Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN MAKSILA TERHADAP

MANDIBULA

Relasi maksila dan mandibula dapat dilihat dalam dua arah yaitu secara vertikal dan
secara horizontal. Secara vertikal relasi maksila dan mandibula dapat dibagi menjadi Dimensi
Vertikal Istirahat (RVD) dan Dimensi Vertikal Oklusi (OVD). Sedangkan secara horizontal
dapat dibagi menjadi Relasi Sentrik dan Relasi Eksentrik.

1. Relasi Vertikal

Dimensi vertikal didefinisikan sebagai sepertiga panjang wajah bagian bawah.Berdasarkan


The Glossary of Prosthodontic Terms Journal of Prosthetic Dentistry Volume-94 no. 1, dimensi
vertikal adalah the distance between two selected anatomic or marked points (usually one on the
tip of the nose and the other upon the chin), one on a fixed and one on a movable member. Dan
juga dapat didefinisikan sebagai jarak dari maksila dan mandibular pada bidang frontal, jarak
dari makasila dan mandibular tersebut sangat bergantung kepada sendi temporomandibular dan
tonus tonus otot mastikasi, apabila berubah, maka dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang
hebat pada sendi temporomandibular dan otot otot pasien.

Faktor faktor yang mempengaruhi dimensi vertikal adalah seperti gigi yang masih ada dan
otot pasien, dimana gigi berefungsi sebagai vertikal stop yang alami, dan otot biasanya berperan
dalam proses membuka dan menutup dari kedua rahang itu sendiri, perubahan dari dimensi
vertikal, dapat berupa penambahan maupun pengurangan dari dimensi vertikal tersebut, dan
masing masingnya dapat menimbulkan masalah tersendiri.

Akibat dimensi vertikal terlalu tinggi :


a. dapat menyebabkan trauma pada daerah penyangga gigi tiruan
b. penambahan tinggi wajah bagian bawah
c. cheek biting
d. kesulitan dalam mengunyah, menelan dan berbicara
e. terdapat rasa sakit dan clicking pada sendi temporomandibular
f. otot otot muka terasa tegang
g. penambahan volume dari rongga mulut (cubical space of the oral cavity)
h. resorpsi tulang

Akibat dimensi vertikal terlalu rendah :


a. terdapat trauma pada daerah penyangga gigi tiruan, namun tidak separah
apabila dimensi vertikal terlalu tinggi
b. kurangnya tinggi wajah
c. dapat menimbulkan angular chelitis karena ujung bibir terlipat
d. kesulitan menelan
e. terdapat rasa sakit dan clicking pada sendi temporomandibular biasanya
diikuti oleh sakit kepala dan neuralgia
f. terdapat kesan ukuran bibir yang berkurang, vermillion border berkurang
g. menimbulkan obstruksi pada pembukaan Eustachian tube akibat peninggian
palatum yang disebabkan oleh peninggian letak lidah dan mandibula
h. kehilangan tonus otot
i. sudut mulut menjadi turun
j. berkurangnya volume dari rongga mulut

Pada umumnya, terdapat dua jenis dimensi vertikal yang dapat diukur, yaitu dimensi
vertikal oklusal, DVO (occlusal vertical dimension) dan dimensi vertikal fisiologis, DVF (rest
vertical dimension). DVO adalah jarak vertikal rahang saat gigi-geligi beroklusi. Sedangkan
DVF adalah jarak vertikal saat otot-otot pembuka dan penutup mandibula dalam kondisi istirahat
pada tonic contraction, di mana gigi-geligi tidak saling berkontak.Oleh karena itu, DVF selalu
lebih besar daripada DVO Selisih antara DVF dengan DVO disebut freeway space atau
interocclusal gap atau interocclusal clearance. Besar rata-rata freeway space yang dianggap
normal adalah 2sampai 4 mm.

Dimensi vertikal istirahat (DVF), didefinisikan sebagai tinggi wajah pada saat
mandibular dalam keadaan istirahat, posisi ini dipengaruhi oleh otot pengunyahan, berbicara,
penelanan, dan benafas, sangatlah penting untuk menentukan ukuran dari dimensi vertikal
istirahat karena akan berfungsi sebagai acuan utama dalam menetukan dimensi vertikal oklusi
pasien, pada pasien yang mengalami kehilangan gigi pada kedua rahang dan akan dilakukan
perawatan complete denture, maka keadaan mandibulanya akan bergeser pada posisi habitual
rest, sangatlah penting dalam pembuatan complete denture pengukuran yang dilakukan adalah
menggunakan dimensi vertikal istirahat, bukan menggunakan posisi habitual rest

