ABSTRAK
Latar belakang: infeksi odontogenik adalah infeksi yang berasal dari gigi. Salah satu
sistem untuk mengevaluasi keparahan infeksi odontogenik digunakan Severity Score Flynn.
Tujuan: Penelitian ini berguna untuk mengevaluasi keparahan pasien dengan infeksi
odontogenik menggunakan Severity Score Flynn dan menganalisis korelasi antara jumlah
Severity Score Flynn dengan lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik. Bahan dan
cara: penelitian bersifat cross sectional retrospektif dengan mengumpulkan data pasien dengan
infeksi odontogenik dari rekam medis pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung antara
Januari 2010 sampai Desember 2011. Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin,
keparahan infeksi odontogenik, terapi, cara pembayaran, dan lamanya dirawat di rumah sakit.
Dilakukan evaluasi dengan Severity Score Flynn untuk memperoleh derajat keparahan infeksi
odontogenik. Dilakukan analisis statistik dengan regresi linear. Hasil: jumlah rata-rata Severity
Score Flynn 3,48, nilai terendah 1 tertinggi 6. Sebagian besar pasien dengan skor 2 dan 4,
masing-masing sebesar 27,9%. Tidak terdapat korelasi antara jumlah Severity Score Flynn
dengan lama rawat inap dengan korelasi Pearson 0,103 dan regresi linear tidak signifikan pada
0,432. Simpulan: Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara Severity Score Flynn dengan
lama rawat inap di rumah sakit.
Kata Kunci: Severity Score, infeksi odontogenik
ABSTRACT
Background: odontogenic infection is infection from the teeth. One system to evaluate
the severity of odontogenic infections used Severity Score Flynn. Aim: this study is useful for
evaluating the severity of patients with odontogenic infections using Flynn Severity Score and
analyze the correlation between the number of Severity Score Flynn with length of stay of
patients with odontogenic infections. Materials and methods: cross sectional retrospective study
to collect data from patients with odontogenic infection in the patient's medical record Hasan
Sadikin Hospital between January 2010 and December 2011. Data are grouped by age, sex,
severity of odontogenic infection, treatment, mode of payment, and duration of hospitalization.
Severity Score evaluation by Flynn to obtain the degree of severity of odontogenic infections.
Performed statistical analysis with linear regression. Result: average number Flynn Severity
Score 3.48, the lowest value is 1 and the highest 6. The majority of patients with a score of 2 and
4, respectively by 27.9%. There is no correlation between the number of Severity Score Flynn
with long hospitalization with 0.103 Pearson correlation and linear regression was not
significant at 0.432. Conclusion: there was no significant correlation between the Flynn Severity
Score inpatient at the hospital.
Keywords: Severity Score, odontogenic infection
PENDAHULUAN
Infeksi yang berasal dari gigi atau struktur pendukungnya dikenal sebagai infeksi
odontogenik, telah menjadi salah satu penyakit mulut dan rahang yang paling umum di suatu
wilayah,
pengobatan modern, dan biasanya spasial terbatas, beberapa mungkin meluas ke struktur vital
atau mengatasi sistem pertahanan tuan rumah, menyebabkan kematian pasien.1 Pencegahan
infeksi odontogenik mencakup semua aspek perawatan gigi termasuk karies gigi, pulpa dan
penyakit periodontal, kondisi patologis, trauma dan operasi restoratif dan implan. Pengobatan
infeksi odontogenik terutama bedah bertujuan untuk menghilangkan dari sumber infeksi. Terapi
saluran akar, ekstraksi gigi dan insisi dan drainase ruang terinfeksi biasanya didukung oleh
antibiotik dan langkah-langkah lain untuk meningkatkan pertahanan pasien. 2 Komplikasi yang
umum dan berpotensi mengancam jiwa termasuk obstruksi jalan nafas, trombosis vena jugularis,
mediastinitis, sepsis, sindrom gangguan saluran pernapasan akut, disseminated intravascular
coagulation 3,supurasi pleuropulmonary dan hematogen penyebaran ke organ jauh 1.
