Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN PERIODONTOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KARYA TULIS ILMIAH


HIPERSENSITIVITAS DENTIN

OLEH :

Nama : Ahmad Dzaky Yunus


Stambuk : J014201084

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN PERIODONTOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah yang berjudul “Hipersensitivitas Dentin”. Karya tulis ilmiah ini
dibuat untuk melengkapi tugas substitusi kepaniteraan klinik periodonsia.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada seluruh pihak-pihak
yang mendukung serta membantu untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini
terutama dokter-dokter pembimbing di Bagian klinik periodonsia.
Besar harapan saya sebagai penulis agar karya tulis ilmiah ini bisa
menjadi sumber bacaan dan dapat berguna di kehidupan nyata. Dengan
kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan
ataupun informasi. Kritik yang terbuka dan membangun sangat penulis nantikan
demi kesempurnaan karya tulis ilmiah. Demikian kata pengantar ini penulis
sampaikan.

Makassar,13 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Definisi Hipersensitif dentin..............................................................................3
2.2 Etiologi Terjadinya Hipersensitif Dentin...........................................................3
2.3 Mekanisme Terjadinya Hipersensitif Dentin.....................................................5
2.4 Cara Mendiagnosis Dentin Hipersentif..............................................................6
2.5 Penatalaksanaan Pada Hipersensitif Dentin.......................................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................9
3.2 Saran...................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah yang sering
dikeluhkan oleh pasien. Kondisi ini digambarkan sebagai rasa sakit yang
berlangsung singkat dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin. Rangsangan atau stimulus tersebut dapat
berupa taktil atau sentuhan, uap, kimiawi dan rangsangan panas atau
dingin. Hipersensitivitas dentin seringkali terjadi pada gigi permanen,
terutama kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email dan atau
sementum akibat atrisi, abrasi, dan erosi.1,2
Ciri khas dentin hipersensitif adalah rasa sakit yang diderita
bersifat akut, tajam tapi singkat pada dentin yang tidak terlindung email.
Reaksi tersebut merupakan respons pulpa terhadap rangsang termal, taktil,
osmotik atau kimia tanpa keterlibatan bakteri.2 Diagnosa dan penyebab
hipersensitivitas dentin harus ditegakkan dengan tepat agar perawatan
yang diberikan memberikan efek yang tepat pula. Ada dua cara utama
sederhana dalam perawatan hipersensitif dentin yaitu menghalangi syaraf
perespon rasa nyeri dan menutup tubulus dentin untuk mencegah
terjadinya mekanisme hidrodinamik.3
Menurut sebuah studi epidemiologi, prevalensi hipersensitivitas
dentin berkisar antara 4% - 74% di dunia, dengan jumlah 27% di
Indonesia. Hipersensitivitas dentin banyak terjadi pada wanita didekade
ketiga kehidupan.2 Menurut hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS)
tahun 2013, prevalensi masyarakat Indonesia yang mempunyai masalah
hipersensitivitas gigi atau lebih dikenal sebagai gigi sensitif adalah 43%.4
Prevalensi hipersensitivitas dentin telah dilaporkan berada pada 8 hingga
35% bergantung dengan populasi penelitian. Prevalensinya telah
dilaporkan 60 sampai 98% hipersensitivitas dentin terjadi pada pasien
yang memiliki riwayat penyakit periodontal. Alasan yang dapat

1
menjelaskan kecenderungan ini karena pada penyakit periodontal, bakteri
dapat berinfiltrasi ke dentin. Telah dilaporkan bahwa sekitar 69% populasi
di Inggris mengalami bentuk hipersensitivitas dentin.5

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi hipersensitif dentin?
2. Apa etiologi terjadinya hipersensitif dentin?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya hipersensitif dentin?
4. Bagaimana cara mendiagnosis dentin hipersensitif?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada hipersensitif dentin?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi hipersensitif dentin?
2. Mengetahui etiologi terjadinya hipersensitif dentin?
3. Mengetahui mekanisme terjadinya hipersensitif dentin?
4. Mengetahui cara mendiagnosis dentin hipersensitif?
5. Mengetahui penatalaksanaan pada hipersensitif dentin?

