisi dengan guta perca tambahan, tekan ke apikal lagi, dan seterusnya,
sampai spreader tidak dapat masuk lagi.
17. Setelah penuh, pemeriksaan hasil pengisian saluran akar dengan pengambilan gambar
radiograf dan hasil menunjukkan pengisian hermetis, guta perca lalu dipotong sebatas
orifis dengan menggunakan plugger yang dipanaskan. Kemudian kavitas ditutup
menggunakan semen seng fosfat dan tumpatan sementara (Orafil G, Preves Denpro)
(Gambar 8).

21

Gambar 8. Obturasi menggunakan teknik kondensasi lateral


Kunjungan II, 28 Januari 2011
1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif : Tumpatan sementara masih baik, utuh; perkusi (-); palpasi (-)
3. Dilakukan preparasi mahkota gigi 11 untuk pembuatan inti
a. Preparasi bagian labial
i.
Menggunakan bur diamond meruncing ujung datar (flat-end tapered diamond
bur);
ii.
Letakkan bur tersebut sejajar sumbu gigi yang dipreparasi;
iii.
Pengurangan sedalam + 2 mm;
iv. Akhiran servikal berbentuk pundak
b. Preparasi bagian proksimal
i.
Menggunakan tapered fissure bur berdiameter kecil;
ii.
Bur diletakkan sejajar/paralel antara dinding proksimal sebelah mesial dan
distal, atau sedikit menutup kearah incisal sebesar 50 ;
iii.
Pengurangan permukaan proksimal sebanyak 1-2 mm.
c. Preparasi bagian palatal
i.
Preparasi dengan bur diamond meruncing ujung bulat (round-end tapered
diamond bur), bentuk akhiran servikal berupa chamfer
4. Preparasi saluran pasak.
Panjang pasak adalah 2/3 panjang akar gigi dan didukung oleh tulang alveolar.
Panjang mahkota klinis 9 mm, panjang akar adalah 14 mm. Panjang pasak adalah 2/3
dari panjang akar gigi (14mm)=9 mm. Panjang preparasi saluran pasak adalah
panjang pasak ditambah dengan panjang mahkota klinis, yaitu 18 mm dengan
memperhitungkan guta perca yang tersisa diapikal 5 mm dengan menggunakan Peeso
reamer ukuran 1, 2, 3.
5. Preparasi saluran pasak dilanjutkan dengan precision drill khusus dengan ukuran yang
sesuai dengan pasak fiber yang akan digunakan (Fibre Post, Dentsply) (Gambar 9).
Saluran akar diirigasi dengan salin, dikeringkan dengan paper point steril.
22

Gambar 9. A). precision drill, B). fiber post (Fibre Post, Dentsply)
6. Pengepasan pasak fiber (Fibre Post Dentsply) ukuran # 1 dan pada pemeriksaan
radiografi terlihat pasak dapat masuk dan pas pada saluran pasak (Gambar 10).

Gambar 10. A) Pengepasan pasak, B) gambar radiografi pengepasan pasak fiber


7. Etsa diaplikasikan pada saluran pasak dan kavitas selama 15 detik lalu dibilas dengan
air dan dikeringkan dengan paper point. Bonding generasi V (Master Bond,
Biodinamica) diaplikasikan pada dinding saluran pasak dan kavitas menggunakan
microbrush, dibiarkan 10 detik, dihembuskan udara di atas saluran pasak, lalu disinar
selama 20 detik.
8. Sementasi dengan menggunakan semen resin (Rely X) diaplikasikan ke dinding
saluran pasak menggunakan lentulo, permukaan pasak diolesi selapis tipis semen
resin, pasak selanjutnya diinsersikan ke saluran pasak kemudian disinar selama 20
detik.
9. Pasak dipotong 2/3 panjang mahkota klinis dan dilihat oklusi serta posisi gigi
(Gambar 11. A).

23

Gambar 11. A) Pemotongan pasak 2/3 panjang mahkota klinis,


B) hasil radiografi penyemenan pasak
10. Pembuatan core build up menggunakan resin komposit Packable (P-60, 3M ESPE).
Resin komposit diaplikasikan lapis demi lapis, untuk setiap kali aplikasi diakhiri
dengan penyinaran 20 detik, kemudian dilakukan foto radiografi hasil insersi ,
penyemenan pasak serta pembuatan core build up (Gambar 11 B).
11. Dilakukan perbaikan preparasi tonggak dengan flat-end tapered diamond bur pada
bagian labial dan perbaikan preparasi tonggak bagian palatal dengan round-end
tapered diamond bur . (Gambar 11. D, E).

