Disusun Oleh:
Pembimbing :
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Gigi sensitif atau hipersensitivitas dentin adalah suatu masalah yang sering dialami oleh
banyak orang. Sensasi hipersensitivitas dentin berupa rasa sakit yang pendek dan tajam pada
pasien.1 Ditandai dengan nyeri akibat dentin yang terbuka jika diberikan stimulus termal, taktil,
osmotik dan mekanis, seperti menyikat gigi, makan makanan manis dan asam, dan minuman
dingin atau panas.2 Hal ini menyebabkan pasien merasa nyeri tajam yang singkat dan rangsangan
aliran udara dapat menginduksi nyeri tajam pendek yang dapat mempengaruhi dan mengurangi
aktivitas sehari-hari termasuk makan, minum, berbicara dan menyikat gigi sehingga berdampak
pada produktivitas dan kesejahteraan individu.1,2,3 Hipersensitivitas dentin ini disebabkan karena
adanya kehilangan enamel gigi yang disebabkan oleh erosi, abrasi, atrisi dan kehilangan
Hipersensitivitas dentin adalah masalah yang relatif umum ditemui dalam praktik klinis.
Misalnya, di antara 780 pasien dari Pusat Pemeriksaan Kesehatan Rumah Sakit Universitas
dentin di antara pasien yang mengunjungi tiga klinik gigi umum di Inggris adalah 52%.
Hipersensitivitas dentin paling umum di antara pasien berusia 30-40 tahun dan lebih umum di
Hipersensitivitas dentin dapat mempengaruhi pasien dari segala usia dengan angka
tertinggi pada pasien lansia, masalah ini dapat mempengaruhi gigi mana pun, tetapi paling sering
mempengaruhi gigi kaninus dan gigi premolar pertama, diperkirakan karena adanya tonjolan
pada lengkung gigi dan terkena tekanan yang lebih tinggi selama menyikat gigi. Secara klinis
keadaan ini dapat muncul pada permukaan gigi manapun, tetapi paling sering terjadi pada tepi
Hipersensitivitas dentin dapat diatasi dengan produk terapeutik dengan cara profesional
atau dapat diaplikasikan sendiri.6 Pasta gigi merupakan agen desensitisasi yang umum
digunakan. Diindikasikan secara luas, terutama karena biayanya yang rendah, mudah digunakan
dan home application. Pasta gigi menyediakan formula kompleks dengan beberapa bahan,
diantaranya agen desensitisasi seperti strontium chloride, potassium nitrate, dibasic sodium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dentin hipersensitif adalah rasa nyeri yang berlangsung singkat dan tajam akibat adanya
rangsang terhadap dentin yang terbuka yang dapat disebabkan oleh atrisi, abrasi, fraktur
mahkota, resesi gingiva, dan trauma ortodontik. Dentin hipersensitif seringkali terjadi pada gigi
permanen, terutama kaninus dan premolar karena hilangnya lapisan email dan atau sementum.
Dentin hipersensitif banyak terjadi pada wanita di dekade ketiga kehidupan. Menurut sebuah
Etiologi hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka. Hal ini sesuai dengan teori
hipersensitif dentin menunjukkan bahwa tubulus dentin pada pasien hipersensitif dentin lebih
besar dan banyak dibandingkan pada pasien yang tidak mengalami hipersensitif dentin.
Terbukanya dentin disebabkan hilangnya enamel akibat dari proses atrisi, abrasi, erosi, atau
abfraksi serta rangsangan terhadap permukaan akar yang tersingkap akibat dari resesi gingiva
atau perawatan periodontal. Semua proses di atas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipersensitif dentin. Terkikisnya lapisan enamel yang menutupi gigi dan
tersingkapnya permukaan akar merupakan awal dari terjadinya hipersensitif dentin. Penyebab
terkikisnya lapisan enamel antara lain erosi, abrasi, atrisi dan abfraksi.7
meluas ke DEJ dan rangsangan mekanis secara langsung mentransmisikan rasa sakit.
