SKRIPSI
Oleh:
WENDY ESZWARA
NIM: 120600154
Wendy Eszwara
xi + 29 halaman
TIM PENGUJI
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta yaitu
ayahanda H. Ir.Nuzirwan dan ibunda Hj. Erna Zahara, SE yang telah
membesarkan,memberikan kasih saying yang tidak terbalas, doa, semangat dan dukungan
kepada penulis. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada segenap keluarga yang telah
mendukung penulis.
Dalam penulisan skripsi dan penelitian ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Pada kesemoatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mennyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masi terdapat banyak kekurangan,
oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
selama penyusunan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat
memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Khususnya di Departemen Bedah
Mulut dan Masilofasial.
Penulis
(Wendy Eszwara)
NIM: 120600154
Halaman
ABSTRAK ..........................................................................................................
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... v
DAFTAR DIAGRAM ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
LAMPIRAN ........................................................................................................
Tabel Halaman
1. Pentingnya Instruksi Diberikan Pasca Ekstraksi Gigi oleh Dokter Gigi....... 22
2. Instruksi yang Diberikan Kepada Pasien Setelah Dilakukan Ekstraksi ........ 23
3. Pengkombinasian Jenis Pemberian Instruksi Kepasa Pasien di Praktek
Dokter Gigi di Kota Medan .......................................................................... 24
4. Alasan Dokter Gigi Menggunakan Kombinasi Jenis Pemberian Instruksi
Kepada Pasien di Praktek Dokter Gigi Kota Medan .................................... 25
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekstraksi
Ekstraksi gigi adalah salah satu prosedur yang paling sering dilakukan di bagian
bedah mulut dan maksilofasial.Ekstraksi gigi juga dapat menjadi bagian dari rencana
perawatan ortodontik atau prostodontik. Selain itu, tidak jarang bagi penderita kanker yang
akan menjalani terapi radiasi memiliki gigi yang harus di ekstraksi6. Tindakan ekstraksi gigi
untuk beberapa kasus diperlukan peralatan pendukung yang lebih kengkap sesuai dengan
standard operasional untuk menghindari atau mengurangi komplikasi yang terjadi pada
pencabutan gigi. Anamnesa yang tepat mengenai riwayat gigi sebelum ekstraksi,
pemeriksaan klinis yang teliti serta pemeriksaan radiografi dapat membantu dokter gigi
dalam memperkirakan tingkat kesulitan dan komplikasi pada tindakan ekstraksi gigi
tersebut6. Edukasi pasca ekstraksi pasien membutuhkan instruksi yang tepat dan baik untuk
mempercepat proses penyembuhan luka dan untuk menghindari komplikasi pasca ekstraksi.
Beberapa faktor yang berperan dalam keberhasilan estraksi gigi salah satunya dari
teknik ekstraksi gigi yang perlu dilakukan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kemampuan
dari dokter gigi tersebut. Walapun prosedur tindakan ekstraksi telah dilakukan dengan baik
dan benar, terkadang komplikasi tidak bisa dihindari7. Oleh karena itu, diperlukan persiapan
dan prosedur pencabutan gigi yang sesuai standar.
a. Karies Parah
Merupakan alasan dilakukannya ekstraksi yang paling sering dan merupakan
alasan ekstraksi gigi karena karies yang parah sudah tidak bisa dikembalikan atau
dilakukannya tindakan restorasi
b. Nekrosis Pulpa
Berkaitan erat alasan untuk melakukan ekstraksi adalah adanya nekrosis pulpa
atau pulpitis ireversibel yang tidak di indikasikan untuk perawatan endodontik.
Dan tidak dapat diobati dengan teknik endodontik dasar. Dalam situasi ini
perawatan endodontik telah dilakukan namun gagal unutk mengurangi rasa sakit.
d. Alasan Orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodontik dengan keadaan gigi berjejal
memerlukan tindakan ekstraksi gigi untuk memberikan ruang untuk penyelarasan
gigi. Gigi premolar pertama rahang atas dan bawah merupakan gigi yang paling
sering dilakukan ekstraksi.
e. Gigi Retak
Sebuah indikasi yang jelas untuk ekstraksi gigi adalah gigi yang retak atau
memiliki akar yang retak. Gigi retak biasanya menyakitkan dan tidak terkendali.
Prosedur restoratif tidak dapat membuat pasien gigi retak meringankan rasa sakit
gigi tersebut.