Gambar 11. D)Hasil preparasi tonggak dilihat dari labial,


E) Hasil preparasi tonggak dilihat dari palatinal
12. Gingival retraction cord (Ultradent), dipasang pada servikal gigi 11, benang retraksi
tersebut terlebih dahulu direndam dalam cairan adrenalin kemudian ditekan pada
sulkus hingga bagian servikal gusi terbuka selama 3 menit untuk memudahkan
pencetakan, (Gambar 11.F).

Gambar 11. F) Pemasangan gingival retraction cord #2 (Ultradent)

24

13. Setelah itu dilakukan pencetakan dengan teknik double impression pada rahang atas
dan pada rahang bawah dengan irreversible hydrocolloid untuk pembuatan mahkota
jaket porselin fusi metal (PFM) (Gambar 11.G).

Gambar 11. F) pencetakan rahang atas dengan teknik double impression


14. Penentuan warna dengan shade guide diperoleh warna A3 (Vita), tonggak ditutup
dengan mahkota sementara (Gambar 11. H, I). Cetakan gips stone dikirim ke lab
untuk pembuatan mahkota jaket Porselen Fusi Metal (PFM)

Gambar 11. G) Penentuan warna gigi diperoleh warna A3 (Vita), H) Tonggak ditutup
dengan mahkota sementara
Kunjungan III, tanggal 14 Februari 2011
1. Restorasi Jaket PFM sudah jadi (Gambar 12. A, B dan C).
2. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
3. Pemeriksaan obyektif : mahkota sementara masih baik; perkusi (-); palpasi (-)
4.

Mahkota sementara dibuka dengan crown remover, sisa-sisa semen dibersihkan

25

Gambar 12. A) Hasil pembuatan mahkota PFM dilihat dari labial, B) Hasil pembuatan
mahkota jaket PFM dilihat dari palatinal, C) tampak mahkota jaket PFM gigi 11 ketika
RA dan RB dioklusikan
5. Gigi dibersihkan dengan salin, lalu dikeringkan
6. Pengepasan mahkota jaket PFM dan diperiksa warna, kontak area, oklusi, kontur,
embrasur dan kerapatan tepi.
7. Etsa diaplikasikan pada tonggak selama 15 detik lalu dibilas dengan air dan
dikeringkan. Permukaan logam dari mahkota jaket dioleskan silane (Rely X Ceramic
Primer, 3M ESPE) selama 10 detik dan keringkan dengan hembusan udara, kemudian
diaplikasikan bonding (Master Bond, Biodinamica) pada tonggak menggunakan
microbrush, dibiarkan 5 detik, dihembuskan udara, lalu disinar selama 20 detik
kemudian semen resin (Rely x) dioleskan pada permukaan dalam dalam mahkota dan
di insersikan ke gigi (Gambar 13. A, B, C).
8. Kelebihan semen dibersihkan, disinar selama 20 detik pada bagian labial dan palatinal

Gambar 13. A) Insersi mahkota jaket porselin fusi metal pada gigi 11 dilihat dilihat dari
labial, B) insersi mahkota jaket gigi 11 dilihat dari palatinal, C) Oklusi RA dan RB setelah
insersi mahkota jaket 11 dilihat dari samping
Kunjungan IV (kontrol), tanggal 21 Februari 2011
1. Pemeriksaan subyektif : tidak ada keluhan
2. Pemeriksaan obyektif :mahkota jaket PFM dalam keadaan baik dan utuh; tes perkusi
(-) ; palpasi (-), pemeriksaan radiografis : lamina dura masih kelihatan terputus
dibagian distal, tidak ada kelainan jaringan periapikal (Gambar 14. A, B, C)

B
B

Gambar 14. A) Gigi 11 dengan mahkota penuh PFM pada saat control dilihat dari
permukaan labial, B) Dilihat dari palatinal, C) Gambar radiograf gigi 11 pada saat
kontrol.
26

SEBELUM

PERAWATAN

SESUDAH

PERAWATAN

KASUS IV
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS IV PADA GIGI
INSISIVUS SENTRALIS KANAN MAKSILA
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : Perempuan
Umur