Walaupun teori ini telah diperkuat oleh adanya serabut saraf, namun masih
Dalam teori OR, odontoblas bertindak sebagai sel reseptor rasa sakit dan
kurang dan tidak meyakinkan. Hal ini dikarenakan matriks seluler odontoblasts tidak
mampu menggairahkan dan memproduksi impuls saraf. Selain itu, belum ada sinopsis
Teori hidrodinamik yang diajukan oleh Brännström pada tahun 1964 Menurut
teori ini, ketika permukaan dentin yang terbuka terpapar rangsangan termal, kimia, taktil
atau evaporatif, cairan aliran dalam tubulus dentin akan meningkat. Gerakan cairan
reseptor saraf di ujung tubulus dentin atau di kompleks pulpa-dentin. Pada pemeriksaan
adanya tubulus dentin yang terbuka lebar dengan demikian, jumlah dan diameter tubulus
dentin dianggap merupakan faktor penting dalam memulai rasa sakit dari hipersensif
dentin. Oleh karena itu, semakin besar jumlah dan diameter tubulus dentin yang terbuka
maka semakin intens rasa sakit yang timbul dari hipersensitif dentin. Telah dicatat bahwa
pemicunya yaitu rangsangan dingin akan menstimulasi cairan mengalir menjauhi pulpa
menciptakan respons saraf yang lebih cepat dan ketat dari rangsangan panas, yang
menyebabkan aliran cairan agak lamban ke arah pulpa. Ini selaras dengan pengamatan
bahwa pasien hipersensitif dentin lebih sering mengeluh sakit terhadap rangsangan dingin
Indikasi:11
Kontraindikasi:11
terlihat lebih panjang. Hal ini terjadi karena posisi marginal gingiva menjauhi cemento
enamel junction (CEJ), sehingga permukaan akar yang semula tertutup menjadi terbuka.
Pada proses penuaan (aging), insidens resesi gingiva semakin meningkat seiring dengan
bertambahnya usia.12
permukaan akar yang semula tertutup oleh gingiva. Permukaan akar yang terbuka juga
memudahkan terjadinya erosi maupun abrasi pada sementum maupun dentin akibat
Kondisi ini cenderung menimbulkan rasa sakit (ngilu) jika terkena rangsangan
terutama akibat perubahan suhu. Resesi gingiva adalah terbukanya permukaan akar gigi
akibat migrasi gingival margin dan junctional epithelium ke apikal. Secara klinis ditandai
dengan gingival margin berada apical dari cemeto-enamel junction (CEJ). Kondisi ini
dapat terjadi pada satu maupun sekelompok gigi, baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Insiden meningkat dengan bertambahnya umur, pria dan wanita mempunyai
Etiologi resesi gingiva dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
anatomi, fisiologi maupun patologi. Faktor anatomi yang dapat menyebabkan resesi
gingiva adalah fenestration dan dehiscence yang terjadi pada tulang alveolar, posisi gigi
di luar lengkung yang normal, serta morfologi akar yang prominent. Semua kondisi
tersebut menyebabkan tulang alveolar maupun gingiva yang melapisinya menjadi lebih
tipis, sehingga memudahkan terjadinya resesi gingiva. Selain itu, perlekatan frenum dan
frenulum yang terlalu koronal, attached gingiva yang sempit, serta faktor keturunan,
misalnya epitel gingiva yang tipis dan mudah rusak, cenderung mengakibatkan resesi
gingiva.12
Resesi gingiva secara fisiologis dapat terjadi akibat pergerakan gigi secara
ortodontik, baik ke arah lingual maupun labial, yang cenderung mengakibatkan terjadinya
dehiscence. Bertambahnya umur juga menjadi salah satu penyebab timbulnya resesi
gingiva secara fisiologis. Sedangkan resesi gingiva secara patologis antara lain dapat
terjadi karena: keradangan gingiva akibat oral hygiene buruk sehingga terjadi akumulasi
plak dan kalkulus, trauma oklusi, trauma sikat gigi, merokok, mengkonsumsi alkohol,
tepi restorasi yang tidak baik, faktor hormonal, serta akibat prosedur operasi
periodontal.12
cenderung bersifat irreversible. Sebaliknya, resesi gingiva yang diakibatkan oleh trauma
oklusi maupun trauma akibat kesalahan menyikat gigi bersifat reversible, artinya gingival
Ada beberapa teori tentang klasifikasi resesi gingiva, namun yang umum
digunakan adalah teori Miller. Menurut Miller, resesi gingiva dibagi menjadi 4 klas
(Gambar 1). Kelas I: resesi gingiva belum meluas sampai mucogingival junction dan
belum disertai kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental. Kelas
II: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan belum disertai
kehilangan tulang maupun jaringan lunak pada daerah interdental. Kelas III: resesi
gingiva telah meluas sampai mucogingival junction dan sudah disertai kehilangan tulang
maupun jaringan lunak pada daerah interdental, bisa disertai malposisi gigi maupun tidak.