Posisi istirahat fisiologis harus ditentukan sebelum menentukan dimensi vertikal istirahat
dari mandibula, posisi keadaan istirahat fisiologis ini dapat dilihat ketika adanya gerakan
fungsional seperti menelan atau membasahi bibir, dimana mandibular akan berada pada posisi
istrahat fisiologis sebelum akhirnya berpindah ke posisi habitual rest, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan ketika menetukan posisi istirahat fisiologis, seperti
a. gravitasi, dalam penentuan posisi istirahat fisiologis, pasien diintruksikan agar
posisi kepala tegak lurus dan pandangan kedepan agar reid’s base line dapat parallel
dengan lantai

b. instruksikan pasien untuk merilekskan keadaan mental otot otot pada wajahnya,
karena rasa gugup dan tegang pada otot dapat mempengaruhi dari posisi istirahat
fisiologisnya.
c. Keberadaan dari penyakit neuromuscular dapat mempengaruhi dari posisi istirahat
fisiologis
d. Pasien tidak dapat mempertahankan posisi istirahat fisiologis dalam waktu lama,
oleh karena itu pengukuran harus dilakukan secepatnya

Dalam menentukan ukuran dimensi vertikal istirahat (DVF) ada beberapa cara,
yaitu :
a. Pengukuran wajah setelah melakukan gerakan menelan atau membasahi bibir
- Instruksikan pasien untuk rileks
- Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu pasien
- Intruksikan pasien untuk melakukan gerakan fungsional seperti menelan atau membasahi bibir
- Instruksikan pasien untuk merilekskan bahunya agar otot supra dan infrahyoid ikut rileks
- Ketika pasien telah menelan atau membasahi bibirnya, maka mandibular akan berada pada
posisi istirahat fisiologis sebelum bergeser ke posisi habitual rest, ukur secepatnya ketika
mandibular masih berada pada posisi istirahat fisiologis.

b. Pengukuran dengan sensasi taktil

- Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu.


- Instruksikan pasien untuk membuka mulutnya lebar lebar hingga merasaa ada rasa tidak
nyaman pada ototnya.
- Instruksikan pasien untuk menutup mulutnya secara perlahan dan segera berhenti ketika merasa
ototnya telah rileks dan nyaman kembali.
- Hitung jarak dari titik acuan, bandingkan dengan hasil pengukuran menggunakan metode
menelan dan membasahi bibir, karena metode ini dapat bervariasi antar individu karena persepsi
rileks yang relatif, oleh sebab itu metode ini memerlukan perbandingan.

c. Pengukuran dengan landmark anatomis


- Ukur jarak dari pupil mata ke sudut mulut pasien (rima oris), dan jarak dari bagian anterior
tulang nasal ke batas bawah mandibular.
- Sesuaikan pembukaan rahang agar didapat jarak yang sama
- Apabila jaraknya telah sama maka itulah posisi istriahat fisiologisnya
- Metode ini tidak dapat digunakan pada pasien yang wajahnya tidak simetris

d. Pengukuran dengan cara bicara


- Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu pasien
- Instruksikan pasien untuk melafalkan bunyi menggumam “mmmmm”
- Atau dapat juga dilakukan dengan operator yang mengajak pasien untuk berbicara
- Lakukan pengukuran segera setelah pasien berhenti menggumam atau berhenti bicara

- Tentukan 2 titik acuan pada ujung hidung dan ujung dagu pasien
- Instruksikan pasien untuk melafalkan bunyi menggumam “mmmmm”
- Atau dapat juga dilakukan dengan operator yang mengajak pasien untuk
berbicara
- Lakukan pengukuran segera setelah pasien berhenti menggumam atau
berhenti bicara

e. Pengukuran dengan ekspresi wajah


- Pengukuran dilakukan dengna memperhatikan keadaan dimana kulit di
sekitar mata dan dagu dalam keadaan rileks, tidak tertarik, berkilap maupun keriput.
- Perhatikan keadaan lubang hidung dalam keadaan rileks dan tidak terdapat hambatan atau
obstruksi dalam bernafas
- Perhatikan posisi bibir, dimana bibir atas dan bawah berkontak secara ringan dalam satu
bidang.