: 45 tahun
27

Alamat

: Jl gotong royong TR II/ 1209 Jogja

Elemen

: 11

No RM

: S-94775

Maksila
Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: karies
B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien perempuan berusia 45 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan
untuk menambalkan gigi depan kanan atas yang berlubang sejak kurang lebih 7 bulan
yang lalu. Gigi belum pernah sakit spontan sebelumnya. Sekarang gigi tidak terasa sakit
dan pasien ingin giginya ditambal.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 11 terdapat kavitas pada permukaan mesial dengan kedalaman dentin, oklusi
gigi 11 normal (Gambar 1 A, B, C).
2. Tes sondasi: positif; tes perkusi:negatif; palpasi negatif; mobilitas: negatif; tes
vitalitas (CE): positif (ngilu, cepat hilang setelah rangsang dihilangkan).
3. Kebersihan mulut penderita baik

28

Gambar 1. A) Gigi 11 karies di mesial dengan kedalaman dentin; B) keadaan palatal gigi 11 dengan
karies pada bagian mesial, C) relasi oklusi gigi 11 normal

D. Pemeriksaan radiografis
Pada gigi 11 terdapat gambaran radiolusen pada area mesial yang belum mengenai pulpa,
(Gambar 2).

Gambar 2. Radiolusen di mesial belum


mengenai pulpa

E. Diagnosis
Gigi 11 karies dentin kavitas kelas IV
F. Rencana Perawatan
Restorasi resin komposit kavitas kelas IV
G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
Belum pernah sakit spontan
Sisa jaringan keras gigi memungkinkan ditumpat dengan resin komposit.
Kebersihan mulut baik, pasien kooperatif.
4. Berdasarkan pemeriksaan radiografis jarak antara karies dengan kamar pulpa masih
jauh sehingga memungkinkan untuk ditumpat resin komposit
H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 29 Desember 2010

29

2. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, diagnosis, dan penentuan


rencana perawatan
3. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent
4. Pembuatan model mock up. Rahang atas dan rahang bawah dicetak menggunakan
bahan cetak irreversible hydrocolloid kemudian diisi

dengan stone gips. Untuk

cetakan positif rahang atas gigi 11 yang terdapat kavitasnya, pada bagian palatalnya
dibentuk dengan wax sesuai dengan bentuk anatomis dan oklusi dengan gigi rahang
bawahnya. Kemudian dilakukan pencetakan dengan menggunakan polyvinylsiloxane
impression tipe putty pada bagian palatal sebatas gigi 12 sampai 21, setelah setting
keluarkan dan digunakan sebagai pedoman penumpatan bagian palatinal dan insisal
(Gambar 3. A, B).

Gambar 3. A)Hasil pembuatan mock up pada model, B) Pencetakan bagian palatal


menggunakan polyvinylsiloxane impression tipe putty di model
5. Hasil mock up ditunjukkan pada pasien dan pasien menyetujui rencana penumpatan
yang akan dilakukan.
6. Preparasi kavitas, karies dihilangkan dengan round bur, email yang tidak didukung
dentin dibuang. Pembuatan bevel menggunakan flame shaped bur pada cavosurface
margin. Isolasi area kerja dengan cotton roll, pasang TBA pada gigi 21 yang tidak
dikerjakan (Gambar 4 A).
7. Penentuan warna dengan menggunakan Vita lumin shade guide (VITA zahnfabrik)
diperoleh warna A2 (Gambar 4C).

30

Gambar 4. A) keadaan gigi setelah karies dibuang dan gigi dipreparasi tampak labial, B)
keadaan gigi setelah karies dibuang dan gigi dipreparasi tampak palatal, C) penentuan warna
diperoleh warna A2 (Vita)

8. Membersihkan kavitas dengan cavity cleanser yang mengandung klorheksidin 2%


9. Mengaduk SIK (GIC Fuji 9) sebagai material lining diatas paper pad, kemudian
diaplikasikan menggunakan plastis instrumen ke dinding dentin sebagai proteksi
pulpa, tunggu hingga setting (Gambar 5)

Gambar 5. pemberian material lining SIK (GIC Fuji 9) diatas dinding dentin.
10. Etsa diaplikasikan pada email terlebih dulu kemudian dentin selama 15 detik. Dibilas
dengan air dan dikeringkan dengan cotton pellets basah, untuk menjaga agar keadaan
tetap moist (Gambar 6).

Gambar 6. Aplikasi etsa pada dinding kavitas.