1.4 Manfaat Penulisan


1. Tulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan dan kajian
untuk pengembangan ilmu kedokteran gigi khususnya mengenai
Hipersensitivitas Dentin dalam bidang periodontology
2. Dapat meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang
ilmu periodontology.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hipersensitif Dentin


Hipersensitivitas dentin adalah suatu kondisi klinis yang berasal
dari paparan jaringan dentin dan ditandai dengan sensasi nyeri dan tajam
setelah rangsangan termal, kimiawi, mekanis atau osmotik. Secara klinis
dianggap sebagai nyeri akut, terlokalisasi, berkembang pesat dan durasi
pendek. Sebagai contoh, seseorang mungkin mengalami kepekaan saat
menyikat, saat makan/ minum minuman dingin seperti es krim, atau saat
makan makanan manis, dan asam.6,5
Hipersensitif dentin umumnya terjadi pada gigi permanen yang
disebabkan oleh dentin yang terpapar akibat hilangnya enamel atau
sementum. Rasa sakit yang timbul jangka pendek dan mempengaruhi
kesehatan rongga mulut jika tidak dirawat, selain itu juga mempengaruhi
kenyamanan dan fungsi rongga mulut dan bila tidak dirawat akan
menimbulkan defisiensi nutrisi pada penderita. 7 Penderita hipersensitif
dentin dengan jenis kelamin wanita lebih sering dijumpai, diduga terkait
dengan faktor diet dan kebersihan mulut.8

2.2 Etiologi Terjadi Hipersensitif Dentin


Etiologi dan faktor predisposisi hipersensitivitas dentin, yaitu :6,9
1. Pengikisan enamel akibat dari atrisi, abrasi, dan erosi
2. Tereksposnya permukaan akar yang dilapisi oleh sementum
3. Kehilangan jaringan periodontal
4. Trauma kronis akibat menyikat gigi
5. Fleksur gigi akibat tekanan oklusal yang abnormal
6. Kebiasaan parafungsional
7. Inflamasi gingiva akut dan kronis
8. Penyakit periodontal
9. Trauma akut

3
10. Operasi periodontal
11. Komponen makanan asam biasanya disebut sebagai penyebab utama
lesi servikal dan hipersensitivitas dentin.
 Abrasi adalah keausan di permukaan gigi, yang umumnya di
bagian servikal permukaan bukal/fasial yang disebabkan adanya
gesekan benda-benda asing, misalnya sikat gigi yang kasar, pasta
gigi yang abrasif dan lain-lain.10,11
 Abfraksi secara klinis mirip abrasi, merupakan kerusakan di
bagian servikal gigi yang disebabkan oleh kekuatan oklusi
eksentrik yang menyebabkan terjadi cekungan yang
tajam,biasanya karena pasien mengalami bruksisma atau
maloklusi.10,12
 Atrisi adalah keausan di permukaan insisal atau oklusal gigi
karena faktor mekanis sebagai akibat terjadi pergerakan
fungsional atau parafungsional dari mandibula.10,11
 Erosi adalah hilangnya struktur permukaan gigi karena faktor
kimia, misalnya konsumsi makanan/ minuman asam yang
menyebabkan penurunan pH saliva di dalam rongga mulut
sehingga terjadi demineralisasi email yang menyebabkan
terpaparnya dentin10,13
 Resesi gingiva adalah kondisi permukaan akar terbuka karena
hilang atau tertariknya atau retraksi gingiva ke arah akar yang
mengakibatkan permukaan akar tidak terlindung. Resesi gingiva
umumnya terjadi di usia 40 tahun ke atas, tetapi bisa juga
ditemukan pada usia yang lebih muda. Hipersensitivitas dentin
terutama ditemukan pada kasus resesi gingiva yang menyebabkan
terpaparnya permukaan akar terhadap berbagai rangsangan panas,
dingin, asam, manis maupun udara.14

