Anda di halaman 1dari 3

Dalam jangka pendek, tindakan pertama terdiri atas terapi kebersihan mulut, termasuk pembersihan

secara mekanis serta menghilangkan debris di tempat bersangkutan. Pengobatan lokal dilakukan
dengan metronidazole secara sistemik untuk 3-5 hari. Terdapat respon terhadap pemberian antibiotik
sistemik dan local debridement. Gejala menghilang bertahap diatas 3-4 minggu, tetapi sering rekuren.
Dalam jangka panjang, terapi kebersihan untuk mencegah kerusakan gingival yang lebih lanjut harus
dilakukan

Penisilin
Penisilin banyak dipakai, baik untuk penyakit infeksi dalam rongga mulut maupun penyakit infeksi
pada bagian tubuh yang lain. Penisilin bersifat bakterisid dengan aktifitas kerja merusak dinding sel
bakteri. Penisilin dikenal sebagai first line antibiotic karena penisilin mempunyai kemampuan
melawan sebagaian besar bakteri penyebab infeksi. Banyak bakteri yang peka terhadap penisilin,
kecuali bakteri yang memproduksi enzim β-laktamase, karena cincin β-laktam yang terdapat pada
struktur kimia penisilin dirusak oleh enzim tersebut sehingga penisilin menjadi tidak aktif. Penisilin
termasuk antibiotika berspektrum luas. Penisilin efektif terhadap bakteri penyebab periodontitis,
yaitu golongan porphyromonas, fusobacterium maupun prevotella.
2,3

Derivat penisilin yang banyak digunakan dalam perawatan penyakit periodontal adalah amoksisilin.
Amoksisilin merupakan antibiotika semi sintetik. Spektrum antibiotikanya lebih luas dibanding
penisilin, efektif terhadap bakteri gram positif dan negatif. Amoksisilin bermanfaat sebagai
antibiotika penunjang pada kasus refractory maupun juvenile periodontitis. Dosis yang disarankan
adalah 500mg 3x1 sehari selama 7 hari.1

Tinoco et al.10 melaporkan hasil penelitian tentang amoksisilin sistemik yang diberikan per oral
dengan dosis 500mg 3x sehari selama 8 hari pada kasus Localized Juvenile Periodontitis (LJP).
Amoksisilin dosis tersebut diberikan pada awal perawatan setelah scaling dan root planing,
kemudian diulang pemberiannya pada bulan ke-1, 2, 3, 6, 9 dan 12 dengan sebelumnya dilakukan
perawatan mekanis, yaitu scaling dan polishing. Setiap kontrol, penderita selalu diberi instruksi oral
hygiene serta ditekankan melakukan kontrol plak dengan baik. Setelah 1 tahun dilakukan
pemeriksaan, didapatkan penurunan kedalaman poket serta peningkatan level perlekatan jaringan
yang signifikan dibandingkan sebelum dilakukan perawatan. Tinoco juga menyebutkan bahwa
2μg/ml amoksisilin dapat membunuh 90% bakteri actinobacillus actinomycetemcomitans, sedangkan
konsentrasi 3μg/ml dapat membunuh 100% bakteri tersebut.

Untuk meningkatkan efektifitas amoksisilin terhadap bakteri periodontopatogen, banyak peneliti


mengkaji kombinasi pemberian amoksisilin dengan asam klavulanat, maupun amoksisilin dengan
metronidazole. Gordon and Walker menyebutkan bahwa kombinasi amoksisilin dengan asam
klavulanat menghasilkan antibiotika yang potensial, karena tahan terhadap enzim β-laktamase yang

dihasilkan oleh bakteri.11

Sanctis et al.12 menyebutkan bahwa kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat (Augmentin) dengan
dosis 375mg yang diberikan selama 14 hari dapat mengurangi kedalaman poket, insiden perdarahan
saat probing serta meningkatkan terbentuknya perlekatan periodontal setelah 1 (satu) tahun
evaluasi.