Semua kontraindikasi baik lokal maupun sistemik dapat menjadi relatif atau mutlak
(absolut) tergantung pada kondisi umum pasien. Ketika terdapat kontraindikasi, perawatan
ekstra perlu dilakukan sebelum pencabutan gigi untuk menghindari berbagai resiko yang
dapat terjadi pada pasien.
I.Kontraindikasi Sistemik
Biasanya pasien dengan masalah sistemik akan dibawah pengaruh kontrol obat.
Seperti pasien dengan hipertensi terkontrol dan diabetes dapat menjalani ekstraksi.
Namun, baik dilakukannya pemeriksan apakah didapati keadaan gangguan pada
pasien dan ekstraksi gigi dilakukan hanya setelah adanya konfirmasi bahwa pasien
tersebut aman untuk dilakukan tindakan atau dibawah kendali.
Jika pasien memberikan riwayat terapi steroid, kemudian, dokter gigi harus
melakukan suatu tindakan tertentu, maka satu atau dua hari sebelum ekstraksi gigi
harus dihentikan dan dilanjutkan kembali satu atau dua hari pasca tindakan.
Kemudian, dosis harus dikurangkan secara bertahap, jika tidak pasien
menunjukkan krisis adrenal akibat stress.
Jika pencabutan gigi telah dilakukan dan infeksi tersebar menyeluruh dan tersebar
secara sistemik, maka antibiotik harus diberikan sebelum pencabutan
c. Perikoronitis akut
Perikoronitis harus dirawat terlebih dahulu, kemudian di ekstraksi gigi yang terlibat.
Jika tidak, infeksi bakteri bisa turun ke daerah kepala bagian bawah dan leher.
d.Penyakit Ganas
Misalnya gigi yang berada di area tumor. Jika dicabut bisa menyebarkan sel dan
dengan demikian mempercepat proses metastatik.
Setiap pasien yang ingin melakukan ekstraksi belum tentu tidak mempunyai
gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan komplikasi ekstraksi. Kontrol
kesehatan yang baik dapat meminimalisasi terjadinya komplikasi dan menjadikan
prosedur bedah yang aman. Setiap kondisi kesehatan yang tidak terkontrol baik parah
maupun akut termaksuk dalam kontraindikasi absolut. Kontraindikasi absolut terbagi
dua, yaitu sistemik dan lokal. Kontraindikasi absolut lokal yang meliputi infeksi akut,
gigi dengan lesi vaskular dan pertumbuhan gigi mengarah keganasan. Apabila
didapatkan keadaan-keadaan tersebut pada diri pasien yang hendak dilakukan
ekstraksi gigi, dokter gigi perlu menunda untuk melakukan tindakan ekstraksi gigi.
Pada pasien yang memiliki riwayat absolut dari suatu penyakit sistemik merupakan
suatu kontraindikasi untuk tindakan ekstraksi gigi karena dapat mempersulit tindakan
ekstraksi gigi pada pasien tersebut.
a. Fraktur akar
Fraktur akar didefinisikan sebagai fraktur yang melibatkan dentin,sementum dan
pulpa. Terdiri dari cedera 0,5-7% dari cedera yang mempengaruhi pertumbuhan gigi
permanen dan umumnya terjadi antara kelompok usia 11 sampai 20 tahun14. Mekanisme
fraktur akar biasanya dampak frontal yang menciptakan zona kompresi labial dan lingual
kemudian zona stress yang dihasilkan kemudian menetukan bidang fraktur tersebut. Fraktur
akar yang melibatkan gigi permanen, terutama mempengaruhi daerah insisivus sentral.
Fraktur akar sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Penyebab dari terjadinya fraktur
akar adalah Karies gigi yang meluas bahkan kadang-kadang meliputi akar gigi, dalam
b. Perdarahan
Perdarahan adalah risiko dalam prosedur bedah termasuk ekstraksi gigi. Hal ini
didapatkan hasil dari satu atau lebih penyebab.Hal ini penting untuk menyebutkan bahwa
dalam banyak kasus perdarahan merupakan suatu risiko ysng terjadi15. Untuk mengatasi hal
ini maka pasien diberikan instruksi untuk menggigit tampon agar pendarahan tidak terjadi
secara terus-menerus.Perdarahan berlebihan mungkin merupakan komplikasi ekstraksi gigi.