2. Relasi Horizontal
Relasi Horizontal meliputi relasi sentrik dan relasi eksentrik :

 Relasi Sentrik, Pengertian relasi vertikal : Jarak vertikal rahang atas dan rahang
bawah yang dapat memberikan ekspresi normal pada wajah seseorang. Relasi sentrik
sangat penting untuk kenyamanan gigi, periodonsium, otot penguyahan dan nervus
yang berasosiasi, banyak konsep dari oklusi berdasarkan dari ke harmonisan relasi
sentrik (Pantaleao, et all., 1993)

Relasi sentrik merupakan lokasi akhir yang baik untuk mengunyah dan nyaman posisi
normal bagi semua orang yang memiliki sendi rahang relatif sehat (Gerard, et all., 2001)

Kehilangan hubungan sentries, dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot dengan otot


meningkat, overactivity otot, kejang, dan nyeri akibat perubahan posisi condylar di fosa (Seth, et
all., 2004).

Istilah relasi sentrik diartikan secara berbeda-beda dalam penerapannya pada pengembangan
restorasi dental. Tetapi untuk meningkatkan komunikasi antar bidang kedokteran gigi perlu
digunakan satu definisi yang sama.

Relasi sentrik didefinisikan sebagai (1) posisi mandibula yang sesuai dengan posisi oklusi
median, (2) posisi mandibula yang ditentukan oleh refleks neuromuskular yang dipelajari ketika
gigi-gigi sulung beroklusi, (3) posisi mandibula yang terjadi ketika pusat gerakan vertikal dan
lateral berada pada posisi engsel paling posterior, (4) hubungan mandibula terhadap maksila saat
mandibula bertahan ketika menelan, (5) posisi mandibula yang sama dengan posisi istirahat
fisiologis, (6) posisi mandibula saat menelan. Kerancuan dalam terminologi ini diperburuk
dengan adanya perbedaan pendapat tentang hubungan antara relasi sentrik dan posisi interkuspal.
Beberapa penulis menganggap bahwa ini adalah posisi muskular berdasarkan anggapan bahwa
posisi ini merupakan yang paling sering digunakan dalam fungsi. Kedudukan ini didefinisikan
sebagai posisi yang dicapai setelah mandibula bergerak menutup secara relaks dari posisi
istirahat, dan biasanya bertepatan dengan posisi interkuspal (atau hubungan gigi-geligi) pada
geligi asli. Meskipun demikian, riset menunjukkan bahwa posisi muskular sangat bervariasi dan
tidak dapat dicatat dengan ketepatan yang sama seperti posisi retrusi.

Kerancuan ini dapat dihilangkan dengan menerima satu definisi : Relasi sentrik ialah
posisi mandibula paling mundur terhadap maksila pada dimensi vertikal yang telah ditetapkan.
Semua posisi mandibula yang lain dalam bidang horizontal adalah eksentrik dan dapat
diberlakukan pada relasi sentrik tanpa mengubah atau mengacaukan pengertiannya. Persaingan
yang jelas antara relasi sentrik/posisi kontak mundur dan posisi muskular yang dipakai unutuk
mencatat hubungan horizontal antar-rahang supaya telah dimenangkan oleh konsep pertama
(setidak-tidaknya, menurut literatur prostodontik)
Konsep relasi sentrik :

1. Konsep pertama :

Pencatatan harus dilakukan dengan tekanan penutupan minimal sehingga jaringan yang
mendukung basis gigi tiruan tidak akan bergeser pada saat catatan diambil. Tujuan konsep ini
adalah supaya gigi geligi yang berlawanan dapat menyentuh secara merata dan serentak pada
saat terjadi kontak pertama. Kontak gigi secara merata tidak akan merangsang pasien untuk
menggertakkan giginya dan merelasikan otot-otot penutup pada periode antara pengunyahan.

1. Konsep kedua :

Pencatatan harus dilakukan dengan tekanan penutupan yang kuat sehingga jaringan dibawah
lempeng pencatat akan bergeser pada saat pencatat dilakukan. Tujuan dari konsep ini adalah
untuk menghasilkan perubahan bentuk jaringan lunakyang sama seperti yang akan terjadi bila
ada tekanan penutupan yang berat pada gigi tiruan. Jadi, tekanan-tekanan oklusal akan dibagi
sama rata pada tulang alveolar bila gigi tiruan menerima beban oklusal yang berat. Tetapi bila
pembagian tekanan di jaringan lunak tidak sama berat, gigi-geligi tidak akan berkontak merata
pada saat kontak pertama terjadi.

(Zarb dkk., 2001)

Bermacam-macam metode yang dipakai untuk mencatat relasi sentrik dapat diklasifikasikan
sebagai cara static dan cara fungsional.