11. Bahan bonding diaplikasikan (Master Bond, Biodinamica) pada kavitas menggunakan
microbrush, kemudian dihembus perlahan dengan udara disekitar gigi, ditunggu
selama 10 detik kemudian diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik.
12. Penumpatan kavitas dengan resin komposit ( Filtex Z250, 3M ESPE) warna A2 di atas
rekaman cetakan dilakukan dengan ketebalan bahan resin + 2 mm, kemudian
dipolimerisasi dan diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 20 detik (Gambar
7). Setelah didapatkan dinding palatal, cetakan polyvinylsiloxane impression
dilepaskan. Penumpatan bagian proksimal untuk membentuk embrasur, dengan
memasang seluloid strip (Gambar 8).
13. Kemudian dilanjutkan penumpatan dengan memakai warna UD (Filtek Z250, 3M
ESPE), pada ujung dekat insisal bentuk goresan-goresan untuk menciptakan kesan
mamelon dengan memakai plastis instrumen, dikondensasikan dan aktivasi sinar 20
detik selanjutnya aplikasikan bahan resin komposit A2 keseluruh permukaan gigi dan
31

insisal, dikondensasikan sesuai bentuk permukaan gigi menggunakan Comporoller


(Kerr), aktivasi sinar 20 detik. Setiap prosedur penumpatan resin komposit dilakukan
dengan kondensasi secara berlapis atau incremental.

Gambar 7. Penumpatan bagian palatinal dengan bantuan mock up

Gambar 8. Pemakaian seluloid strip untuk membentuk embrasur


14. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan kertas artikulasi. Bagian
yang bertanda tebal dihilangkan.
15. Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan polishing disc
(optidisc, KerrHawe) dan polishing brush (opti shine,KerrHawe) (Gambar 9. A, B).

Gambar 9. A) Gigi 11 setelah penyelesaian dan pemolesan resin komposit (tampak


labial), B) Gigi 11 setelah penyelesaian dan pemolesan resin komposit (tampak
palatinal)

32

SEBELUM

S E S U D AH

KASUS V
PERAWATAN SALURAN AKAR DENGAN TEKNIK PREPARASI
CROWNDOWN MENGGUNAKAN PROTAPER HAND USE DAN
RESTORASI RESIN KOMPOSIT KAVITAS KELAS DUA PADA GIGI
PREMOLAR KEDUA KIRI MAKSILA NEKROSIS PULPA
A. Data Perorangan
Jenis kelamin : laki-laki
Umur

: 50 tahun

Alamat

: Bekelan, Sendang agung Minggir Sleman

Elemen

: 25

No RM

: W-93122

Maksila
33

Palatal
Oklusal
Fasial
Mandibula
Lingual
Oklusal
Fasial

Keterangan :
: keluhan utama
: karies
: gigi sudah dicabut

B. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang ke RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan gigi geraham kecil atas kiri
berlubang dan tidak nyaman karena sering terselip makanan dan hal ini terjadi kirakira selama 7 bulan yang lalu. Gigi tidak pernah sakit sebelumnya. Pasien ingin
dirawat giginya serta ditambal supaya tidak terselip makanan lagi.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Gigi 25 terdapat kavitas di permukaan distal, sub gingival dengan kedalaman
mencapai pulpa (Gambar 1)
2. Tes sondasi negatif, tes perkusi positif, tes palpasi negatif, tes CE negatif, tes
mobilitas negatif, pemeriksaan kedalaman sulkus (dengan probe): 4mm
3. Kebersihan mulut penderita buruk

34

Gambar 1. Gigi 25 terdapat kavitas di permukaan distal, sub gingival


D. Pemeriksaan Radiograf
Pada gigi 25 terdapat gambaran radiolusen pada area distal yang sudah mengenai pulpa,
poket di bagian distal, lamina dura masih terlihat dibagian mesial tetapi terputus di apikal
dan distal, serta terdapat gambaran radiolusen di daerah periapikal (Gambar 2).

Gambar 2. Terdapat area radiolusen di permukaan distal yang sudah


mengenai Pulpa, poket di bagian distal serta terdapat radiolusen didaerah
periapikal

E. Diagnosis
Gigi 46 karies profunda kavitas kelas II dengan nekrosis pulpa disertai dengan
kelainan jaringan periapikal
F.
1.
2.
3.

