Anda di halaman 1dari 50

GAMBARAN PEMBERIAN INSTRUKSI PASCA

EKSTRAKSI OLEH DOKTER GIGI


DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat


memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:
WENDY ESZWARA
NIM: 120600154

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016

Universitas Sumatera Utara


Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Bedah Mulut danMaksilofasial
Tahun 2016

Wendy Eszwara

Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi Oleh Dokter Gigi Di Kota


Medan

xi + 29 halaman

Ekstraksi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan


tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut da merupakan indikasi dari sutu masalah
yang dilakukan baik pada gigi yang bermasalah maupun gigi yang sehat dengan
tujuan tertentu. Tindakan ekstraksi memerlukan sikap kooperatif dari pasien untuk
mengikuti instruksi selama dan pasca tindakan dengan tujuna meningkatkan kepuasan
dan mengurangi komplikasi. Instruksi pasca bedah yang diberikan kepada pasien
dapat secara lisan maupun tulisan yang mudah dipahami dan dipatuhi. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui gambaran instruksi oleh dokter gigi di praktek dokter
gigi di Kota Medan dan mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai
dengan yang harus diketahui oleh pasien. Ini merupakan penelitian deksripktif dengan
metode survey. Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah secara
Simple Random Sampling dimana menggunakan rumus dan pemilihan sampel yang
dibutuhkan dipilih secara undian dengan jumlah 100 dokter gigi di Kota Medan.
Pengumpulan data dilakukan dengan memberi kuestioner kepada dokter gigi di Kota Medan
dan menanyakan langsung berdasarkan pertanyaan yang sudah di susun. Analisis data pada
penelitian ini diperoleh dengan dihitung dalam benruk presentase. Penelitian ini
menunjukkan hasil 100% pada pentingnya diberikan instruksi pasca ekstraksi oleh dokter
gigi, 53% pada menggigit kasa sebagai instruksi yang tepat diberikan kepada pasien setelah
dilakukan ekstraksi, 41% pada dry socket dan perdarahan sebagai komplikasi yang terjadi
apabila instruksi tidak diberikan atau dijalankan pasien, 52% pada verbal dan nonverbal
sebagai jenis instruksi yang diberikan kepada pasien, 52% jawaban ya pada pengkombinasian

Universitas Sumatera Utara


jenis pemberian instruksi kepada pasien, 57,69% alasan responden menggunakan
pengkombinasian jenis instruksi kepada pasien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
sebagian besar dokter gigi telah mengkombinasikan pemberian instruksi secara verbal dan
nonverbal kepada pasien pasca ekstraksi.

Subjek : Ekstraksi,Instruksi,Verbal,Nonverbal,pasca bedah

Daftar rujukan : 21 (2007-2015)

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan


di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 1 Juli 2016

Pembimbing: Tanda tangan

1.Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM .………………….


NIP.19840724 200801 2 006

Universitas Sumatera Utara


TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 1 Juli 2016

TIM PENGUJI

KETUA :Abdullah Oes, drg.

ANGGOTA : 1.Eddy A. Ketaren, drg., Sp. BM.

2. Indra Basar Siregar, drg., M.Kes.

3.Rahmi Syaflida, drg., Sp. BM.

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu
ayahanda H. Ir.Nuzirwan dan ibunda Hj. Erna Zahara, SE yang telah
membesarkan,memberikan kasih saying yang tidak terbalas, doa, semangat dan dukungan
kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga yang telah
mendukung penulis.

Dalam penulisan skripsi dan penelitian ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesemoatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mennyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Eddie A Ketaren,drg.,Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan


Maksilofasial Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas segala
saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
2. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM selaku dosen pembimbing penulis dalam penulisan
skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan meberikan
pengarahan dan dorongan kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc selaku dosen akademik yang telah
meluangkan waktu membimbing selama masa perkuliahan hingga skripsi ini selesai.
4. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak
memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Maya Fitria, SKM., M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam
analisis statistic
6. Sahabat-sahabat terkasih penulis : Raja Malem, M.Rifqy Halim, Fadli Naufal,Yanta
Sinisura, Ricky Ekaputranto, Ridho Vernanda, Fitri Damayanti, Laurenzia Veronica,

Universitas Sumatera Utara


Ulla attiyah K, Alfia Rizwika , Keyko A Darya, Windi Pratiwi yang telah
memberikan bantuan pikiran dan semangat serta meluangkan waktu untuk
memberikan dukungan moril selama penyelesaian skripsi ini.
7. Teman-teman terbaik penulis : M. Amanda Hasby , M. Hadjid , Fan Ezy, Izzy
lesmana , Rezky Pahlevi, M.Zaki Ihsan, Rizky Ais, Arief Dhermawan,Rozi
Septiansyah, Ryan Rwanda, Indra Pratama, FestTeam , Geger dan Adua squad yang
telah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan moril selama penyelesaian
skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan bimbingan skripsi di Depatemen Bedah Mulut dan
Masilofasial dan Teman-teman angkatan 2012 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas bantuan dan telah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan moril
selama penyelesaian skripsi ini

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masi terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
selama penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Khususnya di Departemen Bedah
Mulut dan Masilofasial.

Medan, 1 Julii 2016

Penulis

(Wendy Eszwara)

NIM: 120600154

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..........................................................................................................
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Ekstraksi ........................................................................................................ 4
2.1.1 Indikasi Ekstraksi ..................................................................................... 4
2.1.2 Kontraindikasi Ekstraksi ........................................................................... 6
2.2 Komplikasi Ekstraksi ................................................................................... 8
2.3 Instruksi Pasca Ekstraksi .............................................................................. 9
2.4 Instruksi ........................................................................................................ 11
2.4.1 Nonverbal ............................................................................................... 12
2.4.2 Verbal ..................................................................................................... 13
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................. 15
2.6 Kerangka Konsep ......................................................................................... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Peneltiian ............................................................................................. 17
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 17
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 17
3.4 Variabel dan Definisi Operasional ................................................................ 18
3.5 Alat dan Bahan Peneltian .............................................................................. 20
3.6 Prosedur Peneltiian ....................................................................................... 20
3.7 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................... 21
3.8 Etika Penelitian ........................................................................................... 21

Universitas Sumatera Utara


BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi .......................................... 22
4.2 Instruksi yang Tepat untuk Diberikan kepada Pasien Setelah Dilakukan
Ekstraksi ....................................................................................................... 22
4.3 Komplikasi yang dapat Terjadi Apabila Instruksi Tidak Diberikan atau
Dilakukan oleh Pasien .................................................................................. 23
4.4 Jenis Instruksi yang Diberikan kepada Pasien ............................................. 24
4.5 Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Kepada Pasien ................................. 24
4.6 Alasan Penggunaan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi Pada Pasien .... 25

BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 28
6.2 Saran ............................................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

LAMPIRAN ........................................................................................................

