Anda di halaman 1dari 19

Perawatan Indirect Pulp Capping pada gigi 48 dengan Follow Up Restorasi Kelas

1 Komposit

Laporan Kasus Konservasi Gigi

Disusun Oleh:
Ajeng Saraswati Risdiana
160112170078

Pembimbing:
Dr. drg. Dudi Arifin, Sp. KG (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
Judul : Perawatan Indirect Pulp Capping pada gigi 48 dengan
Follow Up Restorasi Kelas 1 Komposit

Penyusun : Ajeng Saraswati Risdiana

NPM : 160112170078

Bandung, Juni 2019

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Dr. drg. Dudi Arifin, Sp. KG (K)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena

dengan karunia, izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah

laporan kasus ini yang berjudul “Perawatan Indirect Pulp Capping pada gigi 48 dengan

Follow up Restorasi Komposit kelas 1”. Laporan kasus ini disusun sebagai salah satu

tugas dalam Departemen Konservasi Gigi

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. drg. Dudi Arifin, Sp. KG (K)

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan

laporan kasus ini serta semua pihak yang membantu hingga selesainya laporan kasus

ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan kasus

ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang, semoga laporan kasus ini

dapat memberi manfaat bagi kita.


BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 Data Pasien

Nama : Nn. RAP

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 23 tahun

Alamat : Cileunyi

Pekerjaan : Mahasiswa

Status : Belum Menikah

NRM : 2018-0045XX

Elemen gigi : 48

1.2 Pemeriksaan Subjektif

Pasien perempuan usia 23 tahun datang ke Klinik Integrasi RSGM FKG Unpad

dengan keluhan gigi belakang kanan bawah berlubang dan kehitaman (Gambar 1) dan

sering ada makanan tersangkut di gigi tersebut sejak 1 tahun terakhir. Tidak ada riwayat

nyeri spontan. Pasien mengaku tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak

mengkonsumsi obat rutin. Pasien ingin giginya ditambal.

1.3 Pemeriksaan Objektif


Hasil pemeriksaan fisik dan tanda vital menunjukkan tekanan darah 110/70

mmHg, pernafasan 18 x / menit, dan nadi 78 x / menit. Pemeriksaan ekstra oral

menunjukkan wajah simetris, konjungtiva non anemis, pupil isokhor, sklera non

ikterik, bibir tidak ada kelainan, kompeten, TMJ tidak ada kelainan di sebelah kiri dan

kanan, dan kelenjar limfe tidak teraba, tidak bengkak dan tidak sakit di sebelah kiri dan

kanan.

Pemeriksaan intra oral menunjukkan pasien memiliki gigi berlubang pada

beberapa gigi posterior rahang bawah dan rahang atas. Kebersihan mulut pasien

sedang, mukosa rongga mulut tidak ada kelainan. Pemeriksaan klinis gigi 48 terdapat

lesi karies yang cukup dalam pada oklusal gigi molar kanan rahang bawah (Gambar 1).

Pemeriksaan vitalitas dilakukan dengan tes dingin, menunjukkan hasil gigi 48 masih

vital. Saat tes dilakukan pasien merasa linu dan linu menghilang sesaat setelah stimulus

dihilangkan. Pemeriksaan perkusi dan tekan menunjukkan hasil negatif. Tidak ada

mobility gigi dan jaringan sekitar tidak ada kelainan.

Gambar 1. Gambaran klinis gigi 48 sebelum dilakukan perawatan.


1.4 Odontogram

CM X X X CP

X X X
Keterangan:

O Karies
X Missing teeth
V Sisa akar

1.5 Diagnosis

Pulpitis reversible gigi 48.

1.6 Rencana Perawatan

Perawatan pada gigi 48 dilakukan perawatan restorasi tambalan kelas 1

komposit dan dilakukan pulp capping tidak langsung.

1.7 Prognosis

Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena posisi gigi tidak menyulitkan

untuk dilakukan perawatan, pasien kooperatif dan berespon baik pada DHE, serta tidak

ada kelainan sistemik.


1.8 Tata Laksana Kasus

Kunjungan I ( 7 / 9 / 2018 )

Pasien diperiksa secara subjektif dan objektif. Hasil pemeriksaan tersebut

digunakan untuk penentuan diagnosis dan rencana perawatan. Pasien kemudian

diberikan informasi mengenai keadaan giginya dan segala tindakan perawatan yang

akan dilakukan serta komplikasi yang mungkin terjadi. Setelah mengerti dan setuju,

pasien diminta untuk menandatangani lembar informed consent.

Persiapan lingkungan kerja dilakukan, kemudian gigi pasien diisolasi. Tahapan

pertama yang dilakukan yaitu preparasi gigi 48. Gigi di preparasi sesuai dengan

fundamental tooth preparation yaitu tahap preparasi inisial (initial preparation stage)

membentuk outline form (Gambar 2), primary resistance form, primary retention form

dan convenience form, kemudian tahap preparasi akhir (final preparation stage)

membuang dentin yang terinfeksi yang masih tersisa atau tambalan sebelumnya yang

masih ada, proteksi pulpa (apabila dibutuhkan), membentuk secondary resistance dan

retention forms, kemudian prosedur finishing dinding eksternal, dan prosedur cleaning,

inspecting, desensitizing.
Gambar 2. Outline form gigi 48

Pertama-tama dilakukan pembuangan seluruh jaringan karies dengan

menggunakan bur fissure. Selanjutnya membentuk resistensi dengan bur fissure,

permukaan email yang tidak didukung dentin sehat harus dibuang, membentuk box

shape harus rata, kedalaman preparasi minimal 1,5 mm, membuat dinding preparasi

agar tegak lurus atau sedikit konvergen dan daerah cups dan marginal ridge

dipertahankan sebisa mungkin.

Tahap berikutnya dalam preparasi yaitu membuat bentuk retensi dengan

dinding preparasi dibuat konvergen, membuat undercut pada pertemuan dinding

kavitas dengan lantai pulpa menggunakan bur tapered dan ketebalan preparasi yang

penting untuk retensi restorasi. Selanjutnya tahapan convenience form yaitu bentuk

kavitas memudahkan operator mengisi bahan restorasi. Selanjutnya membuang dentin

yang terinfeksi yang masih tersisa.


Gambar 3. Preparasi kavitas gigi 48

Pada kasus ini, terlihat bagian dentin yang sudah tipis dan masih berwarna kecoklatan,

maka perlu dilakukan proteksi pulpa dengan kalsium hidroksida. Kemudian dilakukan

prosedur pulp capping, Preparasi dikeringkan dan dipersiapkan lalu dilakukan pulp

capping menggunakan CaOH dan diatasnya diberikan semen glass ionomer. Setelah

dilakukan pulp capping ditutup tambalan sementara dan dianjurkan kontrol kembali

kurang lebih setelah 6 minggu.

Gambar 4. Dilakukan aplikasi pulp capping menggunakan CaOH


Kunjungan II ( 9 / 11 / 2018 )

Kemudian setelah 9 minggu pasien datang kembali dan dilakukan

pembongkaran pulp capping. prosedur finishing dinding eksternal dengan

memperhatikan desain cavosurface 90 derajat dan kehalusan preparasi agar

menghasilkan adaptasi maksimal pada restorasi. Tahap terakhir adalah prosedur

cleaning, inspecting, desensitizing meliputi pembuangan debris, pengeringan preparasi

dan inspeksi akhir pada preparasi. Pembuangan debris dilakukan dengan irigasi dinding

preparasi dengan chlorhexidine dan aquades.

Gambar 5. Kontrol pulp capping setelah 9 minggu

Setelah dilakukan kontrol pulp capping dan tidak ada keluhan, dingin positif,

tekan dan perkusi negatif lalu dilakukan follow up komposit kelas 1 (penambalan

komposit).

Selanjutnya dilakukan penambalan kelas I komposit. Kavitas gigi dikeringkan

menggunakan cotton pellet dan diisolasikan dengan cotton roll. Etsa asam fosfat 37%

diaplikasikan selama 20 detik pada email gigi dan 10 detik pada dentin. Selanjutnya
etsa dibilas dengan air dan dikeringkan. Bonding agent diaplikasikan selama 10 detik

pada gigi dan dilakukan light cure selama 20 detik. Komposit lalu diaplikasikan secara

incremental dengan ketebalan 2 mm sambil membentuk anatomi gigi dan dilakukan

light cure selama 20 detik. Tahapan ini dilakukan sampai seluruh kavitas terisi penuh

komposit. Kontak prematur diperiksa menggunakan articulating paper.

Gambar 6. Gigi 48 setelah direstorasi

Kunjungan III ( 16 / 11 / 2018 )

Pasien datang kembali setelah 1 minggu pada tanggal 16 November 2019 untuk

dilakukan pemolesan penambalan kelas I1 komposit pada gigi 48. Pasien mengaku

tidak ada keluhan.


Gambar 7. Penyelesaian dan Pemolesan restorasi

Kunjungan IV ( 23 / 11 / 2018 )

Kunjungan ini merupakan tahapan kontrol restorasi (Gambar 8). Kontrol

dilakukan 1 minggu sejak pemolesan. Pada tahap ini dievaluasi kembali keluhan pasien

dan dilakukan pemeriksaan kembali pada gigi 48. Keluhan pasien sudah tidak ada dan

hasil pemeriksaan objektif tidak ada kelainan.


Gambar 8. Gigi 48 saat kontrol restorasi
BAB III

DISKUSI

Pada kasus ini ditemukan karies profunda pada gigi 48. Diagnosa pada kasus ini

adalah pulpitis reversibel gigi 48. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan intraoral,

perawatan yang dipilih adalah indirect pulp capping dengan menggunakan kalsium

hidroksida. Perawatan dipilih karena karies profunda yang menyisakan atap kamar

pulpa yang tipis dan pulpanya yang belum terekspos.

Dalam perawatan ini, kalsium hidroksida diaplikasikan pada dasar kavitas dengan

tujuan agar terbentuk dentin reparatif pada atap kamar pulpa agar pulpa tetap vital.

Dentin reparatif juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier akan dibentuk

pulpa sebagai suatu respon proteksi terhadap rangsangan yang membahayakan dari

luar. Rangsangan ini dapat diakibatkan oleh karies, prosedur operatif, bahan restoratif,

abrasi, erosi atau trauma. Kecepatan, kualitas dan kuantitas dentin reparatif yang

ditumpuk bergantung dari keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya

dihasilkan oleh odontoblas ‘pengganti’. Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada

odontoblas untuk periode waktu yang panjang seperti abrasi, dentin reparatif mungkin

ditumpuk pada suatu kecepatan lebih lambat. Jaringan ini ditandai oleh tubuli yang

agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan

mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih

sedikit dan lebih tidak teratur.


Proses penyembuhan ini terjadi karena kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Ca(OH)2

merupakan bahan pulp capping standar dengan pembentukan dentin reparatif.

Keuntungan pengunaan Ca(OH)2 adalah sifat antibakteri dan mendisinfeksi bagian

superfisial pulpa. Ca(OH)2 akan menyebabkan nekrosis jaringan pulpa sekitar 1.5mm

dari lapisan paling superfisial pulpa. pH tinggi Ca(OH)2 sekitar 12.5 akan

menyebabkan nekrosis likuifaksi pada lapisan superfisial pulpa. Toksisitas Ca(OH)2

akan mengalami netralisasi pada lapisan pulpa afektif sehingga menyebabkan

netralisasi koagulasi pada batas jaringan pulpa nekrosis dan sehat. Hal ini merupakan

iritasi ringan pulpa yang akan mengaktifkan respon inflamasi dan vaskular untuk

mengontrol dan mengeliminasi iritasi yang ada dengan membentuk barier jaringan

keras.

Adanya respon inflamasi dan vaskular, menandakan dimulainya proses perbaikan

termasuk proliferasi sel dan pembentukan kolagen baru. Kolagen baru kemudian

mengalami mineralisasi bersamaan dengan kalsifikasi distrofik pada daerah yang

mengalami nekrosis dan koagulasi dan membentuk deposisi mineral pada kolagen

baru.

Ca(OH)2 akan terpecah menjadi ion-ion kalsium dan hidroksil pada saat berkontak

dengan air. Sifat basa kuat dari Ca(OH)2 dan pelepasan ion kalsium akan membuat

jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Keadaan basa akan menyebabkan resorpsi

atau aktifitas osteoklas akan terhenti karena asam yang dihasilkan oleh osteoklas akan

dinetralkan oleh Ca(OH)2 dan kemudian terbentuklah komplek kalsium fosfat. Ion
kalsium dan osteoblas menjadi aktif dan mendeposisi jaringan terkalsifikasi, maka

batas dentin akan dibentuk.

GIC kemudian diaplikasi di atas lapisan Ca(OH)2 sebagai liner. GIC adalah water-

based cement, yang terbentuk dari reaksi asam-basa antara bubuk fluoroaluminosilikat

glass (bubuk) dan larutan poliasam (cairan). Terdapat tiga tahap reaksi pengerasan

GIC, yaitu, dissolution, dimana terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya

ion-ion dari partikel glass (kalsium, stronsium, aluminium) akibat serangan poliasam.

Tahap kedua adalah gelation/hardening, dimana ion-ion kalsium, stronsium dan

aluminium terikat pada polianion pada grup polikarboksilat. 4-10 menit setelah

pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (mudah pecah, larut). 24 jam setelah

pencampuran, maka aluminium akan terikat pada matriks semen dan membentuk rantai

aluminium (kuat, daya tahan larut). Tahap terakhir adalah hydration of salts, dimana

terjadi proses hidrasi yang progresif dari garam matriks yang akan meningkatkan sifat

fisik dari GIC. Retensi GIC terhadap enamel dan dentin pada jaringan gigi berupa

ikatan fisiko-kimia tanpa menggunakan teknik etsa-asam. Saat adsorpsi, poliakrilat

memasuki permukaan hidroksiapatit, memindahkan dan menggantikan ion fosfat. Ion

Ca dan fosfat hidroksiapatit diganti (ion exchange) dan terbentuk lapis kalsium dan

aluminium fosfat dan poliakrilat. GIC mempunyai kemampuan seal yang baik,

mencegah difusi toksin dan melepaskan ion fluoride.

Restorasi dipilih adalah komposit dikarenakan pasien ingin tambalan sewarna gigi.
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan klinis, dapat disimpulkan bahwa pada kasus ini dipilih

rencana perawatan pulp capping karena karies profunda, dentin yang tipis mendekati

pulpa, dan tanpa rasa sakit spontan. Follow up menggunakan restorasi kelas I komposit

dipilih karena pasien menginginkan tambalan sewarna gigi.


DAFTAR PUSTAKA

Abdo Al-Sabri, F. 2017. Role of Mineral Trioxide Aggregate (MTA) and Calcium
Hydroxide in Conservative Dentistry as Pulp Capping Material: A Review.
American Journal of Health Research, 5(1), p.1.
Chang, Seok-Woo. 2012. Chemical characteristics of mineral trioxide aggregate and
its hydration reaction. Restorative Dentistry & Endodontics.
Dammashcke, Till. 2012. Biodentine a new bioactive cement for direct pulp capping.
Septodont Case Studies.
Heymann, H. O., E. J. Swift, and A. V. Ritter. 2012. Sturdevant’s Art and Science of
Operative Dentistry 6th Edition. Singapore: Elsevier.
Garg, Nisha and A. Garg. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd Edition. India:
Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd.
Hilton, T. J. 2010. Keys to Clinical Success with Pulp Capping: A Review of The
Literature. NHS Public Access, 34(5), 615-625.
Ingle, J.I. J. S. 2002. Pulpal Pathology: its ethiology and prevention. In : Ingle JI,
Bakland LK. London: BC Decker.
Miles et al . 2010. Pulp Capping with Mineral Trioxide Aggregate (MTA): A
retrospective Analysis of Carious Pulp Exposures Treated by Undergraduate
Dental Students. Operative Dentistry, 35(1), 20-28.
Parolia, A., Kundabala, M., Rao, N., Acharya, S., Agrawal, P., Mohan, M., et al.
(2010). A Comparative Histological Analysis of Human Pulp Following Direct
Pulp Capping with Propolis, Mineral Trioxide Aggregate and Dycal. Australian
Dental Jurnal, 55, 59-64.
Summit, J. B., Robbins, W. J., Hilton, T. J., & Schwartz, R. (2006). Fundamentals of
Operative Dentistry.China: Quintessence.
van-Noort, R. 2008. Introduction to Dental Materials.China: Elsevier.
Walton, R., & Torabinejad, M. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta:
EGC.
Willershauen, Willershausen, B., Willershausen, I., Ross, A., Velkonja, S., Kasaj, A.,
et al. 2011. Retrospective study on direct pulp capping with calcium hydroxide.
Quintessence International, 42(2), 165-171.

Anda mungkin juga menyukai