Variabel anatomi termasuk ruang fasia dalam yang terlibat dengan selulitis atau abses,
jumlah spasi terpengaruh, dan skor keparahan (Severity Score). Sebuah skor keparahan (rendah
1, moderat 2, atau berat 3) dikembangkan untuk penelitian ini dengan mengelompokkan ruang
fasia dalam yang
mencegah akses ke jalan napas, atau dekat dengan struktur vital, seperti isi dari mediastinum atau
rongga kranium
(tabel 1). 4
Penelitian bersifat cross sectional retrospektif dengan mengumpulkan data pasien dengan infeksi
odontogenik dari rekam medis pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung antara bulan
Januari 2010 sampai Desember 2011. Data dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin,
keparahan infeksi odontogenik, terapi, cara pembayaran, dan lamanya dirawat di rumah sakit.
Umur pasien dikelompokkan ke dalam kelompok umur: 0-10, 11-20, 21-30, 31-40, 41-50, 51-60,
61-70,71-80.
Selanjutnya dilakukan evaluasi dengan Severity Score Flynn untuk memperoleh derajat
keparahan infeksi odontogenik. Dilakukan analisis statistik untuk mengetahui korelasi dengan
menggunakan Pearson Product Moment dan regresi linear sederhana pada variabel nilai total
Severity Score Flynn dan lama rawat inap hanya pada pasien yang telah dilakukan tindakan
perawatan fraktur pada wajah. Data diolah dengan menggunakan SPSS seri 20.0
Tabel 1. Severity Score (SS) 4
Severity Score
Severity score =1
Resiko rendah terhadap gangguan jalan nafas atau
struktur vital
Severity score =2
Resiko sedang terhadap gangguan jalan nafas atau
struktur vital
Severity score =3
Resiko berat terhadap gangguan jalan nafas atau struktur
vital
Spasia Anatomis
Vestibular
Subperiosteal
Spasia corpus mandibular
Infraorbita
Bukal
Submandibular
Submental
Sublingual
Pterygomandibular
Submasseter
Temporal superfisial
Deep temporal (atau infratemporal)
Faringeal lateral
Retrofaringeal
Pretracheal
Danger space (spasia 4)
Mediastinum
Infeksi intrakranial
HASIL
Dalam kurun waktu antara bulan Januari 2010 sampai Desember 2011 didapatkan pasien
sebanyak 61 pasien, pasien laki-laki sebanyak 31 orang (50,8%) dan pasien perempuan sebanyak
30 orang (49,2%). Perbandingan antara pasien perempuan dan laki-laki didapatkan 0,967 : 1.
Distribusi frekuensi dan presentase berdasarkan kelompok umur, ternyata tertinggi pada rentang
umur 21-30 sebanyak 16 pasien (26,2%),
Tingkat keparahan infeksi berdasarkan Severity Score Flynn ditampilkan pada tabel 2. Skor
terendah 1 dan skor tertinggi 6. Frekuensi terbanyak pada skor 2 dan 4, yaitu masing-masing
sebanyak 17 pasien (27,9%).
7
17
6
17
1
13
11.5
27.9
9.8
27.9
1.6
21,3
Total
61
100.0
Perawatan pada pasien infeksi odontogenik yang terbanyak berupa incisi drainase dan ekstraksi,
48 pasien (78,7%), incisi 7 pasien (11,5%), ekstraksi 4 pasien (6,6%) dan 2 pasien menolak
tindakan incisi drainase/ekstraksi (3,3%).
Sebagian besar pasien infeksi odontogenik merupakan pasien tidak mampu, sebanyak 31 pasien
(50,8%), diikuti oleh pasien umum sebanyak 24 pasien (39,3%) dan pasien Askes sebanyak 5
pasien (8,2%).