Rencana Perawatan
Pembersihan karang gigi
Perawatan saluran akar
Restorasi resin komposit kavitas kelas II

G. Prognosis
Prognosis baik, karena :
1. Motivasi pasien tinggi
2. Sisa struktur jaringan keras gigi pada daerah mesial masih cukup banyak dan
dimungkinkan dilakukan restorasi resin komposit kelas II

35

H. Tahap Perawatan
Kunjungan I, 4 November 2010
1. Dilakukan pemeriksaan subjektif, objektif, foto intraoral, foto radiografi, diagnosis,
dan penentuan rencana perawatan.
2. Pasien diberi penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan dan biaya serta waktu
perawatan. Pasien setuju tindakan perawatan ini maka pasien menandatangani
informed consent.
3. Dilakukan pembukaan akses dengan bur Endoaccess (Dentsply) pada gigi permukaan
oklusal sampai mencapai ruang pulpa. Pelebaran saluran akar dengan bur Diamendo
(Dentsply) sampai akses masuk ke orifis terbuka.
4. Ekstirpasi menggunakan barbed broach (warna merah). Masukkan jarum perlahan
dan putar searah jarum jam tarik keluar pelan-pelan.
5. Menciptakan dinding buatan (rewalling) didaerah distal menggunakan RMGIC (SIK
Fuji II LC), orifis ditutup dengan paper point (Gambar 3).

Gambar 3. Gigi 25 dibuat rewalling pada daerah distal


6. Pemasangan isolator karet (rubberdam) pada daerah kerja (Gambar 4).

Gambar 4. Gigi diisolasi menggunakan isolator karet


7. Saluran akar diirigasi menggunakan NaOCL 2,5% dan dikeringkan dengan paper
point steril. Dilakukan pengukuran panjang kerja estimasi dari foto radiograf
diagnosis yaitu dengan penentuan titik referensi pada saluran akar di tonjol bukal gigi

36

25. Kemudian diukur panjang gigi estimasi dari radiograf dikurangi 1 mm. Diperoleh
panjang kerja estimasi saluran akar 24 mm.
8. Dilakukan eksplorasi dan negosiasi saluran akar menggunakan K-file # 15. K-File
dimasukkan ke dalam saluran akar sepanjang 2/3 panjang kerja estimasi.
9. Preparasi saluran akar menggunakan teknik crown down dan memakai protapper
hand use (dentsply). Pelebaran bagian koronal pada saluran akar menggunakan file
Protapper S1 kemudian S2 sesuai dengan 2/3 panjang kerja estimasi yaitu 24 mm.
10. Penentuan panjang kerja dengan menggunakan foto radiografi dan apex locator
(Dentaport ZX, Morita). Pengukuran panjang kerja. K-File # 15 diukur sesuai dengan
panjang kerja estimasi yaitu 24 mm kemudian diberi stopper. Setelah itu dimasukkan
ke dalam saluran akar, kemudian dilakukan pengambilan foto radiograf sehingga
panjang kerja sebenarnya dapat ditentukan. Hasilnya file panjang kerja sebenarnya
adalah saluran akar 24 mm (Gambar 5).

Gambar 5 A). K-file # 15 dimasukkan ke gigi 25 untuk dilakukan


pengukuran panjang kerja; B) gambar radiograf pengukuran panjang
kerja

11. Dilanjutkan preparasi saluran akar bagian apikal


File S1, dengan panjang kerja (PK) 24 mm
File S2, dengan panjang kerja (PK) 24 mm
Preparasi dilanjutkan dengan menggunakan file F1, F2 sesuai dengan
panjang kerja 24 mm, dan finishing diakhiri K-file # 25 dengan gerakan
circumferential filling, PK 20 mm
Setiap pergantian alat, saluran akar diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5%
sebanyak 2,5 ml
12. Saluran akar dikeringkan dengan paper point, kemudian diaplikasikan dressing
saluran akar. Serbuk Ca(OH)2 dicampur dangan glicerin diaduk di atas glass plate,
kemudian dimasukkan ke dalam saluran akar menggunakan lentulo.
13. Penutupan kavitas dengan tumpatan sementara (Orafil G, Preves Denpro)
Kunjungan II, 11 Desember 2010
37

1. Tumpatan sementara dibongkar, kemudian Ca(OH)2 dihilangkan dengan diirigasi


salin dan dikeringkan dengan paper point.
2. Dilakukan pengepasan guta perca (Protaper, Dentsply), # F2 yang ditandai sepanjang
panjang kerja yaitu 24 mm. Setelah itu dilakukan pengambilan foto radiograf
(Gambar 6).