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Pentingnya Instruksi Diberikan Pasca Ekstraksi Gigi oleh Dokter Gigi....... 22
2. Instruksi yang Diberikan Kepada Pasien Setelah Dilakukan Ekstraksi ........ 23
3. Pengkombinasian Jenis Pemberian Instruksi Kepasa Pasien di Praktek
Dokter Gigi di Kota Medan .......................................................................... 24
4. Alasan Dokter Gigi Menggunakan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi
Kepada Pasien di Praktek Dokter Gigi Kota Medan .................................... 25

Universitas Sumatera Utara


BAB 1
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal oleh karena derajat kesehatan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap sumber daya manusia.Upaya pemberian pelayanan
kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya berupa ekstraksi. Tindakan ekstraksi
merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter gigi pada praktik sehari-hari.
Tindakan ini merupakan hal yang biasa dilakukan dengan prosedur rutin pada pasien, oleh
karena pencabutan gigi merupakan cara termudah dan terbaik untuk menghilangkan sakit gigi
apabila gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi1
Ekstraksi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan tulang
dan jaringan lunak dari rongga mulut dan merupakan indikasi dari suatu masalah. ekstraksi
paling banyak dilakukan karena karies, penyakit periodontal, supernumerary teeth, gigi
impaksi, gigi yang sudah tidak dapat lagi dilakukan perawatan endodontik, gigi yang terlibat
kista dan tumor, gigi yang terlibat fraktur rahang memerlukan tindakan bedah2. Tindakan
ekstraksi dapat dilakukan juga pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi, untuk
alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan orthodontik atau prostodontik.
Tindakan ekstraksi merupakan hal yang sering dilakukan oleh seorang dokter
gigidimana memerlukan sikap kooperatif dari pasien untuk mengikuti instruksi selama dan
sesudah tindakan pencabutan gigi, khususnya mengikuti instruksi setelah ekstraksi. Instruksi
pasca bedah yang diberikan kepada pasien secara adekuat berperan penting dalam
meningkatkan kepuasan dan mengurangi komplikasi pasca tindakan seperti instruksi
penggunaan obat-obatan dan instruksi untuk menjaga luka di rumah. Instruksi pasca tindakan
ekstraksi dapat diberikan secara lisan ataupun tulisan. Instruksi secara lisan yang diberikan
harus mudah dipahami dan dipatuhi oleh pasien untuk meningkatkan pemahaman dan
kepatuhan pasien.3
Hasil penelitian Adebayo ET et aldi Nigeria pada tahun 2005 dilaksanakan pada tiga
kelompok. Sebanyak 184 pasien dari 225 yang mewakilkan 82% disajikan untuk diperiksa
setelah menerima salah satu dari tiga bentuk instruksi. Dari jumlah tersebut, 140 pasien di

Universitas Sumatera Utara


kelompok A memberikan kepatuhan untuk tindak lanjut dari 93%, dibandingkan dengan 78
(52%) pada kelompok B dan 16 ( 64%) pada kelompok C.
Kelompok A diberikan instruksi secara lisan dan tulisan ,kelompok B diberikan
instruksi secara lisan dan kelompok C diberikan instruksi secara tulisan. Sebanyak 70%
pasien dari kelompok A ingat terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter ,77% pasien dari
kelompok B ingat terhadap instruksi yang diberikan dan 62% pasien dari kelompok C ingat
terhadap instruksi yang diberikan.3
Hasil penelitian juaqin Alvira Gonzalez & Cosme Gay Escoda pada tahun 2012 di
Barcelona menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik berdasarkan tingkat
sosial budaya dan usia. 43,5% pria tidak mengikuti instruksi disebabkan kebanyakan dari pria
mengkonsumsi alkohol pasca ekstraksi4.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi di praktek
dokter gigi di Kota Medan. Peneliti memilih praktek dokter gigi di Kota Medan karena ingin
mengetahui gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi di Kota Medan
dan belum pernah dilakukan penelitian terkait.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarakan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi oleh dokter
gigi di Kota Medan.

1.3 Tujuan Penelitian


Berikut ini merupakan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan:
1. Mengetahui gambaran instruksi oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di Kota
Medan.
2. Mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai dengan yang harus
diketahui oleh pasien.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Manfaat Penelitian
1. Dapat mengetahui apakah pemberian instruksi pasca pencabutan oleh dokter
gigi kepada pasien sudah dilakukan.
2. Dapat mengetahui apakah instruksi yang diberikan sudah sesuai untuk
menghindari komplikasi pasca ekstraksi
3. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekstraksi

Ekstraksi gigi adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di bagian
bedah mulut dan maksilofasial.Ekstraksi gigi juga dapat menjadi bagian dari rencana
perawatan ortodontik atau prostodontik. Selain itu, tidak jarang bagi penderita kanker yang
akan menjalani terapi radiasi memiliki gigi yang harus di ekstraksi6. Tindakan ekstraksi gigi
untuk beberapa kasus diperlukan peralatan pendukung yang lebih kengkap sesuai dengan
standard operasional untuk menghindari atau mengurangi komplikasi yang terjadi pada
pencabutan gigi. Anamnesa yang tepat mengenai riwayat gigi sebelum ekstraksi,
pemeriksaan klinis yang teliti serta pemeriksaan radiografi dapat membantu dokter gigi
dalam memperkirakan tingkat kesulitan dan komplikasi pada tindakan ekstraksi gigi
tersebut6. Edukasi pasca ekstraksi pasien membutuhkan instruksi yang tepat dan baik untuk
mempercepat proses penyembuhan luka dan untuk menghindari komplikasi pasca ekstraksi.

Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan estraksi gigi salah satunya dari
teknik ekstraksi gigi yang perlu dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kemampuan
dari dokter gigi tersebut. Walapun prosedur tindakan ekstraksi telah dilakukan dengan baik
dan benar, terkadang komplikasi tidak bisa dihindari7. Oleh karena itu, diperlukan persiapan
dan prosedur pencabutan gigi yang sesuai standar.

2.1.1 Indikasi Ekstraksi

Perawatan gigi memiliki tujuan utama mempertahankan keberadaan gigi selama


mungkin di rongga mulut, namun terkadang tindakan ekstraksi gigi di indikasikan sebagai
tindakan terbaik untuk mencegah keadaan yang lebih buruk. Indikasi dan kontraindikasi
sebaiknya perlu diketahui sebelum tindakan ekstraksi. Sebelum melakukan tindakan
ekstraksi, seorang dokter gigi perlu mengetahui riwayat medis pasien berupa pengobatan

Universitas Sumatera Utara


yang sedang dilakukan dan juga riwayat ekstraksi gigi sebelumnya. Hal ini perlu dilakukan
agar tindakan ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan aman.

Dibawah ini adalah beberapa indikasi dari ekstraksi gigi8,9:

a. Karies Parah
Merupakan alasan dilakukannya ekstraksi yang paling sering dan merupakan
alasan ekstraksi gigi karena karies yang parah sudah tidak bisa dikembalikan atau
dilakukannya tindakan restorasi
b. Nekrosis Pulpa
Berkaitan erat alasan untuk melakukan ekstraksi adalah adanya nekrosis pulpa
atau pulpitis ireversibel yang tidak di indikasikan untuk perawatan endodontik.
Dan tidak dapat diobati dengan teknik endodontik dasar. Dalam situasi ini
perawatan endodontik telah dilakukan namun gagal unutk mengurangi rasa sakit.

c. Penyakit periodontal yang parah


Alasan umum kehilangan gigi adalah penyakit periodontal yang komperhensif
dan parah. Jika periodontitis parah selama beberapa waktu, kehilangan tulang
yang berlebihan dan mobilitas gigi permanen. Dalam situasi ini gigi harus di
ekstraksi.

d. Alasan Orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodontik dengan keadaan gigi berjejal
memerlukan tindakan ekstraksi gigi untuk memberikan ruang untuk penyelarasan
gigi. Gigi premolar pertama rahang atas dan bawah merupakan gigi yang paling
sering dilakukan ekstraksi.

e. Gigi Retak
Sebuah indikasi yang jelas untuk ekstraksi gigi adalah gigi yang retak atau
memiliki akar yang retak. Gigi retak biasanya menyakitkan dan tidak terkendali.
Prosedur restoratif tidak dapat membuat pasien gigi retak meringankan rasa sakit
gigi tersebut.