Frekuensi terbanyak pada lama rawat inap 4 hari , sebanyak 15 pasien (24,6%), skor 4 sebanyak
7 pasien (11,5%).
Tabel 3. Lama rawat inap
Lama rawat
Frekuensi
Persentase
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
11.00
13.00
14.00
16.00
17.00
21.00
24.00
Total
3
4
7
15
4
4
4
6
2
1
3
1
3
1
1
1
1
4.9
6.6
11.5
24.6
6.6
6.6
6.6
9.8
3.3
1.6
4.9
1.6
4.9
1.6
1.6
1.6
1.6
61
100.0
Analisis korelasi regresi dan lama rawat inap dilakukan pada 61 pasien. Hasil statistik deskripsi
antara Severity Score Flynn dan lama rawat inap (LoS),didapatkan rata-rata tingkat keparahan
sebesar 3,48 dengan rata-rata lama rawat inap 6,65 hari.
Severity
LoS
Valid N (listwise)
N
61
61
61
Mean
3.44
6.6557
Std. Deviation
1.688
4.80931
Pada tabel diketahui bahwa total Severity Score Flynn tidak berhubungan dan tidak signifikan
dengan lamanya rawat inap (LoS) dengan nilai signifikansi 0,432 > 0,01. Besarnya korelasi
antara Severity Score Flynn dengan LoS, 0.103
LoS
1
Sig. (2-tailed)
N
.103
.432
61
61
LoS
Pearson Correlation
.103
Sig. (2-tailed)
.432
61
61
R Square
.103a
Adjusted R Square
.011
-.006
1.762
Pada tabel
Severity Score Flynn dan lama perawatan (sama seperti pada tabel korelasi).
Tabel 7. ANOVAa
Sum of Squares
df
Mean Square
Model
1
Regression
Residual
1.947
1.947
183.266
59
3.106
Total
185.213
60
Sig.
.432b
.627
bermakna terhadap lama rawat inap pada pasien dengan infeksi odontogenik, dengan nilai
signifikansi sebesar 0,432.
Model
Tabel 8. Koefisien
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
LoS
a. Dependent Variable: Severity
1
3.226
.387
.037
.047
.103
Sig.
8.328
.000
.792
.432
Pada tabel 8, diketahui bahwa variabel Severity Score Flynn tidak berpengaruh terhadap lama
rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik dengan nilai signifikansi sebesar 0,432. Hal ini
memberikan makna bahwa total Severity Score Flynn tidak berhubungan dengan lamanya rawat
inap pasien.
PEMBAHASAN
Dari 61 pasien dengan infeksi odontogenik , diketahui bahwa kelompok umur 21-30 tahun
sebanyak 16 pasien dan rentang usia 41-50 tahun sebanyak 12 orang (19,7%). Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Saito dkk (2011) dan Sanches dkk, rata-rata usia pasien yang terkena infeksi
odontogenik antara 30-44,5 tahun.5,6 Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 61 pasien, pasien lakilaki
terdiri dari 31 orang (50,8%) dan pasien perempuan sebanyak 30 orang (49,2%).