Kelas IV: resesi gingiva telah meluas sampai mucogingival junction, disertai kehilangan
tulang yang parah pada daerah interdental, dan atau disertai malposisi gigi yang parah.12
Perawatan hipersensitif dentin ada dua, yaitu secara non-invasif dan invasif.
Perawatan non-invasif yang meliputi dua cara, yaitu perawatan di rumah oleh pasien
sendiri dan perawatan di klinik. Perawatan di rumah oleh pasien sendiri seperti menyikat
gigi, penggunaan pasta gigi, pemakaian obat kumur, modifikasi diet dan mengurangi atau
Terapi hipersensitif dentin yang bersifat non invasif seperti pasta desensitisasi dan agen topikal
merupakan terapi yang ringan dan mudah dilakukan oleh pasien ataupun dokter gigi. Terapi non invasif
lebih sederhana dan murah dibandingkan dengan terapi invasif. Pasta gigi merupakan terapi hipersensitif
Beberapa pasta gigi mengandung bahan yang dapat menutup tubulus dentin seperti strontium
salt dan fluoride. Selain itu ada juga pasta gigi yang mengandung bahan yang dapat mematikan
elemen vital di dalam tubulus dentin seperti formaldehid. Saat ini, sebagian besar pasta desensitisasi
mengandung bahan yang mengurangi hipersensitif dentin seperti potassium salt (potassium nitrate,
potassium chloride atau potassium citrate). Pasta gigi yang mengandung potassium
Setelah itu, pasta gigi yang mengandung potassium chloride atau potassium citrate
diproduksi. Ion potassium menyebar sepanjang tubulus dentin dan mengurangi rangsangan terhadap
syaraf-syaraf interdental dengan mengubah potensial membran syaraf-syaraf tersebut. Sejak tahun 2000,
penelitian mengenai pasta gigi yang mengandung potassium Telah banyak dilakukan. Para peneliti
tersebut menemukan bahwa pasta gigi yang mengandung bahan 5 % potassium nitrate atau 3,75 %
potassium chloride secara signifikan dapat mengurangi hipersensitif dentin. Pasta gigi yang
mengurangi hipersensitif dentin. Disamping itu, ada juga pasta gigi yang mengandung gabungan antara
bahan desensitisasi, seperti fluoride (sodium monofluorophosphate, sodium fluoride, stannous
fluoride) dan bahan abrasif, seperti bahan anti plak seperti triclosan atau zinc citrate.13,14
Dalam pemakaian pasta gigi, dokter gigi harus memberi pengetahuan kepada pasien bagaimana
menggunakan pasta gigi dan teknik penyikatan gigi yang benar. Banyak pasien yang berkumur-kumur
secara berlebihan setelah menyikat gigi. Padahal, kumur-kumur berlebihan setelah menyikat gigi dapat
melarutkan dan menghilangkan bahan aktif pasta gigi tersebut dari rongga mulut sehingga mengurangi
efek pasta gigi dalam mencegah terjadinya karies. Disamping pasta gigi, obat kumur dan permen karet
Penelitian Gillam DG dkk dan Pereira R dkk menemukan bahwa obat kumur yang
permen karet yang mengandung potassium chloride secara signifikan dapat mengurangi hipersensitif
dentin. 13,14
Pasta gigi, obat kumur dan permen karet merupakan bahan desensitisasi yang dapat dilakukan
oleh pasien sendiri di rumah. Namun, bahan desensitisasi topikal seperti fluoride, potassium nitrate,
oxalate, dan calcium phosphates sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi di praktek. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan efek perawatan yang lebih maksimal. Bahan topikal fluoride seperti sodium
fluoride dan stannous fluoride dapat mengurangi hipersensitif dentin dengan cara mengurangi
permeabilitas dentin. Hal ini dimungkinkan oleh adanya pengendapan calcium fluoride yang tidak
terlarut di dalam tubulus. Potassium nitrate yang biasanya terdapat pada pasta gigi, juga dapat