Universitas Sumatera Utara


f. Tujuan Prostetik
Ekstraksi satu atau dua gigi dibenarkan jika membantu dalam desain yang lebih
baik atau stabilitas prothesa.

Gigi dengan fraktur akar


gigi dengan fraktur vertikal memperluas ke akar gigi tidak dapat diobati dengan
tindakan konservatif.

2.1.3 Kontraindikasi Ekstraksi

Semua kontraindikasi baik lokal maupun sistemik dapat menjadi relatif atau mutlak
(absolut) tergantung pada kondisi umum pasien. Ketika terdapat kontraindikasi, perawatan
ekstra perlu dilakukan sebelum pencabutan gigi untuk menghindari berbagai resiko yang
dapat terjadi pada pasien.

Berikut akan dijelaskan beberapa kontraindikasi ekstraksi gigi.9,10,11.

I.Kontraindikasi Sistemik

a. Diabetes dan Hipertensi

Biasanya pasien dengan masalah sistemik akan dibawah pengaruh kontrol obat.
Seperti pasien dengan hipertensi terkontrol dan diabetes dapat menjalani ekstraksi.
Namun, baik dilakukannya pemeriksan apakah didapati keadaan gangguan pada
pasien dan ekstraksi gigi dilakukan hanya setelah adanya konfirmasi bahwa pasien
tersebut aman untuk dilakukan tindakan atau dibawah kendali.

b. Pasien Pada Terapi Steroid

Jika pasien memberikan riwayat terapi steroid, kemudian, dokter gigi harus
melakukan suatu tindakan tertentu, maka satu atau dua hari sebelum ekstraksi gigi
harus dihentikan dan dilanjutkan kembali satu atau dua hari pasca tindakan.
Kemudian, dosis harus dikurangkan secara bertahap, jika tidak pasien
menunjukkan krisis adrenal akibat stress.

Universitas Sumatera Utara


c. Kehamilan

Klinisi harus mengetahui kemungkinan komplikasi obstetri selama tri semester


pertama dan terakhir. Oleh karena itu, jika memungkinkan ekstraksi dapat dilakukan
setelah pasien dikonsultasikan dan disetujui dokter kandungan yang merawatnya
untuk dilakukan tindakan.

II. Kontraindikasi Lokal

a. Penyakit Periapikal Terlokalisir

Jika pencabutan gigi telah dilakukan dan infeksi tersebar menyeluruh dan tersebar
secara sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum pencabutan

b. Keberadaan Infeksi Oral.

Infeksi oral seperti vincent’s angina, herpetic gingivostomatitis, harus dirawat


terlebih dahulu. Setelah itu, dapat dilakukan pencabutan.

c. Perikoronitis akut

Perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu, kemudian di ekstraksi gigi yang terlibat.
Jika tidak, infeksi bakteri bisa turun ke daerah kepala bagian bawah dan leher.

d.Penyakit Ganas

Misalnya gigi yang berada di area tumor. Jika dicabut bisa menyebarkan sel dan
dengan demikian mempercepat proses metastatik.

e.Ekstraksi gigi pada pasien terapi radiasi

Ekstraksi gigi pada rahang yang sebelumnya diiradiasi dapat menyebabkan


osteoradionekrosis dan karena itu harus dilakukan dengan tindakan pencegahan
ekstra.

Universitas Sumatera Utara


III. Kontraindikasi absolut

Setiap pasien yang ingin melakukan ekstraksi belum tentu tidak mempunyai
gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi ekstraksi. Kontrol
kesehatan yang baik dapat meminimalisasi terjadinya komplikasi dan menjadikan
prosedur bedah yang aman. Setiap kondisi kesehatan yang tidak terkontrol baik parah
maupun akut termaksuk dalam kontraindikasi absolut. Kontraindikasi absolut terbagi
dua, yaitu sistemik dan lokal. Kontraindikasi absolut lokal yang meliputi infeksi akut,
gigi dengan lesi vaskular dan pertumbuhan gigi mengarah keganasan. Apabila
didapatkan keadaan-keadaan tersebut pada diri pasien yang hendak dilakukan
ekstraksi gigi, dokter gigi perlu menunda untuk melakukan tindakan ekstraksi gigi.
Pada pasien yang memiliki riwayat absolut dari suatu penyakit sistemik merupakan
suatu kontraindikasi untuk tindakan ekstraksi gigi karena dapat mempersulit tindakan
ekstraksi gigi pada pasien tersebut.

2.2 Komplikasi Ekstraksi

Komplikasi adalah kejadian tak terduga yang cenderung meningkat morbiditas,


diatas apa yang akan diharapkan dari prosedur operasi tertentu dalam keadaan normal,
terjadinya komplikasi tersebut mengarah ke fase yang berkepanjangan dalam pengobatan
yang rumit untuk pasien serta dokter. Komplikasi bisa bermacam macam dimulai dari yang
umum seperti dry socket dan fraktur akar serta dalam kasus yang serius seperti perpindahan
dari fragmen akar dalam sinus maksilaris13.

a. Fraktur akar
Fraktur akar didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan dentin,sementum dan
pulpa. Terdiri dari cedera 0,5-7% dari cedera yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
permanen dan umumnya terjadi antara kelompok usia 11 sampai 20 tahun14. Mekanisme
fraktur akar biasanya dampak frontal yang menciptakan zona kompresi labial dan lingual
kemudian zona stress yang dihasilkan kemudian menetukan bidang fraktur tersebut. Fraktur
akar yang melibatkan gigi permanen, terutama mempengaruhi daerah insisivus sentral.
Fraktur akar sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyebab dari terjadinya fraktur
akar adalah Karies gigi yang meluas bahkan kadang-kadang meliputi akar gigi, dalam

Universitas Sumatera Utara


keadaan demikian struktur gigi akan menjadi rapuh dan mudah fraktur, serta bisa juga oleh
gigi yang mempunyai kelainan akar misalnya akar gigi membengkok atau menyudut pada
ujungnya, akar gigi mengalami eksementosis (hipersementosis), berakar supernumeran yang
berarti kelainan dalam jumlah akar gigi.

b. Perdarahan
Perdarahan adalah risiko dalam prosedur bedah termasuk ekstraksi gigi. Hal ini
didapatkan hasil dari satu atau lebih penyebab.Hal ini penting untuk menyebutkan bahwa
dalam banyak kasus perdarahan merupakan suatu risiko ysng terjadi15. Untuk mengatasi hal
ini maka pasien diberikan instruksi untuk menggigit tampon agar pendarahan tidak terjadi
secara terus-menerus.Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi ekstraksi gigi.

