Anda di halaman 1dari 24

BAGIAN PERIODONTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARYA TULIS ILMIAH


RESESI GINGIVA

OLEH :

Nama : Ahmad Dzaky Yunus


NIM : J014201084

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PERIODONTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “Resesi Gingiva”. Karya tulis ilmiah ini dibuat untuk
melengkapi tugas substitusi kepaniteraan klinik periodonsia.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada seluruh pihak-pihak
yang mendukung serta membantu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
terutama dokter-dokter pembimbing di Bagian klinik periodonsia.
Besar harapan saya sebagai penulis agar karya tulis ilmiah ini bisa
menjadi sumber bacaan dan dapat berguna di kehidupan nyata. Dengan
kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan
ataupun informasi. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah. Demikian kata pengantar ini penulis
sampaikan.

Makassar,13 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Resesi Gingiva...................................................................................................3
2.2 Etiologi Resesi Gingiva.....................................................................................3
2.3 Klasifikasi Resesi Gingiva.................................................................................4
2.4 Penatalaksanaan Resesi Gingiva......................................................................14
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
3.1 Kesimpulan......................................................................................................19
3.2 Saran.................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang
berfungsi melindungi jaringan dibawah perlekatan gigi terhadap pengaruh
lingkungan rongga mulut. Bagian-bagian gingiva terdiri atas margin
gingiva (free gingiva) yaitu bagian gingiva yang mengelilingi leher gigi di
daerah CEJ (cemento enamel junction) dan tidak secara langsung melekat
pada gigi, attached gingiva yakni gingival keratinized yang terbentuk dari
margin gingiva hingga ke MGJ (Mucogingival Junction), dan mukosa
alveolar.1
Keluhan yang sering di derita atau di keluhkan oleh pasien
terhadap gingiva yaitu Resesi gingiva, Resesi gingiva sering menjadi
masalah karena penderita mengeluhkan adanya gangguan estetik yang
digambarkan oleh penderita sebagai bertambah panjangnya gigi. Kasus
resesi gingiva terutama didapatkan pada penderita wanita, meskipun tidak
menutup kemungkinan pasien pria juga akan menderitanya. Secara klinis,
resesi gingiva tampak sebagai terbukanya permukaan akar gigi karena
posisi gingiva yang semakin ke apical Secara definisinya dapat dikatakan
semakin menurunnya tepi gingiva ke posisi apical, ke arah cemento
enamal junction (CEJ).2
Penyebab resesi gingiva bersifat multifaktorial. Beberapa faktor
yang dapat menimbulkan resesi seperti destruksi jaringan periodontal,
sikat gigi yang berlebihan atau kurang membersihkan gigi, malposisi gigi,
kurangnya tulang alveolar, tingginya perlekatan frenulum dan trauma
oklusi, faktor iatrogenik, merokok. Namun bakteri di dalam plak
merupakan etiologi penting dalam resesi gingiva.3
Menurut Survei Nasional AS, 88% lansia (usia 65 tahun ke atas)
dan 50% orang dewasa (18 hingga 64) mengalami resesi di satu atau lebih
sisi; penigkatan frekuensi secara progresif dan tingkat resesi diamati

1
dengan peningkatan usia. Pada kelompok usia rmuda (30 sampai 39
tahun), prevalensinya resesi adalah 37,8% dan tingkatnya rata-rata 8,6%
gigi. Sebaliknya, kelompok tertua, berusia 80 hingga 90 tahun, memiliki
prevalensi 90,4% (lebih dari dua kali lebih tinggi) dan luasnya rata-rata
56,3% gigi (lebih dari enam kali lebih besar). Resesi gingiva dikaitkan
dengan keberadaan kalkulus supragingiva dan subgingiva dan
menunjukkan bahwa permukaan lingual gigi anterior bawah adalah yang
paling sering terpengaruh pada kelompok usia 20-34 tahun pada orang
dewasa di polipasi Tanzania populasi.4,5
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
akan membahasan terkait resesi gingiva serta bagimana penatalaksanannya
yang paling tepat. Tujuan penulisan studi pustaka ini diharapkan
mahasiswa profesi dapat mengerti dan memahami serta mampu melakukan
perawatan resesi gingiva pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan resesi gingiva?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan resesi gingiva?
3. Bagaiaman resesi gingiva dapat terjadi?
4. Bagaimana penangan yang tepat untuk kasus resesi gingiva?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Apa yang dimaksud dengan resesi gingiva?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan resesi gingiva?
3. Bagaiaman resesi gingiva dapat terjadi?
4. Bagaimana penangan yang tepat untuk kasus resesi gingiva?
1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan kajian
untuk pengembangan ilmu kedokteran gigi khususnya mengenai resesi
gingiva dalam bidang periodontology