Perbandingan antara pasien perempuan dan laki-laki didapatkan 0,967 : 1. Pada penilitian
yang dilakukan oleh Zamiri, dkk, dari 102 kasus infeksi spasia kepala dan
leher yang berasal dari infeksi odontogenik, 60 (58,8%) kasus adalah pasien
laki-laki dan 42 (41,18%) adalah pasien perempuan. Hal ini menunjukkan
bahwa
laki-laki
kurang
perhatian
terhadap
kesehatan
rongga
mulut
Pada penelitian ini digunakan Flynn Severity Score untuk menentukan tingkat keparahan infeksi
odontogenik. Aplikasi Severity Score adalah penjumlahan dari peringkat keparahan untuk masing
masing ruang anatomi yang terkena selulitis atau abses,ditentukan secara klinis dan pemeriksaan
radiografi. Misalnya, infeksi yang melibatkan bagian bukal, submandibular kanan, dan ruang
faring lateral kanan diberi SS 6, yang merupakan total 1 untuk spasia bukal, 2 untuk spasia
pterygomandibular, dan 3 untuk spasia faring lateral. Untuk keperluan statistik analisis, infeksi
spasia masticator didefinisikan sebagai infeksi yang melibatkan salah satu atau semua ruang
berikut: pterygomandibular, submasseter, superfisial temporal, atau deep temporal (termasuk
bagian infratemporal dari spasia deep temporal) 4. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Meher dkk, meneliti 54 kasus dengan abses spasia leher dalam menyatakan
bahwa spasia submandibular yang paling sering terlibat (37%) sebagai lokasi
infeksi, diikuti oleh spasia submental. Menurut Parhiscar, spasia yang paling
sering
terlibat
adalah
spasia
parafaringeal
(43%),
diikuti
spasia
Pasien infeksi odontogenik sebagian besar berasal dari kalangan kurang mampu. Infeksi ini telah
menjadi salah satu penyakit mulut dan rahang yang paling umum di suatu wilayah, khususnya di
negara berkembang. Pasien dari kalangan kurang mampu karena hygiene oral yang buruk, karies
yang tidak dilakukan penambalan, dan kurang perhatian terhadap kejadian infeksi yang
disebabkan oleh gigi. Komplikasi yang biasa terjadi dan berpotensi mengancam hidup antara lain
sumbatan jalan nafas, thrombosis vena jugular, mediastinitis, sepsis, acute respiratory distress
syndrome, disseminated intravascula coagulation, efusi pleura dan penyebaran hematogen ke
organ yang jauh. 1
Perawatan pada pasien infeksi odontogenik yang terbanyak berupa incisi drainase dan ekstraksi,
48 pasien (78,7%), incisi 7 pasien (11,5%), ekstraksi 4 pasien (6,6%) dan 2 pasien menolak
tindakan incisi drainase/ekstraksi (3,3%). Manajemen pembedahan merupakan tindakan pilihan
untuk melakukan kontrol sumber infeksi. Uluibau melakukan tindakan ekstraksi pasien pada
90% pasien dan melakukan incisi drainase pada 97% pasien 7. Terapi infeksi odontogenik
terutama secara bedah, bertujuan untuk menghilangan sumber infeksi. Terapi saluran akar,
pencabutan gig, insisi drainase pada spasia yang terkena biasanya disertai pemberian antibiotik
dan terapi lain untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. 1 Tindakan untuk terapi infeksi akut
dentoalveolar atau abses spasia wajah adalah anamnesa yang lengkap. Drainase pus jika telah
terbentuk di jaringan lunak dengan cara melalui saluran akar, insisi intraoral,insisi ekstra oral dan
melalui alveolus dengan cara pencabutan gigi. Tanpa evakuasi pus, pemberian antibiotik tidak
akan mampu mengobati infeksi. Pengeboran gigi yang terlibat pada fase awal inflamasi untuk
mengeluarkan eksudat dari saluran akar diikuti terapi panas. Dengan metode ini penyebaran
infeksi bisa dikurangi dan pasien tidak kesakitan. Drainase bisa juga dilakukan dengan trepanasi
tulang bukal, apabila tidak bisa dilakukan melalui saluran akar. 8
Pada penelitian ini lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik rata-rata 4 hari, sebanyak