c.Pembengkakan
Pembengkakan di sekitar mulut, pipi, mata dan sisi wajah tidak jarang. Ini adalah
reaksi normal tubuh setelah dilakukan operasi. Pembengkakan tidak akan menjadi jelas
sampai hari setelah operasi dan tidak akan mencapai maksimum sampai hari pasca operasi
ketiga. Namun, pasien dapat di instruksikan untuk meminimalkan pembengkakan dengan
penggunaan langsung dari paket es dan tidur dengan kepala dalam posisi tinggi. Kompres es
tujuh puluh dua jam setelah operasi maupun tindakan pencabutan gigi , aplikasi panas lembab
ke sisi wajah yang bermanfaat dalam mengurangi ukuran pembengkakan. Jika mungkin tidur
dengan kepala ditinggikan pada sudut 30 derajat untuk tiga hari pertama

2.3 Instruksi Pasca Ekstraksi


Setelah dilakukannya ekstraksi pada satu gigi atau lebih, Pasien atau keluarga harus
diberikan instruksi yang lengkap dan jelas pasca ekstraksi tentang bagaimana mereka
mengontrol dan memperlakukan diri mereka setelah tindakan ekstraksi gigi dilakukan. Dalam
intruksi pasca ekstraksi juga harus dijelaskan bahwa terdapat kemungkinan terjadinya
komplikasi dan harus dijelaskan bagaimana fenomena ini terjadi. Instruksi tersebut harus
dijelaskan dengan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Instruksi juga diberikan secara
lisan dan tertulis agar mudah dipahami dan bisa dibaca berulang oleh pasien tersebut dalam
menjalankan instruksi tersebut serta dapat pula disertakan nomor telefon dokter agar pasien
dapat menghubungi dokter dalam keadaan tertentu. Pemeliharaan pasca ekstraksi untuk
mencegah komplikasi dan ketidaknyamanan sangatlah penting. Tujuan pemeliharaan ini

Universitas Sumatera Utara


adalah untuk mempercepat penyembuhan dan mencegah atau meredakan rasa nyeri dan
pembengkakan. Instruksi pasca ekstraksi antara lain16,17,18,19:

a. Menggigit kasa
Dokter akan menginstruksikanmenggigit pada kapas kasa untuk memberikan
tekanan pada daerah ekstraksi. Ini membantu untuk mengontrol perdarahan dan
mirip dengan menempatkan tekanan pada luka di tangan untuk menghentikan
pendarahan.Terus menggigit kasa selama 1 sampai 2 jam. Sesuatu yang umum
untuk terjadinya beberapa perdarahan selama 1 sampai 2 hari. Setiap kali
menyikat gigi, berkumur atau meludah, mungkin ada beberapa kali terlihat warna
merah muda dalam air liur anda. Hal ini normal dan tidak menjadi perhatian.
Kebanyakan perdarahan dikontrol dengan menerapkan tekanan langsung pada
luka dengan cara mengigit kasa.
b. Kumur kumur dan menyikat gigi
kumur kumur hanya penting setelah operasi . Pada hari pertama kumur kumur
dengan hati-hati. Hari-hari berikutnya kumur kumur mulut secara menyeluruh
pagi dan sore hari dengan larutan chlorhexidine 0,12% sampai jahitan telah
dibuka. Kumur kumur mulut setidaknya 1 menit dan kemudian meludahkannya.
Menyikat gigi di daerah non-dioperasikan harus dilakukan dengan sikat gigi
baru, yang telah dicelupkan dalam larutan chlorhexidine. Pasta gigi biasa akan
menetralisir efek chlorhexidine dan karena itu tidak digunakan. Hal ini penting
untuk menjaga mulut bersih.
c. Makanan
Pada hari pertama setelah dilakukan ekstraksi, makanan yang harus dikonsumsi
adalah makanan yang lembut dan tidak panas. Jangan makan sampai anestesi
telah benar benar hilang. Hindari mengunyah dengan sisi dimana bertepatan
dengan gigi yang baru dilakukan ekstraksi. Penting bahwa makanan bergizi dan
kaya vitamin untuk dikonsumsi setelah dilakukan ekstraksi. Untuk Hari-hari
berikutnya diet mungkin secara bertahap kembali normal.
d. Merokok
Tembakau merupakan vasokonstriktor perifer yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka terutama luka di rongga mulut. Karbon monoksida dan bahan
kimia lainnya yang dihasilkan selama pembakaran dapat mengurangi aliran darah

Universitas Sumatera Utara


kapiler. Sebuah studi klinis telah menunjukkan bahwa satu batang rokok
mengurangi kecepatan darah perifer oleh 40% dalam satu jam. Mekanisme yang
merokok dapat mempengaruhi penyembuhan luka diketahui salah satu penjelasan
yang mungkin adalah zat dalam tembakau dan nikotin. substansi rokok yang
terdiri nikotin, cotinine, karbon monoksida dan hydrogen sianida bersifat
sitotoksik terhadap sel-sel yang terlibat dalam penyembuhan luka.
e. Mengkonsumsi obat-obatan
Setelah dilakukannya tindakan ekstraksi gigi, pasien harus diberi pengarahan
atau informasi mengenai cara mengkonsumsi obat setelah ekstraksi. Rasa sakit
dan sedikit tidak nyaman dapat terjadi setelah anastesi yang diberikan hilang.
Untuk mengurangi rasa sakit tersebut obat analgesik harus diberikan dan
diminum sebelum rasa tidak nyaman tersebut timbul.
f. Kontrol berkala
Pasien pasca ekstraksi diberi instruksi untuk melakukan kontrol berkala untuk
mengetahui kemajuan penyembuhan luka pasien pasca ekstraksi. Kebanyakan
pasien dijadwalkan untuk dilakukan kontrol setelah 5-7 hari setelah prosedur.
Tindak lanjut ini merupakan bagian penting dari perawatan pasca ekstraksi dan
membantu untuk memastikan kenyamanan anda dan kesehatan selama
pemulihan15,18.