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Resesi Gingiva


Resesi adalah eksposur atau tereksposnya permukaan akar atau
pergeseran posisi gigiva ke arah apikal pada posisi gingiva sebelumya.
Untuk memahami resesi itu sendiri, sebaikya kita dapat membedakan
antara posisi gingiva yang sebenarnya dan yang terlihat. Posisi aktual
adalah ketinggian ujung koronal dari perlekatan epitel gigi, sedangkan
posisi induk adalah ketinggian puncak tepi gingiva.4
Permukaan akar yang terbuka rentan terhadap karies. Abrasi dan
erosi sementum yang terbuka akibat resesi akan menyebabkan dentin
merasa ngilu. Resesi interproksimal menimbulkan masalah untuk
pembersihan mulut dan mengakibatkan akumulasi plak.6
Jarak antara CEJ dan gingiva margin memberikan tingkat resesi.
resesi gingiva disebabkan oleh penyakit periodontal, akumulasi,
peradangan, flossing yang tidak benar, menyikat gigi secara agresif, salah
hubungan oklusal, dan akar dominan. Ini bisa muncul sebagai resesi
gingiva lokal atau umum. Resesi bisa terjadi dengan atau tanpa kehilangan
jaringan yang menempel. Gingiva resesi dapat mempengaruhi sensitivitas
yang ditekankan karena dentin yang terpapar, dapat dinilai dengan
penampilan gigi secara klinis panjang dan proporsi gigi bervariasi
dibandingkan dengan gigi yang berdekatan.5

2.2 Etiologi resesi gingiva


1. Kalkulus
Hubungan antara resesi gingiva dengan kalkulus supragingiva dan
subgingiva dapat dicatat karena dari akses yang tidak memadai ke
perawatan gigi profilaksis5
2. Menyikat Gigi

3
Khocht dkk. menunjukkan bahwa penggunaan sikat gigi yang terlalu
keras dikaitkan dengan resesi. Teknik menyikat gigi yang sering
digunakan tidak tepat yaitu teknik menyikat gigi horizontal dan
vertikal, kesalahan dalam menyikat gigi menggunakan teknik ini
secara agresif lambat laun menyebabkan resesi gingiva.7
3. Frenulum yang terlalu tinggi
Ini dapat menghalangi plak pengangkatan dengan menyebabkan
tarikan pada gingiva marginal.8
4. Posisi Gigi.
Gigi yang erupsi dekat batas mukogingiva dapat menunjukkan resesi
gingiva terlokalisasi mungkin sangat sedikit atau tidak ada jaringan
keratin.9
5. Penggunaan alat orthodontic
Penelitian yang dilakukan untuk melihat perakan ortodontik ke arah
labial pada monyet telah terbukti mengakibatkan hilangnya perlekatan
tulang marginal dan jaringan ikat serta resesi gingiva.10

2.3 Klasifikasi Resesi Gingiva


1. Menurut sullivian dan Atkins (1968)11
Mereka mengkategorigan resesi gingiva berdasarkan kedalama dan
lebar defek yang dihasilkan. Terdapat empat kategori yaitu :
 Sangat lebar
 Dangkal dan lebar
 Sangat sempit
 Dangkal dan sempit

