Anda di halaman 1dari 3

Nama : Andi Muhammad Zaky Hanifan NZ

NIM : J011171520
Prodi : Kedokteran Gigi
Topik : Lingkungan Maritim
Judul : Penambangan Pasir Pantai Secara Tradisional Di Kabupaten
Merauke Dan Dampaknya Pada Tanaman Mangrove

A. Pengantar
Penambangan pasir pantai di Kabupaten Merauke merupakan salah satu mata
pencaharian utama masyarakat disana yang bisa berdampak pada ekosistem,
lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat, saat ini dan masa mendatang.
Penambangan pasir pantai memberi dampak negatif terhadap lingkungan yaitu
rusaknya hutan mangrove dan pengikisan pantai. Dampak lain yang ditimbulkan
adalah menurunnya hasil tangkapan dan pendapatan nelayan, hal ini diperkuat oleh
persepsi negatif masyarakat yang tinggi terhadap aktivitas penambangan pasir
pantai. Selain dampak negative. Dampak positif dari aktivitas tersebut tentu saja
adalah meningkatkanya pendapatan masyarakat penambang. Masyarakat telah
memahami, dengan menambang pasir dapat mengakibatkan kerusakan pada
mangrove, namun karena tuntutan ekonomi maka masyarakat tetap melakukan
aktivitas tersebut.1

B. Metode Penelitian

Pada Penelitian ini penulis menggunakan metode bersifat deskriptif, dengan


pendekatan kualitatif dan kuantitatif, Persepsi masyarakat dan tingkat pendapatan
dianalisis dengan metode prosentase dan grafik/tabel. Eksternalitas terhadap
aktivitas penambangan pasir pantai dilakukan dengan analisis perbandingan.

1
BAPPENAS, (2004). Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Indonesia.
C. Pembahasan

Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara ekosistem darat dan


ekosistem laut yang saling bertemu dalam suatu keseimbangan yang rentan (Beatly
dkk. 2002 dalam Bappenas, 2004). Wilayah pesisir terdapat berbagai habitat dan
ekosistem seperti estuaria, terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove
yang berfungsi sebagai penyedia berbagai bahan kebutuhan hidup manusia dan
penyedia jasa bagi komunitas yang tinggal di wilayah pesisir. Ekosistem mangrove
adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara
makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut
air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu
tumbuh dalam perairan asin/payau (Santoso, 2000). Pengelolaan wilayah pesisir
yang dilakukan selama ini, menunjukkan hasil yang belum optimal dan cenderung
merusak. Dibeberapa kawasan pesisir yang padat penduduk dan tingggi intensitas
pembangunannya, telah terjadi laju kerusakan biogeo-fisik lingkungan, seperti
kerusakan ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, estuary,
meningkatnya pencemaran dari darat, tangkap ikan lebih dan abrasi pantai yang
sudah sangat mengkawatirkan. (Iskandar dkk. 2008). Menurut Mangkoesoebroto,
(1995) dalam Mulyaningrum, (2005) Eksternalitas adalah suatu efek samping atau
dampak yang timbul karena adanya keterkaitan antara aktivitas ekonomi yang satu
dengan yang lainnya. Sankar (2008) menjelaskan bahwa adanya eksternalitas
menyebabkan terjadinya perbedaan antara manfaat (biaya) sosial dengan manfaat
(biaya) individu. Eksternalitas positif terjadi saat manfaat sosial marginal lebih
besar dari biaya individu marginal (harga). Adapun eksternalitas negatif terjadi, saat
biaya sosial marginal lebih besar dari biaya individu marginal. Menrut Acton
(1973) dalam Rani (2004), Kegiatan pertambangan adalah secara aman dan
menguntungkan mengambil bahan mineral dari dalam tanah. Berdasarkan definisi
sumber daya alam tidak terbarukan adalah sumber daya alam yang tidak memiliki
kemampuan regenerasi secara biologis, maka barang tambang dapat dikatakan
sebagai sumber daya tidak terbarukan. Karena sifatnya yang tidak terbarukan ini,
maka dalam kurun waktu tertentu cadangan sumberdayanya akan habis dan dapat
menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan lingkungan sosial. Pada dasarnya
kegiatan pertambangan akan menyebabkan perubahan bentang alam sehingga
berpotensi mengubah tatanan ekosistem suatu wilayah. Secara fisik, kegiatan
penambangan pasir besi di laut atau pesisir merupakan upaya teknologi yang
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan material bangunan, dengan
merubah suatu lingkungan bentang alam pesisir pantai dan dasar laut yang sudah
pasti menimbulkan dampak negatif terhadap tipologi ekosistem eustuaria,
mangrove, terumbu karang dan biodiversitas.2

D. Penutup

Aktivitas penambangan pasir pantai mengakibatkan kerusakan pada hutan


mangrove di sepanjang wilayah pesisir Distrik Merauke. Masyarakat memiliki
persepsi negatif terkait dengan aktivitas penambangan pasir pantai, masyarakat
telah mengetahui bahwa dengan melakukan penambangan pasir pantai akan
mengakibatkan kerusakan pada ekosistem mangrove, namun karena tuntutan
ekonomi maka masyarakat tetap melakukan aktivitas penambangan pasir pantai.
Aktivitas penambangan pasir berdampak pada menurunnya hasil tangkapan dan
pendapatan nelayan3.

2
Khomsin. (2005). Studi perencanaan konservasi kawasan mangrove Di pesisir selatan kabupaten
sampang dengan Teknologi penginderaan jauh dan Sistem informasi geografis. Pertemuan Ilmiah
Tahunan MAPIN (XIV) 187-195
3
Rani, I. (2004). Pengaruh Kegiatan Pertambangan Pasir Terhadap Kualitas Tanah,
Produktivitas Lahan, dan Vegetasi serta Upaya Rehabilitasinya. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana
Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai