Anda di halaman 1dari 11

Evaluasi Infeksi Odontogenik dengan Severity Score Flynn

di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung: Laporan Penelitian


( Evaluation of odontogenic infections with Severity Score of Flynn
In Hasan Sadikin General Hospital: Research Report )
Henky Lauda*, Agus Nurwiadh**, Kiki A. Rizki***
* Residen Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, RS Dr. HasanSadikin, Bandung.
(*Resident of Oral and Maxillofacial Surgery Faculty of Dentistry Padjadjaran University, Dr.Hasan Sadikin General Hospital, Bandung)
**Konsulen Bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, RS Dr. HasanSadikin, Bandung. (
**Consultant of Oral and maxillofacial Surgery Faculty of dentistry Padjadjaran University, Dr.Hasan Sadikin General Hospital, Bandung)
***Konsulen Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung (***Consultant of General
Surgery Faculty of Medicine Padjadjaran University, Dr.Hasan Sadikin General Hospital, Bandung)

ABSTRAK
Latar belakang: infeksi odontogenik adalah infeksi yang berasal dari gigi. Salah satu
sistem untuk mengevaluasi keparahan infeksi odontogenik digunakan Severity Score Flynn.
Tujuan: Penelitian ini berguna untuk mengevaluasi keparahan pasien dengan infeksi
odontogenik menggunakan Severity Score Flynn dan menganalisis korelasi antara jumlah
Severity Score Flynn dengan lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik. Bahan dan
cara: penelitian bersifat cross sectional retrospektif dengan mengumpulkan data pasien dengan
infeksi odontogenik dari rekam medis pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung antara
Januari 2010 sampai Desember 2011. Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin,
keparahan infeksi odontogenik, terapi, cara pembayaran, dan lamanya dirawat di rumah sakit.
Dilakukan evaluasi dengan Severity Score Flynn untuk memperoleh derajat keparahan infeksi
odontogenik. Dilakukan analisis statistik dengan regresi linear. Hasil: jumlah rata-rata Severity
Score Flynn 3,48, nilai terendah 1 tertinggi 6. Sebagian besar pasien dengan skor 2 dan 4,
masing-masing sebesar 27,9%. Tidak terdapat korelasi antara jumlah Severity Score Flynn
dengan lama rawat inap dengan korelasi Pearson 0,103 dan regresi linear tidak signifikan pada
0,432. Simpulan: Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara Severity Score Flynn dengan
lama rawat inap di rumah sakit.
Kata Kunci: Severity Score, infeksi odontogenik
ABSTRACT
Background: odontogenic infection is infection from the teeth. One system to evaluate
the severity of odontogenic infections used Severity Score Flynn. Aim: this study is useful for
evaluating the severity of patients with odontogenic infections using Flynn Severity Score and
analyze the correlation between the number of Severity Score Flynn with length of stay of
patients with odontogenic infections. Materials and methods: cross sectional retrospective study
to collect data from patients with odontogenic infection in the patient's medical record Hasan

Sadikin Hospital between January 2010 and December 2011. Data are grouped by age, sex,
severity of odontogenic infection, treatment, mode of payment, and duration of hospitalization.
Severity Score evaluation by Flynn to obtain the degree of severity of odontogenic infections.
Performed statistical analysis with linear regression. Result: average number Flynn Severity
Score 3.48, the lowest value is 1 and the highest 6. The majority of patients with a score of 2 and
4, respectively by 27.9%. There is no correlation between the number of Severity Score Flynn
with long hospitalization with 0.103 Pearson correlation and linear regression was not
significant at 0.432. Conclusion: there was no significant correlation between the Flynn Severity
Score inpatient at the hospital.
Keywords: Severity Score, odontogenic infection

PENDAHULUAN
Infeksi yang berasal dari gigi atau struktur pendukungnya dikenal sebagai infeksi
odontogenik, telah menjadi salah satu penyakit mulut dan rahang yang paling umum di suatu
wilayah,