c.Pembengkakan
Pembengkakan di sekitar mulut, pipi, mata dan sisi wajah tidak jarang. Ini adalah
reaksi normal tubuh setelah dilakukan operasi. Pembengkakan tidak akan menjadi jelas
sampai hari setelah operasi dan tidak akan mencapai maksimum sampai hari pasca operasi
ketiga. Namun, pasien dapat di instruksikan untuk meminimalkan pembengkakan dengan
penggunaan langsung dari paket es dan tidur dengan kepala dalam posisi tinggi. Kompres es
tujuh puluh dua jam setelah operasi maupun tindakan pencabutan gigi , aplikasi panas lembab
ke sisi wajah yang bermanfaat dalam mengurangi ukuran pembengkakan. Jika mungkin tidur
dengan kepala ditinggikan pada sudut 30 derajat untuk tiga hari pertama
a. Menggigit kasa
Dokter akan menginstruksikanmenggigit pada kapas kasa untuk memberikan
tekanan pada daerah ekstraksi. Ini membantu untuk mengontrol perdarahan dan
mirip dengan menempatkan tekanan pada luka di tangan untuk menghentikan
pendarahan.Terus menggigit kasa selama 1 sampai 2 jam. Sesuatu yang umum
untuk terjadinya beberapa perdarahan selama 1 sampai 2 hari. Setiap kali
menyikat gigi, berkumur atau meludah, mungkin ada beberapa kali terlihat warna
merah muda dalam air liur anda. Hal ini normal dan tidak menjadi perhatian.
Kebanyakan perdarahan dikontrol dengan menerapkan tekanan langsung pada
luka dengan cara mengigit kasa.
b. Kumur kumur dan menyikat gigi
kumur kumur hanya penting setelah operasi . Pada hari pertama kumur kumur
dengan hati-hati. Hari-hari berikutnya kumur kumur mulut secara menyeluruh
pagi dan sore hari dengan larutan chlorhexidine 0,12% sampai jahitan telah
dibuka. Kumur kumur mulut setidaknya 1 menit dan kemudian meludahkannya.
Menyikat gigi di daerah non-dioperasikan harus dilakukan dengan sikat gigi
baru, yang telah dicelupkan dalam larutan chlorhexidine. Pasta gigi biasa akan
menetralisir efek chlorhexidine dan karena itu tidak digunakan. Hal ini penting
untuk menjaga mulut bersih.
c. Makanan
Pada hari pertama setelah dilakukan ekstraksi, makanan yang harus dikonsumsi
adalah makanan yang lembut dan tidak panas. Jangan makan sampai anestesi
telah benar benar hilang. Hindari mengunyah dengan sisi dimana bertepatan
dengan gigi yang baru dilakukan ekstraksi. Penting bahwa makanan bergizi dan
kaya vitamin untuk dikonsumsi setelah dilakukan ekstraksi. Untuk Hari-hari
berikutnya diet mungkin secara bertahap kembali normal.
d. Merokok
Tembakau merupakan vasokonstriktor perifer yang mempengaruhi proses
penyembuhan luka terutama luka di rongga mulut. Karbon monoksida dan bahan
kimia lainnya yang dihasilkan selama pembakaran dapat mengurangi aliran darah
2.4 Instruksi
2.4.1 Nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata kata.
Komunikasi nonverbal merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepadaorang lain. Instruksi atau kominukasi nonverbal
disampaikan oleh ekspresi wajah,gesture,penekanan suara dan jeda dalam berbicara.
Dalam pemberian instruksi teknik komunikasi ini dilakukan secara tidak sadar.teknik
ini sangat baik dipadukan dengan teknik komunikasi atau instruksi verbal.
Komunikasi antar dokter dan pasien umumnya terjadi menggunakan komunikasi
nonverbal. Repsons pasien dapat dinilai atau dilihat melalui 55% ekspesi wajah,38%
2.4.2 Verbal
Komunikasi verbal adalah jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan kesehatan. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu.Kata
kata adalah alat atau symbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau
perasaan,membangkitkan respon emosional atau menguraikan objek, observasi dan
ingatan.Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap
individu untuk berespons secara langsung.