digunakan secara topikal. Potassium nitrate tidak mengurangi permeabilitas dentin, namun ion
topikal. Pada tahun 1981, Greenhill dan Pashley melaporkan bahwa 30 % potassium oxalate dapat
mengurangi permeabilitas dentin sekitar 98 %. Sejak saat itu, sejumlah bahan desensitisasi yang
mengandung oxalate diproduksi. Selain mengurangi permeabilitas dentin, bahan yang mengandung
oxalate juga dapat menutup tubulus dentin. Calcium phosphates juga efektif dalam mengurangi
hipersensitif dentin dengan cara menutup tubulus dentin dan mengurangi permeabilitas dentin.13,14
Terapi hipersensitif dentin yang bersifat invasif seperti bedah mukogingiva, pulpektomi, resin
dan adesif serta laser merupakan terapi yang membutuhkan keahlian khusus dan hanya dilakukan oleh
dokter gigi. Terapi invasif lebih kompleks dan lebih mahal dibandingkan dengan terapi non invasif. 9,10,11
Bahan resin dan adesif seperti fluoride varnish, oxalic acid dan resin, sealant dan primer,
etching dan adhesive dapat juga digunakan sebagai terapi hipersensitif dentin. Bahan resin dan adesif
lebih adekuat sebagai terapi hipersensitif dentin dibandingkan dengan yang topikal. Hal ini dikarenakan
bahan desensitisasi topikal tidak berikatan dengan struktur gigi dan efeknya hanya sementara. Pada tahun
1970, Brännström dkk menyarankan penggunaan resin untuk mengurangi hipersensitif dentin. Saat ini,
terapi hipersensitif dentin yang paling sering digunakan melibatkan bahan adesif diantaranya varnish,
Terapi invasif lainnya adalah iontophoresis yang merupakan terapi dengan menggunakan
daya listrik untuk meningkatkan difusi ion-ion ke dentin. Dental iontophoresis biasanya digunakan
bersamaan dengan penggunaan pasta fluoride. Terapi dengan menggunakan laser juga dapat merawat
hipersensitif dentin, tergantung pada jenis laser dan parameter perawatan. Penelitian Lier BB dkk
melaporkan bahwa laser neodymium: Yttrium-Aluminum-Garnet (YAG), laser erbium: YAG dan laser
galium-aluminium- arsenide tingkat rendah juga dapat mengurangi hipersensitif dentin. Namun, terapi
dengan menggunakan laser membutuhkan biaya lebih mahal dan perawatan yang kompleks. 13,14,15
Jika faktor etiologi hipersensitif dentin merupakan resesi gingiva, maka terapi yang dipilih adalah
bedah mukogingiva, seperti lateral sliding flaps, coronally positioned flaps dan connective
tissue grafts, yang menghasilkan penutupan akar yang tersingkap sekitar 65 % hingga 98 %. Generasi
jaringan terarah (Guided tissue regeneration) juga mulai dikenal sebagai terapi resesi gingiva dengan
tersingkap sekitar 48 % hingga 92 %. Pulpektomi juga dapat dilakukan untuk merawat hipersensitif
dentin. Namun, terapi ini dipilih sebagai jalan terakhir. Pulpektomi merupakan perawatan saluran akar
yang terpapar dengan cara membuang pulpa dan jaringan periradikular. Biasanya, kamar pulpa dibuka
untuk mendapatkan akses ke saluran akar. Setelah pulpa dan yang terinfeksi lainnya dibuang,
proses debridemen dan preparasi saluran akar dilakukan. Lalu proses pengisian saluran akar
dilakukan dengan bahan yang diterima secara biologis dan tidak diserap (nonresorbable).13,14,15
Pengambilan atau pembersihan plak merupakan cara untuk mencegah timbulnya penyakit
karies gigi dan gingivitis. Menyikat gigi dengan bulu sikat keras dapat membersihkan plak,
Pemillihan sikat gigi dengan tangkai yang nyaman dipegang, tidak mudah tergelincir,
tidak ada sudut yang tajam, dan ringan. Sedangkan pada kepala sikat gigi panjangnya 25,4
sampai 31,8 mm, ujung sikat membulat, bulu lunak atatu soft terbuat dari nilon dan bulunya
elastis.