khususnya di negara berkembang. Meskipun kebanyakan dari mereka merespon

pengobatan modern, dan biasanya spasial terbatas, beberapa mungkin meluas ke struktur vital
atau mengatasi sistem pertahanan tuan rumah, menyebabkan kematian pasien.1 Pencegahan
infeksi odontogenik mencakup semua aspek perawatan gigi termasuk karies gigi, pulpa dan
penyakit periodontal, kondisi patologis, trauma dan operasi restoratif dan implan. Pengobatan
infeksi odontogenik terutama bedah bertujuan untuk menghilangkan dari sumber infeksi. Terapi
saluran akar, ekstraksi gigi dan insisi dan drainase ruang terinfeksi biasanya didukung oleh
antibiotik dan langkah-langkah lain untuk meningkatkan pertahanan pasien. 2 Komplikasi yang
umum dan berpotensi mengancam jiwa termasuk obstruksi jalan nafas, trombosis vena jugularis,
mediastinitis, sepsis, sindrom gangguan saluran pernapasan akut, disseminated intravascular
coagulation 3,supurasi pleuropulmonary dan hematogen penyebaran ke organ jauh 1.
Variabel anatomi termasuk ruang fasia dalam yang terlibat dengan selulitis atau abses,
jumlah spasi terpengaruh, dan skor keparahan (Severity Score). Sebuah skor keparahan (rendah
1, moderat 2, atau berat 3) dikembangkan untuk penelitian ini dengan mengelompokkan ruang
fasia dalam yang

sesuai dengan kedekatan mereka dengan saluran napas, kemungkinan

mencegah akses ke jalan napas, atau dekat dengan struktur vital, seperti isi dari mediastinum atau
rongga kranium

(tabel 1). 4

BAHAN DAN CARA

Penelitian bersifat cross sectional retrospektif dengan mengumpulkan data pasien dengan infeksi
odontogenik dari rekam medis pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung antara bulan
Januari 2010 sampai Desember 2011. Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin,
keparahan infeksi odontogenik, terapi, cara pembayaran, dan lamanya dirawat di rumah sakit.
Umur pasien dikelompokkan ke dalam kelompok umur: 0-10, 11-20, 21-30, 31-40, 41-50, 51-60,
61-70,71-80.
Selanjutnya dilakukan evaluasi dengan Severity Score Flynn untuk memperoleh derajat
keparahan infeksi odontogenik. Dilakukan analisis statistik untuk mengetahui korelasi dengan
menggunakan Pearson Product Moment dan regresi linear sederhana pada variabel nilai total
Severity Score Flynn dan lama rawat inap hanya pada pasien yang telah dilakukan tindakan
perawatan fraktur pada wajah. Data diolah dengan menggunakan SPSS seri 20.0
Tabel 1. Severity Score (SS) 4
Severity Score
Severity score =1
Resiko rendah terhadap gangguan jalan nafas atau
struktur vital
Severity score =2
Resiko sedang terhadap gangguan jalan nafas atau
struktur vital

Severity score =3
Resiko berat terhadap gangguan jalan nafas atau struktur
vital

Spasia Anatomis
Vestibular
Subperiosteal
Spasia corpus mandibular
Infraorbita
Bukal
Submandibular
Submental
Sublingual
Pterygomandibular
Submasseter
Temporal superfisial
Deep temporal (atau infratemporal)
Faringeal lateral
Retrofaringeal
Pretracheal
Danger space (spasia 4)
Mediastinum
Infeksi intrakranial

HASIL
Dalam kurun waktu antara bulan Januari 2010 sampai Desember 2011 didapatkan pasien
sebanyak 61 pasien, pasien laki-laki sebanyak 31 orang (50,8%) dan pasien perempuan sebanyak
30 orang (49,2%). Perbandingan antara pasien perempuan dan laki-laki didapatkan 0,967 : 1.
Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan kelompok umur, ternyata tertinggi pada rentang
umur 21-30 sebanyak 16 pasien (26,2%),

Tingkat keparahan infeksi berdasarkan Severity Score Flynn ditampilkan pada tabel 2. Skor
terendah 1 dan skor tertinggi 6. Frekuensi terbanyak pada skor 2 dan 4, yaitu masing-masing
sebanyak 17 pasien (27,9%).

Tabel 2. Tingkat Keparahan Infeksi Odontogenik


Severity Score Flynn
Frekuensi
Persentase
1
2
3
4
5
6

7
17
6
17
1
13

11.5
27.9
9.8
27.9
1.6
21,3

Total

61

100.0

Perawatan pada pasien infeksi odontogenik yang terbanyak berupa incisi drainase dan ekstraksi,
48 pasien (78,7%), incisi 7 pasien (11,5%), ekstraksi 4 pasien (6,6%) dan 2 pasien menolak
tindakan incisi drainase/ekstraksi (3,3%).
Sebagian besar pasien infeksi odontogenik merupakan pasien tidak mampu, sebanyak 31 pasien
(50,8%), diikuti oleh pasien umum sebanyak 24 pasien (39,3%) dan pasien Askes sebanyak 5
pasien (8,2%).
Frekuensi terbanyak pada lama rawat inap 4 hari , sebanyak 15 pasien (24,6%), skor 4 sebanyak
7 pasien (11,5%).
Tabel 3. Lama rawat inap
Lama rawat