4
(Gambar 1. Klasifikasi sullivian dan Atkins)
Klasifikasi ini cukup sederhana dan subjektif interpretasinya dari
pemeriksa dan variabilitas antar pemeriksa dan oleh karena itu tidak
dapat di gunakan.
2. Mlinek et al (1973)12
 Dangkal sempit: Resesi <3 mm
 Lebar dalam: Resesi > 3 mm.
Modifikasi ini mengurangi variasi subyektif, tetapi tidak menentukan
petunjuk untuk pengukuran secara horizontal karena pengukuran
variabel mungkin ada pada jarak variabel.
3. Liu and Solt (1980)12
Berdasarkan resesi jaringan marginal
 Yang terlihat : Diukur dari CEJ sampai batas jaringan lunak
 Tersembunyi: Hilangnya perlekatan di dalam poket yang berada
di apikal tepi jaringan.
Klasifikasi ini tidak informatif, dan tidak mengklasifikasikan resesi
yang terlihat, fokusnya lebih pada attachment loss daripada resesi
yang terlihat.
4. Bengue et al (1983)11
Klasifikasikan resesi menurut prognosis cakupan:
 Tipe U - prognosis buruk
 Tipe V – fair prognosis/ragu-ragu
 Tipe-I - prognosis yang baik.

5
(Gambar 2 Bengue et al)

5. Miller (1985)12
Berguna dalam memprediksi jumlah akhir dari penutupan akar setelah
prosedur graft pada free gingiva.
 Kelas I : Resesi jaringan marginal yang tidak mencapai
mucogingival junction; tidak ada kehilangan tulang alveolar atau
jaringan lunak pada area interdental
 Kelas 2 : Resesi jaringan marginal mencapai atau melebihi
mucogingival junction; tidak ada kehilangan tulang alveolar atau
jaringan lunak pada area interdental

(Gambar 3 Resesi Gingiva kelas II Menurut Miller)

 Kelas 3 : Resesi jaringan marginal mencapai atau melebihi


mucogingival junction; kehilangan tulang alveolar dan jaringan
lunak di bawah CEJ pada area interdental namun masih lebih
koronal dibandingkan perluasan apikal dari resesi jaringan
marginal

(Gambar 4 Resesi Gingiva kelas III Menurut Miller)

6
 Kelas 4 : Resesi marginal gingiva mencapai atau melebihi
mucogingival junction; dengan kehilangan tulang alveolar dan
jaringan lunak pada area interdental setinggi perluasan apikal
dari resesi jaringan marginal

(Gambar 5 Resesi Gingiva kelas IV Menurut Miller)

6. Smith (1990)12
Smith mengusulkan indeks resesi yang terdiri dari dua digit yang
dipisahkan oleh tanda hubung. Digit pertama menunjukkan horizontal
dan digit kedua menunjukkan komponen vertikal situs resesi.
Skoring secara horizontal :
 skor 0 - Tidak ada bukti klinis pajanan akar.
 skor 1 - Tidak ada bukti klinis dari paparan akar dan ada juga
kesadaran subyektif dari hipersensitivitas dentin yang dilaporkan
sebagai respons terhadap ledakan udara, dan / atau ada paparan
CEJ yang dapat dideteksi secara klinis hingga 10% dari perkiraan
mid-mesial ke jarak mid-distal.
 Skor 2 - Paparan horizontal CEJ lebih dari 10% tetapi tidak
melebihi 25% dari perkiraan jarak tengah-tengah ke jarak
menengah-distal.
 Skor 3 - Paparan CEJ lebih dari 25% dari jarak mid-mesial ke
mid-distal tetapi tidak melebihi 50%
 Skor 4 - Paparan CEJ lebih dari 50% dari jarak mid-mesial ke
mid-distal tetapi tidak melebihi 75%
 Skor 5 - Paparan CEJ lebih dari 75% dari jarak mid-mesial
hingga mid-distal hingga 100%.
Skoring secara vertikal :

