OLEH :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Hipersensitif dentin..............................................................................3
2.2 Etiologi Terjadinya Hipersensitif Dentin...........................................................3
2.3 Mekanisme Terjadinya Hipersensitif Dentin.....................................................5
2.4 Cara Mendiagnosis Dentin Hipersentif..............................................................6
2.5 Penatalaksanaan Pada Hipersensitif Dentin.......................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran...................................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1
menjelaskan kecenderungan ini karena pada penyakit periodontal, bakteri
dapat berinfiltrasi ke dentin. Telah dilaporkan bahwa sekitar 69% populasi
di Inggris mengalami bentuk hipersensitivitas dentin.5
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
10. Operasi periodontal
11. Komponen makanan asam biasanya disebut sebagai penyebab utama
lesi servikal dan hipersensitivitas dentin.
Abrasi adalah keausan di permukaan gigi, yang umumnya di
bagian servikal permukaan bukal/fasial yang disebabkan adanya
gesekan benda-benda asing, misalnya sikat gigi yang kasar, pasta
gigi yang abrasif dan lain-lain.10,11
Abfraksi secara klinis mirip abrasi, merupakan kerusakan di
bagian servikal gigi yang disebabkan oleh kekuatan oklusi
eksentrik yang menyebabkan terjadi cekungan yang
tajam,biasanya karena pasien mengalami bruksisma atau
maloklusi.10,12
Atrisi adalah keausan di permukaan insisal atau oklusal gigi
karena faktor mekanis sebagai akibat terjadi pergerakan
fungsional atau parafungsional dari mandibula.10,11
Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena faktor
kimia, misalnya konsumsi makanan/ minuman asam yang
menyebabkan penurunan pH saliva di dalam rongga mulut
sehingga terjadi demineralisasi email yang menyebabkan
terpaparnya dentin10,13
Resesi gingiva adalah kondisi permukaan akar terbuka karena
hilang atau tertariknya atau retraksi gingiva ke arah akar yang
mengakibatkan permukaan akar tidak terlindung. Resesi gingiva
umumnya terjadi di usia 40 tahun ke atas, tetapi bisa juga
ditemukan pada usia yang lebih muda. Hipersensitivitas dentin
terutama ditemukan pada kasus resesi gingiva yang menyebabkan
terpaparnya permukaan akar terhadap berbagai rangsangan panas,
dingin, asam, manis maupun udara.14
4
Setelah terpapar dentin dan hilangnya lapisan apusan "pelindung"
di atas dentin, nyeri terjadi akibat rangsangan termal, penguapan (udara),
taktil, osmotik atau kimiawi yang dimasukkan ke dalam mulut. Beberapa
teori seperti teori transduksi odontoblastik, teori saraf, dan teori
hidrodinamika telah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana
rangsangan pemicu menimbulkan nyeri DH. Dari beberapa teori yang
menjelaskan tentang hipersensitivitas dentin, teori yang paling banyak
digunakan adalah teori hidrodinamik. Teori ini menyatakan bahwa cairan
di dalam tubulus dentin akan terganggu olehadanya perubahan termal,
fisik, atau osmotik. Gerakan cairan ini akan merangsang baroreseptor yang
mengarah keluar saraf. Dasar dari teori ini kenyataan bahwa tubulus
dentinalis terbuka yang berisi cairan ke rongga mulut di permukaan dentin
dan juga di dalam pulpa.15
Teori hidrodinamik menyatakan bahwa persepsi hipersensitivitas
terjadi sebagai respons terhadap rangsangan intensitas rendah dari saraf
delta aferen A diakhiri dengan gerakan keluar-masuk cairan tubular secara
tiba-tiba pada aplikasi dari rangsangan tidak berbahaya ke permukaan
dentin yang terbuka. Serabut saraf ini terjalin dengan odontoblas dan
tubulus dentin sepanjang jarak 100 mikrometer dari permukaan pulpa.