Frekuensi

Persentase

1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
13.00
14.00
16.00
17.00
21.00
24.00
Total

3
4
7
15
4
4
4
6
2
1
3
1
3
1
1
1
1

4.9
6.6
11.5
24.6
6.6
6.6
6.6
9.8
3.3
1.6
4.9
1.6
4.9
1.6
1.6
1.6
1.6

61

100.0

Analisis korelasi regresi dan lama rawat inap dilakukan pada 61 pasien. Hasil statistik deskripsi
antara Severity Score Flynn dan lama rawat inap (LoS),didapatkan rata-rata tingkat keparahan
sebesar 3,48 dengan rata-rata lama rawat inap 6,65 hari.

Severity
LoS
Valid N (listwise)

N
61
61
61

Tabel 4. Statistik Deskriptif


Minimum
Maximum
1
6
1.00
24.00

Mean
3.44
6.6557

Std. Deviation
1.688
4.80931

Pada tabel diketahui bahwa total Severity Score Flynn tidak berhubungan dan tidak signifikan
dengan lamanya rawat inap (LoS) dengan nilai signifikansi 0,432 > 0,01. Besarnya korelasi
antara Severity Score Flynn dengan LoS, 0.103

Tabel 5. Statistik korelasi Pearson Product Moment


Severity
Pearson Correlation
Severity

LoS
1

Sig. (2-tailed)
N

.103
.432

61

61

LoS

Pearson Correlation

.103

Sig. (2-tailed)

.432

61

61

Tabel 6. Model Summary


Model

R Square

.103a

Adjusted R Square

.011

Std. Error of the


Estimate

-.006

1.762

a. Predictors: (Constant), LoS

Pada tabel

nilai R pada regresi sederhana menunjukkan besarnya korelasi variabel antara

Severity Score Flynn dan lama perawatan (sama seperti pada tabel korelasi).
Tabel 7. ANOVAa
Sum of Squares
df
Mean Square

Model
1

Regression
Residual

1.947

1.947

183.266

59

3.106

Total

185.213

60

Sig.
.432b

.627

a. Dependent Variable: Severity


b. Predictors: (Constant), LoS

Pada tabel 7 diketahui bahwa variabel Severity Score Flynn

memberikan pengaruh tidak

bermakna terhadap lama rawat inap pada pasien dengan infeksi odontogenik, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,432.

Model

Tabel 8. Koefisien
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
Beta

(Constant)
LoS
a. Dependent Variable: Severity
1

3.226

.387

.037

.047

.103

Sig.

8.328

.000

.792

.432

Pada tabel 8, diketahui bahwa variabel Severity Score Flynn tidak berpengaruh terhadap lama
rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik dengan nilai signifikansi sebesar 0,432. Hal ini

memberikan makna bahwa total Severity Score Flynn tidak berhubungan dengan lamanya rawat
inap pasien.
PEMBAHASAN
Dari 61 pasien dengan infeksi odontogenik , diketahui bahwa kelompok umur 21-30 tahun
sebanyak 16 pasien dan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 12 orang (19,7%). Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Saito dkk (2011) dan Sanches dkk, rata-rata usia pasien yang terkena infeksi
odontogenik antara 30-44,5 tahun.5,6 Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61 pasien, pasien lakilaki

terdiri dari 31 orang (50,8%) dan pasien perempuan sebanyak 30 orang (49,2%).

Perbandingan antara pasien perempuan dan laki-laki didapatkan 0,967 : 1. Pada penilitian
yang dilakukan oleh Zamiri, dkk, dari 102 kasus infeksi spasia kepala dan
leher yang berasal dari infeksi odontogenik, 60 (58,8%) kasus adalah pasien
laki-laki dan 42 (41,18%) adalah pasien perempuan. Hal ini menunjukkan
bahwa

laki-laki

kurang

perhatian

terhadap

kesehatan

rongga

mulut

dibandingkan perempuan dan tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi


secara teratur karena kesibukannya.

Pada penelitian ini digunakan Flynn Severity Score untuk menentukan tingkat keparahan infeksi
odontogenik. Aplikasi Severity Score adalah penjumlahan dari peringkat keparahan untuk masing
masing ruang anatomi yang terkena selulitis atau abses,ditentukan secara klinis dan pemeriksaan
radiografi. Misalnya, infeksi yang melibatkan bagian bukal, submandibular kanan, dan ruang
faring lateral kanan diberi SS 6, yang merupakan total 1 untuk spasia bukal, 2 untuk spasia
pterygomandibular, dan 3 untuk spasia faring lateral. Untuk keperluan statistik analisis, infeksi
spasia masticator didefinisikan sebagai infeksi yang melibatkan salah satu atau semua ruang
berikut: pterygomandibular, submasseter, superfisial temporal, atau deep temporal (termasuk
bagian infratemporal dari spasia deep temporal) 4. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Meher dkk, meneliti 54 kasus dengan abses spasia leher dalam menyatakan
bahwa spasia submandibular yang paling sering terlibat (37%) sebagai lokasi
infeksi, diikuti oleh spasia submental. Menurut Parhiscar, spasia yang paling
sering

terlibat

adalah

spasia

parafaringeal

submandibular (27%) dan angina Ludwig (17%).1

(43%),

diikuti

spasia

Pasien infeksi odontogenik sebagian besar berasal dari kalangan kurang mampu. Infeksi ini telah
menjadi salah satu penyakit mulut dan rahang yang paling umum di suatu wilayah, khususnya di
negara berkembang. Pasien dari kalangan kurang mampu karena hygiene oral yang buruk, karies
yang tidak dilakukan penambalan, dan kurang perhatian terhadap kejadian infeksi yang
disebabkan oleh gigi. Komplikasi yang biasa terjadi dan berpotensi mengancam hidup antara lain
sumbatan jalan nafas, thrombosis vena jugular, mediastinitis, sepsis, acute respiratory distress
syndrome, disseminated intravascula coagulation, efusi pleura dan penyebaran hematogen ke
organ yang jauh. 1
Perawatan pada pasien infeksi odontogenik yang terbanyak berupa incisi drainase dan ekstraksi,
48 pasien (78,7%), incisi 7 pasien (11,5%), ekstraksi 4 pasien (6,6%) dan 2 pasien menolak
tindakan incisi drainase/ekstraksi (3,3%). Manajemen pembedahan merupakan tindakan pilihan
untuk melakukan kontrol sumber infeksi. Uluibau melakukan tindakan ekstraksi pasien pada
90% pasien dan melakukan incisi drainase pada 97% pasien 7. Terapi infeksi odontogenik
terutama secara bedah, bertujuan untuk menghilangan sumber infeksi. Terapi saluran akar,
pencabutan gig, insisi drainase pada spasia yang terkena biasanya disertai pemberian antibiotik
dan terapi lain untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. 1 Tindakan untuk terapi infeksi akut
dentoalveolar atau abses spasia wajah adalah anamnesa yang lengkap. Drainase pus jika telah
terbentuk di jaringan lunak dengan cara melalui saluran akar, insisi intraoral,insisi ekstra oral dan
melalui alveolus dengan cara pencabutan gigi. Tanpa evakuasi pus, pemberian antibiotik tidak
akan mampu mengobati infeksi. Pengeboran gigi yang terlibat pada fase awal inflamasi untuk
mengeluarkan eksudat dari saluran akar diikuti terapi panas. Dengan metode ini penyebaran
infeksi bisa dikurangi dan pasien tidak kesakitan. Drainase bisa juga dilakukan dengan trepanasi
tulang bukal, apabila tidak bisa dilakukan melalui saluran akar. 8
Pada penelitian ini lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik rata-rata 4 hari, sebanyak
15 pasien (24,6%). Pada penelitian sebelumnya, rata-rata lama rawat di rumah sakit pada pasien
dengan infeksi maksilofasial yang parah berkisar antara 3,69 sampai 8,27 hari. Kondisi pasien
dengan penyakit penyerta, komplikasi infeksi, seperti infeksi spasia dalam, berhubungan dengan
lamanya dirawat di rumah sakit. Pasien dengan infeksi mandibular dirawat lebih lama(rata-rata
4,6 hari) dibandingkan dengan pasien dengan infeksi maksila (rata-rata 2,6 hari). Anak-anak

pada umumnya lebih pendek lama rawat di rumah sakit.9 Severity Score Flynn tidak
berpengaruh terhadap lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik

dengan nilai

signifikansi sebesar 0,432. Hal ini memberikan makna bahwa total Severity Score Flynn tidak
berhubungan dengan lamanya rawat inap pasien. Hal ini disebabkan karena tidak dipisahkan
antara pasien normal dan pasien dengan penyakit penyerta yang lain. Penyakit penyerta yang
berpengaruh terhadap lama perawatan antara lain diabetes mellitus. Diabetes Mellitus dapat
menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakteri, berakibat pada peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Hal ini berhubungan dengan gangguan dari fungsi bakterisidal
neutrophil dan polimorfonuklear, imunitas seluler, dan aktivator komplemen