2.3 Mekanisme Terjadinya Hipersensitif Dentin

4
Setelah terpapar dentin dan hilangnya lapisan apusan "pelindung"
di atas dentin, nyeri terjadi akibat rangsangan termal, penguapan (udara),
taktil, osmotik atau kimiawi yang dimasukkan ke dalam mulut. Beberapa
teori seperti teori transduksi odontoblastik, teori saraf, dan teori
hidrodinamika telah dikemukakan untuk menjelaskan bagaimana
rangsangan pemicu menimbulkan nyeri DH. Dari beberapa teori yang
menjelaskan tentang hipersensitivitas dentin, teori yang paling banyak
digunakan adalah teori hidrodinamik. Teori ini menyatakan bahwa cairan
di dalam tubulus dentin akan terganggu olehadanya perubahan termal,
fisik, atau osmotik. Gerakan cairan ini akan merangsang baroreseptor yang
mengarah keluar saraf. Dasar dari teori ini kenyataan bahwa tubulus
dentinalis terbuka yang berisi cairan ke rongga mulut di permukaan dentin
dan juga di dalam pulpa.15
Teori hidrodinamik menyatakan bahwa persepsi hipersensitivitas
terjadi sebagai respons terhadap rangsangan intensitas rendah dari saraf
delta aferen A diakhiri dengan gerakan keluar-masuk cairan tubular secara
tiba-tiba pada aplikasi dari rangsangan tidak berbahaya ke permukaan
dentin yang terbuka. Serabut saraf ini terjalin dengan odontoblas dan
tubulus dentin sepanjang jarak 100 mikrometer dari permukaan pulpa.
Serabut saraf yang bermyelin memiliki ambang stimulasinya relatif
rendah. Serabut saraf bermyelin berfungsi sebagai mechanoreceptors
untuk rangsangan tidak berbahaya dengan intensitas rendah. Menurut teori
ini, hipersensitivitas adalah respon saraf dari serabut saraf aferen
mechanoreceptors terhadap rangsangan yang dipicu pada permukaan
dentin yang terbuka dan ditransduksi melalui tubulus dentin yang berisi
cairan. Oleh karena itu, harus ada dentin yang terbuka, lembab, dan vital
dengan tubulus dentinalis paten agar rangsangan tersebut dapat dilakukan
ke mekanoreseptor dan memicu persepsi hipersensitivitas. Semakin
banyak konduktansi dentin, semakin banyak persepsi hipersensitivitas
dalam menanggapi rangsangan.15
2.4 Cara Mendiagnosis Dentin Hipersensitif

5
Diagnosis penyakit dimulai dengan menanyakan riwayat kesehatan
pasien dan kemudian melakukan pemeriksaan. Dalam riwayat kesehatan
beberapa pertanyaan diajukan seperti sudah berapa lama keluhan
dirasakan, intensitas nyeri, stabilitas nyeri, dan faktor-faktor yang
mengurangi atau meningkatkan intensitas penyakit. Deteksi pasien dentin
hipersensitif untuk menentukan dentin hipersensitif, perlu memperhatikan
adanya dentin yang tidak terlindung dan tubulus dentinalis yang terbuka.
Beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu lokalisasi lesi, terbukanya
dentin oleh karena hilangnya enamel atau jaringan periodontal; dan
aktivasi lesi, apakah tubulus dentin terbuka dan mengganggu pulpa. 16