7
 Skor 0 - Tidak ada bukti klinis pajanan akar.
 Skor 1 - Tidak ada paparan klinis dari paparan akar dan ada juga
kesadaran subjektif dari hipersensitivitas dentin yang dilaporkan
dan / atau ada paparan CEJ yang dapat dideteksi secara klinis
tidak meluas lebih dari 1 mm vertikal ke margin gingiva.
 Skor 2-8 - Paparan akar terlihat 2–8 mm memanjang secara
vertikal dari CEJ ke dasar defek jaringan lunak.
 Skor 9 - Paparan akar terlihat lebih dari 8 mm dari CEJ ke dasar
jaringan lunak yang cacat.
 Skor * - Tanda bintang ada di sebelah digit kedua setiap kali
komponen vertikal dari kerusakan jaringan lunak menembus ke
dalam MGJ atau melampaui itu ke dalam mukosa alveolar; tidak
adanya tanda bintang menyiratkan tidak adanya keterlibatan
MGJ di situs yang diindeks atau tidak adanya keterlibatan dalam
kerusakan jaringan lunak.
7. Nordland WP dan Tarnow DP (1990)12
Sistem klasifikasi untuk kehilangan tinggi papiler. Sistem
menggunakan tiga landmark yang dapat diidentifikasi:
a. Titik kontak interdental
b. Tingkat apikal dai fasial CEJ
c. Derajat koronal interproksimal dari CEJ
Normal: Papilla interdental mengisi ruang embrasure sampai batas
apikal dari titik / area kontak interdental
 Kelas I: Ujung papilla interdental terletak di antara titik kontak
antar gigi dan bagian paling koronal dari inter-proksimal
cemento enamel junction (CEJ)
 Kelas II: Ujung papilla inter-dental terletak pada atau apikal ke
inter-proksimal cemento enamel junction CEJ tetapi koronal
hingga apikal dari CEJ wajah
 Kelas III: Ujung papilla terletak sejajar atau apikal dengan CEJ
wajah.
8
(Gambar 6 1 = Titik kontak interdental 2 = Luas apikal dari fasial CEJ 3.
Luas koronal dari CEJ proksimal)

8. Mahajan (2010)13
Klasifikasi resesi gingiva yang dimodifikasi
 Kelas I: defek resesi gingiva tidak meluas ke MGJ.
 Kelas II: defek resesi gingiva meluas ke MGJ / di sekitarnya
 Kelas III: Cacat resesi gingiva dengan kehilangan tulang atau
jaringan lunak di area interdental hingga 1/3 dari permukaan akar
dan / atau malposisi gigi.
 Kelas IV: Cacat resesi gingiva dengan kehilangan tulang atau
jaringan lunak yang parah di area interdental lebih besar dari 1/3
permukaan akar serviks dan / atau malposisi gigi yang parah.
Prognosis sesuai klasifikasi Mahajan:
a. sangat baik : Kelas I dan Kelas II dengan profil gingiva yang tebal
b. Baik: Kelas I dan Kelas II dengan profil gingiva yang tipis
c. Cukup: Kelas III dengan profil gingiva yang tebal
d. Buruk : Kelas III dan Kelas IV dengan profil gingiva tipis.
Modifikasi ini masih belum mencakup semua kondisi klinis.
Misalnya, gigi dengan resesi gingiva yang tidak meluas hingga MGJ
tetapi dengan kehilangan jaringan lunak dan keras interdental tidak

9
dapat ditempatkan di Kelas I maupun di Kelas III karena tidak
disebutkan keterlibatan MGJ di Kelas II.
9. Cairo et al (2011)13
Resesi gingiva berdasarkan penilaian CAL di kedua situs bukal dan
interproksimal :
 Tipe 1: Resesi gingiva tanpa kehilangan perlekatan
interproksimal. CEJ interproksimal secara klinis tidak terdeteksi
pada aspek mesial dan distal gigi.
 Tipe 2: Resesi gingiva yang berhubungan dengan hilangnya
perlekatan interproksimal. Jumlah kehilangan perlekatan
interproksimal (diukur dari CEJ interproksimal hingga
kedalaman poket interproksimal) kurang dari atau sama dengan
kehilangan perlekatan bukal (diukur dari CEJ bukal hingga
kedalaman poket di bukal)
 Tipe 3: Resesi gingiva yang berhubungan dengan hilangnya
perlekatan interproksimal. Jumlah kehilangan perlekatan
interproksimal (diukur dari CEJ interproksimal hingga
kedalaman poket) lebih tinggi daripada kehilangan perlekatan
bukal (diukur dari CEJ bukal hingga kedalaman poket bukal).
10. Rotundo et al (2010)12
Resesi gingiva yang diklasifikasikan dengan mempertimbangkan
jaringan gigi lunak dan keras. Untuk klasifikasi ini, variabel
taksonomi tertentu telah dipertimbangkan atas :
a. Jumlah jaringan keratin (KT = 2 mm);
b. Ada/ tidak adanya lesi serviks non-karies (NCCL), dengan
konsekuensi CEJ yang tidak dapat diidentifikasi;
c. Ada / tidak adanya kehilangan perlekatan interproksimal.
Mempertimbangkan variabel-variabel ini, metode penilaian berikut
disarankan:
a. KT ≥2 mm, NCCL - tidak ada
- Kehilangan perlekatan interproksimal - tidak ada.