Gambar 6. A) Gigi 25 dilakukan pengepasan guta perca # F2,


B) pengepasan guta perca (master cone) # F2 dikonfirmasi dengan radiografi
3. Kemudian untuk persiapan obturasi, untuk gutaperca disterilisasi dengan dicelupkan
ke dalam larutan NaOCl 2,5% selama 1 menit kemudian dibilas dengan akuades steril.
Saluran akar didesinfeksi dengan klorheksidin 2% selama 1 menit. Kemudian saluran
akar dikeringkan dengan paper point steril.
4. Teknik obturasi dengan single cone. Siler (endomethasone dan eugenol) dimasukkan
ke dalam saluran akar menggunakan lentulo yang diberikan rubber stopper sesuai
panjang kerja, kemudian gutaperca dimasukkan setelah sepertiga apikalnya diolesi
dengan sealer. Kemudian guta perca dipotong sebatas orifis dengan plugger yang
dipanaskan dan dikondensasi secara ringan.
5. Pemeriksaan hasil obturasi saluran akar dengan pengambilan foto radiograf, setelah
itu orifis ditutup dengan semen SIK dan tumpatan sementara (Orafil G, Preves
Denpro) (Gambar 7).

38

Gambar 7. Gambar radiografi gigi 25 setelah obturasi

Kunjungan ke III, 28 Desember 2010


1. Pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan sakit
2. Pemeriksaan objektif: gigi 25 tumpatan sementara masih utuh; Tes perkusi: negatif;
tes palpasi: negatif
3. Dilakukan penentuan warna gigi menggunakan Vita lumin shade guide (VITA
zahnfabrik) diperoleh warna A3.
4. Pembuangan tumpatan sementara.
5. Dilakukan preparasi kavitas kelas II dengan pembuatan bevel menggunakan flame
shaped bur (Gambar 8).

Gambar 8. Preparasi kelas II gigi 25


6. Dilakukan pengaplikasian bahan etsa pada email terlebih dulu kemudian dentin
selama 15 detik. Bilas dengan air dan keringkan dengan cotton pellets, jaga agar
keadaan tetap moist
7. Pemasangan matriks (Greater curve) kemudian diaplikasikan bahan bonding
(Master Bond, Biodinamica) pada kavitas menggunakan microbrush, kemudian
hembus perlahan dengan udara disekitar gigi, tunggu selama 10 detik kemudian
diaktivasi dengan sinar (light cure unit) selama 10 detik (Gambar 9).

Gambar 9. Aplikasi matriks (Greater curve) pada gigi 25


39

8. Penumpatan bahan resin komposit jenis flowable komposit untuk membentuk


gingival wall, aktivasi sinar 20 detik. Pengaplikasian bahan resin komposit (Filtex
Z 250,3M ESPE) menggunakan plastis instrument kemudian dilakukan kondensasi
pada daerah gingival wall dulu baru keseluruh bagian oklusal sampai kavitas terisi
penuh setelah itu diaktivasi dengan sinar selama 20 detik. Setiap prosedur
penumpatan resin komposit dilakukan secara berlapis (incremental layering) dan
selalu dilakukan kondensasi sebelum diaktivasi sinar selama 20 detik.
9. Dilakukan pemeriksaan oklusi dan artikulasi menggunakan kertas artikulasi.
Bagian yang bertanda tebal dihilangkan.
10. Penyelesaian dan pemolesan restorasi resin komposit menggunakan polishing disc
(optidisc, KerrHawe) dan polishing brush (opti shine,KerrHawe) (Gambar 10).

Gambar 10. Gigi 25 setelah penyelesaian dan pemolesan resin komposit

Kunjungan ke III, 3 Januari 2011


1. Pemeriksaan subjektif: tidak ada keluhan sakit
2. Pemeriksaan objektif: gigi 25 tumpatan resin komposit masih utuh, tidak ada
perubahan warna; Tes perkusi: negatif; tes palpasi: negatif, gambaran radiografi:
radiolusen mengecil, lamina dura masih terputus di apikal dan distal serta masih
terdapat poket dibagian distal (Gambar 11. A, B)

A Gigi 25 pada waktu kontrol, B) gambar radiograf gigi


B 25 pada saat
Gambar 11. A)

kontrol

40

SEBELUM

PERAWATAN

SETELAH PERAWATAN

41

Anda mungkin juga menyukai