Seymour and Heasman4 menyebutkan bahwa kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat
maupun amoksisilin dengan metronidazole efektif melawan bakteri actinobacillus
actinomycetemcomitans yang banyak ditemukan pada juvenile periodontitis.
Metronidazole
Metronidazole adalah antibiotika sintetik yang berasal dari imidazole. Secara sistemik, metronidazole
dapat berpenetrasi dengan baik ke jaringan. Konsentrasinya ditemukan cukup tinggi pada GCF dan
serum. 3,11

Pada mulanya metronidazole di bidang kedokteran gigi digunakan sebagai antibiotika pada
perawatan ANUG (Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis), kemudian berkembang mengarah
penggunaannya pada perawatan kasuskasus periodontal yang destruktif . 4

Metronidazole efektif terhadap bakteri anaerob, antara lain: bacteroides, porphyromonas


gingivalis, prevotella intermedia dan fusobacterium nucleatum. Untuk bakteri actinobacillus
actinomycetemcomitans dan eikenella corodens, metronidazole kurang efektif.11
Loesche et al.6 melaporkan hasil penelitiannya pada pasien adult periodontitis, yang dirawat dengan
metronidazole secara sistemik dengan pemberian per oral dosis 250mg 3x1 sehari selama 7 hari
mengikuti perawatan scaling dan root planing. Evaluasi pada minggu ke-15 sampai minggu ke-30
menunjukkan penurunan kedalaman poket yang berbeda bermakna dibandingkan kondisi sebelum
perawatan.

Loesche et al.6 juga melaporkan hasil penelitiannya tentang tingkat keperluan terhadap perawatan
bedah pada pasien dengan adult periodontitis. Semua pasien diberi metronidazole per oral 250mg
3x1 sehari selama 7 hari. Kemudian dilakukan evaluasi dalam selang waktu setiap 3 bulan selama 2
tahun. Setiap evaluasi dilakukan scaling dan root planing disertai pemberian metronidazole 250mg
3x1 sehari selama 7 hari. Hasil yang didapat adalah rata-rata 5 (lima) gigi setiap pasien tidak lagi
memerlukan perawatan bedah. Pemeriksaan mikrobiologi ditemukan sedikit bakteri, antara lain
golongan spirochaeta.

Efek samping metronidazole terutama pada saluran pencernaan. Disamping itu pernah pula
dilaporkan adanya keluhan pusing, kulit kemerahan serta depresi pada penggunaan metronidazole
secara sistemik. Urin berwarna merah kecoklatan pernah pula dilaporkan pada penggunaan
metronidazole
jangka panjang .2

Tetrasiklin
Tetrasiklin populer pada tahun 1970an sebagai antibiotika spektrum luas dengan toksisitas rendah.
Tetrasiklin menghambat multiplikasi sel dengan cara menghambat sintesa protein tetapi tidak
membunuhnya, oleh karena itu tetrasiklin disebut sebagai antibiotika bakteriostatik. Tetrasiklin
merupakan antibiotika yang telah lama digunakan, generasi baru dari golongan ini antara lain adalah
minosiklin, doksisiklin dan demeklosiklin.3

Tetrasiklin mampu menghambat kerja enzim kolagenase yang dihasilkan oleh bakteri, oleh karena
itu tetrasiklin disebut sebagai antibiotika yang bersifat anti kolagenolitik. Sifat ini menguntungkan
jaringan periodontal karena menghambat kerusakan yang terjadi pada penyakit periodontal.9

Tetrasiklin efektif terhadap bakteri actinobacillus actinomycetemcomitans yang banyak ditemukan


pada kasus juvenile periodontitis. Tetrasiklin tidak efektif terhadap subspesies bakteri
capnocytophaga dan eikenella corrodens, walaupun kedua macam bakteri tersebut banyak pula
ditemukan dalam poket periodontal.13
Olsvik14 mengemukakan bahwa scaling dan root planing saja tidak cukup untuk menghilangkan
bakteri actinobacillus actinomycetemcomitans pada kasus localized juvenile periodontitis. Untuk itu
perlu pemberian tetrasiklin sistemik yang diberikan per oral dengan dosis 250mg 4x sehari selama 2-
3 minggu. Gordon and Walker (1993) menyatakan bahwa pemberian tetrasiklin dalam jangka waktu
yang lama diperlukan untuk menekan pertumbuhan bakteri dalam poket.