kebelakang)
dalam ke luar
BAB III
LAPORAN KASUS
Pembimbing :
Pekerjaan : Mahasiswa
Suci Amalia drg., Sp.Perio
Alamat : Jalan R C Radio Dalam no 57
I. Anamnesis:
Pasien laki-laki berusia 20 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas
Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan keluhan gigi depan atas dan bawah terasa ngilu yang
singkat dan tajam saat minum dingin sejak 1 tahun yang lalu, namun ngilu hilang saat tidak
mengkonsumsi minuman dingin dan panas. Pasien sudah dilakukan perawatan pembersihan
karang gigi pada 27 Agustus 2019. Namun pasien merasa giginya masih terasa ngilu ketika
makan atau minum panas dan dingin. Pasien menyikat gigi 2x sehari saat pagi sebelum makan
dan malam sebelum tidur. Pasien mengganti sikat giginya dengan merk formula setiap 2-3 bulan
sekali. Pada saat menyikat gigi, pasien mengeluhkan gusi berdarah. Pasien tidak memiliki
riwayat penyakit sistemik dan tidak memiliki alergi. Pasien memiliki kebiasaan merokok dengan
intensitas 12 batang/hari dan minum kopi 1 gelas/hari. Pasien datang dengan keadaan tidak sakit
- Pernafasan : 17x/menit
- Suhu : 36 ° C
RB
2. Pemeriksaan intra oral:
Palatum : Sedang
Lain-lain : -
Gingiva :
V G O Mp M Tk K T Kr Tm At/Ab
12 + - + - - + - - - - -/-
11 + - + - - + + - - - -/-
21 + - + - - + - - - - -/-
42 + - + - - + + - - - -/-
41 + - + - - + - - - - -/-
31 + - + - - + - - - - -/-
32 + - + - - + - - - - -/-
Keterangan :
RADIOGRAFI
INTERPRETASI RA:
Gigi 12 :
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1mm pada bagian mesial
Gigi 11 :
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
dan distal
Gigi 21 :
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
INTERPRETASI RB:
Gigi 42:
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
dan distal
Gigi 41:
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
dan distal
Gigi 31 :
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
dan distal
Gigi 32 :
-Terdapat penurunan puncak alveolar crest secara horizontal sebesar 1 mm pada bagian mesial
dan distal
Diagnosa :
- Etiologi Sekunder :
Lokal :
- Kalkulus
- Resesi gingiva: Kelas I Miller pada gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32
Lain-lain: -
Sistemik : -
IV. Etiologi :
Etiologi Sekunder :
Resesi gingiva : Gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32 klas I miller
Kalkulus : sedang
Palatum : Sedang
Lain-lain :-
Etiologi dari kasus pasien ini adalah kesalahan cara menyikat gigi. Penyikatan gigi yang
dilakukan terlalu keras dan menggunakan bulu sikat yang keras sehingga menimbulkan trauma
pada gigi yang mengakibatkan menyebabkan adanya penurunan margin gingiva kearah apikal
atau resesi yang menimbulkan rasa ngilu pada gigi pasien saat terdapat rangsangan panas dan
dingin.
V. Prognosis:
Prognosis Baik: Dukungan tulang yang adequat, pemeliharaan cara menyikat gigi,
Desensitisasi untuk resesi klas I: gigi 12, 11, 21,42, 41, 31, 32
Kondisi gingival
Pemberian OHIS
Fase I (Initial)
Scaling + OHI, polishing, DHE, Desensitisaisi gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32
Fase IV (Maintenance)
Kontrol periodik, kontrol plak, kalkulus, gingiva dan OHIS.