Serabut saraf yang bermyelin memiliki ambang stimulasinya relatif
rendah. Serabut saraf bermyelin berfungsi sebagai mechanoreceptors
untuk rangsangan tidak berbahaya dengan intensitas rendah. Menurut teori
ini, hipersensitivitas adalah respon saraf dari serabut saraf aferen
mechanoreceptors terhadap rangsangan yang dipicu pada permukaan
dentin yang terbuka dan ditransduksi melalui tubulus dentin yang berisi
cairan. Oleh karena itu, harus ada dentin yang terbuka, lembab, dan vital
dengan tubulus dentinalis paten agar rangsangan tersebut dapat dilakukan
ke mekanoreseptor dan memicu persepsi hipersensitivitas. Semakin
banyak konduktansi dentin, semakin banyak persepsi hipersensitivitas
dalam menanggapi rangsangan.15
2.4 Cara Mendiagnosis Dentin Hipersensitif
5
Diagnosis penyakit dimulai dengan menanyakan riwayat kesehatan
pasien dan kemudian melakukan pemeriksaan. Dalam riwayat kesehatan
beberapa pertanyaan diajukan seperti sudah berapa lama keluhan
dirasakan, intensitas nyeri, stabilitas nyeri, dan faktor-faktor yang
mengurangi atau meningkatkan intensitas penyakit. Deteksi pasien dentin
hipersensitif untuk menentukan dentin hipersensitif, perlu memperhatikan
adanya dentin yang tidak terlindung dan tubulus dentinalis yang terbuka.
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu lokalisasi lesi, terbukanya
dentin oleh karena hilangnya enamel atau jaringan periodontal; dan
aktivasi lesi, apakah tubulus dentin terbuka dan mengganggu pulpa. 16
7
9. Aplikasi bahan resin adesif yang dianggap mampu membentuk
presipitat protein plasma didalam tubuli dentin sehingga menutup
tubuli dentin (misalnya HEMA atau hydroxyethyl methacrylate).
10. Aplikasi bahan bonding dentin untuk menutup tubuli dentin.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipersensitivitas dentin adalah suatu kondisi klinis yang berasal
dari paparan jaringan dentin dan ditandai dengan sensasi nyeri dan tajam
setelah rangsangan termal, kimiawi, mekanis atau osmotik. Penyebab
nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan kavitas
misalnya karena ada abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi; nyeri/ngilu tanpa
kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva Setelah terpapar dentin dan
hilangnya lapisan apusan "pelindung" di atas dentin, nyeri terjadi akibat
rangsangan termal, penguapan (udara), taktil, osmotik atau kimiawi yang
dimasukkan ke dalam mulut.
3.2 Saran
Setelah membaca karya tulis ilmiah diharapkan pembaca dan
penulis dapat menambah ilmu dan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehati-hari untuk mencegah terjadinya kesehatan gigi dan mulut yang lebih
parah.
9
DAFTAR PUSTAKA
10
EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St
Louis: Elsevier; 2013. p.41
11. Eidson RS, Shugars DA. Patient assessment, examination and diagnosis,
and treatment planning. In: Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV.
Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St Louis:
Elsevier; 2013. Pp. 99-100
12. Sarode GS, Sarode SC. Abfraction: a review. J Oral Maxillofac Pathol
2013; 17(2): 222–7
13. Huysmans MC, Chew HP, Ellwood RP. Clinical studies of dental erosion
and erosive wear. Caries Res 2011; 45 Suppl 1: 60-8.
14. Camilotti V, Zilly J, Monte Ribeiro Busato P, Nassar CA, Nassar PO.
Desensitizing treatment for dentin hypersensitiveity: a randomized, split-
mouth clinical trial. Braz Oral Res 2012;26(3):263-8
15. PI Idon, TA, Esan, CT Bamise, ASA Mohammed, A Mohammed, ILN
Ofuonye. Dentine Hypersensitivity: Review of a Common Oral Health
Problem. Journal of Dental and Craniofacial Research. 2017;16(2):1-5.
16. Davari A, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin hypersensitivity: etiology,
diagnosis and treatment; a literature review. J Dent (Shiraz, Iran)
2013;14(3):136–45.
17. Wakwak M. Treatment of Dental Hypersensitivity. LOJ Med Sci.
2020;4(3):388-91.
18. Mantri V, Maria R, Alladwar N,Ghom S. Dentin Hypersensitivity Recent
Concepts in Management. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and
Radiology. 2011;23(2):115-9.
11