2.4 Instruksi

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontak dengan
orang lain.Studi mengilustrasikan bahwa perawatan dental meruapakan hubungan
dua arah. Ini berarti dokter gigi dan pasien berkontribusi pada hasil dari perawatan.
Szasz dan Hollender mendeskripsikan tiga tipe hubungan yang terjadi antara tenaga
profesional dan pasien. Yang pertama adalah activity-passivity, dimana profesional
merupakan kontrol aktif yang sepenuhnya dan pasien merupakan penerima pasif dari
perawatan. Dalam kedokteran gigi, hubungan seperti ini dapat terjadi ketika pasien
dalam anastesi umum. Tipe kedua dari hubungan ini adalah guidance-co-operation,
ketika professional menjadi pembimbing sedangkan pasien menjadi rekan. Hal ini
seperti situasi dimana dokter gigi merawat pasien dengan sadar, dokter gigi akan

Universitas Sumatera Utara


menginformasikan hal yang harus dilakukan atau instruksi dan pasien akan
setuju.tipe ketiga disebut mutual participation yang ditunjukkan secara jelas dalam
perawatan preventif dimana dokter gigi dan pasien membagi tanggung jawab yang
sama dalam menjaga kebersihan mulut20. Komunikasi dalam suatu organisasi
kesehatan dapat berupa tulisan dan atau komunikasi yang bersifat verbal serta non-
verbal.Cara ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk misalnya komunikasi
interpersonal yang melibatkan dua atau beberapa orang saja, atau dalam bentuk
pertemuan yang bisa melibatkan banyak orang. Pada komunikasi interpersonal,
komunikasi verbal dan non-verbal digunakan baik secara tersendiri, atau sebagai
pendukung dari komunikasi tulisan yang dilakukan.Sebagai contoh seorang dokter
yang telah menuliskan instruksi pengobatan, menjelaskan instruksinya langsung
terhadap pasien. Pada pertemuan apapun akan terjadi komunikasi verbal dan non-
verbal antar peserta pertemuan. Sangat penting bagi hadirin untuk menguasai
keterampilan komunikasi interpersonal agar pertemuan dapat membuahkan hasil
yang optimal20. Kini saatnya melihat dari segi keuntungan bila hubungan antara
pasien dan dokter didasarkan pada rasa hormat dan kepercayaan. Kualitas dari
hubungan dokter gigi dengan pasien memiliki efek yang signifikan terhadap hasil
perawatan. Keuntungan ketika hubungan pasien dan dokter baik adalah22 :

• Pasien lebih mengingat dan mengikuti instruksi


• Pasien menunjukkan penurunan rasa cemas
• Pasien lebih sedikit menuntut

2.4.1 Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata kata.
Komunikasi nonverbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepadaorang lain. Instruksi atau kominukasi nonverbal
disampaikan oleh ekspresi wajah,gesture,penekanan suara dan jeda dalam berbicara.
Dalam pemberian instruksi teknik komunikasi ini dilakukan secara tidak sadar.teknik
ini sangat baik dipadukan dengan teknik komunikasi atau instruksi verbal.
Komunikasi antar dokter dan pasien umumnya terjadi menggunakan komunikasi
nonverbal. Repsons pasien dapat dinilai atau dilihat melalui 55% ekspesi wajah,38%

Universitas Sumatera Utara


suara dan hanya 7% verbal. Komunikasi nonverbal merupakan cara kita
berkomunikasi dan terkadang menggantikan bahasa yang tertulis dan dibicarakan22.
Seperti yang dijelaskan diatas komunikasi nonverbal tidaklah disadari dan biasanya
kita menggunakan komunikasi tersebut bersamaan dengan komunikasi verbal.
komunikasi yang didukung oleh komunikasi nonverbal dapat menyampaikan
informasi kepada pasien secara lengkap dan pasien juga akan lebih menerima
informasi yang disampaikan oleh dokter gigi. Menurut beberapa study komunikasi
nonverbal dapat membangun hubungan emosional antara pasien dengan dokter gigi
setelah terbangunnya hubungan emosional tersebut maka pasien akan lebih
mendengarkan dan menuruti instruksi yang diberikan oleh dokter gigi.

2.4.2 Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.Kata
kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan,membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek, observasi dan
ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespons secara langsung.
Bahasa verbal dapat lisan atau tertulis. Umumnya, lisan adalah proses yang lebih
spontan, sedangkan menulis cenderung lebih disengaja. Hasil ini adalah bahwa lisan
sering kurang tepat daripada menulis dan lebih longgar terstruktur sintaksis. Orang
lebih cenderung untuk menggunakan bahasa sehari-hari ketika berkomunikasi
melalui media seperti. Selain itu, lisan berlangsung secara real time, sedangkan
menulis dibatasi oleh waktu dan dapat ditinjau. lisan juga terhubung, dalam fonem
(satuan dasar suara) berbaur satu sama lain, sedangkan menulis menggunakan unit
diskrit (huruf)24. Dari uraian diatas, komunikasi di bidang kesehatan terlebih dokter
gigi juga menggunakan salah satu metode tersebut. Dokter gigi dapat melakukan
instruksi kepada pasien dengan metode komunikasi verbal secara lisan maupun
tertulis. Namun kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai sarana
pemberi informasi dan instruksi terhadap pasien. Komunikasi verbal juga dapat
membangun hubungan yang baik antara pasien dengan dokter gigi. Hubungan yang
baik ini didapati dengan cara penyampaian lisan yang baik oleh dokter dan
menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan serta penulisan kembali suatu

Universitas Sumatera Utara


instruksi penting terhadap pasien membuat pasien lebih mudah dalam menjalankan
instruksi dari dokter gigi tersebut. Dalam hal ini maka pasien akan lebih mengerti
dan tanggap serta kesalah pahaman antar dokter gigi dan pasien dapat ditanggulangi
dengan metode ini.

Universitas Sumatera Utara


2.5. Kerangka Konsep

INDIKASI KONTRA INDIKASI

EKSTRAKSI

INSTRUKSI

KOMPLIKASI

Universitas Sumatera Utara


2.6 Kerangka Konsep

1. Definisi instruksipasca
Pemberian
ekstraksi gigi
instruksi pasca
2. Metode penyampaian
ekstraksi oleh
Instruksi pasca instruksipasca ekstraksi
dokter gigi di Kota
gigi
ekstraksi gigi Medan

BAB 3

Universitas Sumatera Utara


METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei untuk


mengetahui gambaran dari dokter gigi di Kota Medan mengenai pemberian instruksi pasca
dilakukannya ekstraksi gigi di praktek dokter gigi.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktek dokter gigi yang berlokasi di Kota Medan .Waktu
penelitian dilakukan selama bulan Maret 2016 hingga selesai

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang praktik di Kota Medan

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berlokasi praktik di Kota
Medan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam
pemilihan sampel adalah secara Simple Random Sampling dimana menggunakan rumus dan
pemilihan sampel yang dibutuhkan dipilih secara undian.

Rumus :

n = Zα2.P.Q

d2

n = (1.96)2(0.3731)(0.6269) = 90 orang

(0.1)2

Keterangan :

Universitas Sumatera Utara


d = Presisi mutlak (10%)

Z = Skor ditentukan derajat kepercayaan (confidence level) adalah

95% = 1.96

P = Proporsi populasi kasus penelitian sebelum ini

(Haas dan Gaffen pada tahun 2007)

= 37.31%

Q = 1-P

n = Besarnya sampel

Hasil sampel minimal berdasarkan rumus Simple Random Sampling adalah 90


orang. Peneliti menggenapkan sampel menjadi 100 untuk menghindari sampel yang
terjadi drop out dan mudah untuk dianalisa.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional

A. Pengetahuan instruksi Merupakan pengetahuan mengenasi definisi


instruksi , kegunaan instruksi dalam kedokteran
gigi, jenis-jenis instruksi yang digunakan, tindakan
medis apa yang memerlukan instruksi, waktu yang
sesuai untuk memberikan instruksi, komplikasi yang
dapat terjadi bila instruksi tidak dilakukan.

Suatu arahan, penjelasan atau perintah yang


diberikan oleh dokter gigi setelah dilakukannya
tindakan pencabutan gigi terhadap pasein.