VII. Rujukan :
a. Alat
1. Lap Putih
2. Set alat diagnostik: Nierbekken, 2 buah kaca mulut no 4, sonde halfmoon, pinset, probe
periodontal
6. Glass plate
7. Microbrush
b. Bahan
1. Disclosing agent
2. Pumish/pasta profilaksis
a. Prosedur Desensitisasi:
2. Oral profilaksis: bersihkan gigi dengan brush dan pumice atau pasta profilaksis, bilas air
hingga bersih dan keringkan permukaan gigi 12, 11, 21, 42, 41, 31, 32
6. Aplikasikan bahan desensitisasi dengan microbrush pada permukaan gigi 12, 11, 21, 42,
7. Biarkan 1 menit
9. Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur, tidak makan dan minum selama 1 jam
Gigi sensitif atau hipersensitivitas dentin adalah suatu masalah yang sering dialami oleh
banyak orang. Sensasi hipersensitivitas dentin berupa rasa sakit yang pendek dan tajam pada
pasien. Ditandai dengan nyeri akibat dentin yang terbuka jika diberikan stimulus termal, taktil,
osmotik dan mekanis, seperti menyikat gigi, makan makanan manis dan asam, dan minuman
dingin atau panas. Hal ini menyebabkan pasien merasa nyeri tajam yang singkat dan rangsangan
aliran udara dapat menginduksi nyeri tajam pendek yang dapat mempengaruhi dan mengurangi
aktivitas sehari-hari termasuk makan, minum, berbicara dan menyikat gigi sehingga berdampak
Terjadinya hipersensitif dentin adalah adanya pergerakan cairan tubulus dentin akibat
adanya rangsangan terhadap dentin yang terpapar atau terbuka. Hipersensitivitas dentin ini
disebabkan karena adanya kehilangan enamel gigi yang disebabkan oleh erosi, abrasi, atrisi dan
. Perawatan untuk hipersensitivitas dentin akibat resesi gingiva ada dua, yaitu
perawatan secara invasif dan non-invasif. Perawatan secara invasif meliputi bedah mukogingiva
atau penumpatan dengan resin untuk menutup permukaan akar yang terbuka, sedangkan
perawatan non-invasif dilakukan dengan pemberian bahan desensitisasi untuk menutup tubulus
1. Iskandar CHM, Mulya HB, Kusumawati WP, Kusuma ARP. Purple Sweet Potato (Ipomea
2. Shen SY, Tsai CH, Yang LC, Chang YC. Clinical Efficacy of Toothpaste Containing
Potassium Citrate in Treating Dentin Hypersensitivity. J Dent Sci. 2009 Nov 20. 4(4): 173-
177.
evidence-based overview for dental practitioners. BMC Oral Health, 2020, 20.1: 1-10.
administered prior to initiation of a clinical study on this topic. BMC oral health, 2017, 17.1:
1-7.
6. Ricarte JM, Matoses VF, Llacer VJF, Fernandez AJF, Moreno BM. Dentinal Sensitivity:
Concept and Methodology For Its Objective Evaluation. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.
7. Porto ICCM, Andrade AKM, Montes MAJR. Diagnosis and Treatment of Dentinal
yang Berpotensi untuk Terapi Dentin Hipersensitif. Prosiding Seminar Fisika Tearapan III,
9. Dentin hypersensitivity : etiology, diagnosis and treatment a literature review. Jdent 2013.
10. Bubteina N, Garoushi S. Dentine Hypersensitivity: A Review. Dentistry. 2015; 5(9): 1-7
11. Gillam DG, Orchardson R. Advances in The Treatment of Root Dentine Sensitivity:
12. Krismariono, Agung Prinsip Dasar Perawatan Resesi Gingiva. dentika Dental Journal.
2014;18(96)1: 96-100
13. Orchardson R and Gillam DG. Managing dentin hypersensitivity. J Am Dent Assoc
2006;137(7):990-8
14. Kielbassa AM. Dentine hypersensitivity: Simple steps for everyday diagnosis and
15. Ladalardo dkk. Laser therapy in the treatment of dentine hypersensitivity. Braz Dent J.
2004;15(2):144-50.