10
b. KT <2 mm, NCCL – sekarang
- Kehilangan perlekatan interproksimal – ada
Akibatnya, kelas-kelas berikut dapat diidentifikasi dalam populasi
berikut:
 KT ≥2 mm - tanpa NCCL - tidak ada kehilangan perlekatan
interproksimal (AAA)
 KT ≥2 mm - NCCL - tidak ada kehilangan perlekatan
interproksimal (ABA)
 KT ≥2 mm - tanpa NCCL - kehilangan perlekatan
interproksimal (AAB)
 KT ≥2 mm - NCCL – kehilangan perlekatan interproksimal
(ABB)
 KT <2 mm - tidak ada NCCL - tidak ada kehilangan perlekatan
interproksimal (BAA)
 KT <2 mm - NCCL - tidak ada kehilangan perlekatan
interproksimal (BBA)
 KT <2 mm - tidak ada NCCL – kehilangan perlekatan
interproksimal (BAB)
 KT <2 mm - NCCL – kehilangan perlekatan interproksimal
(BBB)
11. Kumar dan Masamatti (2013)13
Ini dapat diterapkan untuk permukaan fasial gigi rahang atas dan
permukaan fasial dan lingual gigi mandibula. Resesi papilla
interdental juga dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi baru ini.
a. Kelas I: Tidak ada kehilangan tulang interdental atau jaringan
lunak. Ini diklasifikasikan menjadi dua kategori :
 Class IA: Margin gingiva pada aspek F / L terletak di apikal
CEJ, tetapi koronal ke MGJ dengan gingiva melekat antara
marginal gingiva dan MGJ.

11
 Kelas IB: Margin gingiva pada aspek F / L terletak pada atau
apikal ke MGJ dengan tidak adanya gingiva yang menempel
antara marginal gingiva dan MGJ.
b. Kelas II: Ujung papilla interdental terletak di antara titik kontak
interdental dan level CEJ midbucal / midlingual. Kehilangan tulang
interproksimal terlihat pada radiograf. Ini diklasifikasikan menjadi
tiga kategori:
 Kelas IIA: Tidak ada resesi jaringan marginal pada aspek F /
L
 Kelas IIB: Margin gingiva pada aspek F / L terletak di apikal
CEJ tetapi koronal ke MGJ dengan gingiva melekat di antara
gingiva marginal dan MGJ
 Kelas IIC: Margin gingiva pada aspek F / L terletak pada atau
apikal ke MGJ dengan tidak adanya gingiva yang menempel
antara marginal gingiva dan MGJ.
c. Kelas III: Ujung papilla interdental terletak di atau apikal ke tingkat
CEJ midbucal / midlingual. Kehilangan tulang interproksimal
terlihat pada radiograf. Ini dibagi menjadi dua kategori:
 Kelas IIIA: Margin gingiva pada aspek F / L terletak di apikal
CEJ, tetapi koronal ke MGJ dengan gingiva melekat antara
marginal gingiva dan MGJ
 Kelas IIIB: Margin gingiva pada aspek F / L terletak pada
atau apikal ke MGJ dengan tidak adanya gingiva yang
menempel antara marginal gingiva dan MGJ.
12. Klasifikasi yang Diusulkan untuk resesi palatal14
Posisi papilla interdental selalu menjadi dasar untuk
mengklasifikasikan resesi gingiva pada aspek palatal. Kriteria sub
klasifikasi telah dimodifikasi untuk mengkompensasi ketiadaan MGJ.
a. Resesi jaringan marginal pada aspek palatal tanpa kehilangan
tulang interdental atau jaringan lunak
 1 A: Resesi jaringan marjinal ≤3 mm dari CEJ