2.5 Penatalaksanaan pada Hipersensitif dentin


Home care:17
1. Desensitisasi Saraf oleh Garam Kalium
Ion kalium diperkirakan berdifusi di sepanjang tubulus dentin dan
menurunkan rangsangan saraf intradental dengan mengubah potensial
membrannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan garam
kalium nitrat memiliki manfaat untuk mengurangi hipersensitiv
dentin. Hasil dari enam penelitian yang telah dilakukan menyatakan
bahwa pasta gigi yang mengandung 5% kalium nitrat atau 3,75%
kalium klorida dapat menurunkan DH secara signifikan.
2. Obat kumur dan permen karet
Hasil penelitian telah ditemukan bahwa obat kumur yang mengandung
kalium nitrat dan natrium fluorida dapat mengurangi hipersensitivitas
dentin. Begitupun dengan mengunyah permen karet yang mengandung
kalium klorida secara signifikan mengurangi hipersensitivitas dentin.
In office care17,18
1. Laser
Efektivitas laser untuk merawat dentin hipersensitivitas bervariasi dari
5 hingga 100% laser yttrium-aluminium-garnet (YAG), laser erbium
YAG dan laser tingkat rendah galium-aluminium-arsenida semuanya
mengurangi hipersensitivitas Dentin.
6
2. Casein Phosphopeptides
Ini adalah krim topikal berbasis air, bebas gula dengan kalsium dan
fosfat yang tersedia secara hayati, dalam bentuk CPP-ACP (kasein
fosfopeptida- kalsium fosfat amorf. Studi terbaru melaporkan bahwa
ia memberikan perlindungan gigi ekstra dan menetralkan asam dari
bakteri asidogenik dan dari sumber asam eksternal dan internal
lainnya.
3. Pemblokiran tubulus dentin yang terbuka adalah menutup permukaan
akar dengan bahan cangkok gingiva.
4. Propolis
Zat resin alami yang dikumpulkan oleh lebah, memiliki zat antibakteri
(tt-farnesol) dan penghambat glikosil transferase (apigen), memiliki
efek positif dalam pengendalian hipersensitivitas dentin. Ditemukan
bahwa Propolis menyumbat tubulus dentinalis pada gigi yang terlibat
secara periodontal dan resesi.
5. NovaMin
Merek dari bioaktif glass partikulat yang digunakan dalam produk
perawatan gigi. Ini terdiri dari 45% SiO2, 24,5% Na2O, 24,5% CaO
dan 6% P2O5. NovaMin memberikan bentuk ionik kalsium, fosfor,
silika, dan natrium yang diperlukan untuk mineralisasi tulang dan gigi.
Ketika partikel mikroskopis NovaMin terkena air, akan melepaskan
ion mineral yang tersedia untuk proses remineralisasi alami.
6. Oksalat
30 persen kalium oksalat menyebabkan penurunan 98 persen
permeabilitas dentin in vitro.
7. Kalsium fosfat
Kalsium fosfat dapat mengurangi sensitivitas dentin secara efektif.
Kalsium fosfat menutup tubulus dentin in vitro dan menurunkan
permeabilitas dentin.
8. Pembentukan smear layer pada hipersensitif dentin melalui burnishing
pada daerah akar gigi yang terbuka.

7
9. Aplikasi bahan resin adesif yang dianggap mampu membentuk
presipitat protein plasma didalam tubuli dentin sehingga menutup
tubuli dentin (misalnya HEMA atau hydroxyethyl methacrylate).
10. Aplikasi bahan bonding dentin untuk menutup tubuli dentin.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipersensitivitas dentin adalah suatu kondisi klinis yang berasal
dari paparan jaringan dentin dan ditandai dengan sensasi nyeri dan tajam
setelah rangsangan termal, kimiawi, mekanis atau osmotik. Penyebab
nyeri/ngilu gigi dapat diklasifikasikan sebagai nyeri/ngilu dengan kavitas
misalnya karena ada abrasi, atrisi, erosi atau abfraksi; nyeri/ngilu tanpa
kavitas, umumnya karena terjadi resesi gingiva Setelah terpapar dentin dan
hilangnya lapisan apusan "pelindung" di atas dentin, nyeri terjadi akibat
rangsangan termal, penguapan (udara), taktil, osmotik atau kimiawi yang
dimasukkan ke dalam mulut.