1. A. CARA STATIK

Meliputi pertama menempatkan mandibula dalam hubungan relasi sentrik terhadap maksila,
kemudian mencatat hubungan kedua galengan gigit satu sama lain. Metode ini memiliki
keuntungan karena pergeseran basis pencatat terhadap tulang penghubung hanya minimal.
Pencatatan static intra-oral dilakukan dengan malam atau gips, dengan atau tanpa jarum pencatat
di tengah, serta dengan atau tanpa alat pencatat ( tracing devices) intra-oral atau extra-oral guna
menunjukkan hubungan relative antara kedua rahang.

1. B. CARA FUNGSIONAL

Melibatkan aktifitas atau gerakan fungsional mandibula pada saat dibuat pencatatan. Cara-cara
ini mempunyai keburukan, karena menyebabkan pergeseran basis pencatat ke lateral dan
anteroposterior terhadap tulang pendukung pada saat pencatatan dilakukan. Pencatatan pada cara
fungsional meliputi bermacam-macam teknik mengunyah yang dianjurkan oleh Needles, House,
serta Essig dan Patterson. Termasuk pula cara menelan untuk menempatkan dan mencatat posisi
relative kedua rahang.
Kedua metode untuk mencatat relasi selasi sentrik diatas, masing-masing dapat dilakukan secara
intra-oral maupun extra-oral.

a) PENCATATAN GRAFIS EXTRA-ORAL

Goreskan ujung jarum pada meja pencatat yang dilapisi oleh karbon atau malam dapat
dipakai untuk menunjukkan posisi RB relative terhadap RA pada bidang horizontal (Gbr.A).
Goresan ini berbentuk kira-kira seperti lengkung gothic sehingga diberi nama Goresan Lengkung
Gothic, atau dikenal pula sebagai goresan bertbentuk ujung anak panah.

Untuk membuat goresan berbentuk anak panah atau goresan ujung jarum, satu kondilus
bergerak ke depan dan ke dalam saat mandibula bergerak ke lateral dan kondilus yang lain
berotasi dan bergerak ke arah yang berlawanan. Gerakan-gerakan ini mendekati rotasi secara
berganti-ganti sekeliling kedua kondilus. Gerakan ini memotong garis yang terbentang ke suatu
titik yang menunjukkan posisi paling mundur dari kedua kondilus. Karena itu bila kedua
kondilus sedang beristirahat dalam posisinya yang paling mundur, ujung jarum pencatat akan
beristirahat pada puncak goresan yang terbentuk (Gbr. B). Goresan ujung jarum pada dasarnya
adalah suatu gambaran tunggal dari posisi mandibula dan gerakan-gerakannya pada bidanag horizontal

II.3. Fungsi Relasi Sentrik

1. Agar gigi posterior dapat mencapai hubungan antar tonjol yang sangat tepat sehingga
penyimpangan dalam mulut mudah dideteksi. Gigi dengan kemiringan tonjol 30o dapat
lebih efektif untuk memeriksa kecermatan hubungan rahang dibandingkan gigi dengan
kemiringan tonjol 20o atau 0o. tonjol dengan kemiringan 30o memperbesar kemungkinan
kesalahan oklusi.
2. Merupakan salah satu persyaratan fisiologis untuk memperoleh kenyamanan stabilitas
dan efisiensi di dalam rongga mulut.
3. Agar beberapa tahap prosedur restorasi gigi geligi dapat dipindahkan ke laboratorium.
Keakuratan pencatatan interoklusi tergantung dari metode dan bahan yang dipakai

 Relasi Eksentrik

Relasi Eksentrik : relasi antara mandibula terhadap maksila yang selain relasi sentrik,
meliputi relasi protrutive (gerakan ke depan) dan relasi lateral (gerakan ke samping)

Relasi protrutive : ketika kedua prosesus kondiloideus bergerak kedepan dan ke bawah
pada eminensia artikularis dan gigi geligi, akan tetapi pada kontak meluncur

Relasi Lateral : Pada saat rahang digerakkan dari sisi yang satu ke sisi lainya
untukmendapat gerak pengunyahan antara permukaan oklusal premolar dan molar, prosesus
kondiloideus pada sisi tujuan arah mandibula yang bergerak akan ditahan tetap pada posisi
istirahat oleh serabut posterior muskulus temporalis
DAFTAR PUSTAKA :

D.L. Saranda. 2007. Textbook of Complete Denture Prosthodontics: Jaypee


Brothers Medical Publisher.

J.J. Sharry. 1974. Complete Denture Prosthodontics

Langland E.Olaf, Anglais P. Robert, Preece W. John. 2002. Principles of Dental Imaging:
Lippincott Williams & Walkins.

M. Lovely. 2005. Review of Complete Dentures: Jaypee Brothers Medical


Publisher.

Anda mungkin juga menyukai