12
 1 B: Resesi jaringan marjinal> 3 mm dari CEJ
b. Ujung papilla interdental terletak di antara titik kontak antar gigi
dan tingkat persimpangan enamel semen di bagian tengah palatum.
Kehilangan tulang interproksimal terlihat pada radiograf.
 2 A: Resesi jaringan marjinal ≤3 mm dari CEJ
 2 B: Resesi jaringan marjinal> 3 mm dari CEJ
c. Ujung papilla interdental terletak di atau apikal ke tingkat
persimpangan enamel semen di bagian tengah palatum. Kehilangan
tulang interproksimal terlihat pada radiograf.
 3A: Resesi jaringan marjinal ≤3 mm dari CEJ
 Resesi jaringan marjinal> 3 mm dari CEJ
13. Prashant et al (2014)12
Merupakan klasifikasi yang menjelaskan tentang kerusakan
permukaan gigi yang penting dalam mendiagnosis daerah resesi
gingiva dapat membantu dalam memilih pendekatan pengobatan yang
pasti. Evaluasi dilakukan pada pandangan frontal dan lateral
menggunakan lensa pembesaran 4X, probe periodontal (PCP UNC
15), dan penjelajah gigi.
 Kelas A, CEJ teridentifikasi pada seluruh permukaan bukal
 Kelas B, CEJ tak teridentifikasi seluruhnya atau sebagian.
Mempertimbangkan adanya perbedaan serviks (langkah), diukur
dengan probe periodontal yang tegak lurus dengan sumbu
panjang:
 Kelas (+), adanya step di servikal (> 0,5 mm) yang melibatkan
akar atau mahkota dan akar kelas (-), tidak adanya step di servikal

2.4 Penatalaksanaan resesi gingiva

13
1. Penanganan bedah meliputi :
Faktor-faktor seperti kedalaman dan lebar resesi, ketersediaan jaringan
donor, adanya perlekatan otot, dan estetika harus dipertimbangkan
dalam pemilihan prosedur perawatan. Prosedur bedah yang digunakan
dalam perawatan resesi gingiva pada dasarnya dapat diklasifikasikan
sebagai:15
a. Prosedur pedicle soft tissue graft
Pedicle graft, tergantung pada arah pemindahan, dikelompokkan
sebagai:
 Rotational flap procedures (misal laterally sliding flap, double
papilla flap, oblique rotated flap)
 Prosedur flap lanjutan (Advanced flap) (misal coronally
repositioned flap, semilunar coronally repositioned flap).
b. Prosedur free soft tissue graft.
Biasanya diambil dari area mukosa rongga mulut dan palatum.
 Epitel graft
 Subepithelial connective tissue graft (non-epitelialized graft),

Pedicle graft
a. Rotational flap
Teknik ini efektif untuk menutupi area kecil resesi gingiva di mana
lokasi donor tersedia secara lokal. Untuk flap yang direposisi
secara lateral (Gbr. 2.10), flap dengan ketebalan terpisah dibuat
dengan diseksi tajam di lokasi donor dan dilanjutkan ke lokasi
baru. Dua flap diangkat dengan teknik flap double papilla (Gbr.
2.11). Flap mendapatkan nutrisi dari dasar flap pedikel dan dari
periosteum yang mengelilingi area akar yang terbuka.15

14
Gambar 2.10 Pedicle flap: laterally repositioned rotational flap. Flap
diambil dari daerah yang berdekatan untuk menutupi area resesi lokal.

Gambar 2.11 Pedicle graft: double papilla rotational flap. Penutupan


didapatkan dari lokasi donor yang berdekatan di kedua sisi resesi.

b. Advanced flap
Prosedur coronally advance flap dimulai dengan penempatan dua
insisi vertikal divergen apikal, meluas dari titik koronal ke CEJ
pada sumbu garis mesial dan distal gigi dan apikal ke dalam lapisan
mukosa. Kemudian flap mukosa diangkat melewati mukogingival
junction dan digerakkan ke arah koronal karena elastisitas jaringan.
Defek tunggal atau ganda dapat ditutup dan teknik ini juga dapat
digunakan sehubungan dengan derivatif matriks enamel.16

15
Gambar 2.12 Pedicle graft: coronally advance flap

Free grafts
a. Epithelialized free soft tissue graft
Dapat dilakukan dengan teknik bedah dua langkah, di mana
epithelialized free soft tissue graft ditempatkan apikal ke resesi dan
setelah penyembuhan diposisikan secara koronal di atas akar yang
terbuka (Gambar 2.13), atau sebagai teknik satu langkah di mana
graft ditempatkan langsung di atas permukaan akar (Gambar 2.14).
Teknik terakhir adalah teknik yang paling umum digunakan.16

Gambar 2.13 Epithelialized free soft tissue graft: teknik dua langkah

16
Gambar 2.14 Epithelialized free soft tissue graft: teknik satu langkah

b. Subepithelial connective tissue graft


Digunakan ketika jaringan gingiva yang berkeratin tidak memadai
dan atau ketika jaringan gingiva sangat tipis. Teknik ini sangat
sering digunakan karena penderita tidak terlalu sering mengalami
nyeri paska daerah donor terambil. Teknik Subepithelial
connective tissue graft adalah sebagai berikut:17
 Lakukan insisi sulkular pada daerah resesi yang terjadi untuk
membuat flap. Insisi dilakukan sebesar 2 mm dari ujung
papilla dan dua insisi vertical dari 1-2 mm margin gingiva.
Lebarkan flap sampai ke mucobuccal fold untuk melancarkan
suplai darah pada daerah gingiva.
 Lakukan insisi horizontal pada palatum sebesar 4-5 mm dari
margin gingiva molar dan premolar. Lalu ambil bagian
jaringan penghubung secara hatihati dan setelah diambil
lakukan penjahitan. Bagian yang diambil adalah bagian
superfisial atau bagian paling dalam pada lapisan palatum.

17
 Letakan connective tissue ke dalam daerah resesi. Setidaknya
setengah atau dua per tiga graf jaringan penghubung harus
menutupi flap atau daerah yang terbuka.
 Lakukan penjahitan pada daerah resesi bersama dengan graf
jaringan penghubung yang ada di dalam flap tersebut.

2. Penganan non-bedah meliputi :


a. Masker gingiva
Resesi gingiva dapat disembunyikan degan cara menutup daerah
akar yang terbuka dengan masker yang terbuat dari bahan yang
bersifat fleksibel seperti silikon. Masker ini dapat mengatasi
penampilan yang eststis pada mahkota gigi depan yang mengalami
resesi sehingga mahkota tampak proporsional. Pemakaian masker
dilakukan setelah jaringan periodonsium selesai menjalani
perawatan dan sembuh dari penyakit periodontal.18
b. Restorasi dengan bahan glass ionomer berwarna pink
Resesi gingiva sedikit abrasi ddan erosi, dan jika sudah terbentuk
karies akar, dapat ditambal dengan bahan glass inonomer VII
berwarna pink. Bahan ini akan melapisi kavitas secara lebih baik
dan mencegah terjadinya karies sekunder karena mengeluarkan ion
fluor.5
c. Scalling dan root planning8
Scalling adalah suatu proses pembuangan kalkulus, plak, akumulasi
materi alba dan stain pada bagian supragingiva dan subgingiva.
Root planning adalah proeses pembuangan sisa-sisa kalkulus yang
terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk
mneghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan bersih.
Tujuan utama perawatan ini adalah mengembalikan kesehatan gusi
dengan cara membuang semua elemen yang menyebabkan radang
gusi. Dalam melakukan perawatan ini, perlu diperhatikan
instrument yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimal.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodontal yang memiliki
peran untuk melindungi jaringan yang melekat pada gigi terhadap
pengaruh lingkungan rongga mulut. Gingiva dilapisi epitelium berkeratin
dan gingiva menutup prosesus alveolar rahang dan mengelilingi bagian
gigi di dekat tempat pertemuan akar dan mahkota gigi, Gingiva merupakan
satu-satunya bagian periodontium yang terlihat pada pemeriksaan dalam
rongga mulut.
Pada umunya keluhan yang sering di derita atau di keluhkan oleh
pasien terhadap gingivanya yaitu Resesi gingiva, Resesi gingiva sering
menjadi masalah karena penderita mengeluhkan adanya gangguan estetik
yang digambarkan oleh penderita sebagai bertambah panjangnya gigi.
Penyebab resesi gingiva bersifat multifaktorial. Beberapa faktor yang
dapat menimbulkan resesi seperti destruksi jaringan periodontal, sikat gigi
yang berlebihan atau kurang membersihkan gigi, malposisi gigi,
kurangnya tulang alveolar, tingginya perlekatan frenulum dan trauma
oklusi, faktor iatrogenik, merokok. Namun bakteri di dalam plak
merupakan etiologi penting dalam resesi gingiva. Adapun perawatn untuk
resesi gingiva yaitu secara bedah maupun non bedah.

3.2 Saran
Di harapkan dilakukannya sosialisasi mengenai menjaga kesehatan gigi
mulut agar di harapkan bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai
cara menjaga kesehatan gigi mulut dan mengetahui dampak kurangnya
menjaga kebersihan kesehatan gigi mulut.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Eley BM, Soory M, Manson JD. 2010. Periodontics. Philadelpia: Wright


2. Ulfa N, Fitria A. perawatan resesi gingiva dengan bedah dan non bedah.
Dentofasial.2010;9(1):29-31
3. Maulina C, Khairina N. Tingkat resesi menggunakan bulu sikat gigi lembut
dan sedang pada mahasiswa fakultas kedok univ YARSI.jurnal kedokteran
yarsi 2017;25(1):2-4
4. Kasaj A. Etiology and Prevalence of Gingival Recession. Springer Int Publ.
2018.
5. Pradeep K, Rajababu P, Satyanarayana D, Sagar V. Gingival Recession :
Review and Strategies in Treatment of Recession Case Report Gingival
Recession : Review and Strategies in. Hindawi Publ Corp. 2012;6(6): 1-6.
6. Marini MG., Greghi SLA., Passanezi E., Santa’na ACP. Gingiva Recession:
Prevalence, extension and safety in adults, J appl Oral Sci 2004
7. Mintjelungan CN, Khoman J. Hubungan Teknik Menyikat Gigi dengan
Keparahan Resesi Gingiva pada Masyarakat Pesisir Pantai di Kawasan
Megamas Kota Manado. J e-GiGi. 2019;7(2):65-70.
8. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR. Newman and Carranza’s Clinical
Periodontology. 13th ed. Philadelphia: Eslevier; 2019.
9. Patel M, Nixon PJ, Chan MF. Gingival recession : Part 1, aetiology and Non-
Surgical Management. British Dental Journal. 2011:211;251-4.
10. Anil S, Anand PS. Early Childhood Caries: Prevalence, Risk Factors, and
Prevention. 2017;5(July):1-7. doi:10.3389/fped.2017.00157
11. Ravipudi S. Gingival Recession: Short Literature Review on Etiology,
Classifications and Various Treatment Options. J Pharm Sci Res.
2017;9(2):215-220.
12. Mani A, James R. Classifications for Gingival Recession : A Mini Review.
Galore Int J Heal Sci Res. 2018;3(1):33-38.
13. Francesco Cairo, Pierpaolo Cortellini, Maurizio Tonetti, Michele Nieri, Jana
Mervelt, Sandro Cincinelli et al. Coronally advanced flap with and without

20
connective tissue graft for the treatment of single maxillary gingival
recession with loss of inter-den.
14. Ashish Kumar, Sujata Surendra Masamatti. A new classification system for
gingival and palatal recession. J. Indian Soc. Periodontol 2013; 17 (2):175-
81.
15. Clerehugh V, Tugnait A, Genco R. Periodontology at a Glance. West
Sussex: 2009. pp. 64-5
16. Kasaj A. Gingival Recession Management: A Clinical Manual. Cham:
Springer International Publishing AG. 2018. pp. 19-27
17. Utami ED. Perawatan Bedah Resesi Gingiva Dengan Teknik Subepithelial
Connective Tissue Graft. Denta. 2017;11(1):96-102.
18. Emilov D, Deliverska E. Surgical treatment of recession with soft tissue
graft. 2018;24(3):2149-2159.

21

Anda mungkin juga menyukai