Scopp (1994) melaporkan hasil studi kasus terhadap penderita laki-laki usia 30 tahun dengan
localized juvenile periodontitis yang dirawat menggunakan tetrasiklin 250mg 4x1 sehari selama 2
minggu, kemudian setelahnya diikuti dosis tunggal 250mg selama 1 tahun. Evaluasi selama 1 tahun
didapatkan hasil tidak ada pembengkakan yang sebelumnya bersifat kambuhan setiap 1 bulan sekali.
Pemeriksaan jaringan rongga mulut tidak ada kelainan, kecuali karies tahap awal pada beberapa gigi.
Secara umum gingiva normal, 90% permukaan gigi bebas plak, tidak ada kegoyangan. Rata-rata
kedalaman poket 1-3 mm, kecuali pada molar pertama atas dan bawah + 8 mm, hal ini diduga
merupakan ciri khas LJP.

Tetrasiklin yang diberikan secara sistemik dapat terikat pada permukaan akar dan dilepaskan sedikit
demi sedikit dalam bentuk aktif selama jangka waktu tertentu.11 Efek samping yang ditimbulkan
dengan pemberian tetrasiklin secara sistemik adalah staining pada gigi dan hipoplasi enamel.9

Klindamisin
Klindamisin merupakan derivat linkomisin, termasuk antibiotika bakteriostatik dengan aktifitas kerja
menghambat sintesa protein bakteri. Klindamisin mempunyai aktifitas penetrasi yang baik ke
jaringan lunak dan keras. Klindamisin efektif terhadap bakteri stric anaerob yang memproduksi
enzim β-laktamase, antara lain pigmented dan non-pigmented

prevotella.3,15
Menurut Goodman and Gillman’s,2 klindamisin berpotensi meningkatkan daya tahan tubuh serta
menghambat transmisi neuromuskuler, sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit. Efek
samping klindamisin antara lain: mual, pusing, diare, serta yang perlu diwaspadai adalah timbulnya
colitis pseudomembran.

Pada umumnya klindamisin secara sistemik digunakan pada perawatan penyakit periodontal
khususnya refractory adult periodontitis. Menurut Kuriyama et al.,15 klindamisin digunakan pada
perawatan penyakit periodontal yang bersifat kambuhan, terutama bila perawatan secara mekanis
maupun perawatan dengan antibiotika yang lain (penisilin dan tetrasiklin) tidak menunjukkan
keberhasilan.

Mombelli and Winkelhoff 9 menyebutkan bahwa supurasi, kedalaman poket, kehilangan perlekatan
jaringan periodontal serta bleeding on probing dapat berkurang secara signifikan pada pasien-pasien
yang dirawat kombinasi antara perawatan mekanis dengan klindamisin 150mg 3x sehari selama 7
(tujuh) hari. Rata-rata aktifitas penyakit setiap sisi setiap pasien menurun dari 10% menjadi 0,5%
setelah 1 tahun evaluasi.

Mombelli and Winkelhoff9 melaporkan hasil penelitiannya tentang efektifitas klindamisin terhadap
bakteri dalam poket. Evaluasi setelah 1 minggu pemberian klindamisin 150mg 3x sehari selama 5
(lima) hari efektif mengurangi jumlah bakteri porphyromonas gingivalis, fusobacterium nucleatum
dan golongan spirochaeta, serta dapat mengurangi skor gingival index secara signifikan tanpa
dilakukan perawatan mekanis.

Anda mungkin juga menyukai