15 pasien (24,6%). Pada penelitian sebelumnya, rata-rata lama rawat di rumah sakit pada pasien
dengan infeksi maksilofasial yang parah berkisar antara 3,69 sampai 8,27 hari. Kondisi pasien
dengan penyakit penyerta, komplikasi infeksi, seperti infeksi spasia dalam, berhubungan dengan
lamanya dirawat di rumah sakit. Pasien dengan infeksi mandibular dirawat lebih lama(rata-rata
4,6 hari) dibandingkan dengan pasien dengan infeksi maksila (rata-rata 2,6 hari). Anak-anak
pada umumnya lebih pendek lama rawat di rumah sakit.9 Severity Score Flynn tidak
berpengaruh terhadap lama rawat inap pasien dengan infeksi odontogenik
dengan nilai
signifikansi sebesar 0,432. Hal ini memberikan makna bahwa total Severity Score Flynn tidak
berhubungan dengan lamanya rawat inap pasien. Hal ini disebabkan karena tidak dipisahkan
antara pasien normal dan pasien dengan penyakit penyerta yang lain. Penyakit penyerta yang
berpengaruh terhadap lama perawatan antara lain diabetes mellitus. Diabetes Mellitus dapat
menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi bakteri, berakibat pada peningkatan
morbiditas dan mortalitas. Hal ini berhubungan dengan gangguan dari fungsi bakterisidal
neutrophil dan polimorfonuklear, imunitas seluler, dan aktivator komplemen
10
. Gangguan ini
bertanggung jawab terhadap kejadian dan keparahan infeksi yang lebih tinggi pada pasien
diabetes dibandingkan dengan pasien yang normal. Lama rawat inap dan tingkat komplikasi
yang lebih banyak berhubungan dengan pasien penderita diabetes mellitus yang dirawat karena
menderita infeksi
11
dengan pasien yang memiliki satu komorbid, memiliki lama rawat yang
hampir sama. Pasien yang memiliki dua komorbid, seperti kelainan medis
atau kelainan mental atau kelainan yang serupa, lama rawat di rumah sakit
meningkat secara bermakna (p<0.01).
infeksi odontogenik sulit diterapi adalah daya tahan pasien yang menurun
atau ganguan karena penyakit sistemik. Keadaan immunocompromised
seperti penderita HIV/AIDS, kanker darah atau penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus adalah faktor resiko yang menyebabkan penyebaran
infeksi.
diberikan dengan cepat dan efektif, bertujuan untuk mengurangi morbiditas dan lama dirawat
dirumah sakit. 12
SIMPULAN
Severity Score Flynn merupakan penilaian tingkat keparahan infeksi odontogenik yang bisa
digunakan. Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan yang bermakna antara Severity Score
Flynn dengan lama rawat inap (LoS) di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Hal ini
disebabkan karena tidak adanya klasifikasi lebih detail lagi antara pasien yang sehat dengan
pasien yang memiliki komorbid.
Daftar Pustaka
1. Zamiri B., Hashemi S B., Hashemi S H., Rafiee Z. , Ehsani S., Prevalence of
Odontogenic deep head and neck spaces infection and its correlation with length of
hospital stay, Shiraz Univ Dent J 2012; 13(1): 29-35
2. Morton H, Richard G. Odontogenic infections and deep facial space infections of dental
origin. In: Topasian RG, Goldberg MH, Hupp JR, editors. Oral and Maxiloofacial
Infections. 4th ed., St. Louis: W.B. Sunders; 2002. p. 158-186.
3. Vieira F, Allen SM, Stocks RM, Thompson JW. Deep neck infection. Otolaryngol Clin
North Am 2008; 41: 459-483.
4. Flynn et al. Severe odontogenic infections. J Oral Maxillofac Surg 2006, 64:1093-1103,
2006.
5. Saito CT, Gulinelli JL, Maro HF, Garcia IR Jr, Filho OM, Sonoda CK, Poi WR,
Panzarini SR. Occurrence of odontogenic infection in patient treated in post graduation
program on maxillofacial surgery and traumatology. J Craniofac Surg 2011; 22: 16891694.
6. Sanchez, R. Severe Odontogenic Infections: Epidemiological, Microbiological and
Therapeutic Factors. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2011; 16: 670-676 IC