10

. Gangguan ini

bertanggung jawab terhadap kejadian dan keparahan infeksi yang lebih tinggi pada pasien
diabetes dibandingkan dengan pasien yang normal. Lama rawat inap dan tingkat komplikasi
yang lebih banyak berhubungan dengan pasien penderita diabetes mellitus yang dirawat karena
menderita infeksi

. Pasien yang sehat dan bugar, pada saat dibandingkan

11

dengan pasien yang memiliki satu komorbid, memiliki lama rawat yang
hampir sama. Pasien yang memiliki dua komorbid, seperti kelainan medis
atau kelainan mental atau kelainan yang serupa, lama rawat di rumah sakit
meningkat secara bermakna (p<0.01).

Faktor utama yang menyebabkan

infeksi odontogenik sulit diterapi adalah daya tahan pasien yang menurun
atau ganguan karena penyakit sistemik. Keadaan immunocompromised
seperti penderita HIV/AIDS, kanker darah atau penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus adalah faktor resiko yang menyebabkan penyebaran
infeksi.

Sebuah penelitian mendefinisikan parameter yang bisa berkontribusi terhadap


peningkatan kerentanan infeksi odontogenik dan lama dirawat di rumah sakit yang bertambah.
Dalam sebuah penelitian dari 22 pasien, serum albumin menurun pada pasien dengan infeksi
odontogenik, dan berhubungan dengan lamanya dirawat di rumah sakit. Belum ada penelitian
yang bertujuan untuk mengidentifikasi sindrom sepsis berhubungan dengan terapi dan lamanya
dirawat di rumah sakit. Observasi dan pencatatan kriteria systemic inflammatory response
syndrome (SIRS) pada saat awal pasien dirawat di rumah sakit memungkinkan diagnosis yang
cepat. Penentuan keparahan kondisi ini dapat menentukan terapi yang tepat untuk segera

diberikan dengan cepat dan efektif, bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan lama dirawat
dirumah sakit. 12

SIMPULAN
Severity Score Flynn merupakan penilaian tingkat keparahan infeksi odontogenik yang bisa
digunakan. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Severity Score
Flynn dengan lama rawat inap (LoS) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya klasifikasi lebih detail lagi antara pasien yang sehat dengan
pasien yang memiliki komorbid.

Daftar Pustaka
1. Zamiri B., Hashemi S B., Hashemi S H., Rafiee Z. , Ehsani S., Prevalence of
Odontogenic deep head and neck spaces infection and its correlation with length of
hospital stay, Shiraz Univ Dent J 2012; 13(1): 29-35
2. Morton H, Richard G. Odontogenic infections and deep facial space infections of dental
origin. In: Topasian RG, Goldberg MH, Hupp JR, editors. Oral and Maxiloofacial
Infections. 4th ed., St. Louis: W.B. Sunders; 2002. p. 158-186.
3. Vieira F, Allen SM, Stocks RM, Thompson JW. Deep neck infection. Otolaryngol Clin
North Am 2008; 41: 459-483.
4. Flynn et al. Severe odontogenic infections. J Oral Maxillofac Surg 2006, 64:1093-1103,
2006.
5. Saito CT, Gulinelli JL, Maro HF, Garcia IR Jr, Filho OM, Sonoda CK, Poi WR,
Panzarini SR. Occurrence of odontogenic infection in patient treated in post graduation
program on maxillofacial surgery and traumatology. J Craniofac Surg 2011; 22: 16891694.
6. Sanchez, R. Severe Odontogenic Infections: Epidemiological, Microbiological and
Therapeutic Factors. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2011; 16: 670-676 IC

7. Uluibau, T Jaunay, AN Goss. Severe odontogenic infections. Aust Dent J


2005;50 Suppl 2:S74-S81
8. Fragiskos, FD. Oral Surgery. Berlin: Springer-Verlag. 2007. p. 112
9. Gronholm, L. Severe odontogenic infection, Academic Dissertation
University of Helsinki. Helsinki, 2012: 37.
10. Alexander M, Krishnan B, Shenoy N. Diabetes mellitus and odontogenic
infectionsAn exaggerated risk? Oral Maxillofac Surg 2008,12:129
11. Huang TT, Tseng FY, Yeh TH, et al: Factors affecting the bacteriology of deep neck
infection: A retrospective study of 128 patients. Acta Otolaryngol 2006, 126:396
12. T Handley, M Devlin, D Koppel, J McCaul, The sepsis syndrome in odontogenic
infection, JICS 2009; 10(1): 21-25

Anda mungkin juga menyukai