Bahasa verbal dapat lisan atau tertulis. Umumnya, lisan adalah proses yang lebih
spontan, sedangkan menulis cenderung lebih disengaja. Hasil ini adalah bahwa lisan
sering kurang tepat daripada menulis dan lebih longgar terstruktur sintaksis. Orang
lebih cenderung untuk menggunakan bahasa sehari-hari ketika berkomunikasi
melalui media seperti. Selain itu, lisan berlangsung secara real time, sedangkan
menulis dibatasi oleh waktu dan dapat ditinjau. lisan juga terhubung, dalam fonem
(satuan dasar suara) berbaur satu sama lain, sedangkan menulis menggunakan unit
diskrit (huruf)24. Dari uraian diatas, komunikasi di bidang kesehatan terlebih dokter
gigi juga menggunakan salah satu metode tersebut. Dokter gigi dapat melakukan
instruksi kepada pasien dengan metode komunikasi verbal secara lisan maupun
tertulis. Namun kedua cara ini memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai sarana
pemberi informasi dan instruksi terhadap pasien. Komunikasi verbal juga dapat
membangun hubungan yang baik antara pasien dengan dokter gigi. Hubungan yang
baik ini didapati dengan cara penyampaian lisan yang baik oleh dokter dan
menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan serta penulisan kembali suatu
EKSTRAKSI
INSTRUKSI
KOMPLIKASI
1. Definisi instruksipasca
Pemberian
ekstraksi gigi
instruksi pasca
2. Metode penyampaian
ekstraksi oleh
Instruksi pasca instruksipasca ekstraksi
dokter gigi di Kota
gigi
ekstraksi gigi Medan
BAB 3
Penelitian ini dilakukan di praktek dokter gigi yang berlokasi di Kota Medan .Waktu
penelitian dilakukan selama bulan Maret 2016 hingga selesai
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah para dokter gigi yang praktik di Kota Medan
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berlokasi praktik di Kota
Medan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam
pemilihan sampel adalah secara Simple Random Sampling dimana menggunakan rumus dan
pemilihan sampel yang dibutuhkan dipilih secara undian.
Rumus :
n = Zα2.P.Q
d2
n = (1.96)2(0.3731)(0.6269) = 90 orang
(0.1)2
Keterangan :
95% = 1.96
= 37.31%
Q = 1-P
n = Besarnya sampel
• Alat tulis
• Kertas kuesioner
2. Peneliti memberi kuesioner kepada dokter gigi yang praktik di Kota Medan.
4. Setelah data diperoleh maka dilakukan tabulasi data dengan mengelompokkan data
dalam table frekuensi dan melakukan codingdata.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Pentingnya instruksi diberikan pasca ekstraksi gigi oleh dokter gigi
4.2 Instruksi yang tepat untuk diberikan kepada pasien setelah dilakukan
ekstraksi.
Hasil peneltian menunjukkan 100 responden memberikan jawaban untuk instruksi
yang tepat diberikan kepada pasien setelah dilakukan ekstraksi adalah seperti terlampir pada
tabel berikut.
4.3 Komplikasi yang dapat terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak
dilakukan pasien.
Komplikasi pasca pencabutan gigi merupakan suatu keadaan yang tidak diinginkan
danterjadi apabila seorang pasien tidak mematuhi atau melakukan instruksi yang diberikan
dokter setelah dilakukannya ekstraksi gigi. Hal ini juga dapat membuat keadaan yang buruk
bagi pasien. Data yang didapatkan pada hasil penelitian iniseperti yang terlampir pada tabel
berikut :
Diagram 1. Komplikasi yang terjadi apabila instruksi tidak diberikan atau tidak dijalankan
pasien
1%
32%
41%
4% 22%
Data untuk jenis instruksi yang diberikan atau digunakan kepada pasien adalah
seperti terlampir pada tabel berikut.
Diagram 2. Jenis instruksi yang diberikan kepada pasien di praktek dokter gigi di Kota
Medan.
0%
nonverbal
2%
Tabel 3. Pengkombinasian jenis pemberian instruksi kepada pasien di praktek dokter gigi di
Kota Medan
Ya 52 52%
Tidak 48 48%
Tabel 4. Alasan dokter gigi menggunakan kombinasi jenis pemberian instruksi kepada
pasien di praktek dokter gigi Kota Medan.
BAB 5
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
6.2 Saran
Salam hormat,
Peneliti
Wendy Eszwara
(INFORMED CONSENT)
Nama:
Umur:
Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek
penelitian untuk dilakukan wawancara kepada saya. Pernyataan ini saya buat dalam
keadaan sadar tanpa paksaan.
Medan,…………………………
Yang menyetujui,
Subjek penelitian
(…………………………)
Nomor :
Tanggal :
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di Kota
Medan .
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap benar
3. Semua pertanyaan harus dijawab
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada
peneliti.
“Gambaran Pemberian Instruksi Pasca Ekstraksi Oleh Dokter Gigi Di Wilayah Kota
Medan”
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan
rincian sebagai berikut:
Peneliti,
Wendy Eszwara
JenisKelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Telepon/HP : 081294037834
Email : wendyeszwara@ymail.com
PENDIDIKAN