Universitas Sumatera Utara


Definisi Instrusksi pasca ekstraksi Instruksi pasca ekstraksi sesuatu yang perlu
diberikan atau digunakan dalam bidang kedokteran
gigi.

Verbal dan non verbal


Instruksi pasca ektraksi perlu
digunakan dalam bidang kedokteran
gigi

Pencabutan gigi, perawatan orthodonti, perawatan


bedah, restorasi gigi, perawatan endodontic
Jenis instruksi pasca ekstraksi yang
digunakan dalam kedokteran gigi

Tindakan medis yang perlu Setelah tindakan medis


menggunakan instruksi dalam
kedokteran gigi
Pendarahan, infeksi, rasa tidak nyaman,
penyembuhan yang lama.
Waktu yang sesuai diberikan instruksi

Komplikasi yang dapat terjadi pada


• Menggigit kasa
pasien apabila instruksi tidak
• Mengkonsumsi makanan bergizi dan
diberikan
bervitamin dan hindari makanan yang keras
dan panas
• Kumur-kumur mulut dengan hati-hati dan
Instruksi yang diberikan kepada
menyikat gigi di daerah bukan tempat
pasien
pencabutan

Universitas Sumatera Utara


• Hindari merokok
• Informasikan cara mengkondumsi obat-
.
obatan setelah pencabutan gigi.

• Cara paling meyakinkan untuk


menyampaikan pesan/instruksi
• Membuat pasien lebih memahami dalam
pengerjaan instruksi
• Membangun hubungan emosional antara
dokter gigi dan pasien tersebut.

Alasan menggunakan instruksi


Nonverbal? • Komunikasi paling lazim dalam pelayanan
kesehatan
• Dapat diresponse secara langsung
• Penyampaian lisan yang baik membuat
pasien mudah untuk menjalankan instruksi
• Dapat juga membangun hubungan
emosional

Alasan menggunakan instruksi verbal


?

Universitas Sumatera Utara


3.5 Alat Penelitian

Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu :

• Alat tulis
• Kertas kuesioner

3.6 Prosedur Penelitian

1. Peneliti melakukan penelitian setelah mendapat persetujuan dari komisi etik

( Health Research Ethical Committee of North Sumatera)

2. Peneliti memberi kuesioner kepada dokter gigi yang praktik di Kota Medan.

3. Responden mengisi kuesioner yang telah diberikan

4. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data
dalam table frekuensi dan melakukan codingdata.

5. Setelah itu, dilakukan pengolahan dan analisis data.

3.7 Pengelolaan dan Analisis Data

3.7.1 Pengelolaan Data

Pengelolaan data dari hasil yang didapatdari kuesioner dilakukan secara


komputerisasi menggunakan Microsoft Excel dan Microsoft Word.

3.7.2 Analisis Data

Universitas Sumatera Utara


Data dianalisis secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk
persentase. Hasil dari data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk melihat perbedaan
penggunaan bahan anestesi lokal oleh dokter gigi di Kota Medan.

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup :

1. Lembar persetujuan ( informed consent)


Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian
menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta
menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal – hal yang berkaitan penelitian.

2. Ethical ClearencePeneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan


penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berd berdasarkan
ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara


Sampel yang didapat pada penelitian ini adalah dokter gigi yang berpraktek
di Kota Medan yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Didapatkan
jumlah sampel sebanyak 100 orang.

4.1 Gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi


Pemberian instruksi setelah dilakukannya tindakan ekstraksi gigi terhadap
pasien merupakan tindakan yang penting dan harus dilakukan oleh seorang dokter
gigi terhadap pasiennya. Tindakan ini dapat mempengaruhi kesembuhan dari pasien.
Hasil penelitian menunjukkan dokter gigi menyebutkan bahwa instruksi pasca
ekstraksi merupakan tindakan yang penting. Dari 100 responden yang mengisi
kuesioner didapatkan data bahwa pentingnya diberikannya instruksi pasca ekstrasi
gigi terhadap pasien yang dilakukan di praktek dokter gigi di Kota Medan adalah
seperti terlampur pada tabel berikut.

Tabel 1. Pentingnya instruksi diberikan pasca ekstraksi gigi oleh dokter gigi

Jawaban Jumlah Persentase


Penting 100 100%
Tidak Penting - -

4.2 Instruksi yang tepat untuk diberikan kepada pasien setelah dilakukan
ekstraksi.
Hasil peneltian menunjukkan 100 responden memberikan jawaban untuk instruksi
yang tepat diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi adalah seperti terlampir pada
tabel berikut.

Tabel 2. Instruksi yang diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi

Universitas Sumatera Utara


Jawaban Jumlah Persentase

Menggigit kasa 53 53%

Menghindari makanan yang keras 21 21%

Menghindari merokok 42 42%

Konsumsi obat yang diberikan 25 25%

4.3 Komplikasi yang dapat terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak
dilakukan pasien.

Komplikasi pasca pencabutan gigi merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan
danterjadi apabila seorang pasien tidak mematuhi atau melakukan instruksi yang diberikan
dokter setelah dilakukannya ekstraksi gigi. Hal ini juga dapat membuat keadaan yang buruk
bagi pasien. Data yang didapatkan pada hasil penelitian iniseperti yang terlampir pada tabel
berikut :

Diagram 1. Komplikasi yang terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak dijalankan
pasien

Dry socket Perdarahan


pembengkakan Dry socket & Perdarahan
Dry socket, Perdarahan, Pembengkakan

1%

32%
41%

4% 22%

Universitas Sumatera Utara


4.4 Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien.

Data untuk jenis instruksi yang diberikan atau digunakan kepada pasien adalah
seperti terlampir pada tabel berikut.

Diagram 2. Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien di praktek dokter gigi di Kota
Medan.

0%

verbal & verbal


nonverbal 46%
52%

nonverbal
2%

4.5 Kombinasi jenis pemberian instruksi kepada pasien.

Hasil penelitian menunjukkan 100 responden didapat data mengenai dilakukannya


pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien adalah seperti terlampir pada tabel
berikut.

Tabel 3. Pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan

Jawaban Jumlah Persentase

Ya 52 52%

Tidak 48 48%

4.6 Alasan penggunaan kombinasi jenis pemberian instruksi kepada pasien.

Universitas Sumatera Utara


Hasil penelitian dari 100 responden didapatkan data mengenai alasan responden
menggunakan pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien adalah seperti
terlampir pada tabel berikut.

Tabel 4. Alasan dokter gigi menggunakan kombinasi jenis pemberian instruksi kepada
pasien di praktek dokter gigi Kota Medan.