3.2 Saran
Setelah membaca karya tulis ilmiah diharapkan pembaca dan
penulis dapat menambah ilmu dan mengaplikasikan dalam kehidupan
sehati-hari untuk mencegah terjadinya kesehatan gigi dan mulut yang lebih
parah.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Mulya HB, Putri Kusma AR, Susilowati A. Perbedaan Kemampuan Pasta


Gigi Desensitisasi Komersial Dengan Bahan Aktif Hidroksiapatit Dan
Novamin Dalam Penutupan Tubulus Dentin Dengan Scanning Electron
Microscope. ODONTO Dental Journa. 2017;3(1):14.
2. Barlow APS, Mason SC. Overview of the clinical evidence for the use of
novamin in providing relief from the pain of dentin hypersensitive. J Clin
Dent 2011; 22 (1): 90-5
3. Fouad AF, Levin L. Pulpal reaction to caries and dental procedures. In:
Hargreaves KM, Cohen S. Cohen’s pathways of the pulp. 10th Ed.
Missouri: Mosby Elsevier; 2011. p.504
4. Shinta P, Suardita K, Mudjiono M. Perbedaan efektifitas penutupan tubulus
dentin antara pasta gigi yang mengandung bioaktif glass (novamin) dan
strontium chloride. Conservative Dentistry Journal. 2018;8(2): 97.
5. Farooq I, Ali S. Dentin Hypersensitivity: A Review of its Etiology,
Mechanism, Prevention Strategies and Recent Advancements in its
Management. World J Dent. 2013;4(3):188–92.
6. Sen S. Comparative Desensitizing Effect of a Toothpaste & Mouthwash-
Containing Potassium Nitrate: An In Vivo & In Vitro Scanning Electron
Microscopic Study. Adv Dent Oral Heal. 2018;8(5):12–8.
7. Addy M, West NX, The role of toothpaste in the aetiology and treatment of
d entine hypersensitivity. Monogr Oral Sci. 2013. 23(1) 75-87.
8. Devianty S. Semen Trikalsium Silikat Sebagai Bahan Alternatif Untuk
Penatalaksanaan Hipersensitif Dentin (Kajian Pustaka). JITEKGI.
2017;13(1):12-14.
9. Utami ND, Komara I. Dentin hypersensitive: Ethiology and treatment.
Padjadjaran Journal of Dentistry. 2015;27(1)
10. Ritter AV, Eidson RS, Donovan TE. Dental caries: etiology, clinical
characteristics, risk assessment and management. In: Heymann HO, Swift Jr

10
EI, Ritter AV. Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St
Louis: Elsevier; 2013. p.41
11. Eidson RS, Shugars DA. Patient assessment, examination and diagnosis,
and treatment planning. In: Heymann HO, Swift Jr EI, Ritter AV.
Sturdevant’s art and science of operative dentistry. 6 th Ed. St Louis:
Elsevier; 2013. Pp. 99-100
12. Sarode GS, Sarode SC. Abfraction: a review. J Oral Maxillofac Pathol
2013; 17(2): 222–7
13. Huysmans MC, Chew HP, Ellwood RP. Clinical studies of dental erosion
and erosive wear. Caries Res 2011; 45 Suppl 1: 60-8.
14. Camilotti V, Zilly J, Monte Ribeiro Busato P, Nassar CA, Nassar PO.
Desensitizing treatment for dentin hypersensitiveity: a randomized, split-
mouth clinical trial. Braz Oral Res 2012;26(3):263-8
15. PI Idon, TA, Esan, CT Bamise, ASA Mohammed, A Mohammed, ILN
Ofuonye. Dentine Hypersensitivity: Review of a Common Oral Health
Problem. Journal of Dental and Craniofacial Research. 2017;16(2):1-5.
16. Davari A, Ataei E, Assarzadeh H. Dentin hypersensitivity: etiology,
diagnosis and treatment; a literature review. J Dent (Shiraz, Iran)
2013;14(3):136–45.
17. Wakwak M. Treatment of Dental Hypersensitivity. LOJ Med Sci.
2020;4(3):388-91.
18. Mantri V, Maria R, Alladwar N,Ghom S. Dentin Hypersensitivity Recent
Concepts in Management. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and
Radiology. 2011;23(2):115-9.

11

Anda mungkin juga menyukai