Alasan Jumlah Persentase

Agar pasien lebih mudah mengingat instruksi 30 57,69%


yang diberikan

Agar mencegah terjadinya komplikasi 9 17,3%

Agar informasi yang diberikan lebih jelas 6 11,55%

Agar pasien mematuhi instruksi yang diberikan 7 13,4%

BAB 5

Universitas Sumatera Utara


PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai gambaran pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi


di praktik dokter gigi di Kota Medan yang dilakukan pada 100 orang responden yaitu
sebesar 100% berpendapat bahwa pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi merupakan
hal yang penting untuk dilakukan oleh dokter gigi. Hal ini merupakan suatu yang
wajar, karena memberikan instruksi pasca ekstraksi gigi adalah kewajiban dari dokter
gigi. Perawatan kesehatan seperti tindakan ekstraksi gigi yang hanya didasari diagnosa yang
tepat, keahlian penanganan dan pemberian obat yang benar saja tidak cukup, lebih dari itu
dokter gigi juga berperan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan kepada pasien
demi tercapainya tujuan dari perawatan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa instruksi yang umum diberikan dokter gigi
kepada pasien pasca ekstraksi adalah menggigit kasa, menghindari rokok, ,menghindari
makanan yang keras, dan konsumsi obat yang diberikan. Hal ini mungkin disebabkan
responden beranggapan bahwa 4 jenis instruksi ini adalah instruksi yang paling penting
disampaikan kepada pasien pasca dilakukannya ekstraksi gigi serta adanya
kombinasibeberapa instruksi yang sudah disebutkan diatas. Didapatkan data dari 100 orang
responden dokter gigi yang praktik di Kota Medan, 32% menginstruksikan pasien untuk
menggigit kasa, 19% untuk menghindari merokok, 12% menghindari makanan keras dan 4%
konsumsi obat secara teratur.Hal ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Setiawan et
al terhadap 44 orang responden,dimana instruksi yang paling banyak diberikan adalah
konsumsi obat teratur 95,45%, menggigit kasa 86,36%, menghindari makanan keras 50% dan
menghindari rokok 6,81 %. Perbedaan hasil penelitian ini dimungkinkan karena terdapat
perbedaan pandangan dari masing-masing responden mengenai instruksi yang perlu diberikan
kepada pasien pasca ekstraksi gigi19.
Dari penelitian yang dilakukan pada praktik dokter gigi di Kota Medan diperoleh
hasil bahwa jenis komplikasi yang terjadi bila instruksi pasca ekstraksi tidak diberikan adalah
terjadinya dry socket dan perdarahan 41%, dry socket 32%, perdarahan 22%, pembengkakan
4% dan kombinasi dari ketiganya 1%. Hal ini mungkin disebabkan karena responden
beranggapan bahwa ketiga komplikasi ini adalah jenis komplikasi yang paling sering muncul
pasca dilakukannya ekstraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Chandra HM yang

Universitas Sumatera Utara


mengatakan bahwa dry socket, perdarahan dan pembengkakan merupakan komplikasi
pencabutan gigi yang sering terjadi20.
Pada penelitian ini dari 100 orang responden diperoleh bahwa 46% dokter gigi di
Kota Medan memberikan instruksi secara verbal, 2% memberikan instruksi secara nonverbal,
dan 52% memberikan instruksi dengan cara mengkombinasikan dua jenis instruksi tersebut.
Sebagian besar responden memilih jenis komunikasi verbal dan kombinasi dari jenis verbal
dan nonverbal. Komunikasi verbal atau lisan merupakan jenis komunikasi yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta dalam dunia kesehatan, dan kombinasi
komunikasi verbal dan nonverbal dipercaya lebih efektif dalam pemberian instruksi pasca
ekstraksi gigi.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa sebesar 52% dokter gigi di Kota Medan
memberikan kombinasi jenis instruksi verbal dan nonverbal dan 48% dokter gigi di Kota
Medan tidak melakukan kombinasi dalam pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi kepada
pasien. Dalam hal ini kemungkinan responden merasakan bahwa kombinasi antara instruksi
verbal dan nonverbal lebih dipahami dan mudah untuk diingat oleh pasien sehingga pasien
lebih patuh terhadap instruksi dokter gigi dan tujuan akhir perawatan tercapai. Hal ini sesuai
dengan penelitian Shantipriya Reddy et al pada tahun 2012 mengenai daya ingat dan
kepuasan pasien pasca ekstraksi gigi. Berdasarkan penelitian tersebut kelompok yang
diberikan kombinasi instruksi secara verbal dan nonverbal memiliki daya ingat dan tingkat
kepuasan yang lebih baik dibandingkan kelompok yang hanya diberikan instruksi secara
verbal saja21.
Penelitian pada praktek dokter gigi di Kota Medan, 57,69% responden memberikan
alasan agar pasien lebih mudah mengingat instruksi yang diberikan.,17,3 % responden
memberikan alasan agar mencegah terjadinya komplikasi, 11,55 memberikan alasan agar
informasi yang diberikan lebih jelas dan 13,4% agar pasien mematuhi instruksi yang
diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi verbal dan nonverbal
dipercaya dapat mencegah pasien dari lupa terhadap instruksi yang diberikan., kemudian
dapat mencegah terjadinya komplikasi dan proses penyembuhan berjalan lebih cepat. Selain
itu pemberian instruksi dengan cara kombinasi dilakukan agar informasi yang diterima lebih
jelas, sehingga pasien menjadi lebih patuh dalam mengikuti instruksi yang diberikan dokter
gigi pasca ekstraksi.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi merupakan hal yang penting


untuk dilakukan oleh dokter gigi..
2. Instruksi yang umum diberikan dokter gigi kepada pasien pasca
ekstraksi adalah menginstruksikan pasien untuk menggigit kasa 32%,
menghindari merokok 19%, menghindari makanan keras 12% dan
konsumsi obat secara teratur 4%.
3. Jenis komplikasi yang terjadi bila instruksi pasca ekstraksi tidak
diberikan adalah terjadinya dry socket dan perdarahan 41%, dry
socket32%, perdarahan 22%, pembengkakan 4% dan kombinasi dari
ketiganya 1%.
4. Dokter gigi di Kota Medan yang memberikan instruksi secara verbal
adalah 46%, memberikan instruksi secara nonverbal 2%, dan
memberikan instruksi dengan cara mengkombinasikan instruksi verbal
dan nonverbal adalah 52%. Sebagian besar responden memilih jenis
komunikasi verbal dan kombinasi dari jenis verbal dan nonverbal.
5. Dokter gigi di Kota Medan yang memberikan kombinasi jenis
instruksi verbal dan nonverbal adalah sebesar 52% dan yang tidak
melakukan kombinasi dalam pemberian instruksi pasca ekstraksi gigi
kepada pasien adalah sebesar 48%.
6. Alasan dokter gigi memberikan instruksi secara kombinasi agar pasien
lebih mudah mengingat instruksi yang diberikan adalah sebanyak
57,69%, untuk mencegah terjadinya komplikasi sebanyak 17,3%, agar
informasi yang diberikan lebih jelas sebanyak 11,55% dan agar pasien
mematuhi instruksi yang diberikan sebanyak 13,4%. Hal ini

Universitas Sumatera Utara


menunjukkan bahwa kombinasi pemberian instruksi verbal dan
nonverbal dipercaya lebih efektif .

6.2 Saran

1. Diharapkan dokter gigi dapat memberikan instruksi pasca ekstraksi


secara lebih jelas dan lengkap agar pasien lebih memahami instruksi
yang diberikan.
2. Diharapkan dokter gigi dapat mengkombinasikan jenis instruksi pasca
ekstraksi secara verbal dan nonverbal agar pasien lebih mudah ingat
dan patuh terhadap instruksi sehingga proses penyembuhan dapat
berjalan dengan baik.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan
untuk dokter gigi di Kota Medan
4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian
selanjutnya

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

1. Feninlampir IJ, Mariati NW, Hutagalung B. Gambaran indikasi pencabutan


gigi dalam periode gigi bercampur pada siswa SMP Negeri 1 Lowongan. e-
GIGI(eG).2014; Vol 2: 2.
2. Ngangi RS, Mariati NW, Hutagalung B. Gambaran pencabutan gigi di balai
pengobatan rumah sakit gigi dan mulut Universitas Sam Ratulangi.2012:2
3. Adebayo ET, Dairo M. Patients compliance with instruction after oral surgery
in Nigeria. Journal of community medicine and primary health care
2005;17(1).38-40.
4. Gonzales JA, Escoda EG. Compliance of postoperative instruction following
the surgical extraction of impacted lower third molars: A randomized clinical
trial. Journal oral surgery.2014:2-3
5. Kaweckyj N. Maxillofacial sugery basic for the dental team part II. 3 Agustus
2012. ( http://www.Dentalcare.com).( 7 SEP 2015)
6. Dwiastuti SAP. Dental extraction technique using difficulty. Jurnal kesehatan
gigi 2013;1(2):116.
7. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery.
Missouri: Elsevier.2014: 116.
8. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi:
Elsevier.2007: 213
9. Sanghai S, Chatarjee P. A concise textbook of oral and maxillofacial surgery.
New Delhi: Jaypee Publisher; 2009: 67,91
10. Datarkar AN. Exodontia practice. New Delhi: Jaypee Publisher; 2007: 32-4.
11. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Jaypee
Publisher; 2008: 133.
12. Venkateshwar GP, Padhye MN, Khosla AR. Complications of Exodontia: A
retrospective study. Indian Jounal of Dental Research 2011; 22(5): 634-636
13. Malhotra N, Kundabala M, Acharaya S. A review of root fractures: Diagnosis,
treatment and prognosis. Dent update 2011; 38 : 615-619

Universitas Sumatera Utara


14. Kaspoglu et al. A textbook of advanced oral and maxillofacial
surgery.Croatia: Intech,2013:4-7.
15. Brkic CK, Banu GK, Hulya KB. Complications following surgery of
impacted teeth and management. (http://dx.doi.org/10.5772/53400) (10
Oktober 2015).
16. Massachussets general hospital. Harvard oral and maxillofacial surgery
associates. HarvardOMS.org.
17. Balaji SM. Tobacco smoking and surgical healing of oral tissues: A review.
IndianJ Dent Res 2008; 19; 344-6.
18. Basuki E. Komunkasi antar petugas kesehatan. Majalah kedokteran Indonesia
2008; 58(9): 341-4.
19. Setiawan I, Mariati NW, Leman MA.Gambaran kepatuhan pasien
melaksanakan instruksi setelah pencabutan gigi di RSGM FK Unsrat. Jurnal
e-GIGI 2015; 3: 369.
20. Lnade R, Kepel BJ, Siagian KV. Gambaran factor risiko dan komplikasi
pencabutan gigi di RSGM PSPDG FK UnsraT. Jurnal e-GIGI 2015; 3:477.
21. Reddy S et al. Assesment of patient of rememberance and satisfaction of post
surgical instruction: verbal vs verbal and written instructions: A clinical trial.
J Dentistry 2012;2:247

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Salam hormat,

Saya yang bernama wendy eszwara, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi


USU, ingin melakukan penelitian tentang “Gambaran Pemberian Instruksi Pasca
Ekstraksi Oleh Dokter Gigi Di Wilayah Kota Medan”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian instruksi pasca


ekstraksi oleh dokter gigi di wilayah Kota Medan.

Manfaat penelitian ini sebagai menambah informasi data tentang pemberian


instruksi pasca ekstraksi oleh dokter gigi di Kota Medan. Pada penelitian ini, Anda
akan dilakukan wawancara sesuai pertanyaan yang sudah disusun

Jika Anda bersedia, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian


terlampir harap ditandatangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan
kepada pihak peneliti. Perlu diketahui bahwa rahasia jawaban kuesioner anda berikan
tetap terjaga dan surat kesediaan tersebut tidak mengikat.

Demikian, mudah-mudahan keterangan di atas dapat dimengerti. Sebagai


ungkapan terima kasih saya atas partisipasi Anda dalam penelitian ini, saya akan
memberikan hadiah yang nilainya tidak seberapa.

Peneliti

Wendy Eszwara

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama:

Umur:

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya


mengenai apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi Oleh Dokter Gigi Di Wilayah


Kota Medan”

Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek
penelitian untuk dilakukan wawancara kepada saya. Pernyataan ini saya buat dalam
keadaan sadar tanpa paksaan.

Medan,…………………………

Yang menyetujui,
Subjek penelitian

(…………………………)

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL

Nomor :
Tanggal :

GAMBARAN PEMBERIANINSTRUKSI PASCA EKSTRAKSIOLEH


DOKTER GIGI DI KOTA MEDAN.

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di Kota
Medan .
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap benar
3. Semua pertanyaan harus dijawab
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada
peneliti.

Universitas Sumatera Utara


JAWAB PERTANYAAN BERIKUT

1) Menurut Anda,seberapa penting diberikannya instruksi


pasca ekstraksi gigi terhadap pasien?
a. Penting
b. Tidakpenting

2) Menurut Anda, instruksiapa yang tepat untuk diberikan


kepada pasien setelah dilakukan pencabutan?
a. Menggigitkasa
b. Menghidari makanan yang keras
c. Menghindari merokok
d. Konsumsi obat obatan yang diberikan

3) Menurut Anda,komplikasiapa yang dapat terjadi apabila


instruksi tidak diberikan atau dijalankan pasien?
a. Dry socket
b. Perdarahan
c. Pembengkakan
d. Kerusakan pada gusi

Universitas Sumatera Utara


4) Jenis instruksi apa yang anda berikan kepada pasien?
a) Verbal
b) Nonverbal

5) Apakah anda mengkombinasikan jenis pemberian instruksi


kepada pasien ?
a) Ya
b) Tidak
JikaYa,jawabpertanyaanberikut :

6) Apakah alas an anda menggunakan pengkombinasian jenis


pemberian instruksi kepada pasien?

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

“Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi Oleh Dokter Gigi Di Wilayah Kota
Medan”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan
rincian sebagai berikut:

1. Biaya pembuatan kuesioner Rp 300,000


2. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300,000
3. Biayapenjilidandan penggandaan proposal Rp 200,000
4. Biaya hadiah kepada subjek penelitian Rp 1,000,000
Total Rp 1 800,000

Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti,

Wendy Eszwara

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

CURRICULUM VITAE (CV)

Nama Lengkap : Wendy Eszwara

JenisKelamin : Laki-Laki

Tempat/TanggalLahir : Palembang / 19 Maret 1995

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkahwinan : Belum Menikah

Alamat : Jln. D.I.Panjaitan no 2

Telepon/HP : 081294037834

Email : wendyeszwara@ymail.com

PENDIDIKAN

2001-2006 : SD Panca Budi Medan

2007-2009 : SMP Panca Budi Medan

2009-2012 : SMA Negeri 1 Medan

2012-Sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera


Utara

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai